Anda di halaman 1dari 27

FRAKTUR RADIUS ULNA

A. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifise,
baik yang bersifat total maupun parsial. (1) Tulang lengan bawah terdiri dari radius dan ulna. Oleh
karena pembentuakan tulang lengan bawah yang dihubungkan kuat oleh membrane interosseous,
sehingga fraktur salah satu tulang tersebut akan menyebabkan dislokasi pada tulang lainnya.
Umumnya fraktur pada radius ulna terjadi pada bagian tengah, jarang terjadi fraktur pada salah
satu tulang tapi tidak menyebabkan dislokasi pada tulang lainnya .
B. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian di rumah sakit di Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun 2005
jumlah pasien yang mengalami fraktur terutama daerah lengan bawah bagian distal yaitu laki
laki 12.357 dan wanita 19.319 pasien, sedangkan insidennya pada laki laki yaitu 152 per
100.000 pasien laki-laki dan 157 per 100.000 pasien perempuan. Insiden tertinggi dan faktor
resiko yaitu pada usia 10-14 tahun pada pasien laki-laki dan diaatas 85 tahun pada wanita.
Insiden fraktur diperkirakan pada usia 50 tahun keatas akan meningkat 81%, dibandingkan
dengan 11% untuk usia dibawah 50 tahun. Pada kelompok usia tua, jumlah wanita yang beresiko
lebih tinggi 4,7 kali dibandingkan dengan pria.

(3)

Pada kecelakaaan kendaraan bermotor,

pengemudi lebih sering mengalami fraktur radius ulna dibandingkan dengan penumpangnya,
terutama tanpa airbag depan. (4)
C. Prevalensi
Pada anak anak fraktur radius ulna terjadi karena bermain skateboard, roller skating, dan
mengendarai skooter. Fraktur radius ulna sering terjadi pada anak laki-laki dengan usia 11
sampai 14 tahun, sedangkan pada anak perempuan sering pada usia 8 sampai 11 tahun. Pada usia
tua biasanya menderita trauma minimal dan mempunyai faktor resiko osteoporosis
D. Etiologi
Trauma dengan kekuatan besar, contohnya kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
tempat yang tinggi, crushing injury, Tangkisan pukulan (nigt stick fracture) . pada kasusu ini
penderita mengalami trauma akibat kekuatan besar yang disebabkan oleh tangkisan pukulan.
Trauma dengan kekuatan kecil, contohnya jatuh.
Tulang lengan bawah terdiri dari radius dan ulna. Ulna relative lebih stabil, sedangkan
radius memutar sekitar ulna. Bagian proximal radius disokong oleh ligament annular. Persendian

dari radius dan ulna pada bagian pergelangan tangan dikenal dengan distal radioulnar joint
(DRUJ). Dua tulang tersebut dihubungkan oleh jaringan fibrous. Karena saling keterhubungan
yang kompleks ini, energy bisa disalurkan diantara atas dan bawah dari daerah yang trauma.
Sehingga persendian diatas dan dibawah daerah trauma harus diperhatikan saat ahli radiology
mengevaluasi lengan bawah. (7)
Antebracii terdiri dari dua tulang parallel yang bereda panjang bentuknya yaitu os radius
dan os ulna. Disebelah proksimal membentuk tiga persendian sedangkan sebelah distal dua
persendian. Tulang radius lebih pendek dari pada tulang ulna. Bentuk lebih melengkung dan
bersendi dengan os ulna pada bagian distal dan proksimal radius ulnar joint yang bersifat rotator.
(8)

ligamentum yang penting pada radius ulna terlihat pada gambar dibawah ini. Kedua tulang

tersebut diikat oleh kapsul sendi pada elbow dan wrist. Selanjutnya, perlekatan pada ujung
proximal keduanya oleh anterior and posterior radioulnar ligament. Pada bagian ujungnya,
ligamentum radioulnar dibentuk oleh sendi fibrocartilago triangularis. Pada bagian Pada seluruh
bagian diafise kedua tulang tersebut dihubungkan dengan kuat oleh membrane interosseous,
yaitu suatu jaringan fibrous yang berjalan obliq dari ulna ke radius. Sehingga hal inilah yang
menyebabkan jarangnya patah hanya mengenai satu tulang saja, hampir selalu juga mengenai
sendi radio ulana yang berdekatan dengan daerah patahan. Membrane ini berfungsi merotasikan
os radius terhadap ulna yang menghasilkan gerakan pada lengan bawah (9) Permukaan radius ulna
dikelilingi oleh empat kelompok otot primer, yaitu:
1. Proximal : biceps brachialis, supinator memasuki pada bagian proximal radius xzdan
berfungsi untuk supinasi
2. Midshaft : Pronator teres memasuki radial shaft dan berfungsi untuk pronasi
3. Distal

: dua grup otot yang memasuki distal radius,

Pronator quadratus mengarahkan tenaga untuk melakukan pronasi, dimana dapat menyebabkan
dislokasi Brachioradialis dan abductor policis longus dan brevis (8)
E. Patofisiologi
Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblast,
osteosit, dan osteoklas. Osteoblast membangun tulang denganmembentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringanosteoid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah
besar fosfatasealkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan

fosfatke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki alirandarah, dengan
demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadiindikator yang baik tentang
tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patahtulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim yangsangat penting
dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblasdapat memproduksi substansi
organic intraseluler matriks, dimana klasifikasi terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak
mengandung kalsium disebut osteoiddan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan
disebut tulang.
Sesaat setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler, disebut osteosit
dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna. Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh
permukaan tulangdengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut
osteoklas.Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas osteoklasinyang
menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan dan disebutdeosifikasi.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periodepertumbuhan tulang
berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalambentuk perubahan mikroskopik akibat
aktifitas fisiologi tulang sebagai suatu organ biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:

Substansi organic : 35%


Substansi Inorganic : 45%
Air : 20%
Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organicintraseluler atau

matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks(90%), sedangkan adalah asam
hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansiinorganic terutama terdiri atas kalsium dan
fosfor dan sisanya oleh magnesium,sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang
adalah alkali fosfataseyang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai
perananyang paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi.

Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi padasuatu tingkat
yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak ketikaterjadi lebih banyak
pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian yangberlangsung terus-menerus ini penting
untuk fungsi normal tulang dan membuattulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat
dan untuk mencegahterjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung
kekuatanmekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantumempertahankan
kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yangs udah tua berdegenerasi, sehingga
membuat tulang secara relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru
memerlukan matriks organik baru,sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.
F. Diagnosis
Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada sistem
skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi.
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan
trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat
rentan.Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah

Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau menimbulkan

keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada frakturminor.


Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga padakorteks.
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateralview. Posisi ini

dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi lengan bawah
menghadap ke arah datangnya sinar (posisianatomi). Sinar datang dari arah depan sehingga
disebut AP (Antero-Posterior)
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk menilai sebuah
fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP bertujuan untuk menilai kemiringan
dan panjang os radius, posisi lateral bertujuanuntuk menilai permukaan artikulasi distal radius
pada posisi normal volar (posisianatomis).

Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat padafraktur radius dan
ulna :

Fraktur Kaput Radius


Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampirtidak pernah
ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyerisaat lengan bawah

dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberipetunjuk untuk mendiagnosisnya.
Fraktur Leher Radius
Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgusdan mendorong
kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radiusdapat retak atau, patah
sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkinmengalami fraktur pada leher radius.
Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri padasiku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat

nyeri tekan pada kaput radius dannyeri bila lengan berotasi.


Fraktur Diafisis Radius
Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X
Fraktur Distal Radius Fraktur Distal Radius dibagi dalam :

1. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna
distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi kearah dorsal. Dislokasi
mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur iniakibat terjatuh dengan tangan
terentang dan lengan bawah dalam keadaanpronasi, atau terjadi karena pukulan langsung
pada pergelangan tangan bagiandorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi
daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda
yangmencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.
2. Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadidi korpus distal,
biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmendistal bergeser ke arah dorsal
dan

proksimal,

memperlihatkan

gambaran

deformitas..

Kemungkinan

dapat

disertaidengan fraktur pada prosesus styloideus ulna. Fraktur radius bagian distal
(sampai 1 inci dari ujung distal) denganangulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan
deviasi pragmen distal keradial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur
prosesus stiloid ulna.

3. Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) denganangulasi ke posterior,
dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal keradial. Dapat bersifat kominutiva.
Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna.Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh,
sehingga dapat menyebabkanfraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran
posterior dari fragmendistal
4. Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada
punggung

tangan.

Pasien

mengalami

cedera

pergelangantangan,

tetapi

tidak

terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal denganangulasi atau dislokasi fragmen
distal ke arah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran
deformitas.
5. Fraktur Lempeng Epifisis
Fraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang didaerah ujung tulang
pada dislokasi sendi serta robekan ligamen. Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan
klasifikasi yang dianut dandibagi dalam 5 tipe :
a. Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,sel-sel
pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini terjadi oleh
karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayibaru lahir dan pada anakanak yang lebih muda. Pengobatan denganreduksi tertutup mudah oleh karena
masih ada perlekatan periosteum yang utuh dan intak. Prognosis biasanya baik
bila direposisis dengan cepat.
b. Tipe II
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui sepanjang
lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu fragmen
metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut tanda Thurson-Holland. Sel-sel
pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat. Trauma yang
menghasilkan jenis fraktur ini biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua.
Periosteum mengalami robekan pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada
daerah konkaf. Pengobatan dengan reposisi secepatnya tidak begitu sulit kecuali
bila reposisi terlambat harus dilakukan tindakan operasi. Prognosis biasanya
baik,tergantung kerusakan pembuluh darah.
c. Tipe III

Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garisfraktur


mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudiansepanjang garis
lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikulerdan biasanya ditemukan
pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini bersifat intra-artikuler dan
diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka dan
fiksasi interna dengan mempergunakan pin yang halus.
d. Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melaluipermukaan
sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis danberlanjut pada sebagian
metafisis. Jenis fraktur ini misalnya frakturkondilus lateralis humeri pada anakanak. Pengobatan dengan operasiterbuka dan fiksasi interna dilakukan karena
fraktur tidak stabil akibattarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakukan.
e. Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yangditeruskan pada
lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendipenopang badan yaitu sendi
pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosasulit karena secara radiologik tidak
dapat dilihat. Prognosis jelek karenadapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh
lempeng pertumbuhan.
6. Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakansaat jatuh atau
pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertigaproksimal dengan angulasi anterior
yang disertai dengan dislokasi anteriorkaput radius.
CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan
menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,burst fraktur atau
fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akanlebih jelas mengevaluasi
trauma jaringan lunak, kerusakan ligament dan adanya pendarahan.
G. Penatalaksanaan
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur radius dan
ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga umumnya membutuhkan
terapi operatif. Fraktur yang tidak diserta iperubahan posisi ekstra artikular dari distal radius dan
fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal
radius umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.

Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,


terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yangbenar sehingga akan
membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya dapat dipersiapkan
lebih sempurna.
Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmenfraktur semirip
mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaanletak normal.
Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut
dapat kembali normal.
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapatahap sebagai berikut :
1. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringanlunak, kemudian
terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan
hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertaiputusnya pembuluh darah
sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur.Pada ujung tulang yang patah
terjadi ischemia sampai beberapa milimeter darigaris patahan yang mengakibatkan
matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.
2. Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalahproliferasi sel-sel
lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematomaterdesak oleh proliferasi ini dan
diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi
aktifitas sel-sel dari kanalis medularisdari lapisan endosteum dan dari bone marrow
masing-masing fragmen. Prosesdari periosteum dan kanalis medularis dari masingmasing fragmen bertemudalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam
dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain.
Padasaat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang
mungkinbanyak

sekali,walaupun

adanya

kartilago

ini

tidak

mutlak

dalam

penyembuhantulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.


3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadiosteoporotik akibat
resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblasmengeluarkan matriks intra

selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida,yang segera bersatu dengan garamgaram kalsium, membentuk tulang immature atau young callus, karena proses pembauran
tersebut, maka pada akhir stadium terdapat dua macam callus yaitu didalam disebut
internal callus dan diluar disebut external callus.
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimanatulang mengalami kepatahan , kita harus
mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir.
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar dan tarikan.

(1)

pada kasus ini mekanisme trauma yang terjadi

dikarenakan kegagalan tulang untuk menahan tekanan dari luar yag dilakukan berkali kali
denga kekuatan yang kuat, benda tersebut melukai otot atau jaringan sekitar yang melindungi
tulang karena tekanan terlalu besar tulang pun ahirnya mengalami cidera.
Fraktur biasanya karena trauma langsung , atau sebagai akibat jatuh dimana sisi dorsal
lengan bawah menyangga berat badan. Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut:
Trauma langsung dimana lengan bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat
badan waktu jatuh memutar pronasi pada bagian proksimal dengan tangan relative terfiksir pada
tanah. Putaran tersebut merupakan kombinasi tekanan yang kuat dan berat, akan menyebabkan
mekanisme yang ideal terutama dari penyebab fraktur smith. Trauma lain diduga disebabkan
karena tekanan yang mendadak pada dorsum manus , dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini
biasa didapatkan pada penderita yang mengendarai sepeda yang mengalami trauma langsung
pada dorsum manus. (9).
Prinsip penanganan kasus fraktur adalah mereduksi fraktur dan menstabilkan reduksi
fraktur menggunakan fiksasi. Tekhnik fiksasi fraktur biasanya diklasifikasikan dalam tiga
golongan, yaitu: external coaptation, internal fixation, dan external-internal fixation (Piermattei,
1997).
External coaptation merupakan salah satu bentuk fiksasi yang paling sederhana. Fiksasi
ini disukai karena ekonomis dan non invasif. Keterbatasan dari bentuk fiksasi ini adalah
keterbatasan aplikasinya pada dan tidak memberi stabilitas yang cukup pada kasus-kasus berat.
External coaptation pada prinsipnya membatasi aktivitas dari persendian dan otot pada bagian
fraktur. Hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri akibat tekanan terus menerus dan seringkali
menyebabkan komplikasi pada jaringan disekitar area fraktur. Selain itu, karena kurang stabilnya

fiksasi yang diberikan, pembentukan kalus menjadi lambat sehingga kesembuhan fraktur juga
menjadi lebih lambat (Harasen, 2003a).
Ada banyak tipe dari external coaptation, seperti Robert Jones bandage, Spica splint,
Schroeder-Thomas splint, Velpeu sling, Ehmar sling, Pelvic Limb sling, Carpal flexion bandage,
Hobbies, Full leg cast, Half cast, Walking bar, dan Bivaved cast. Material yang digunakan juga
bervariasi dari bahan polypropylene hingga polymer. Bahan-bahan tersebut idealnya mudah
diaplikasikan, nyaman digunakan, dan dapat mencapai kekuatan maksimum dengan cepat,
sedangkan external coaptation yang baik harus bersifat radiolusen, sehingga dapat dimonitor
dengan baik tanpa harus membuka perban. Selain itu cast harus bersifat mudah dileps, kuat dan
ringan, tahan air, dan ekonomis (Piermattei, 1997; Slatter, 2002).
Fiksasi internal adalah fiksasi fraktur dimana pada tulang yang mengalami fraktur
difiksasi menggunakan pin, plat, screw, dan wire. Salah satu bentuk dari internal fixation adalah
intramedullary pin atau Steinman pin (Slatter, 2002).
Terapi pada fraktur tertutup
Pada dasarnya terapi fraktur terdiri atas manipulasi fraktur untuk memperbaiki posisi
fragmen, diikuti dengan pembebatan

untuk mempertahankannya bersama-sama sebelum

fragmen-fragmen itu menyatu; sementara itu gerakan sendi dan fungsi harus di pertahankan.
Pada penyembuhan fraktur dianjurkan untuk melakukan aktivitas otot dan penahanan beban
secara lebih awal. Tujuan ini mencakup dalam 3 keputusan yang sederhana; reduksi,
mempertahankan, lakukan latihan.
Pada penanganan sulit menahan fraktur secara memadai sambil tetap menggunakan
tungkai secukupnya: ini merupakan suatu pertentangan (tahan lawan gerakan) yang perlu dicari
pemecahannya secepat mungkin oleh ahli bedah (misalnya dengan fiksasi internal). Terapi bukan
saja d tentukan oleh jenis fraktur tetapi juga oleh keadaan jaringan lunak di sekitarnya. Tscherne
(1984) telah menyediakan klasifikasi cedera tertutup yang bermanfaat: tingkat 0 adalah fraktur
biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan lunak; tingkat 1 adalah fraktur dengan abrasi
dangkal atau memar pada kulit dan jaringan subkutan; tingkat 3 adalah cedera berat dengan
kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartemen.
1. Reduksi

Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu di dahulukan, tidak boleh ada
keterlambatan dalam menangani fraktur; pembengkakan bagian lunak selama 12 jam
pertama akan mempersukar reduksi. Tetapi terapat beberapa situasi yang tak memerlukan
reduksi;
bila pergeseran tidak banyak atau tidak ada;
bila pergeseran tidak berarti (misalnya pada fraktur clavicula); dan
bila reduksi tampak tak akan berhasil (misalnya pada fraktur kompresi pada
vertebra).
Fraktur yang melibatkan permukaan sendi; ini harus di reduksi sempurna mungkin karna
setiap ketidakberesan akan memudahkan timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua
metode reduksi; tertutup dan terbuka.
(1) Reduksi tertutup
Dengan anastesi yang tepat dan relaksasi otot, fraktur dapat direduksi dengan manuver
tiga tahap:
bagian distal tungkai di tarik ke garis tulang;
sementara fragmen-fragmen terlepas, fragmen

itu

di

reposisi

(dengan

membalikkan arah kekuatan asal kalau ini dapat di perkirakan); dan


penjajaran di sesuaikan ke setiap bidang. Beberapa fraktur (misalnya pada batang
femur) sulit di reduksi dengan manipulasi karena tarikan otot yang sangat kuat
dan membutuhkan traksi yang lama.

(2) Reduksi terbuka


Reduksi bedah pada fraktur dengan penglihatan langsung di indikasikan:
Bila reduksi tertutup gagal, baik karena kesukaran mengendalikan fragmen atau

karena Terdapat jaringan lunak di antara fragmen-fragmen itu;


bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu di tempatkan secara tepat; atau
bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah. Namun biasanya reduksi

terbuka hanya merupakan langkah pertama untuk fiksasi internal.


(3) Mempertahankan Reduksi
Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:
a.traksi terus-menerus;
b.
pembebatan dengan gips:
c.pemakaian penahan fungsional,
d.
fiksasi internal; dan
e.fiksasi eksternal.
Otot di sekeliling fraktur yang utuh bertindak sebagai suatu kompartemen cair; traksi atau
kompresi menciptakan suatu efek hidrolik yang dapat membebat fraktur. Karena itu

metode tertutup paling cocok untuk fraktur dengan jaringan yang lunak yang utuh, dan
cenderung gagal jika metode itu digunakan sebagai metode utama untuk terapi fraktur
yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
a.
Traksi terus menerus
Traksi dilakukan pada tungkai di bagian distal fraktur, supaya melakukan suatu tarikan
yang terus menerus pada poros panjang tulang itu. Cara ini sangat berguna untuk
fraktur batang yang bersifat oblik atau spiral yang mudah bergeser dengan kontraksi
otot.
Traksi tidak dapat menahan fraktur yang diam, traksi dapat menarik tulang panjang
secara lurus dan mempertahankan panjangnya tetapi reduksi yang tepat kadang-kadang
suka dipertahankan. Dan sementara itu pasien dapat menggerakkan sendi-sendinya dan
melatih ototnya. Traksi cukup aman, asalkan tidak berlebihan dan berhati-hati bila
menyiapkan pen-traksi. Masalahnya adalah kecepatan: bukan karena fraktur menyatu
secara perlahan-lahan (bukan demikian) tetapi karena traksi tungkai bawah akan
menahan pasien tetap di rs. Akibatnya, segera setelah fraktur lengket (dapat
mengalami deformitas tetapi tidak mengalami pergeseran), traksi harus digantikan
dengan bracing kalau metode ini dapat dilaksanakan.
Traksi dengan gaya berat; cara ini hanya berlaku pada cidera tungkai atas.
Karena itu, bila memakai kain penggendong lengan, berat lengan akan
memberiakan traksi terus menerus pada humerus.
Traksi kulit; traksi kulit (traksi buck) dapat menahan tarikan yang tak lebih dari
4 atau 5 kg. Ikatan holland atau elastoplast rentang-satu-arah di tempelkan
pada kulit yang telah di cukur dan di pertahankan dengan suatu pembalut.
Maleolus di lindungi dengan tisu gamgee, dan untuk traksi di gunakan tali atau
plaster
Traksi kerangka; kawat kirscer, pen steinmann atau pen denham di masukkan,
biasanya di belakang tuberkel tibia untuk cidera pinggul, paha dan lutut; di
sebelah bawah tibia atau pada kalkaneus untuk fraktur tibia. Kalau digunakan
suatu pen, di pasang kait yang dapat berputar dengan bebas, dan tali dipasang
pada kait itu untuk menerapkan traksi. Traksi harus selalu dilawan dengan oleh
aksi lawan; artinya, tarikan harus di lakukan terhadap sesuatu, atau tarikan itu
hanya akan menarik pasien ke bawah tempat tidurnya.

Traksi tetap; tarikan di lakukan terhadap suatu titik tertentu, contohnya palster
di tempelkan pada bagian persilangan bebat thomasdan menarik kaki ke bawah
hingga pangkal tungkai menyentuh cicin bebat itu.
Traksi berimbang; tarikan di lakukan terhadap kekuatan berlawanan yang
berasal dari berat tubuh bila kaki tempat tidur tersebut di naikkan. Tali dapat di
ikata pada kaki tempat tidur, atau di lewatkan pada kerekan-kerekan dan di beri
pemberat.
Traksi kombinasi; beban thomas di gunakan. Plester di tempelkan pada ujung
bebat dan bebat itu di gantung, atau di ikat pada ujung tempat tidur yang di
angkat.

b.
Pembelatan dengan gips
Cara ini cukup aman, selama kita waspada akan bahaya pembalut gips yang ketat dan
asalkan borok akibat tekanan dapat dicegah. Kecepatan penyatuannya tidak lah lebih
tinggi maupun lebih rendah dibandingkan traksi, tetapi pasien dapat pulang lebih
cepat. Mempertahankan reduksi biasanya tak ada masalah dan pasien dengan fraktur
tibia dapat menahan berat pada pembalut gips. Tetapi, sendi-sendi yang terbungkus
dalam gips tidak dapat bergerak dan cenderung kaku, kekakuan yang mendapat
julukan penyakit fraktur merupakan masalah dalam penggunaan gips konvensional.
Kekakuan dapat diminimalkan dengan :

Pembebatan tertunda yaitu penggunaan traksi hingga gerakan telah diperoleh kembali,
dan baru kemudian menggunakan gips, atau memulai dengan gips konvensional, tetapi
setelah beberapa hari bila tungkai dapat dipertahankan tanpa terlalu banyak
ketidaknyamanan gips tersebut maka diganti dengan suatu penahan fungsional yang
memungkinkan gerakan sendi.
c.Bracing fungsional
Bracing fungsional menggunakan gips salah satu dari bahan yang ringan merupakan
salah satu cara mencegah kekakuan pada sendi sambil masih memungkinkan
pembebatan fraktur. Segmen dari gips hanya dipasang pada batang tulang itu,
membiarkan sendi-sendi bebas, segmen gips itu dihubungkan dengan engsel dari
logam atau plastic yang memungkinkan gerakan pada suatu bidang. Bebat bersifat
fungsional dalam arti bahwa gerakan sendi tidak banyak terbatas dibandingkan gips
konvensional.

Bracing fungsional paling luas digunakan untuk fraktur femur atau tibia, tetapi karena
penahan ini tidak kaku, biasanya ini hanya dipakai bila fraktur mulai menyatu,
misalnya 3-6 minggu setelah traksi atau gips konvensional. Bila digunakan dengan
cara ini, ternyata 4 persyaratan dasar yang diperlukan akan terpenuhi; fraktur dapat
dipertahankan cukup baik; sendi-sendi dapat digerakkan; fraktur akan menyatu
dengan kecepatan normal (atau mungkin sedikit lebih cepat) tanpa tetap menahan
pasien di rs dan metode itu cukup aman.
Teknik diperlukan banyak keterampilan untuk memasang suatu penahan yang efektif.
Pertama fraktur di stabilkan; setelah beberapa hari dalam traksi atau dalam gips
konvensional untuk fraktur tibia; dan setelah beberapa minggu dalam traksi untuk
fraktur femur (sampai fraktur telah lengket, artinya dapat melentur tetapi tidak dapat

terjadi pergeseran). Kemudian pembalut gips atau bebat yang berengsel di pasang yang
akan cukup menahan fraktur tetapi memungkinkan gerakan sendi; di anjurkan
melakukan aktivitas fungsional, termasuk penahan beban.
d.
Fiksasi internal
Fragmen tulang dapat di ikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang
di ikat dengan sekrup, paku intramedular yang panjang (dengan atau tanpa sekrup
pengunci), circumferential bands, atau kombinasi dari metode ini. Bila di pasang
dengan semestinya, fiksasi internal menahan fraktur secara aman sehingga
gerakandapat segera di mulai; dengan gerakan lebih awal penyakit fraktur (kekakuan
dan edema) dapat di hilangkan. Dalam hal kecepatan pasien dapat meninggalkan
rumah sakit segera setelah luka sembuh, tetapi dia harus ingat bahwa meskipun tulang
bergerak sebagai satu potong, fraktur belum menyatu, hanya dipertahankan oleh
jembatan logam; karna itu penahanan beban yang tak terlidung selama beberapa waktu
tidak aman. Bahaya yang terbesar adalah sepsis; kalau terjadi infeksi semua
keuntungan fiksasi internal (reduksi yang tepat, stabilitas yang segera dan gerakan
lebih awal) dapat hilang.

Indikasi fiksasi internal sering menjadi bentuk terapi yang paling di perlukan. Indikasi
utamanya adalah:
1. Fraktur yang tidak dapat di reduksi kecuali dengan operasi
2. Fraktur yang tak stabil secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran
kembali setelah reduksi (misalnya fraktur pada lengan bawah dan fraktur

pergelangan kaki yang bergeser); selain itu, juga fraktur yang cenderung perlu di
tarik terpisah oleh kerja otot (misalnya fraktur melintang pada patella atau
olecranon)
3. Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan-lahan, terutama fraktur pada
leher femur.
4. Fraktur patologik, di mana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan.
5. Fraktur multiple, bila fiksasi dini (dengan fiksasi internal atau luar) mengurani
resiko komplikasi umum dan kegagalan organ pada berbagai sistem.
6. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya (penderita paraplegia, pasien dengan
cedera multiple) dan sangat lansia).
7. Teknik banyak tersedia metode, termasuk pengunaan kawat, skrup, plat, batang
intramedula dan kombinasi dari semua itu. Bila plat di gunakan, kalau mungkin
plat harus di pasang pada permukaan yang Dapat di tegangkan, yang biasanya
pada sisi cembung tulang, bila paku intramedula di gunakan, paku itu dapat
dikuncikan dengan sekrup melintang (muller dkk., 1991)
8. Fraktur ulang tidak boleh melepas logam terlalu cepat, atau tulang akan patah lagi.
Paling cepat satu tahun dan 18 atau 24 bulan lebih aman; beberapa minggu setelah
pelepasan, tulang itu lemah, dan di perlukan perawatan atau perlindungan.
e.Fiksasi luar
Fraktur dapat di pertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan melalui
tulang di atas dan di bawah fraktur dan di lekatkan pada suatu kerangka luar. Cara ini
dapat di terapkan terutama pada tibia dan pelvis, tetapi metode ini juga digunakan
untuk fraktur pada femur, humerus, radius bagian bawah dan bahkan tulang-tulang
pada tangan.

Indikasi fiksasi luar sangat berguna untuk:

1. Fraktur yang di sertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat di mana luka
dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan atau pencangkokan kulit.
2. Fraktur yang disertai dengan kerusakaan saraf atau pembuluh.
3. Fraktur yang sangat kominutif dan tak stabil, sehingga sebujur tulangnya dapat
dipertahankan hingga mulai terjadi penyembuhan.
4. Fraktur yang tak menyatu, yang dapat dieksisi dan dikompresi; kadang-kadang
fraktur ini di kombinasi dengan pemanjangan.
5. Fraktur pada pelvis, yang sering tidak dapat di atasi dengan metode lain.
6. Fraktur yang terinfeksi, di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok.
7. Cidera multipel yang berat, bila stabilisasi lebih awal mengurangi resiko
komplikasi yang berbahaya (phillips dan contreras, 1990)
Teknik prinsip fiksasi eksternal sederhana: tulang di tranfiksikan di atas dan di bawah
fraktur dan sekrup atau kawat di transfiksikan bagian proksimal dan distal kemudian di
hubungkan satu sama lain dengan suatu batang yang kaku. Terdapat berbagai teknik
dan alat fiksasi: transfiksi dengan pen, sekrup atau kawat; batang penghubung pada
kedua sisi tulang atau pada satu sisi saja.
Kontra indikasi Operasi
Keadaan umum jelek
Komplikasi Operasi

Malunion

Kompartemen sindrom

Cross union

Atropi sudeck

Trauma N. Medianus

Rupture tendo ekstensor sendi pergelangan tangan, pronasi, supinasi, fleksi


palmar, pergerakan serta ekstensi

Perawatan Pasca Bedah


Post op sebaiknya tungkai dielevasi untuk mengurangi edema. Weight bearing harus
ditunggu sampai fraktur benar-benar telah union.
Follow-Up
Setelah 16 minggu dilakukan foto X Ray kontrol dengan posisi AP, Lateral dan 2 oblik
untuk menilai fraktur sudah union.

Jika fraktur telah union weight bearing bertahap dapat dimulai dengan bantuan kruk.
Pasien harus tetap dimonitor untuk meyakinkan tidak terjadinya displacement.

H. PENYEMBUHAN FRAKTUR
FRAKTUR HEALING
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menajubkan. Tidak seperti jaringan
lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang
reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk
mengobati fragmen fraktur. Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang
mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai tejadi
konsolidasi. Factor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat
penting dalam penyembuhan, selain factor biologis yang juga merupakan suatu factor yang
sangat essential dalam penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang
kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang panjang atau tulang
pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan tulang ini harus dibedakan.
Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :
1. Reactive Phase
i. Fracture and inflammatory phase
ii. Granulation tissue formation
2. Reparative Phase
iii. Callus formation
iv. Lamellar bone deposition
3. Remodeling Phase
v. Remodeling to original bone contour
PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG KORTIKAL
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari 5 fase, yaitu
Fase hematoma
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah fraktur dan akan

membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh
periosteum. Periosteum akan terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma
yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah fraktur akan
kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang
yang mati pada sisi sisi fraktur segera setelah trauma.
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 3 minggu.
Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum
membentuk kalus interna sebagi aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi
robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel
sel mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal dari
penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel sel osteogenik yang memberi
penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor
ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah
fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang
meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung tulang
sehingga merupakan suatu daerah radioluscen.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada
minggu ke 4 8.
Fase pembentukan kalus (Fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang
berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat
osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam
garam kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven
bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan
indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
Fase konsolidasi (Fase union secara radiology)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan lahan diubah menjadi
tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan
kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 8 dan berakhir pada minggu ke 8 12
setelah terjadinya fraktur.
Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian yang
meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling
ini perlahan lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetapi terjadi osteoblastik pada
tulang dan kalus eksterna secara perlahan lahan menghilang. Kalus intermediet berubah
menjadi tulang yang kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan
mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 12 dan berakhir sampai beberapa tahun
dari terjadinya fraktur.
PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG KANSELOSA
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor,
yaitu :
1. Vaskularisasi yang cukup
2. Terdapat permukaan yang lebih luas
3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat
4. Hematoma memberikan peranan dalam penyembuhan fraktur
Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis tulang panjang, tulang pendek serta
tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Peyembuhan fraktur pada tulang kanselosa melalui
proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak anak proses penyembuhan pada
daerah korteks juga memegang peranan penting. Proses osteogenik peyembuhan sel dari bagian
endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk woven bone primer di
dalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukan kalus interna mengisi ruangan pada
daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana terjadi
kontak langsung diantara permukaan tulang fraktur yang berarti satu kalus endosteal. Apabila
terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven bone
diganti oleh tulang lamellar dan tulang mengalami konsolidasi.

PENYEMBUHAN FRAKTUR PADA TULANG RAWAN PERSENDIAN


Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuan untuk regenerasi. Pada
fraktur interartikular penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk
melalui fibrokartilago.
WAKTU PENYEMBUHAN FRAKTUR
Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan beberapa
factor penting pada penderita, antara lain:
Umur penderita
Waktu penyembuhan tulang pada anak anak jauh lebih cepat pada orng dewasa. Hal
ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada daerah periosteum dan
endoestium dan juga berhubungan dengan proses remodeling tulang pada bayi pada bayi
sangat aktif dan makin berkurang apabila unur bertambah.
Lokalisasi dan konfigurasi fraktur
Lokalisasi

fraktur

memegang

peranan

sangat

penting.

Fraktur

metafisis

penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur seperti
fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur oblik karena
kontak yang lebih banyak.
Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka penyembuhannya dua
kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang
lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan periosteum yang lebih hebat.
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan biasanya
tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami
kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.
Reduksi dan Imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik
dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan
kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.
Waktu imobilisasi

Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union,
maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak.
Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot atau jaringan
fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
Adanya infeksi
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur tertutup atau
fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan.
Cairan Sinovia
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah
fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan
mengganggu vaskularisasi.
Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu 4 bulan. Waktu penyembuhan pada
anak secara kasar setengah waktu penyembuhan daripada orang dewasa.
Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat pada table berikut :
LOKALISASI

WAKTU PENYEMBUHAN
(MINGGU)

Phalang / metacarpal/
metatarsal / kosta
Distal radius/ulna

3-6

Diafisis ulna dan radius

12

Humerus

10-12

Clavicula

Panggul

10-12

Femur

12-16

Condilus femur/tibia

8-10

Tibia/fibula

12-16

Vertebra

12

PENILAIAN PEYEMBUHAN FRAKTUR


Penilaian penyembuhan fraktur (union) didasarkan atas union secara klinis dan union secara
radiologik. Penilaian secara klinis dilakukan dengan pemeriksaan daerah fraktur dengan
melakukan pembengkokan pada daerah fraktur, pemutaran dan kompresi untuk mengetahui
adanya gerakan atau perasaan nyeri pada penderita. Keadaan ini dapat dirasakan oleh pemeriksa
atau oleh penderita sendiri. Apabila tidak ditemukan adanya gerakan, maka secara klinis telah
terjadi union dari fraktur.
Union secara radiologik dinilai dengan pemeriksaan roentgen pada daerah fraktur dan dilihat
adanya garis fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan adanya trabekulasi yang sudah
menyambung pada kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medulla atau ruangan
dalam daerah fraktur.
PROBLEM DALAM PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Compartment syndrome
Setelah terjadi fraktur terdapat pembengkakan yang hebat di sekitar fraktur yang

mengakibatkan penekanan pada pembuluh darah yang berakibat tidak cukupnya supply darah ke
otot dan jaringan sekitar fraktur.

Neurovascular injury
Pada beberapa fraktur yang berat dapat mengakibatkan arteri dan saraf disekitarnya

mengalami kerusakan.

Post traumatic arthritis


Fraktur yang berhubungan dengan sendi (intra artikuler fraktur) atau fraktur yang

mengakibatkan bertemunya tulang dengan sudut abnormal di dalam sendi yang dapat
mengakibatkan premature arthritis dari sendi.

Growth abnormalities
Fraktur yang terjadi pada open physis atau growth plate pada anak anak dapat

menyebabkan berbagai macam masalah. Dua dari masalah ini adalah premature partial atau
penutupan secara komplit dari physis yang artinya salah satu sisi dari tulang atau kedua sisi
tulang berhenti tumbuh sebelum tumbuh secara sempurna. Jika seluruh tulang seperti tulang
panjang berhenti tumbuh secara premature dapat mengakibatkan pendeknya salah satu tulang
panjang dibandingkan tulang panjang lainnya, membuat salah satu tulang kaki lebih pendek
dibandingkan tulang kaki lainnya.

I. PENYEMBUHAN ABNORMAL PADA FRAKTUR


MALUNION
Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan atau union secara
menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.
Etiologi

Fraktur tanpa pengobatan

Pengobatan yang tidak adekuat

Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik

Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan

Osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma

Gambaran klinis

Deformitas dengan bentuk yang bervariasi

Gangguan fungsi anggota gerak

Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi

Ditemukan komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris

Osteoarthritis apabila terjadi pada daerah sendi

Bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas

Pemeriksaan radiologist
Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi yang tidak sesuai
dengan keadaan yang normal.
Pengobatan
Konservatif
Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan imobilisasi sesuai dengan fraktur
yang baru. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat digunakan sepatu orthopedic.
Operatif

Osteotomi koreksi (osteotomi Z) dan bone graft disertai dengan fiksasi interna

Osteotomi dengan pemanjangan bertahap, misalnya pada anak anak.

Osteotomi yang bersifat baji

DELAYED UNION
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5 bulan (3 bulan
untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah)
Etiologi
Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada nonunion
Gambaran klinis

Nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.

Terdapat pembengkakan

Nyeri tekan

Terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur

Pertambahan deformitas

Pemeriksaan radiologist

Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur

Gambaran kista pada ujung ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang

Gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur.

Pengobatan
Konservatif
Pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama 2 3 bulan.
Operatif
Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan fiksasi interna dan
pemberian bone graft.
NONUNION
Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu). Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa
infeksi tetapi dapat juga terjadi sama sama dengan infeksi disebut infected pseudoarthrosis.

Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung ujung fragmen tulang.
Hipertrofik
Ujung ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang disebut gambaran
elephants foot. Garis fraktur tampak dengan jelas. Ruangan antar tulang diisi dengan tulang
rawan dan jaringan ikat fibrosa. Pada jenis ini vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya
diperlukan fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.
Atrofik (Oligotrofik)
Tidak ada tanda tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan
bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini disamping dilakukan fiksasi rigid juga
diperlukan pemasangan bone graft.
Gambaran klinis

Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada

Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk sendi palsu yang disebut
pseudoarthrosis.

Nyeri tekan atau sama sekali tidak ada.

Pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat pembengkakan sama sekali

Pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua fragmen.

Pemeriksaan radiologist

Terdapat gambaran sklerotik pada ujung ujung tulang

Ujung ujung tulang berbentuk bulat dan halus

Hilangnya ruangan meduler pada ujung ujung tulang

Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung
(psedoarthrosis)

Pengobatan

Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft

Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius, prosesus stiloid ulna

Pemasangan protesis, misalnya pada fraktur leher femur

Stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.

Anda mungkin juga menyukai