Kesetmbngan Part5
Kesetmbngan Part5
KIMIA FISIK I
PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN IOD
DALAM KALIUM IODIDA MELALUI KOEFISIEN DISTRIBUSI
KELARUTAN YOD
OLEH :
NAMA
NURFIAH
STAMBUK
: A1C4 12 044
KELOMPOK
: VIII (DELAPAN)
ASISTEN PEMBIMBING
: AMIRUL ADNIN
ABSTRAK
Jika ke dalam sistem air dan CH 3Cl dimasukkan yod, maka zat ini akan
terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu tetap angka
banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut koefisien
distribusi atau koefisien parsi. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tetapan
kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida. Praktikum ini dilakukan
dengan membedakan antara kelarutan yod dalam CH 3Cl dengan dua pelarut yang
berbeda yaitu air dan KI. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh
hasil nilai nilai tetapan kesetimbangan iod dalam kalium iodida adalah
sebesar 5,323.
Kata kunci : kesetimbangan, koefisien distribusi, nilai Kc
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah
bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu
arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan
produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi
sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika
laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak
berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai.
Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh
zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan
terurai kembali dengan kecepatan yang sama. Keadaan kesetimbangan ini
bersifat dinamis, artinya reaksi terus berlangsung dalam dua arah dengan
kecepatan yang sama. Pada keadaan kesetimbangan tidak mengalami
perubahan secara mikrokopis (perubahan yang dapat diamati atau diukur).
Kesetimbangan
kimia
dibedakan
atas
kesetimbangan
homogen
dan
Yod sangat rendah kelarutannya dalam air, akan tetapi dalam larutan
kalium iodida dapat larut dengan mudah. Hal ini disebabkan karena yod dalam
kalium iodida membentuk ion kompleks triyodida. Dengan menentukan
konsentrasi kesetimbangan masing masing spesies, maka dapat ditentukan
nilai ketetapan kesetimbangan (Kp).
Air dan karbon tetraklorida saling tidak melarutkan dan membentuk
suatu sistem dua lapisan. Jika kedalam sistem ini dimasukkan yod, maka zat
ini akan terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu
tetap angka banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut
koefisien distribusi atau koefisien parsi. Berdasarkan hal tersebut maka
dilakukan percobaan kesetimbangan kimia ini.
II. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalahBagaimana cara menentukan tetapan
kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida.
III. Tujuan Praktikum
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Reaksi dalam keadaan setimbang apabila pada temperatur, tekanan dan
konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Dalam hal ini
konsentrasi antara pereaksi dan basil reaksi.adalah tetap. Pada saat setimbang,
kecepatan reaksi kanan sama dengan kecepatan reaksi kiri. Kesetimbangan ini
merupakan kesetimbangan dinamis. Dalam hal ini sebenarnya reaksi masih ada
tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi telah berhenti
(Soekardjo, 1989).
Keadaan suatu reaksi dimana tidak ada perubahan yang dapat diamati
atau diukur (sifat makroskopis tidak berubah), reaksi seolaholah telah berhenti
disebut keadaan setimbang (kesetimbangan). Suatu reaksi dimana pereaksi dan
produk reaksi berada dalam satu keadaan yang disebut kesetimbangan dinamis.
Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi reversible (reaksi bolak-balik).
Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase kita sebut kesetimbangan
homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih kita
sebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa sistem gas
atau larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan
komponen padat-gas atau cair-gas (Nasrudin, 2004).
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut
sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen
yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut
fasa
dikelompokan
menurut
jumlah
komponen
penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen
Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa
Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan Clausius Clayperon
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada
sistem satu komponen. Adanya penyimpangan dari sistem dua komponen caircair ideal konsep sifat koligatif larutan dapat dijelaskan (Widjajanti, 2008).
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu
terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara
dua fase. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (physical adsorption)
dan adsorpsi kimia (chemical adsoption). Secara umum adsorpsi fisis mempunyai
gaya intermolekular yang relative lemah, sedangkan pada adsorpsi kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat dengan molekul yang terikat
pada permukaan adsorben.
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom
63,546, titik lebur 1083C, titik didih 2310 C, jari-jari atom 1,173 A dan jari-jari
ion Cu2+ 0,96 A. Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna
kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi
makhluk hidup. Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu
tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terjerap maupun pada
fase gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva
berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas
atau cair pada suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar
dalam penentuan kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan
adsorben (Kundari, 2008).
Untuk sistem biner etanol(1)-air(2) semakin besar fraksi mol maka
temperatur pada dew point dan bubble point semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena komponen etanol bersifat volatile dengan titik didih 78,32oC sedangkan
air bersifat non-volatile dengan titik didih 100 oC. Temperatur pada eksperimen
lebih tinggi dari literatur, hal ini disebabkan karena kadar bahan yang digunakan
pada penelitian adalah 99,8% sedangkan pada literature adalah etanol absolute.
Karena salah satu faktor yang mempengaruhi titik didih adalah kadar etanol (Sari,
2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
I. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kimia permukaan adalah sebagai
berikut :
1. Corong pisah
2 buah
2. Pipet tetes
3 buah
3. Labu Erlenmeyer
3 buah
4. Buret 50 mL
1 buah
2 pasang
@1 buah
@1 buah
8. Botol semprot
1 buah
9. Spatula
1 buah
1 buah
11. Filler
1 buah
4. Kristal KI
5. Larutan Iod jenuh dalam CHCl3
II. Prosedur Kerja
Larutan I2 jenuh dalam CH3Cl
Dimasukkan kedalam dua buah corong pisah masing masing 30 ml
Label A
Label B
Ditutup corongnya
Diguncang selama beberapa menit
Didiamkan selama 15 20 menit
Larutan dalam kedaan setimbang
Diambil masing masing 5 ml lapisan CH3Cl dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 2 g KI dan 20 ml air kedalam 2 cuplikan tersebut lalu digoyang
Ditetesi dengan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan standar
Na-tiosulfat
Terbentuk warna biru
Label A
Label B
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Data Pengamatan
Botol A
Lapisan
Lapisan air
CHCl3
Volume
Botol B
Lapisan
Lapisan KI
CHCl3
Volume yang
dipipet
50 ml
5 ml
50 ml
5 mL
Volume yang
dititrasi
50 ml
25 ml
50 ml
25 mL
Volume
Na2S2O3
7.8 ml
8.9 ml
10.5 ml
I 2 KI I 3
1.
2.
2I 2 2H 2 O 4HI O 2
8.9ml
KD =
8.5 ml
2. Botol B
Diketahui mol I2 = 1. 10-5 mol
Konsentrasi I2 dalam CHCl3
[I2]CHCl3 =
8.5ml
1.10 5
25ml
0.34 10 5 M
[ I2 + I 3 ]
V Na2 S 2 O 3 ( H 2 O )
V H 2O yang dititrasi x mol I2
10.5ml
10 5
50ml
0.21 10 5 M
[ I3 ]
[ I2 + I 3 ]
- [I ]
H2O
I setimbang = 0.1 [ I 3 ]
[I 3 ]
[ I 2 ][ I ]
Kc =
(0.181 10 5 )
(0.34 10 5 )(0.1)
0.18110 5
0.34 10 6
0.5323 10
5.323
IV. Pembahasan
Suatu keadaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami
perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai kembali dengan
kecepatan yang sama merupakan ciri dari terjadinya keadaan setimbang.
Keadaan setimbang bersifat dinamis yakni keadaan dimana dua proses yang
berlawanan terjadi dengan laju yang sama. Akibatnya tak terjadi perubahan
bersih dalam sistem pada kesetimbangan. Ciri suatu sistem pada
kesetimbangan ialah adanya nilai tertentu yang
berubahnya waktu.
Kesetimbangan kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
temperatur, tekenan, volume, konsentrasi dan katalis. Perubahan temperatur
dapat mengubah nilai konstan kesetimbangan. Perubahan tekanan dan volume
memungkinkan adanya pengaruh terhadap sistem gas dalam kesetimbangan.
Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi keadaan kesetimbangan,
atau berpengaruh terhadap jumlah relatif reaktan dan produk. pengaruh yang
terkhir yaitu katalis, katalis tidak berpengaruh terhadap posisi kesetimbangan
dibagian
atas
karena
masa
jenis
air
lebih
ringan
dibandingkan masa jenis CHCl3. Air dan CHCl3 tidak menyatu karena
dikarenakan sifat fisik dan sifat kimia dari air dan CHCl3 ini berbeda
dimana air termaksud senyawa polar sedangkan CHCl3 merupakan
senyawa non polar. Seperti yang telah kita ketahui pelarut polar
hanya akan larut dalam senyawa polar begitupula dengan air. Ketika
yod masuk kedalam sistem air dan CHCl3 pada suhu tetap angka
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan kesetimbangan iod dalam
kalium iodida adalah sebesar 5,323.
II. Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu
agar kedepannya kelayakan alat yang digunakan harusnya di cek
kembali utamanya corong pisah yang merupakan alat utama dalam
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kundari, 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga Dalam Limbah
Pencuci Pcb Dengan Zeolit. Jurnal Batan. Vol.1. Hal.490 491
[20 November 2013].
Nasrudin., Harun. 2004. Modul Kesetimbangan Kimia. Departemen
Pendidikan Nasional : Surabaya.
Sari, 2012. Data Kesetimbangan Uap-Air Dan Ethanol-Air Dari Hasil Fermentasi
Rumput Gajah. Berkala Ilmiah Teknik Kimia. Vol.1. Hal. 37
[20 November 2013].
Soekardjo., 1989. Kimia Fisik. Bina Aksara. Jakarta.
Widjajanti, Endang. 2008. Kesetimbangan Fasa. UGM : Yogyakarta
TUGAS PENDAHULUAN
KIMIA FISIK I
PERCOBAAAN III
KIMIA PERMUKAAN I
OLEH :
NAMA
NURFIAH
STAMBUK
: A1C4 12 044
KELOMPOK
: VIII (DELAPAN)
2013
1. Apakah proses adsorpsi dalam percobaan ini merupakan adsorpsi fisik atau
kimisorpsi ? Jelaskan perbedaan anatara kedua jenis adsorpsi tersebuut dan
berikan contoh ?
Jawab :
negatif saat
tidak linear sehingga isoterm Freundich akan menghasilkan nilai yang kurang
memuaskan saat diberlakukan pada permukaan zat padat.
4. Pada persamaan (x/m = ap/(1+bp). Ubahlah persamaan tersebut dalam bentuk
praktis untuk menyelidiki apakah suatu proses adsorpsi menurut isotermal
Langmuir ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (x/m = ap/(1+bp) suatu proses adsorpsi dapat dikatan
berlangsung menurut isoterm Langmuir jika menunjukkan garis lurus pada
grafik berdasarkan data yang dijadikan patokan. Garis lurus ini menunjukkan
p/V dialurkan terhadap p.
Berdasarkan kesetimbangan dinamika :
A( g ) M ( permukaan) AM
dan jumlah tempat kosong N(1- ) dengan N merupakan jumlah tempat total :
k a pN (1 )
Laju perubahan
terabsorpsi, N , maka :
k d N
Kp
1 K p
dimana
ka
kd
zat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah zat yang
terabsorpsi. Artinya perubahan isotermal adsorpsi akan tidak beraturan dengan
nilai konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing zat uji.