Pap 04
Pap 04
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan Pembelajaran
memberi
peserta
PSAP 04
Deskripsi Singkat
Metode Pembelajaran
PSAP 04
akan
sangat
Untuk itu, pada tahap awal, instruktur akan memberi pemaparan teori
yang terutama dikaitkan dengan PSAP 04 beserta ilustrasi yang terkait.
Pemaparan teori dan ilustrasi ini diharapkan dapat membuka pembahasan
aktif atas berbagai permasalahan aktual baik yang berasal dari instruktur
maupun yang berasal dari penglaman peserta pendidikan.
Diskusi topik Catatan atas Laporan Keuangan diupayakan tetap terfokus
pada pengertian berbagai aspek, cara penyajian, dan berbagai
permasalahan teoretis maupun praktis yang dihadapi guna mendapatkan
pemecahan secara bersama-sama.
PSAP 04
BAB III
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN YANG MEMADAI
A. Asimetri Informasi Keuangan Negara
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah entitas yang memunyai
aset yang signifikan dibandingkan dengan entitas ekonomi lain dalam
suatu negara. Oleh karena itu, dinamika ekonomi dalam suatu negara
pasti sangat dipengaruhi oleh dinamika perubahan dalam posisi keuangan,
operasi, dan arus kas suatu entitas pemerintahan. Seluruh perubahan ini
saat ini sudah dicoba digambarkan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Keberadaan standar akuntansi pemerintah
yang mengatur pengakuan, penilaian, pencatatan, dan pengungkapan
seluruh transaksi yang memengaruhi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas diharapkan sudah dapat menjembatani antara
persepsi para penyaji laporan keuangan dengan para pengguna yang
diandaikan berada dalam suatu asimetri informassi. Artinya, kompleksitas
permasalahan, kompleksitas semantika, dan kompleksitas struktur
informasi yang dicoba dikomunikasikan oleh pemerintah kepada para
investor, kreditor, dan masyarakat pada umumnya diharapkan sudah
dapat dijabarkan dalam standar akuntansi mengenai penyajian Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Akan tetapi, bagaimanapun komprehensifnya standar ini, kenyataan
bahwa para pengguna bervariasi dalam hal kemampuan memaknai
berbagai hal yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas tetap membuka kemungkinan adanya
kesalahpahaman. Struktur laporan dan semantika yang ada di dalam
laporan ini mungkin tidak sepenuhnya mampu ditanggapi secara
pragmatis oleh para pengguna yang pasti memenuhi ekstrim naif di satu
pihak dengan ekstrim canggih di lain pihak.
Di samping itu, kenyataan bahwa para pengguna laporan keuangan yang
tidak hadir dalam pengurusan transaksi dan pencatatan sehari-hari
memungkinkan asimetri informasi yang terjadi antara penyaji dan
pengguna berakibat pada dua kemungkinan negatif. Pertama,
kesempatan bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk
mengambil keuntungan dari pihak lain yang kurang memperoleh
informasi. Kedua, aji mumpung bagi bagi sebagian pihak yang menguasai
informasi untuk bagi sebagian pihak yang menguasai informasi untuk
memantau atau mengupayakan informasi yang akan bermanfaat bagi
pencapaian tujuannya sendiri sementara pihak lain yang tidak menguasai
informasi tidak memilikin peluang yang sama untuk melakukannya Scott
(2006).
Kemungkinan adanya dua perilaku negatif dalam kaitannya dengan
pelaporan keuangan pemerintah mungkin dapat dikesampingkan jika
formalisme governance di sektor publik dapat dianggap keniscayaan yang
melekatkan pemerintah pada perilaku etis. Dalam asumsi begini,
PSAP 04
penggunaan
relevan.
standar
sebagai
perangkat
penghukum
mungkin
tidak
PSAP 04
PSAP 04
PSAP 04
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENYAJIAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A.
KETENTUAN UMUM
PSAP 04
PSAP 04
Ekonomi Makro
Ekonomi makro
Kebijakan keuangan
Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter
Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor
PSAP 04
10
Pendahuluan
Dasar Hukum
Kebijakan Fiskal/Keuangan dan Ekonomi Makro
Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Kebijakan Akuntansi
II.1
II.2
II.
PSAP 04
11
III.
III.1
III.2
III.3
III.4
IV.1
IV.2
IV.
V.
Lampiran
Tampak bahwa dari segi jumlah Bab saja kedua struktur CaLK di atas
sudah berbeda. Perbedaan utamanya adalah bahwa pada CaLK versi
Permendagri 13/2006, terdapat bab IV yang memuat Ikhtisar
pencapaian kinerja program entitas pelapor, yang sejalan dengan
Peraturan Pemerintah 8/2006 yang tidak terdapat dalam struktur CaLK
versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2005. Selain
perbedaan antarBab di atas, pada masing-masing Bab yang
bersesuaian pun pada tataran rincinya terdapat perbedaan. Misalnya,
Bab I tentang Pendahuluan. Di dalam Bab ini Pemerintah Pusat
memasukkan Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan sedangkan
di Permendagri 13/2006 hal ini tidak dimasukkan. Dalam kekinian
perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah, yang ditandai oleh
kekurangmampuan para pelaksana penyusunan Laporan Keuangan,
pendekatan tersebut akan sangat menolong memberi pengertian
kepada pembaca laporan tentang arus data dan kaitan antarlembaga
pemerintahan yang ada untuk menjadi suatu laporan pemerintah
secara menyeluruh.
Perbedaan-perbedaan lain juga terlihat dari kedua versi CaLK di atas.
Oleh karena itu, suatu struktur CaLK minimal mestinya dapat
ditetapkan dengan mengkombinasikan kelebihan-kelebihan masingmasing versi. Sebagai contoh, struktur CalK yang memakai Struktur
versi Permendagri 13/2006 sebagai dasar yang ditambahi dengan
aspek-aspek tertentu dari versi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
tahun 2005 kiranya dapat dijadikan alternatif. Dengan alternatif ini, di
samping memuat bab tentang uraian atas Ikhtisar pencapaian kinerja
program entitas pelapor, CaLK pun tetap mempertahankan perlunya
penjelasan tentang pendekatan penyusunan laporan keuangan.
Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus kas yang disajikan dalam Bab tersendiri (II, III, dan IV)
di dalam CaLK versi Pemerintah Pusat, tetap diakomodasi meskipun
dipadatkan dalam satu bab, yaitu bab VI. Di samping itu,
kemungkinan banyaknya hal-hal insidental yang tidak menyangkut
keuangan juga diakomodasi dalam bab sebelum bab penutup. Untuk
mengatasi penyajian yang panjang lebar dalam tubuh CaLK, maka
pemuatan lampiran dalam CaLK versi Pemerintah pusat perlu
ditambahkan juga ke dalam versi Permendagri 13/2006. Dengan
demikian, pengungkapan memadai yang ingin dicapai dengan CaLK ini
dapat lebih terjamin.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
12
Bab I
Pendahuluan
1.1
Maksud dan Tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2
Landasan Hukum penyusunan laporan keuangan
1.3
Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
1.4. Sistematika penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
Bab II
Ekonomi Makro
2.1. Ekonomi makro
2.2. Kebijakan keuangan
2.3. Indikator pencapaian kinerja fiskal dan moneter
2.4. Indikator pencapaian kinerja program entitas pelapor
Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja fiskal dan moneter
3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter
3.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Bab IV
Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas pelapor
4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas
pelapor
4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Bab V
Kebijakan Akuntansi
5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
5.3 Basis pengukuran yang mendasari peyusunan laporan keuangan
5.4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan rekening-rekening
akuntansi
Bab VI. Penjelasan rekening-rekening Laporan Keuangan
6.1 Rincian dan penjelasan masing-masing rekening
Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas
Laporan
PSAP 04
13
Bab VII
PSAP 04
14
transaksi-transaksi
dan
kejadian-
PSAP 04
15
PSAP 04
16
PSAP 04
17
PSAP 04
18
PSAP 04
19
PSAP 04
20
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan Hibah
Jumlah
Anggaran
Pendapatan
Negara/Daerah dan Hibah
Belanja Pemerintah Pusat/Daerah
Belanja untuk Daerah
Jumah Anggaran Belanja Negara/Daerah
Defisit Anggaran
Program
- Kegiatan
Peningkatan
Pengawasan
Negara
Aparatur
Audit Keuangan
Audit Operasional
Indikator
Hasil
- Keluaran
Peningkatan
nilai
temuan dari tahun
lalu
Jumlah
Instansi
yang
Laporan
Keuangannya
sesuai SAP
Laporan Hasil Audit
-
Satuan
Sasara
n
2%
Instansi
10
Laporan
Laporan
Laporan
Kejadia
n
312
3.119
112
27
5
PSAP 04
21
Audit Kinerja
Asistensi SAP
Inventarisasi BMKN
Kejadia
n
PSAP 04
22
Negara/Daerah
Defisit Anggaran
17,392,179
24,943,713
43.42%
PSAP 04
23
PSAP 04
24
Program
- Kegiatan
Peningkata
n
Pengawasa
n Aparatur
Negara
Audit
Keuanga
n
Audit
Operasio
nal
Audit
Kinerja
Asistensi
SAP
Inventarisa
si BMKN
Indikator
Hasil
- Keluaran
Peningkatan
nilai temuan
dari
tahun
lalu
Jumlah
Instansi
yang
Laporan
Keuanganny
a sesuai SAP
Laporan
Hasil Audit
Laporan
Hasil Audit
Laporan
Hasil Audit
Jumlah
Asistensi
Jumlah
Inventaris
asi
Satuan
Sasaran
Belanja
(Rp juta)
Rencana
Ren
can
a
Real
isasi
2.8
76
1.8
87
1.9
92
2.2
21
900
877
450
435
3.1
22
2.9
98
2%
Real
isas
i
3%
Instansi
10
Laporan
312
221
Laporan
3.11
9
3.2
00
112
112
27
40
Laporan
Kejadian
Kejadian
PSAP 04
25
PSAP 04
26
PSAP 04
27
.
Untuk melengkapi ikhtisar yang disajikan dalam Bab III bagian 3.1.
ini, analisis atas pencapaian kinerja dituangkan dalam Bagian 3.2.
Analisis ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, Bagian 3.2 CaLK dapat menguraikan
faktor penghambat yang menyebabkan pencairan anggaran lambat.
Sebagai contoh, dapat diuraikan di sini bahwa pada tahun anggaran
2005 merupakan tahun anggaran pertama pelaksanaan sistem
anggaran terpadu (unified budget), di mana belanja pemerintah pusat
tidak dibedakan lagi menjadi belanhja rutin dan belanja pembangunan.
Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaian-penyesuaian,
dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA
ini mengakibatkan realisasi belanja negara jauh di bawah yang
dianggarkan dalam APBN TA 2005.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut.
Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut
adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan
perpajakan)
- tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
- musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
- rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini
Tidak tercapainya sasaran Pendapatan Negara Bukan Pajak pada
periode ini antara lain disebabkan:
PSAP 04
28
PSAP 04
29
PSAP 04
30
PSAP 04
31
jam kerja alat transportasi dipakai lebih banyak pada awal masa awal
manfaat alat transportasi, hal itu akan sesuai dengan kemungkinan
penurunan kapasitas teknis alat transportasi. Akan tetapi, jika Pemda
menggunakan kendaraan alat transportasi operasional secara merata
selama masa manfaatnya, Pemda mungkin akan memilih kebijakan
penyusutan berdasarkan metode penyusutan garis lurus yang
dianggap secara proporsional dan material menunjukkan penurunan
nilai bersama berlalunya waktu.
Isi Kebijakan Akuntansi
45. Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan
dan menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh
entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara
material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Pengungkapan juga harus meliputi
pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil dalam memilih
prinsip-prinsip yang sesuai.
Isi kebijakan akuntansi ini merupakan hal-hal yang harus dimuat
dalam Bab V Struktur CaLK alternatif ini.
46. Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan
Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:
(a) Entitas pelaporan;
(b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
(c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
(d) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang
berkaitan
dengan
ketentuan-ketentuan
masa
transisi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh
suatu entitas pelaporan;
(e) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk
memahami laporan keuangan.
47. Pengungkapan entitas pelaporan yang membentuk suatu laporan
keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu pembaca laporan
untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada laporan
keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam
menganalisis informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas
pelaporan dan komponennya mempunyai potensi kesalahpahaman
pembaca dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Walaupun sudah disinggung dalam Bagian 1.3, uraian ringkas
mengenai entitas pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab V
ini. Dengan bagian 5.1 akan lebih memperjelas domisili dan bentuk
hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas tersebut berada
serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.
PSAP 04
32
PSAP 04
33
PSAP 04
34
PSAP 04
35
PSAP 04
36
PENJELASAN
ANGGARAN
ATAS
POS-POS
LAPORAN
REALISASI
A. PENDAPATAN
A.1. Realisasi Pendapatan
(Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas
negara melalui satke-satker Kementerian Negara/Lembaga, berikut
PSAP 04
37
PSAP 04
38
Anggaran
Semula
2
Anggaran
Setelah Revisi
3
Realisasi
Belanja
4
Rp.
Rp.
Rp.
5=(4/3)x1
00%
.%
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
.%
.%
Rp
Rp
Rp
.%
Persentase
Tabel.2
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode
Jenis
Bel.
1
51
52
53
57
Dst
Uraian
Belanja
Jenis
2
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja
Bantuan
Sosial
Dst
Jumlah
Anggaran
Setelah
Revisi
3
Realisasi
Belanja
4
Persentase
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5=(4/3)x1
00%
.%
.%
.%
.%
Rp.
Rp
Rp.
Rp
.%
.%
PSAP 04
39
1
XX
<Isi
dengan
jenis bel.>
uraian
Jumlah
Anggaran
Setelah
Revisi
3
Realisasi
Belanja
Persenta
se
Rp.
Rp.
5=(4/3)x
100%
Rp
Rp
Tabel.4
Rincian Realisasi Belanja Modal
Kode
MAK.
1
53111
1
53211
1
53311
1
53411
1
53411
2
53411
3
53511
1
Anggaran
Setelah
Revisi
3
BM Tanah
Rp.
Rp.
5=(4/3)x
100%
.%
Rp.
Rp.
.%
BM
Gedung
dan Rp.
Bangunan
BM Jalan dan Jembatan Rp.
Rp.
.%
Rp.
.%
BM Irigasi
Rp.
Rp.
.%
BM Jaringan
Rp.
Rp.
.%
BM Fisik Lainnya
Rp.
Rp.
.%
Jumlah
Rp
Rp
.%
Uraian
Modal(BM)
Belanja
Realisasi
Belanja
Persentas
e
PSAP 04
40
Pegawai
Barang
Modal
Bantuan Sosial
Realisasi Pengembalian
Belanja
4
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
Uraian Eselon I
Jumlah
Rp.
2
Rp.
Jumlah
(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk
periode akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember
200x saldo kas di bendaharawan telah disetorkan, diungkapkan
Eselon I yang telah melakukan penyetoran).
B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan pada <Nama Kementerian
Negara/Lembaga>per <tanggal neraca> sebesar Rp<nilai kas di
bendaharawan penerimaan> merupakan saldo kas pada bendahara
penerimaan.
PSAP 04
41
Uraian Eselon I
Jumlah
Rp
2
3
Rp.
Jumlah
Tabel.8
Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan
No.
1
Kode MAP
Uraian
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Rp.
Jumlah
*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang
belum disetorkan ke kas negara.
(Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum
disetor.)
C. PIUTANG
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan
pada tanggal neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka
waktu tidak lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca.
(data-data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari
eselon I).
C.1. Piutang Pajak
Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak
yang telah telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan
kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan
dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Dengan rincian sebagai berikut :
PSAP 04
42
Tabel.9
Rincian Piutang Pajak menurut Wilayah
No.
Kode
Wilayah
Uraian Wilayah
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Jumlah
(Diisi untuk
jumlahnya).
kanwil
yang
Rp.
mempunyai Piutang
Pajak
beserta
Kode
Eselon I
Uraian Eselon I
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Jumlah
Rp.
Tabel.11
Rincian Piutang PNBP
No.
1
Kode
Perkiraa
n
Piutang
2
Uraian Piutang
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Jumlah
Rp.
(Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PML.06/2005
yang diisi berdasarkan perkiraan pendapatan)
PSAP 04
43
PSAP 04
44
Tabel.12
Daftar Aset Tetap
Saldo
Awal
2
Mutasi
Tambah
Kurang
Saldo
Akhir
5
Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan,
Irigasi
dan
Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
Jumlah
Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:
Pembelian
Rp.
Penyelesaian Pembangunan
Rp.
Transfer dari unit lain
Rp.
Hibah (masuk)
Rp.
dst
< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :
Penghapusan
Rp.
Transfer ke unit lain
Rp
Koreksi Pencatatan
Rp
Hibah (keluar)
Rp.
dst
< ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan
laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan
aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai pengerjaannya
pada <tanggal neraca> adalah sebesar Rp........................
Konstruksi dalam Pengerjaan tersebut terdiri dari :
Tanah
Rp.
Peralatan dan Mesin
Rp.
Gedung dan Bangunan
Rp.
Jalan
Rp.
Irigasi dan Jaringan
Rp.
Aset Tetap Lainnya
Rp.
< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>
(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang
masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan
dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang
PSAP 04
45
Nama Aset
Saldo Awal
Periode
(dalam
satuan
kuantitas)
Mutasi
Bertambah
(dalam
satuan
kuantitas)
Mutasi
Berkurang
(dalam
satuan
kuantitas)
Saldo Akhir
Periode
(dalam
satuan
kuantitas)
G. ASET LAINNYA
(Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset
dengan jenis ini)
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca.
Aset Lainnya terdiri atas:
- Tagihan Penjualan Angsuran
PSAP 04
46
K.
PSAP 04
47
III.
A. Informasi Tambahan
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki
Badan Layanan Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah
contohnya:)
Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum
yang berada lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :
Badan X
Unit Y
Rumah Sakit Z
Dst.
B. Pengungkapan Lainnya
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, contoh yaitu :)
3.
Ketentuan perundang-undangan
kegiatan operasionalnya.
yang
menjadi
landasan
4.
PSAP 04
48
PSAP 04
49
Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan dapat memahami pos-pos aset
dan kewajiban yang timbul dikarenakan penerapan basis akrual pada pospos pendapatan dan belanja, seperti pendapatan yang diterima di muka,
biaya dibayar di muka, dan biaya penyusutan/depresiasi. Pos-pos aset dan
kewajiban tersebut merupakan akibat dari penerapan basis akrual atas
pos-pos pendapatan dan belanja.
Dengan kasus yang diuraikan alam paragraf 58 maka rekonsiliasi yang
diharapkan akan dapat menunjukkan bahwa pengguna basis akrual
murni akan mencatatkan kewajiban dan akumulasi penyusutan yang
lebih besar daripada yang menggunakan basis kas menuju akrual,
terutama jika rekonsiliasi terjadi pada tahun berjalan jika aset sudah
dicatat sebagai aset tetap.
60. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara
Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan
rekonsiliasi dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari
Laporan Kinerja Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai
tersebut selanjutnya disesuaikan dengan transaksi penambahan dan
pengurangan aset bersih dikarenakan penggunaan basis akrual yang
kemudian menghasilkan nilai yang sama dengan nilai akhir pada Laporan
Realisasi Anggaran.
Oleh karena pada akuntansi berbasis akrual penuh digunakan Laporan
Kinerja Keuangan sebagai laporan yang menunjukkan hasil operasi
anggaran, maka rekonsiliasi dapat dimulai dari catatan yang
tercantum pada Laporan Kinerja Keuangan. Dengan kasus pada
paragraf
58, rekonsiliasi
tersebut dapat
dilakukan
dengan
menggunakan asumsi data keuangan sebagai berikut:
Transaksi
Tanggal 31 Des:
Kontrak
pengerjaan
bangunan
senilai
Rp3
milyar,
menurut
Berita
Acara
Kemajuan
Pekerjaan
baru
selesai 60% dan
baru dibayar Rp1,5
milyar
(Db) Belanja
Rp3 M
(Db) Belanja
Rp1,5 M
Modal
Modal
Neraca:
Neraca:
PSAP 04
50
Rp3,000 juta
1,500 juta
PSAP 04
51
PSAP 04
52
PSAP 04
53
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
PENDAHULUAN
PSAP 04
54
PSAP 04
55
Laporan arus kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasi arus masuk dan
keluar dalam laporan arus kas berguna untuk melihat transaksi kas di masa lalu dan
memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Dalam paragraf 5, 6 dan 7
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 03 mengungkapkan
bahwa Laporan arus kas berguna:
1. Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna
untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
2. Sebagai alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama
periode pelaporan.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan
dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di masa yang akan
datang. Kejadian yang akan datang dapat diperkirakan dari realisasi yang terjadi saat
ini. Perkiraan atau prediksi ini akan lebih baik kalau didasarkan pada data masa lalu
lebih dari satu. Data lebih dari satu ini dapat disusun dalam bentuk analisis
kecenderungan (trend) untuk mendapatkan perkiraan yang lebih tepat.
Arus kas dapat digunakan dalam analisis trend untuk memperkirakan arus kas di masa
yang akan datang. Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan. Arus
kas keluar dan masuk merupakan prediksi sebelum terjadi. Sebuah laporan arus kas
menunjukkan realisasi arus kas yang diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu, laporan
arus kas yang disusun dapat dijadikan untuk menilai kecermatan taksiran yang telah
dibuat sebelumnya.
4.
Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan arus kas. Selanjutnya setara kas
pemerintah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk
tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi jangka pendek
harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada
resiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara
kas kalau invesetasi dimaksud mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau
kurang dari tanggal perolehannya.
Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan
karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari manajemen kas dan bukan
merupakan bagian aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan transitoris.
5.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari saru atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan. Entitas
pelaporan dimaksud terdiri dari:
1. Pemerintah pusat
2. Pemerintah daerah
PSAP 04
56
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan laporan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan transitoris.
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan transitoris
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai
pengaruh dari aktivitas tersebut dari posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi
tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi,
investasi, pendanaan dan transitoris.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya
transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang.
Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pendanaan
sedangkan pembayaran bunga utang pada umumnya akan diklasifikasikan ke dalam
aktivitas operasi kecuali bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke dalam
aktivitas investasi.
7.
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam laporan arus kas adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang
tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
2. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan oengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan
dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan
datang.
3. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan
utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan
PSAP 04
57
komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang. Arus kas dari
aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
4. Aktivitas transitor adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas
transitor mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak
mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari
aktivitas transitor antara lain transaksi perhitungan fihak ketiga (PFK),
pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara
pengeluaran, serta kiriman uang.
8. PELAPORAN ARUS KAS DARI OPERASI, INVESTASI, PENDANAAN
DAN TRANSITORIS
Entitas pelaporan melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dari aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan transitoris
kecuali yang tersebut dalam paragraf 40. Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas
dari aktivitas operasi dengan cara:
1. Metode langsung, metode ini mengungkapkan pengelompokan utama
penerimaan dan pengeluaran kas bruto.
2. Metode tidak langsung
Dalam metode ini surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi
operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan kas
atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur penerimaan dan
pengeluaran dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi dan
pendanaan.
Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya menggunakan metode langsung
dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Keuntungan penggunaan metode
langsung adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di
masa yang akan datang.
2. Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan
3. Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat langsung
diperoleh dari catatan akuntansi
9.
Arus kas yang timbul dari aktivitas operasi dapat dilaporkan atas dasar arus kas bersih
dalam hal:
1. Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan penerima manfaat
(beneficiaries) arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain
daripada aktivitas pemerintah. Salah satu contohnya adalah hasil kerjasama
operasional.
2. Penerimaan dan pengeluaran kas untuk transaksi-transaksi yang perputarannya
cepat, volume transaksinya banyak, dan jangka waktunya singkat.
PSAP 04
58
Arus kas dari tansaksi penerimaan pendapatan bungan dan pengeluaran beban untuk
pembayaran bunga pinjaman serta penerimaan pendapatan dari bagian laba
perusahaan negara/daerah harus diungkapkan secara terpisah. Setiap akun yang terkait
dengan transaksi tersebut harus diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi secara
konsisten dari tahun ke tahun.
Jumlah penerimaan pendapatan bunga yang dilaporkan dalam arus kas aktivitas
operasi adalah jumlah kas yang benar-benar diterima dari pendapatan bunga pada
periode akuntansi yang bersangkutan. Jumlah pengeluaran beban pembayaran bunga
utang yang dilaporkan dalam arus kas aktivitas operasi adalah jumlah pengeluaran kas
untuk pembayaran bunga dalam periode akuntansi yang bersangkutan.
Jumlah penerimaan pendapatan dari bagian laba perusahaan negara/daerah yang
dilaporkan dalam arus kas aktivitas operasi adalah jumlah kas yang benar-benar
diterima dari bagian laba perusahaan negara/daerah dalam periode akuntansi yang
bersangkutan.
12. PEROLEHAN DAN PELEPASAN INVESTASI PEMERINTAH DALAM
PERUSAHAAN NEGARA/DAERAH/KEMITRAAN DAN UNIT OPERASI
LAINNYA
Pencatatan investasi pada perusahaan negara/daerah dan kemitraan dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode yaitu metode ekuitas dan metode biaya. Investasi
pemerintah dalam perusahaan negara/daerah dan kemitraan dicatat sebesar nilai kas
yang dikeluarkan. Entitas melaporkan pengeluaran investasi jangka panjang dalam
perusahaan negara/daerah dan kemitraan dalam arus kas aktivitas investasi.
Arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan perusahaan negara/daerah dan
unit operasi lainnya harus disajikan secara terpisah dalam aktivitas investasi. Entitas
mengungkapkan seluruh perolehan dan pelepasan perusahaan negara/daerah dan unit
operasi lainnya selama satu periode. Hal-hal yang diungkapkan adalah:
1. Jumlah harga pembelian atau pelepasan.
2. Bagian dari harga pembelian atau pelepasan yang dibayarkan dengan kas atau
setara kas.
3. Jumlah kas dan setara kas pada perusahaan negara/daerah dan unit operasi
lainnya yang diperoleh atau dilepas.
4. Jumlah aset dan utang selain kas dan setara kas yang diakui oleh perusahaan
negara/daerah dan unit operasi lainnya yang diperoleh atau dilepas.
PSAP 04
59
Penyajian terpisah arus kas dan perusahaan negara/daerahdan unit operasi lainnya
sebagai suatu perkiraan tersendiri akan membantu untuk membedakan arus kas
tersebut dari arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan
transitoris. Arus kas masuk dari pelepasan tersebut tidak dikurangkan dengan
perolehan investasi lainnya.
Aset dan utang selain kas dan setara kas dari perusahaan negara/daerah dan unit
operasi lainnya yang diperoleh atau dilepaskan perlu diungkapkan hanya jika
transaksi tersebut telah diakui sebelumnya sebagai aset atau utang oleh perusahaan
negara/daerah fan unit operasi lainnya.
13. TRANSAKSI BUKAN KAS
Transaksi operasi, investasi, dan pendanaan yang tidak mengakibatkan penerimaan
dan pengeluaran kas dan setara kas dilaporkan dalam Laporan Arus Kas. Transaksi
tersebut harus diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Pengecualian
transaksi bukan kas dari Laporan Arus Kas karena transaksi bukan kas tersebut tidak
mempengaruhi kas periode yang bersangkutan. Contoh transaksi bukan kas yang tidak
mempengaruhi laporan arus kas adalah perolehan aset melalui pertukaran atau hibah.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, Sahmuddin, Arifuddin, 2007, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta,
Penerbit Andi Ofset
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Warsito Kawedar, Abdulrohman, dan Rr. Sri Handayani, 2008, Akuntansi sektor
publik: pendekatan penganggaran daerah dan akuntansi keuangan daerah (buku 1
dan 2), Penerbit: Badan Penerbit UNDIP
PSAP 04
60