(H1E111006)
Fath Muhammad
(H1E111037)
Sarwwatatwadhika A.D.M.(H1E111203)
Nurul Huda S.
(H1E112005)
Elsa Rahmadayani
(H1E112018)
(H1E112031)
(H1E112041)
(H1E113007)
Lidya Elisabet
(H1E113018)
Lambung
Universitas
5. Anggota Kelompok :
M. Ibrahim Iqbal Wisnu SSP
Fath Muhammad
Sarwwatatwadhika A.D.M.
Nurul Huda S.
Elsa Rahmadayani
M. Ravie Azemy Hernarsi
Rahmat Pratama Putra
Ignatius Caesar Baritoni Parapat
Aulia Rahma
Lidya Elisabet
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Pengujian Parameter Air dan Udara di Depot Pengisian
Pesawat Udara (DPPU) Syamsuddin Noor PT. Pertamina (Persero).
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan, dorongan,
dan senantiasa mendapat bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si.,M.Sc sebagai Rektor Universitas Lambung
Mangkurat ;
2. Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, MT sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat ;
3. Dr. Rony Riduan, MT sebagai Kepala Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat ;
4. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp.,ST.,M.Kes
sebagai dosen
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Tinjauan Empirik........................................................................ 3
2.2 Tinjauan Teoristik....................................................................... 4
ii
2.2.5
iii
2.2.7
BAB III
BAB IV
PENUTUP.......................................................................................... 52
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 52
4.2 Saran............................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tinjauan Empirik.............................................................................. 3
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 2.1
Analisa Pemaparan....................................................................... 7
DAFTAR GRAFIK
vi
Grafik 3.1 Diagram Kualitas Udara di Area Pertamina Bandara Syamsuddin Noor dan Permukiman Penduduk......................................... 43
Pemantauan Kualitas Udara dengan Parameter NO2..................... 43
Pemantauan Kualitas Udara dengan Parameter SO2..................... 43
Pemantauan Kualitas Udara dengan Parameter Debu................... 43
Pemantauan Kualitas Udara dengan Parameter CO...................... 43
Pemantauan Kualitas Udara dengan Parameter Kebisingan......... 43
Grafik 3.2 Diagram Kualitas Air di Area Pertamina Bandara Syamsuddin Noor dan Permukiman Penduduk......................................... 44
Pemantauan Kualitas Air dengan Parameter TDS......................... 44
Pemantauan Kualitas Air dengan Parameter Kekeruhan............... 44
Pemantauan Kualitas Air dengan Parameter Nitrat....................... 44
Pemantauan Kualitas Air dengan Parameter Besi......................... 44
Pemantauan Kualitas Air dengan Parameter Kesadahan............... 44
Pemantauan Kualitas Air dengan Parameter Minyak dan
Lemak............................................................................................ 44
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi bahan bakar fosil yang besar sesudah revolusi industri selain
memberikan kepraktisan dan kenyamanan dalam kehidupan manusia, juga
menyebabkan
peningkatan
populasi
hanya
secara
meningkat
drastis.
sedikit,
Sebelum
diawal
revolusi
abad
18
populasi dunia menjadi sekitar 600 juta jiwa. Sesudah revolusi industri jumlah
penduduk mulai meningkat dengan cepat, berdasarkan estimasi tahun 1999 sekitar
6 milyar orang mendiami bumi. Industri minyak dan gas bumi merupakan suatu
industri komplek dengan membutuhkan dana yang amat besar dan melibatkan
teknologi tinggi. Karena sifatnya yang demikian, maka risiko yang dihadapi oleh
industri ini juga amat beragam dan tinggi. Perusahaan menghadapi risiko fisik
maupun tanggung jawab hukum (operasional risks) saat meiakukan kegiatan dan
risiko keuangan (financial risk) yang pasti terjadi jika ternyata kandungan
minyak/gas yang diharapkan dinilai tidak ekonomis (speculative risks).
Depot Pengisisan Pesawat Udara (DPPU) Syamsuddin Noor PT. Pertamina
(Persero) merupakan salah satu usaha/kegiatan dalam layanan bahan bakar
pesawat terbang yang bertempat di Bandar Udara Syamsuddin Noor, Kelurahan
Syamsuddin Noor, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nama
Tahun
Judul Penelitian
Penulis
1
Ranno
Metode
Hasil Penelitian
Penelitian
2007
Kajian
Analisa
Hasil Analisis
Marlany
Manajemen
Kualitatif
udara yang
Rachman
Lingkungan
dihasilkan tahun
Bandar Udara
Ahmad Yani
Semarang
manjemen
pencemaran air.
Irvana
2007
Studi
Survei dan
Kondisi dan
Nurrachmi
Kandungan
Uji
parameter
dan Bintal
Minyak dan
Laboratoriu
lingkungan sekitar
Amin
Struktur
m air
perusahaan.
Komunitas
Mengenai
Makrozoobentho
kandungan bahan
s di Perairan
organik dan
Sekitar Buangan
kandungan
Limbah Cair
minyak.
Kilang Minyak
Pertamina UP II
Dumai
3
Sulistyono
2012
Dalam analisis
, Suntoro,
Tumpahan
kualitas air
M.
Minyak
Masykuri
Kegiatan
melalui
dari observasi
lapangan
3
limbah
Operasi
Kilang dengan
kilang minyak
Minyak
mengambil
akan dikaitkan
Terhadap
sampel
dengan baku
(Studi dilakukan
Kasus
Kilang analisis di
Minyak
laboratoriu
Cepu)
hasilnya
dianalisis
Limbah
secara
deskriptif
kuantitatif.
Bagi Usaha
dan /atau
Kegiatan Minyak
dan Gas Serta
Panas Bum.
Mengetahui hasil
pengujian air
limbah dan air
sumur.
Butler,
1978
(8)
dalam
Principles
of
Ecotoxicology,
ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk
hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan
masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan . Sedangkan menurut Andhika
Puspito Nugroho, M.Si dalam buku ajar Ekotoksikologi , ekotoksikologi
mempelajari efek toksik substansi (substances) pada non human species dalam
suatu kompleks sistem (system).
4
perubahan
populasi,
komposisi
komunitas,
dan
fungsi
Protein
Kehadiran protein di lingkungan perairan umumnya tidak langsung bersifat
toksik tetapi dapat menimbulkan pengaruh atau efek negatif, antara lain
terbentuknya media pertumbuhan berbagai organisme patogen, menimbulkan
bau tidak sedap dan meningkatkan kebutuhan
Demand) (13).
Karbohidrat
Selain berasal dari sampah domestik, karbohidrat juga dapat berasal dari
buangan industri.Masuknya karbohidrat ke dalam air dapat menyebabkan
peningkatan BOD dan menimbulkan warna pada air.
Pewarna
Terdapatnya pewarna dalam suatu perairan akan membatasi aktivitas
organisme fotosintetik sehingga akan mengurangi kandungan oksigen terlarut
atau DO (Dissolved Oxygen) serta mengganggu kehidupan berbagai
organisme air.
Asam-asam organik
Keberadaan senyawa asam organik dapat menyebabkan penurunan derajat
keasaman (pH) air dan pada nilai pH tertentu (acid dead point) dapat
mengakibatkan kematian ikan maupun organisme air lainnya.
Deterjen
Deterjen dapat menimbulkan dampak negatip terhadap ekosistem perairan
yaitu dapat menghambat aktivitas atau bahkan membunuh berbagai jenis
mikroorganisme.
Pestisida organik
Pestisida organoklorin sangat berbahaya karena mempunyai toksisitas bersifat
kronik, stabil, dan tahan urai dalam lingkungan. Untuk mencegah terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas
manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan
dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Salah satu cara penetapan baku
mutu lingkungan dilakukan melalui uji toksisitas. Salah satu contoh rekayasa
teknologi dalam lingkungan yaitu fitoremediasi, fitotoksikologi, bioremediasi
dan lain-lain.
2.2.2
Pengenceran Zat
Transpor Zat Melalui
Sumber
zat
Media Lingkungan
Sumber
Transformasi Zat
Gambar 2.1. Analisis Pemaparan
Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan
dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan
tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme,
perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas
industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap
pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Salah satu contoh rekayasa teknologi dalam lingkungan
yaitu
Gambar 2.2. Sumber, distribusi, transpor, dan transformasi polutan serta respon
terhadap polutan pada organisme, populasi, komunitas, dan
ekosistem(Francis 1994 dalam Buku Ajar Andhika Puspito
Nugroho, M.Si)(17).
Berdasarkan gambar di atas, polutan dilepaskan dari sumber polutan ke
dalam ekosistem, selanjutnya mengalami proses distribusi dan transpor melalui
daur atau siklus biogeokimia serta mengalami transformasi, balk secara fisik atau
biologis. Polutan tersebut kemudian dapat diuptake oleh organisme dan dapat
menyebabkan efek lethal (kematian) dan sublethal. Dalam tubuh organisme,
polutan dapat mengalami biotransformasi dan bioakumulasi. Selanjutnya, terjadi
perubahan karakteristik dan dinamika populasi (reproduksi, imigrasi, recruitment,
mortalitas), struktur dan fungsi komunitas (diversitas spesies, perubahan
hubungan predator-prey), dan fungsi ekosistem (respirasi terhadap rasio
fotosintesis, laju siklus nutrien, dan pola aliran nutrien).
.
Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan
manusia,
maka
diperlukan
pengendalian
terhadap
pencemaran
lingkungan
yaitu
2.2.3
RLTEC adalah mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara , air
dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi.
Dilusi adalah model stokastik menghasilkan kombinasi acak nilai variabel
input yang dibutuhkan untuk menghasilkan populasi stokastik nilai untuk setiap
variabel komponen. Dilusi menghitung pengenceran limpasan di perairan
menerima dan acara hilir yang dihasilkan berarti konsentrasi dan konsentrasi
danau rata-rata tahunan. Hasil peringkat, dan posisi merencanakan dihitung, untuk
menunjukkan tingkat risiko efek samping yang disebabkan oleh konsentrasi
limpasan yang mengalir, dan beban pada menerima perairan. Tidak seperti model
hidrologi deterministik, dilusi tidak dikalibrasi dengan mengubah nilai-nilai
variabel input untuk mencocokkan catatan sejarah nilai-nilai. Sebaliknya, nilai
masukan untuk dilusi didasarkan pada karakteristik situs dan statistik perwakilan
untuk setiap variabel hidrologi. Dengan demikian, dilusi adalah empiris model
yang didasarkan pada data dan statistik daripada persamaan fisikokimia teoritis.
Dilusi adalah parameter model disamakan karena situs raya, cekungan
hulu, dan danau lembah masing-masing diwakili sebagai unit homogen
tunggal. Masing-masing daerah sumber tersebut diwakili oleh cekungan properti
rata-rata, dan hasil dari dilusi dihitung sebagai titik perkiraan untuk situs yang
menarik. Penggunaan pendekatan parameter disamakan memfasilitasi spesifikasi
cepat parameter model untuk mengembangkan perkiraan perencanaan tingkat
dengan data yang tersedia. Pendekatan ini memungkinkan untuk penghematan di
masukan yang dibutuhkan untuk dan output dari model dan fleksibilitas dalam
penggunaan model. Sebagai contoh, dilusi dapat digunakan untuk model limpasan
dari berbagai tanah meliputi atau penggunaan lahan dengan menggunakan definisi
raya-situs asalkan kualitas air representatif dan tahan-fraksi data yang tersedia.
10
Dilusi
sederhana dan karena banyak informasi dan data yang diperlukan untuk
menjalankannya tertanam dalam model.Dilusi menyediakan statistik masukan
untuk curah hujan, aliran prestorm, koefisien limpasan, dan konsentrasi yang
dipilih konstituen kualitas air dari dataset Nasional. Statistik masukan dapat
dipilih berdasarkan garis lintang, bujur, dan karakteristik fisik dari situs yang
menarik dan cekungan hulu. Pengguna juga dapat berasal dan statistik masukan
untuk setiap variabel yang spesifik untuk situs tertentu yang menarik atau daerah
tertentu. Informasi dan data dari ratusan hingga ribuan situs di seluruh negeri
disusun untuk memfasilitasi penggunaan model dilusi. Sebagian besar input data
yang diperlukan diperoleh dengan mendefinisikan lokasi situs yang menarik dan
lima sifat baskom sederhana. Sifat baskom Ini adalah area drainase, panjang
cekungan, lereng lembah, fraksi tahan, dan faktor pengembangan cekungan
Model dilusi dikembangkan sebagai Microsoft Access aplikasi perangkat
lunak database untuk memudahkan penyimpanan, penanganan, dan penggunaan
dataset hidrologi dengan sederhana antarmuka pengguna grafis.yang digunakan
untuk memasukkan empat kategori input data, yang meliputi dokumentasi, situs
dan informasi wilayah, statistik hidrologi, dan data kualitas air. Data dokumentasi
meliputi informasi tentang analis, proyek, dan analisis. Situs dan daerah data
meliputi karakteristik jalan raya-situs, ekoregion , karakteristik hulu-baskom, dan,
jika analisis danau dipilih, karakteristik danau-basin. Data hidrologi meliputi
curah hujan, debit sungai, dan statistik limpasan-koefisien. Data kualitas air
meliputi statistik raya-limpasan berkualitas, statistik-kualitas air hulu, definisikualitas air hilir. Antarmuka model dilusi dirancang untuk mengisi database
dengan data dan statistik untuk analisis dan untuk menentukan variabel indeks
yang digunakan oleh program untuk database ketika dilusi dijalankan. Hal ini
diperlukan untuk langkah melalui bentuk-bentuk masukan setiap kali analisis
dijalankan.
Hasil analisis masing-masing dilusi ditulis untuk 5-10 file output,
tergantung pada opsi yang dipilih selama proses analisis-spesifikasi. Kelima file
output yang diciptakan untuk setiap model run adalah dokumentasi output,
kualitas jalan raya-limpasan, limpasan raya tahunan, curah hujan, dan kecepatan
badai.Dilusi menyediakan metode untuk penilaian cepat informasi yang sulit atau
11
tidak mungkin untuk mendapatkan karena model interaksi antar variabel hidrologi
(dengan distribusi probabilitas yang berbeda) yang menghasilkan populasi nilai
yang mewakili kemungkinan hasil jangka panjang dari proses limpasan dan
potensi dampak langkah-langkah mitigasi yang berbeda. Dilusi juga menyediakan
sarana untuk cepat melakukan analisis sensitivitas untuk menentukan dampak
potensial dari asumsi input yang berbeda pada risiko untuk kunjungan kualitas
air. Dilusi menghasilkan populasi badai-event dan nilai-nilai tahunan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang potensi frekuensi, besaran, dan durasi
kunjungan kualitas air. Output merupakan kumpulan kejadian acak dari pada jenis
waktu. Setiap badai yang dihasilkan di dilusi diidentifikasi dengan nomor urut
dan tahun buku tahunan beban. Model ini menghasilkan setiap badai acak; tidak
ada korelasi serial, dan urutan badai tidak mencerminkan pola musiman.
Tahun-tahun akuntansi tahunan beban, yang hanya koleksi acak peristiwa
yang dihasilkan dengan jumlah kali badai interevent kurang dari atau sama dengan
satu tahun, digunakan untuk menghasilkan arus jalan raya tahunan dan beban
untuk analisis TMDL dan analisis danau cekungan
2.2.4
untuk setiap fase tersebut yang meliputi fugacities, konsentrasi, flux dan
jumlah. Nilai-nilai penting adalah proporsionalitas konstan, yang disebut kapasitas
fugasitas dinyatakan sebagai Z-nilai (SI Satuan: mol/m3 Pa) untuk berbagai media,
dan parameter transportasi dinyatakan sebagai D-nilai (unit SI: mol / Pa h) untuk
proses seperti adveksi, reaksi dan transportasi intermedia. Z-nilai yang dihitung
dengan menggunakan kesetimbangan partisi koefisien bahan kimia, hukum
Henry konstan dan sifat fisik-kimia terkait lainnya. Ada empat tingkat Multimedia
fugasitas Model diterapkan untuk prediksi dan transportasi bahan kimia organik
di
lingkungan
multicompartmental. Tergantung
pada
jumlah
fase
dan
fugasitasmultimedia Pendekatan
aliran
berada dalam
keseimbangan dengan satu sama lain dan adain flow konstan senyawa ke
dalam sistem, serta penghapusan reaktif dan mekanik proses. Model ini
menghitung laju reaksi spesifik dan total dan persentasetransformasi. Selain
sifat-sifat yang diperlukan untuk perhitungan tingkat 1,dan tingkat 2. Model
memerlukan input data mengenai emisi ke dalam sistem, reaksi orde
pertamaharga dan arus adveksi. Pendekatan ini memberikan panduan kasar
untuk kegigihan lingkungan dan efektivitas proses pelepasan dengan berbagai
kompartemen. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa tingkat 2 prediksi
model untuk beberapa kontaminan berada dalam urutan besarnya diukur nilai.
c. Tingkat model 3 fugasitas
Tingkat 3 perhitungan model non-ekuilibrium sistem aliran steady state di
mana adatransportasi antara berbagai kompartemen serta masukan terus
menerus dan penghapusan proses. Model memprediksi efek transportasi
intercompartmental di partisidan ketekunan kontaminan, tapi kimia input
harus
ditentukan
untuk
masing-masingkompartemen. Prediksi
nasib
Model ENPART
ENPART (Environmental Partisi Model) adalah alat skrining tingkat
pertama untuk yang baru dan yang sudah ada bahan kimia organik. Ini adalah
pendekatan berbasis fugasitas yang memperkirakan keseimbangan steady-state
atau
partisi
dinamis
antara
kompartemen-kompartemen
lingkungan. Ini
2.2.5
Analisis Efek (1): Kajian Sifat Bahan dan Efeknya Bagi Biota, Uji
Ekotosisitas (Seleksi dan Teknik Pengujian Laboratoris)
(toksikan)
dan
durasi
pendedahan,
yang
dibutuhkan
untuk
Analisis Efek (2): Korelasi Konsentrasi dan Efek (Skala Aritmatik dan
Log-Probit). Metoda Kalkulasi (Grafis, Rata-rata Sudut Bergerak dan
Litchfield-Wilcoxon)
memberikan
respon
yang
secara
kuantitatif
identik,
memilikivariasi
dengan
intensitas
tinggi,
dimana
pada
beberapa
dari
untukmengestimasi
pengukuran
setepat
toksisitas
mungkin
suatu
kisaran
bahan
kimia
adalah
konsentrasi
bahan
kimia
kelompok
spesies
uji
yang
sama,
dalam
kondisi
uji
yang
paling
sering
digunakan
adalah
ppm
dapat dikatakan bahwa semakin besar/tinggi konsentrasi suatu bahan kimia uji
maka semakin parah respon/ dampak yang ditimbulkan. Bentuk kurva yang
dihasilkan dari hubungan ini umumnya berupa asymptot dalam bentuk kurva
sigmoid. Pada kurva tersebut, seluruh konsentrasi yang berada di bawah nilai
threshold,
tidak
terdapat
dampak
buruk
yang
dapat
diamati,
sedang
Gambar 2.4 Penerapan Nilai Probit Dalam Menentukan LC50 dan Confidence
Limit
(sumber : Tahir, 2012)(6)
2.2.6.3 Korelasi Konsentrasi & Efek Tingkat Kepercayaan (Confidence
Limits)
Derajat ketersebaran (scattered) nilai hasil pengamatan bias dievaluasi
dengan jalan kalkulasi dan dinyatakan sebagai tingkat kerecayaan (confidence
limits, Cl). Pada Gambar 2.4.b, nilai Cl ditunjukkan oleh garis terputus-putus di
sebelah kiri dan kanan dari garis utuh. Nilai Cl tersebut mengindikasikan kisaran
area beradanya garis respon konsentrasi dari uji yang dilakukan dengan 2 ulangan
dengan jumlah individu uji 20 ekor (Cl = 95%). Hubungan antara nilai-nilai
tersebut akan sangat dekat satu sama lain pada kisaran nilai mortalitas sekitar
50%, namun tidak akan memperlihatkan hubungan erat saat mortalitas mendekat
ke nilai 0% atau 100% (6).
Batas kerpecayaan dievaluasi & dihitung dari penyebaran angka hasil
pengamatan. Batas kepercayaan 95% sama dengan perulangan uji bagi 19
cuplikan dari sejumlah 20 cuplikan.
2.2.6.4 Kalkulasi Konsentrasi & Efek Kurva Toksisitas
Jika dilakukan uji toksisitas seperti LC50-96 jam, maka hasilnya akan
merupakan data mortalitas sesuai jedah/interval waktu pengamatan. Nilai-nilai
sesuai jedah tersebut dapat diplot menggunakan skala logaritma menjadi kurva
toksisitas yang kemudian akan menunjukkan nilai LC 5050-96 jam. Kurva
22
di Indonesia untuk pertama kali dilaporkan terjadi di Jakarta dan Surabaya pada
tahun 1968 dengan jumlah kasus sebanyak 58 orang dan 24 orang diantaranya
meninggal dunia. Selama tahun 2003-2007 angka kenaikan kasus penyakit DBD
mengalami penaikan yang cukup signifikan. Selama 2003 tercatat kasusnya
515,16 kasus, 2004 sebanyak 79, 462 kasus, 2005 terjadi 95,279 kasus, tahun
2006 tercatat 114,656 kasus dan pada 2007 158,155 kasus (Profil Kesehatan
Indonesia dalam Hairani, 2009).
Dari data yang tercatat penderita DBD tertinggi adalah pada kelompok
umur < 15 tahun (95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan
perbandingan penderita pada kelompok umur 15 - 44 tahun, sedangkan penderita
DBD pada kelompok umur > 45 tahun sangat rendah seperti halnya yang terjadi di
Jawa Timur berkisar 3,64% (Candra, 2010).
Dalam 50 tahun terakhir ini, kasus DBD mengalami peningkatan sekitar
30 kali lipat dengan peningkatan wilayah geografis ke negara- negara baru dan
dalam dekade ini dari kota menuju ke lokasi pedesaan. Penderitanya banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, meliputi daerah Asia
Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia (Candra, 2010).
Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko besar untuk terjangkit
penyakit DBD karena virus yang dibawa nyamuk tersebut penularnya tersebarluas
baik di rumah maupun tempat-tempat umum, kecuali ketinggian wilayah tersebut
melebihi 1000 meter diatas permukaan laut. Saat ini seluruh propinsi di Indonesia
sudah terjangkit penyakit DBD, baik di kota maupun desa terutama yang padat
penduduknya dan arus transportasinya lancar (Khoiriyah, 2013).
Menurut perkiraan WHO, dalam setiap tahun 500.000 pasien penderita
DBD membutuhkan perawatan dirumah sakit, dimana mayoritas penderitanya
adalah anak-anak. Diperkirakan sekitar 2,5 persen pasien dari anak-anak tersebut
meninggal. Hal ini terjadi karena kurangnya penanganan yang tepat dan karena
kurangnya pengetahuan tentang DBD, maka hal terebut harus diktingkatkan agar
mengurangi angka kematian sebanyak 1 persen (WHO dalam Hairani, 2009).
24
2.2.7
Penerapan
Ekotoksikologi:
Penetapan
Baku
Mutu
Kualitas
.
Bahan-bahan anorganik juga dapat menjadi toksik dila melebihi
dapat
menimbulkan
mempengaruhi
gangguan
aktivitas
fisiologik,
berbagai
membinasakan
enzim
sehingga
organisme
serta
1) Bereaksinya kation logam berat dengan fraksi tertentu pada mukosa insang
sehingga insang terselaputi oleh gumpalan lendir-logam berat dan hal
tersebut dapat mengakibatkan organisme air mati lemas.
2) Keracunan fisiologik karena logam berat berikatan dengan enzim yang
berperanan penting dalam metabolisme.
3) Merkuri (Hg) dan timbal (Pb) dapat berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) dalam protein sehingga akan mengubah bagian-bagian katalitik suatu
enzim.
4) Merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) dapat
menghambat pembentukan ATP dalam mitokondria serta dapat berikatan
dengan membran sel sehingga mengganggu proses transpor ion antar sel.
5) Seng (Zn) dapat menghambat kerja sistem sitokrom dalam mitokondria
karena terganggunya transpor elektron antar sitokrom-b dan sitokrom-c.
6) Timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dapat menggantikan kedudukan Ca dalam
tulang sehingga menyebabkan terjadinya kerapuhan tulang
7) Timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dan krom (Cr) dapat
terakumulasi dalam hati (hepar) dan ginjal (ren) sehingga dapat
menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi kedua organ tersebut
8) Merkuri (Hg), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) dapat mengakibatkan
kerusakan otak dan sistem saraf tepi (13).
Posfat dan nitrat
Posfat dan nitrat dapat berasal dari erosi dan dekomposisi sisa-sisa bahan
organik serta industri (susu/mentega/keju, bahan kimia, tungku kokas,
rekayasa, metalurgi, dan industri pertanian). Akibat masuknya posfat dan nitrat
ke dalam lingkungan perairan antara lain:
1) Eutrofikasi yang dicirikan oleh tingginya produksi biologik antara lain
berupa ledakan komunitas alga (algal blooms). Jika suatu perairan dipenuhi
oleh tumbuhan air baik makrofita maupun mikrofita (plankton), maka hal
tersebut akan mengurangi penetrasi cahaya dan menghalangi proses difusi
oksigen dari udara ke dalam air. Kematian massal algae yang diikuti dengan
perombakan biologik akan menyebabkan terjadinya defisiensi oksigen
terlarut dan menimbulkan bau tidak sedap.
2) Dalam usus manusia beberapa jenis bakteri dapat mereduksi nitrat menjadi
nitrit yang dapat berikatan dengan haemoglobin (Hb) membentuk
methaemoglobin. Dengan terbentuknya methaemoglobin dalam darah akan
27
baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah ambang batas atau batas
kadar maksimum suatu zat atau komponen yang diperbolehkan berada di
lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negative. UU RI No. 23 tahun 1997
tentang pengelolaan lingkungan hidup mendefinisikan baku mutu lingkungan
sebagai ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energy, atau komponen yang
ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan pemerintah
yang harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan pencemar yang
boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam media ambien.
Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu pengelolaan
lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah kompilasi atau hasil dari suatu
pengolahan data ilmiah yang akan digunakan untuk menentukan apakah suatu
kualitas air atau udara yang ada dapat digunakan sesuai objektif penggunaan
tertentu.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Salah satu cara penetapan baku mutu lingkungan dilakukan melalui uji toksisitas.
Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku
mutu serta peruntukan lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran
lebih efektif karena toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media
(maupun limbah) dapat ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah
nilai ambang batas (NAB) atau telah melampaui.
2.2.7.2 Penerapan
Ekotoksikologi
Pada
Rekayasa
Teknologi
dalam
Lingkungan
Teknologi dapat didefinisikan teknik yang bersumber dari keadaan
pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumbersumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan
masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan , meliputi metode
teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat dan bahan mentah. Rekayasa
29
adalah proses berorientasi tujuan dari perancangan dan pembuatan peralatan dan
sistem untuk mengeksploitasi fenomena alam dalam konteks praktis bagi manusia,
seringkali menggunakan hasil-hasil dan teknik-teknik dari ilmu. Teknologi
seringkali merupakan konsekuensi dari ilmu dan rekayasa.
Salah
satu
contoh
rekayasa
teknologi
dalam
lingkungan
yaitu
tumbuhan
dan
mikroorganisme
untuk
meremediasi
tanah
.
Menurut Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam
kimia, pada satu atau dua dasawarsa terakhir ini perhatian peneliti dan perusahaan
komersial serta industri terhadap penggunaan tumbuhan sebagai agensia
pembersih lingkungan tercemar telah meningkat, diharapkan pemulihan dengan
menggunakan organisme hidup dapat dijadikan alternatif teknologi untuk
pemulihan lingkungan (12).
Untuk prosfek dari fitoremediasi ,walaupun teknologi fitoremediasi masih
dalam tahap perkembangan dan banyak hal belum terjawab, penerapan teknologi
fitoremediasi untuk pemulihan lingkungan merupakan alternatif terbaik saat ini
karena biaya yang relatif murah dibanding dengan teknologi berbasis fisika dan
kimia.Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan mikroorganisme
yang besar. Dalam suatu pertemuan yang diadakan di LIPI, Bandung, sebuah tim
peneliti dari Inggris mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengisolasi >120
jenis mikroorganisme dari segumpal tanah yang mereka peroleh dari lantai hutan
di Ujung Kulon. Dan beberapa di antara mikroorganisme tersebut mempunyai
kemampuan untuk mendegradasi xenobiotika seperti senyawa organik aromatik
berkhlor. Hal ini menunjukkan potensi alam Indonesia yang perlu dimanfaatkan
(12)
.
Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia
sebenarnya.Penggunaan
organisme
dalam
pemantauan
tersebut
33
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisa Laboratorium
Tabel 3.1 Kualitas Udara di Area Pertamina Bandara Syamsuddin Noor
Batas
No.
Parameter
Satuan
Hasil Pengujian
1.
Nitrogen Dioksida
g/Nm3
0,1671
200
SNI-19-7119,2-2005
2.
Sulfur Dioksida
g/Nm3
2,5036
900
SNI-19-7119,7-2005
3.
Debu/TSP
g/Nm3
76,0
230
SNI-19-7119,3-2005
4.
Karbon Monoksida
g/Nm3
62,67
20000
NDIR (I2O5)
dB(A)
53,3
70
37,1
Termometer
(CO)
Mutu
Spesifikasi Mode
5.
Kebisingan
6.
Temperatur
7.
Kelembaban
%RH
43,3
Higrometri
8.
Kecepatan Angin
m/det
0,5
Anemometer
9.
Arah Angin
Utara
Kompas
10.
Cuaca
Cerah
Manual
No.
Parameter
Satuan
Hasil Pengujian
1.
Nitrogen Dioksida
g/Nm3
0,3158
200
SNI-19-7119,2-2005
2.
Sulfur Dioksida
g/Nm3
1,4295
900
SNI-19-7119,7-2005
3.
Debu/TSP
g/Nm3
77,8
230
SNI-19-7119,3-2005
34
Mutu
Spesifikasi Mode
4.
Karbon Monoksida
(CO)
g/Nm3
238,1
20000
NDIR (I2O5)
dB(A)
55,4
55
35,2
Termometer
5.
Kebisingan
6.
Temperatur
7.
Kelembaban
%RH
45,1
Higrometri
8.
Kecepatan Angin
m/det
0,4
Anemometer
9.
Arah Angin
Utara
Kompas
10.
Cuaca
Cerah
Manual
Parameter
Satuan
Analisa
842-2
Batas
Maksimum
Fisika
1.
mg/L
62,7
1500
2.
mg/L
<0,0059
3.
Kekeruhan
NTU
1,4
25
*5,66
6,5-9,0
Kimia
4.
Ph
5.
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0,1026
10
6.
Besi (Fe)
mg/L
0,0491
1,0
7.
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
36,63
500
8.
mg/L
<0,005
25
35
Parameter
Satuan
Analisa
Batas Maksimum
842-1
Fisika
1.
mg/L
20,5
1500
2.
mg/L
<0,0059
3.
Kekeruhan
NTU
8,42
25
*5,22
6,5-9,0
Kimia
4.
Ph
5.
Nitrat (NO3-N)
mg/L
0,9305
10
6.
Besi (Fe)
mg/L
0,0409
1,0
7.
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
19,80
500
8.
mg/L
<0,005
25
ozon
Sulfur Dioksida : Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna berbau
tajam. Sulfur dioksida merupakan senyawa kimia dengan rumus SO2 tersusun
dari 1 atom sulfur dan 2 atom oksige yang dihasilkan terutama dari letusan
gunung berapi dan beberapa proses industri. Bahan bakar minyak banyak
mengandung
unsure
sulfur,
sehingga
pembakarannya
menghasilkan
tidak sempurna gas alam dan material-material lain yang mengandung karbon.
Kebisingan : Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan
dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan
dalam satuandesibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi
yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.
Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu
yang
digunakan
untuk
windsocks.
Cuaca : Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah
tertentu yang relatif sempit (tidak luas) dan pada jangka waktu yang singkat.
38
Atau definisi cuaca ialah keadaan udara harian pada suatu tempat tertentu dan
meliputi wilayah yang sempit, keadaan cuaca ini dapat berubah setiap harinya.
(Srikandi, F. 1992. Polusi Udara Dan Air. Penerbit: Kasnisius, Yogyakarta,
Institut Pertanian Bogor)
Zat Padat Terlarut (TDS) : TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat
terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic, mis : garam, dll) yang
terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut
dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air
(larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer
(210-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur
kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam
renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat
mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni
untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan,
makanan, dll)
Zat Padat Tersuspensi (TSS) : adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam
oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan
dengan
flokulasi
dan
penyaringan.
TSS
memberikan kontribusiuntuk
turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau
benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika
yang
limbah
produksi air
minum maupun
sebagai katalis,
baik
air,
dalam
bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki
kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar
mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan
juga
bisa
merupakan
maupun
garam-
umum kita kenali sebagai lemak tubuh, bentuknya dalam tubuh bermacammacam dan memiliki nama yang bermacam-macam pula seperti fosfolipida,
sterol, trigliserida, dan kolesterol (Peraturan Pemerintah N0. 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air)
41
3.1 Diagram Kualitas Udara di Area Pertamina Bandara Syamsuddin Noor dan Permukiman Penduduk
42
3.2 Diagram Kualitas Air di Area Pertamina Bandara Syamsuddin Noor dan Permukiman Penduduk
43
44
45
operasional.
Operasional mesin genset.
Pengelolaan untuk dampak penurunan kualitas air dengan melakukan
46
Selain itu kegiatan DPPU Syamsudin Noor PT. Pertamina (Persero) juga
menyebabkan penurunan kualitas udara yang diakibatkan adanya kegiatan
mobilisasi truk-truk pengangkut bahan bakar, proses penerimaan, penyimpanan
dan penyaluran produk bahan bakar DPPU Syamsudin Noor PT. Pertamina
(Persero). Upaya pengelolaannya sebagai berikut (22) :
Melakukan pemeliharaan mesin-mesin yang mengeluarkan gas dan khusus
mobil tangki digunakan flame trap pada knalpot.
Melakukan penanaman dan perawatan tanaman penghijauan (taman) yang
meliputi penyiraman, pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama
serta melakukan penyulaman/ penggantian tanaman yang mati dengan
tanaman baru.
Melengkapi tangki timbun dengan PV. Vent.
Mesin pengisi/ dispenser dilengkapi dengan valve yang dapat membuka
dan menutup secara otomatis.
Pemasangan quick coupling pada sistem pembongkaran pada tangki
timbun.
Pergantian valve secara periodik.
Pembuatan pagar tembok yang mengelilingi lokasi kegiatan disertai
dengan penanaman pohon pelindung.
Melakukan pengukuran kualitas udara secara berkala.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) timbul karena ceceran oli dan
bahan bakar saat kegiatan mobilisasi truk-truk pengangkut bahan bakar, proses
penerimaan,
penyimpanan
dan
penyaluran
produk
bahan
bakar
serta
pengoperasian genset. Untuk ceceran oli maka dibuatkan oil trap di dekat rumah
genset dan disekitar lokasi penerimaan, penyimpanan, penyaluran bahan bakar.
Menyediakan tempat penyimpanan sementara limbah B3 yang selanjutnya
diserahkan kepada pengumpul resmi (22).
DPPU Syamsudin Noor PT. Pertamina (Persero) melakukan pengambilan
sampel air, sampel udara dan kebisingan yang bersifat rutin (6 bulan sekali)
dengan bantuan laboratorium yang terakreditasi. Hasil pemantauan dilaporkan
pada penanggungjawab pemerintah dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kota
47
Banjarbaru dan Instansi terkait. Hasil pemantauan lingkungan dapat dilihat pada
Lampiran Hasil Analisa Laboratorium.
Hasil pemantauan kualitas udara terhadap Baku Mutu sesuai Peraturan
Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara
Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan. Sedangkan hasil pemantauan kualitas air
terhadap Baku Mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan / atau Kegiatan
Instalasi, Depot, dan Terminal Minyak. Data pengambilan sampel kualitas udara
dan air dilakukan pada November Tahun 2014 di area DPPU Syamsudin Noor dan
pemukiman penduduk terdekat.
3.3 Pembahasan
Nitrogen dioksida (NO2) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di
atmosfir dan merupakan gas yang paling banyak diketahui sebagai bahan
pencemar udara. Gas ini berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam Nitrogen
dioksida (NO2) merupakan suatu gas yang berbahaya bagi manusia. NO 2 dapat
bersifat racun bagi paru-paru dan dapat menyebabkan kekejangan serta
kelumpuhan pada sistem syaraf jika kadar konsentrasi NO2 berada dibawah
ambang baku mutu. Dari hasil pengujian di area DPPU Pertamina didapat nilai
NO2 sebesar 0,1671 g/Nm3 dan hasil pengujian di daerah pemukiman didapat
nilai NO2 sebesar 0,3158 g/Nm3 yang berarti dibawah baku mutu yang
ditetapkan yaitu 400 g/Nm3. Hasil tersebut menunjukkan nilai NO2 terbesar
diperoleh di sekitar daerah pemukiman. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai
aktivitas di daerah pemukiman yang tidak hanya dekat diwilayah DPPU
melainkan juga berada di sekitar bandara dan jalan raya. Akan tetapi kadar NO 2 di
kedua tempat tersebut dalam keadaan normal karena berada di bawah ambang
baku mutu.
SO2 merupakan gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat
korosi. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur. SO 2
yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan bangunan, terganggunya kesehatan,
48
(9)
didapat nilai SO2 sebesar 2,5036 g/Nm3 dan hasil pengujian di daerah
pemukiman didapat nilai SO2 sebesar 1,4295 g/Nm3 yang berarti dibawah baku
mutu yang ditetapkan yaitu 900 g/Nm3 dimana nilai SO2 di DPPU lebih besar
daripada diwilayah pemukiman. Hal ini bisa saja disebabkan oleh dekatnya lokasi
DPPU dengan wilayah bandara sehingga nilai SO 2 lebih besar. Akan tetapi kadar
SO2 di kedua tempat tersebut dalam keadaan normal karena berada di bawah
ambang baku mutu.
Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatankekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik
maupun anorganik. Partikel debu berdampak pada terganggunya pemandangan
dan pelunturan warna bangunan dan pengotoran, menganggu perhubungan/
penerbangan, adanya penutupan pori pori tumbuhan sehingga mengganggu
jalannya photo sintesis, serta menganggu kesehatan manusia
(14)
. Dari hasil
pengujian di area DPPU Pertamina di dapat nilai debu sebesar 76,0 g/Nm 3 dan
hasil pengujian di daerah pemukiman didapat nilai debu sebesar 77,8 g/Nm 3
yang berarti di bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 230 g/Nm 3. Dari data
tersebut dapat dilihat nilai debu lebih besar terdapat di daerah pemukiman karena
di pengaruhi juga oleh factor banyaknya transportasi yang melewati daerah jalan
raya. Akan tetapi kadar debu di kedua tempat tersebut dalam keadaan normal
karena berada di bawah ambang baku mutu.
Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna yang terdapat dalam bentuk gas serta bersifat racun
(2)
tersebut dapat dilihat nilai CO lebih besar terdapat di daerah pemukiman karena di
pengaruhi juga oleh factor banyaknya transportasi yang melewati daerah jalan
raya. Akan tetapi kadar CO di kedua tempat tersebut dalam keadaan normal
karena berada di bawah ambang baku mutu.
Sedangkan pada peremeter perairan nilai TDS (Total Disolved Solid) yaitu
ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada
sebuah larutan (3). Berdasarkan hasil analisa nilai TDS yang diperoleh sebesar 62,7
mg/L (area DPPU) dan 20,5 mg/L (pemukiman penduduk) dimana berada
dibawah ambang batas maksimum baku mutu air bersih menurut PERMENKES
RI NO 416/MENKES/PER/IX/90 yang mempunyai batas maksimum 1500 mg/L.
Jika nilai TDS melebihi ambang batas baku mutu maka dapat membunuh ikan
secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan
ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan, selain itu,
kuantitas makanan alami ikan akan semakin berkurang (1).
TSS (Total Suspended Solid) atau padatan tersuspensi total adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2
m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Biasanya berupa lumpur, tanah
liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS menyebabkan
kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung
mengendap. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan (4). Nilai
TSS pada hasil analisa sebesar >0,0059 mg/L di area DPPU dan pemukiman
penduduk dimana berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, batas
ambang dari TSS di sungai sebesar 50 mg/L, sehingga dapat dikatakan nilai TSS
masih aman berada dibawah ambang batas. Apabila nilai TSS lebih tinggi
daripada nilai ambang batas maka padatan tersuspensi bisa bersifat toksik bila
dioksidasi berlebih oleh organisme sehingga dapat menurunkan konsentrasi
oksigen terlarut sampai dapat menyebabkan kematian pada ikan (1).
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan bahan organik dan
anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Menurut estetika kekeruhan air
dihubungkan dengan kemungkinan adanya pencemaran melalui buangan
50
sedangkan warna air tegantung pada warna buangan yang memasuki badan air.
Batas
maksimal
kekeruhan
air
menurut
PERMENKES
RI
NO
(23)
Tinggi rendahnya pH air dapat mempengaruhi rasa air dimana pH kurang dari 6,5
air akan bersifat asam dan apabila pH melebihi 9 akan bersifat basa (11).
Berdasarkan hasil analisa, nilai Nitrat (NO3-N) sebesar 0,1026 mg/L (area
DPPU) dan 0,9305 mg/L (pemukiman penduduk) yang berada di bawah ambang
batas sebesar 10 mg/L
(23)
berakibat kontaminasi tanaman dan bahaya kesehatan manusia. Selain itu kadar
nitrat yang tinggi di dalam tanah berakibat terlepasnya nitrat sehingga
menyebabkan kontaminasi air tanah.
Berdasarkan hasil analisa, nilai Besi (Fe) sebesar 0,0491 mg/L (area
DPPU) dan 0,0409 mg/L (pemukiman penduduk) yang berada di bawah ambang
batas sebesar 1,0 mg/L
(23)
untuk pembentukkan sel-sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang
melebihi batas akan menimbulkan gangguan (5).
Berdasarkan hasil analisa, nilai Kesadahan sebesar 36,63 mg/L (area
DPPU) dan 19,8 mg/L (pemukiman penduduk) yang berada di bawah ambang
batas sebesar 500 mg/L (23). Jika melebihi ambang batas maka akan menimbulkan
beberapa resiko seperti mengurangi efektivitas sabun, terbentuknya lapisan kerak
51
pada alat dapur, kemungkinan terjadi ledakan pada boiler, sumbatan pada pipa air
(5)
.
Lemak tergolong pada benda organik yang tetap dan tidak mudah
diuraikan oleh bakteri. Minyak dan lemak di perairan berupa padatan yang
mengapung di atas air. Hasil analisa di area DPPU dan pemukiman penduduk
menunjukkan minyak dan lemak berada <0,005 mg/L yang dapat dikatakan cukup
rendah karena hasil pembuangan sisa-sisa makanan/limbah domestik tidak terlalu
banyak dibuang ke perairan (15).
52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada
mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem,
termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan.
2. Pada PT Pertamina DPPU Syamsudin Noor tidak ditemukan masalah
pencemaran, karena sistem operasional yang sudah cukup baik dari
perusahaan tersebut didukung dengan hasil uji air dan udara yang
kualitasnya masih normal. Disamping hal tersebut pihak perusahaan
menyebutkan bahwa dalam hal operasi kerja di lapangan juga dihasilkan
limbah B3 berupa oli bekas, majun bekas, filter, dan monitoring filter.
Namun limbah B3 yang dihasilkan jumlahnya tidaklah besar dan sudah
dikelola secara baik dengan bekerjasama dengan perusahaan pengelola
limbah B3 di Kalimantan Selatan.
3. Dilakukan pencegahan dan pemantauan secara berkala agar sesuatu hal
yang merugikan dapat diminimalisir terutama terhadap lingkungan.
4.2 Saran
1. Untuk memahami prinsip dan manfaat dari ekotoksikologi harus
mengetahui pengertian dari ekotoksikologi terlebih dahulu.
2. Untuk hasil penelitian yang lebih akurat dan efektif diperlukannya waktu
yang lebih lama agar peneliti mendapatkan hasil data yang lebih banyak.
3. Untuk terus memantau kualitas air dan udara khususnya di sekitar
perusahaan
DPPU
Syamsudin
Noor
53
sebagai
pencegahan
dan
DAFTAR PUSTAKA
1) Alabaster, JS dan R.Llyod.1982. Water Quality Criteria for Freshwater Fish.
Second Edition. Food and Agriculture Organizationof United
Nations. Butterworths. London.
2) Anonim1. 2004. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap
Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara. PDF parameter.
Diakses pada tanggal 24 Mei 2015
3) Anonim2. 2013. Analisa TDS dan TSS dalam Air.
http://goelanzsaw.blogspot.com/2013/02/analisa-tds-dan-tss-dalamair.html
Diakses pada tanggal 24 Mei 2015
4) Anonim3. 2012. Total Suspended Solid (TSS).
http://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/01/11/totalsuspended-solid-tss-2/
Diakses pada tanggal 24 Mei 2015
5) Anonim4. 2013. Unsur Standar Baku Mutu Air Bersih.
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2013/05/unsur-standar-bakumutu-air-bersih.html.
Diakses pada tanggal 24 Mei 2015
6) A.Tahir. 2012. Peranan ekotoksikologi dalam penilaian dampak ekologis.
Universitas Hassanudin: Makassar.
7) Aryani, Yanu, Sunarto dan Tertri. 2004. Toksisitas Akut Limbah Cair Pabrik
Batik CV. Giyant Santoso Surakarta dan Efek Sublethalnya terhadap
Struktur
Ina.
2009.
Fitoremediasi
Sebagai
Teknologi
Alternatif
Ekotoksikologi.
Universitas
Gajah Mada:
Yogjakarta.
18) Prayitno, Rangga Tirta . 2013. Industri Migas.
https://www.scribd.com
Diakses pada tanggal 04 Mei 2015
19) Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2012.
http://www.kemenkes.go.id
Diakses pada tanggal 24 Mei 2015
20) Rachman, R. M. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Bandar Udara
Ahmad Yani Semarang. Universitas Diponegoro: Semarang
55
21) Sulistyono, dkk. 2012. Kajian Dampak Tumpahan Minyak dari Kegiatan
Operasi Kilang Minyak Terhadap Kualitas Air dan Tanah (Studi
Kasus Kilang Minyak Pusdiklat Migas Cepu). Universitas Sebelas
Maret: Surakarta
22) Laporan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup DPPU Syamsuddin
Noor PT. Pertamina (Persero) Banjarmasin. 2014. Kalimantan
Selatan.
23) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 / MENKES / PER /
IX/1990 tentang Baku Mutu Air Bersih.
24) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
25) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Instalasi, Depot, dan Terminal
Minyak.
56
Indeks
Operasional risks
Makrozoobenthos
Principles of ecotoxicology
Biomonitoring
7, 9, 25, 33, 34
Diuptake
Recruitment, mortalitas
Diversitas
8, 15
Life span
15
Definitive test
Life span
16
16, 18
57
LAMPIRAN
58