TINJAUAN PUSTAKA
Elektron adalah partikel subatomik yang bermuatan negatif. Seperti semua partikel,
elektron dapat berperilaku seperti gelombang. Pernyataan De Broglie yang menyatakan
bahwa partikel dapat bersifat sebagai gelombang telah menginspirasi Schrodinger untuk
menyusun model atomnya dengan memperhatikan sifat elektron bukan hanya sebagai
partikel tetapi juga sebagai gelombang, artinya dia menggunakan dualisme sifat
elektron.
Perilaku elektron seperti gelombang dideskripsikan menggunakan fungsi
matematika yang disebut orbital elektron. Tiap-tiap orbital atom memiliki satu set
bilangan kuantumnya sendiri, yaitu energi, momentum sudut, dan proyeksi momentum
sudut. Tiap orbital hanya dapat diduduki oleh dua elektron, yang harus berbeda dalam
bilangan kuantum spinnya.
Untuk menentukan kedudukan suatu elektron di dalam atom digunakan 4
bilangan kuantum:
1. Bilangan kuantum utama (n)
Bilangan kuantum utama menyatakan kulit tempat ditemukannya electron yang
dinyatakan dalam bilangan bulat positif. Nilai bilangan itu dimulai dari 1,2,3 dan
sampai ke-n.
2. Bilangan kuantum azimuth (l)
Bilangan kuantum azimuth menyatakan subkulit tempat elektron berada dan
bentuk orbital, serta menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap
inti. Banyaknya sub kulit tempat electron berada bergantung pada nilai bilangan
kuantum utama (n). Nilai bilangan kuantum azimuth dari 0 sampai n-1.
Analisis mekanika kuantum menunjukkan bahwa besarnya momentum sudut
orbital sebuah electron dalam sebuah atom adalah:
maka persamaan
Dengan
Jika persamaan (2.3) diselesaikan, ternyata terdapat tiga bilangan kuantum yang
diperlukan untuk memerikan elektron dalam atom, sebagai pengganti dari bilangan
kuantum tunggal dalam teori Bohr. Bilangan kuantum utama (n) berkaitan dengan
pemecahan bagi fungsi radial
untuk menamai tingkat-tingkat energi dalam model Bohr. Pemecahan bagi fungsi polar,
memberikan bilangan
Interaksi antar partikel dapat dipahami dengan mengkaji proses hamburan. Dalam
hamburan, sebuah berkas partikel diarahkan ke sebuah material penghambur yang
dinamakan target, kemudian distribusi energi dan sudut partikel tersebut diamati. Proses
hamburan ini dapat dilakukan dengan menganggap target tidak mengalami perubahan
keadaan maka hamburan ini dinamakan hamburan elastis. Dan target mengalami
2.3.2
Kerangka yang digunakan adalah kerangka laboratorium (Lab.) dan kerangka pusat
massa (P.M.). Misalkan m1 menyatakan massa partikel 1, digunakan sebagai proyektil,
dan m2 massa partikel 2 digunakan sebagai target. Di dalam kerangka Laboratorium
(Lab.) mula-mula ( sebelum mengalami hamburan )
m1 dan m2 masing-masing
p =
m2k 1 m1k 2
m1 + m2
(2.4)
Pada keadaan awal, partikel target berada dalam keadaan diam, k2 = 0. Maka :
p =
k1
m1
(2.5)
m1m2
m1 + m2
(2.6)
Gambar 2.1. Hamburan dalam kerangka laboratorium dan kerangka P.M (Sakurai J.J,
1994).
2.4. Teori Hamburan Elektron
(target) pada
titik asal. Partikel masuk mengalami suatu gaya ketika memasuki bola berjari-jari
,yang merupakan jarak potensial hamburan. Karena interaksi potensial hamburan,
partikel masuk dihamburkan ke semua arah. Sudut antara berkas partikel masuk dan
partikel terhambur dinamakan sudut hamburan
pada arah
didefenisikan sebagai:
(2.7)
Dimana
Sudut ruang
dalam arah
.
(2.8)
Kedua besaran
dan
dinamakan tampang lintang. Untuk suatu potensial symmetric spheris, tampang lintang
diferensial
menjadi:
(2.9)
digunakan dua pendeketan untuk memperoleh rumusan teoritis dari penampang lintang
hamburannya yaitu:
a. Pendekatan statis
Pada pendekatan statis, dianggap perubahan energi elektron yang terjadi dapat
diabaikan (
dan
Dalam persoalan ini energi dari sistem adalah positif dan memiliki spektrum yang
kontinu. Oleh karena itu kita mengangapnya hamburan elastik (energinya tidak
berubah).
Dan persamaan Schrodinger untuk hamburan dua partikelnya adalah:
(2.12)
Pada jarak yang sangat jauh dari penghambur, efek potensial dapat diabaikan dan berkas
sejajar partikel yang masuk dapat dinyatakan sebagai gelombang bidang.
(solusinya lihat pada lampiran G)
(2.13)
Detektor sangat jauh dari penghambur maka bentuk asimtot dari gelombang yang
terhambur dapat dinyatakan sebagai gelombang spheris
(2.15)
Dengan
dan tampang
adalah sudut ruang yang disubstansi pada titik asal oleh elemen luas.
Dari persamaan (2.19.b ) dan (2.19.f ) kita melihat bahwa tampang lintang diferensial
ditulis sebagai berikut:
(lihat lampiran H)
(2.20)
untuk
(2.25)
Dengan syarat batas
karena
Untuk menyelesaikan persamaan (2.25) perlu dilakukan penyederhanaan, dengan
mendefenisikan suatu variabel baru:
(2.26)
Maka persamaan (2.25) menjadi:
(2.27)
Solusi persamaan ini dihubungkan ke fungsi spheris Bessel
dan
sebagai
berikut:
atau
(2.28)
(2.32)
Konstanta normalisasi
(2.35)
Dalam hal ini phasenya adalah real. Oleh karena itu solusi partikel bebas
dinormalisasikan dalam koordinat spheris:
(2.36)
(Ashok Das,1994).
2.7. Perluasan gelombang bidang ke dalam gelombang spheris
Secara khusus,perluasan gelombang bidang yang masuk dalam komponen momentum
sudut dinyatakan sebagai berikut:
(2.37)
Hal ini tidak bergantung kepada sudut azimut
Bentuk pada ruas kanan menyatakan gelombang spheris. Gelombang bidang ekuivalen
dengan superposisi dari sejumlah gelombang spheris dan gelombang itu sendiri
dinamakan gelombang parsial. Secara asimtot,
(2.39)