Plastik Mardian
Plastik Mardian
Sejarah Plastik
Penemuan dan pembuatan plastik, pertama kali dilaporkan oleh Dr.Montgomerie pada tahun
1843, yaitu oleh penduduk Malaya dengan cara memanaskan getah karet kemudian dibentuk
dengan tangan dan dijadikan sebagai gagang pisau. Pada tahun 1845 J.Peluoze berhasil
mensintesa sululosa nitrat.
Cetakan bahan plastik yang pertama, dipatenkan oleh J.L.Baldwin pada tangal 11 Februari 1862
yang disebut dengan molds for making daguerreotype cases. Cetakan ini kemudian digunakan
secara luas untuk membentuk bahan-bahan plastik yang terdiri dari campuran getah karet dengan
berbagai bahan pengisi, humektan dan pemplastik.
Penemuan selulosa nitrat atau seluloid pertama kali dilakukan oleh Dr.John Wesley Hyatt dari
New York yaitu untuk menggantikan bola bilyard yang sebelumnya terbuat dari gading. Seluloid
digunakan juga untuk mainan anak-anak, pakaian, cat dan vernis, serta film untuk foto.
Tahun 1920 Dr.Leo Hendrik Baekeland (Belgia) menemukan reaksi antara fenol dan
formaldehida yang menghasilkan bakelite, dan penemuan ini dianggap sebagai awal industri
plastik. Berbagai jenis bahan kemasan plastik baru bermunculan sesudah perang dunia kedua
usai.
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya
digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan
dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi.
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang
paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk
rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola
acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut
kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar.
Kemasan plastik dapat berbentuk kemasan kaku maupun kemasan yang mudah dibentuk atau
fleksibel. Untuk mengemas produk padat dan tidak memerlukan perlindungan khusus maka
digunakan plastik yang fleksibel.
Contoh produk yang dikemas menggunakan plastik fleksibel yaitu keripik, tahu, tempe dan lainlain. Sedangkan untuk mengemas produk yang memerlukan perlindungan seperti produk yang
berbentuk cair atau pasta maka digunakan plastik yang kaku namun bisa dibentuk, misalnya
kemasan dalam bentuk botol, kotak atau jerigen plastik.
Kemasan plastik banyak digunakan dengan pertimbangan bahan tersebut mudah dibentuk sesuai
dengan keinginan, tidak bersifat korosif (mudah berkarat), tidak memerlukan penanganan
khusus. Dalam dunia perdagangan dikenal ada plastik khusus untuk mengemas bahan pangan
(food grade) dan plastik untuk mengemas bahan bukan pangan (non-food grade). Oleh karena itu
bila akan memilih plastik untuk mengemas bahan dan produk pangan maka harus dipilih yang
food grade.
Berdasarkan ketahanan plastik terhadap perubahan suhu, maka plastik dibagi menjadi dua, yaitu:
Thermoplastik, bila plastik meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan
suhu, bersifat reversible (dapat kembali ke bentuk semula atau mengeras bila didinginkan).
Termoset atau termodursisabel, jenis plastik ini tidak tidak dapat mengikuti perubahan
suhu (tidak reversible). Sehingga bila pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat
dilunakkan kembali. Pemanasan dengan suhu tinggi tidak akan melunakkan jenis plastik ini
melainkan akan membentuk arang dan terurai. Karena sifat termoset yang demikian maka
bahan ini banyak digunakan sebagai tutup ketel.
A. Jenis dan Sifat Plastik
1. Politen atau polietilen (PE)
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan
serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu
110C. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik,
polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai
pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan
derajat kerapatan yang baik.
Jenis plastik ini paling banyak digunakan dalam industri, karena memiliki sifat mudah dibentuk,
tahan bahan kimia, jernih dan mudah dilaminasi. PE banyak digunakan untuk mengemas buahbuahan dan sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil.
Polietilen memiliki sifat:
LDPE.
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik
terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak
kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada
temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta- Ziegler polypropilen dapat diperoleh
dari propilen.
Polipropilen memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Ringan, mudah dibentuk, transpasan dan jernih dalam bentuk film. Tetapi dalam bentuk
kemasan kaku maka PP tidak transparan.
Kekuatan terhadap tarikan lebih besar dibandingkan PE.
Pada suhu rendah akan rapuh.
Dalam bentuk murni pada suhu -30C mudah pecah sehingga perlu ditambahkan PE atau
bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan.
Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.
Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga dalam penanganan dan distribusi.
Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang.
Tidak baik untuk mengemas produk yang peka terhadap oksigen.
Tahan terhadap suhu tinggi sampai 150C, sehingga dapat digunakan untuk mengemas
produk pangan yang memerlukan proses sterilisasi.
Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak.
Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzene, silken, toluene, terpentin asam nitrat
kuat.
4. Polistiren (PS)
Polistiren banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan dan sayuran karena memiliki
permiabilitas yang tinggi terhadap air dan gas.
Sifat lain dari PVC, yaitu: tembus pandang, meskipun ada juga yang memiliki permukaaan
keruh, tidak mudah sobek dan memiliki kekuatan tarik yang tinggi.
6. Poliviniliden Khlorida (PVDC)
PVDC ini sifat permeabilitasnya terhadap air dan gas rendah. Sering digunakan untuk mengemas
(wrapping) produk ternak, ham atau produk yang sejenis termasuk keju. Dapat diseal
(direkatkan) dengan panas akan tetapi tidak stabil bila dipanaskan pada suhu >60C.
7. Selopan
Selopan berasal dari cello = cellulose dan diaphane = transparan). Sellopan memiliki sifat:
Tahan terhadap asam, alkali, lemak dan oli. Cocok untuk mengemas daging dan hasil
olahannya.
Transmisi gas CO2 cukup tinggi untuk sayuran segar.
Tidak dapat menahan gas. Tidak dapat digunakan untuk mengemas produk yang
dipanaskan dalam kemasan.
15. Poliuretan
Poliuretan memiliki sifat tidak berbau, tahan oksidasi, tahan terhadap minyak, lemak dan kapang.
Poliuretan termasuk jenis bahan kemasan yang fleksibel.
16. Politetra Fluoroetilen (PTFE)
Jenis bahan kemasan ini memiliki sifat permukaan licin, bila dipegang seperti ada lapisan lilin
dan memiliki kelebihan untuk saling melekat satu sama lain, tahan terhadap suhu dari -100
hingga 200C. Disamping itu jenis kemasan ini inert (tidak tahan) terhadap bahan kimia dan
tahan terhadap hampir semua jenis bahan kimia.
- Low Density Polyethylen (LDPE)
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan
agak berlemak. Pada suhu di bawah 60C sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi
terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen,
sedangkan jenis plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya
dan kurang terasa berlemak.
- High Density Polyethylen (HDPE)
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara molekulnya yang
menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, sedangkan high density mempunyai
jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian, high
density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi.
Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik.
Daging segar dikemas dengan PVC yang permeabilitasnya terhadap uap air dan gas
tinggi.
Daging beku dikemas dengan LDPE dan LDPE nilon.
Unggas dikemas dengan kantung laminasi dari etilen vinil asetat/polietilen (EVA/PE).
Daging masak dan bacon dengan E/PVDC/PA/PT/PETT atau kemasan vakum.
Ikan dan ikan beku dikemas dengan HDPE atau LDPE.
3. Produk Roti
Untuk makanan yang stabil seperti selai dan acar kemasan yang digunakan adalah plastik
fleksibel dan jika akan diolah lagi digunakan gelas atau kaleng.
Konstruksi lapisan yang dibutuhkan untuk retort pouch adalah bahan-bahan seperti
poliester atau poliamida/ aluminium foil/HDPE atau PEPP kopolimer.
Kemasan sekunder yang digunakan untuk distribusi adalah karton.
6. Buah dan Sayur Segar
Kemasan yang dipilih adalah kemasan yang mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap
CO2 agar dapat mengeluarkan CO2 dari produk sebagai hasil dari proses pernafasan. Jenis
kemasan yang sesuai adalah polistiren busa seperi LDPE, EVA, ionomer atau plastik PVC.
7. Kopi
Dikemas dengan kemasan hampa seperti foil atau poliester yang sudah dimetalisasi dan
PE.
Untuk kemasan kopi instan digunakan PVC yang dilapisi dengan PVDC, tapi harganya
masih terlalu mahal.
8. Lemak dan Minyak
Digunakan kemasan PVC yang bersih dan mengkilap. Pengemasan mentega dan margarin
dilakukan dengan polistiren.
9. Selai dan Manisan