Abstrak
Algoritma routing untuk MANET (Mobile Ad-Hoc Network) dapat diklasifikasikan kedalam
tiga kategori yaitu: proaktif, reaktif dan hibrid. Salah satu contoh algortima hibrid pada
MANET adalah HOPNET (A hybrid ant colony optimization routing algorithm for MANET).
Proses dalam algoritma ini terdiri dari pencarian rute lokal secara proaktif dalam satu zona
dan komunikasi reaktif untuk antar zona sebagaimana proses pada algoritma ZRP (zone
routing protocol) yang menjadi salah satu dasar HOPNET disamping ACO (Ant colony
optimization). Parameter yang sangat berpengaruh pada penentuan zona pada HOPNET
adalah radius, sehingga diperlukan perbaikan algoritma yang mampu menentukan radius
optimalnya.
Penelitian ini memanfaatkan teknik min-searching untuk melakukan optimasi pada
penentuan radius zona yang digunakan dalam algoritma HOPNET. Teknik ini menemukan
nilai total trafik minimal yang dihitung dari trafik dalam zona dan antar zona. Penghitungan
ini dilakukan pada masing-masing nilai radius yang diberikan secara increment pada waktu
tertentu. Pengembangan dilakukan pada lingkungan simulator Glomosim (global mobile
simulator).
Hasil penelitian dalam simulasi menunjukkan bahwa perbaikan yang dilakukan pada
algoritma sebelumnya mampu menentukan nilai radius yang optimal untuk skenario yang
diberikan. Pada simulasi dengan waktu simulasi 5 menit dan dalam rentang radius 1 sampai
6 hop dapat ditentukan nilai radius yang optimal untuk membentuk zona yaitu nilai radius 6
untuk jumlah node 25. Sedangkan untuk jumlah node 50 dan 100, zona optimal didapat
pada nilai radius 4 dan 3. Nilai ini sesuai dengan penghitungan nilai trafik yang dilakukan
dengan memberikan nilai radius secara manual pada algoritma sebelumnya. Namun
demikian masih ada yang perlu diperbaiki dalam hal penghalusan penentuan waktu simulasi
sehingga didapat hasil yang lebih akurat.
Katakunci: Routing, HOPNET, min-searching
1. Pendahuluan
Routing dalam MANET merupakan suatu
tantangan yang menarik karena MANET memiliki
fitur yang dinamis, dia dibatasi oleh bandwidth
dan power/energi. Jika suatu node sering
berpindah, maka topologi jaringan akan sering
berubah, sehingga jalur routing yang baik
mungkin akan tidak tersedia untuk beberapa
saat. Hal ini menyebabkan tiap node terus sering
melakukan update terhadap tabel routingnya,
akibatnya terlalu banyak kontrol paket yang
membuat jaringan kebanjiran dan konsumsi
sumberdaya jaringan yang terlalu boros. Oleh
karena itu, untuk proses discovery dan
pemeliharaan routing pada lingkungan MANET
merupakan hal yang sulit (Abolhasan, 2003).
Algoritma HOPNET merupakan kombinasi
algoritma Hibrid yang berusaha mengatasi
kelemahan kelemahan diatas dengan
mengombinasikan protokol routing jenis reaktif
dan proaktif. Salah satu protokol yang digunakan
didalam algoritma HOPNET ini adalah zona
routing protokol (ZRP). Algoritma ZRP membagi
2. Kajian Pustaka
2.1 Algoritma Routing
routing
untuk
MANET
dapat
Algoritma
diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu:
proaktif, reaktif dan hibrid (Friedman, 2008).
Gambar 1 menunjukkan jenis protokol routing
pada MANET.Pada protokol routing proaktif, tiap
node secara periodik melakukan broadcast tabel
routingnya pada tetangga dan mengijinkan
semua node untuk melihat konsistensi jaringan.
Keuntungan dari protokol ini adalah waktu respon
yang pendek untuk menentukan jalur terbaik dari
sumber ke tujuan yang disebabkan oleh adanya
topologi jaringan yang up to date tiap node.
Waktu respon yang pendek ini harus dibayar
mahal oleh konsumsi bandwidth yang besar pada
kontrol paket yang tidak produktif untuk maintain
jaringan tiap node. Lebih jauh, banyak jalur
routing yang ada tidak pernah digunakan, yang
menjadi sampah dan mengotori sumberdaya
jaringan.
Beberapa
protokol
yang
menerapkannya antara lain DSDV, Fisheye dan
WRP (abolhasan, 2003).
3. Metoda Penelitian
3.1 Desain Protokol
Permasalahan yang telah dianalisa dijabarkan
dalam sebuah alur sistematis untuk dapat
dipecahkan.
Penyusunan kerangka
untuk
pengembangan protokol ada diperlihatkan dalam
gambar 6.
4. Pembahasan Hasil
Ujicoba
dilakukan
dengan
menggunakan
simulator jaringan Glomosim. Jumlah traffic akan
dihitung untuk menguji kehandalan unjuk kerja
protokol yang diusulkan sehingga traffik
minimumnya ditemukan untuk masing - masing
jumlah node berbeda yang diujikan.
Lingkungan kerja simulasi Glomosim yang
digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Waktu simulasi masing-masing node ditentukan
selama 5 menit. Inisiasi dilakukan secara random
dari nilai 1. Luas area simulasi adalah 1500m x
1500m. Jumlah node yang disimulasikan yaitu
25, 50, dan 100 node. Node dalam simulasi
jaringan diletakkan secara random.
Mobilitas jaringan dalam simulasi menggunakan
model RANDOM WAYPOINT. Pada model ini,
node secara random memilih tujuan dari area
simulasi. Node tersebut bergerak pada arah
tujuan dengan kecepatan yang secara seragam
dipilih diantara nilai MOBILITY-WP-MIN-SPEED
dan MOBILITY-WP-MAX-SPEED (meter/detik).
Setelah node tersebut mencapai tujuannya, node
tersebut tidak berpindah selama periode yang
ditentukan pada MOBILITY-WP-PAUSE. Selain
model RANDOM WAYPOINT, masih ada
beberapa model mobilitas jaringan yang bisa
dipakai dalam Glomosim. Salah satu diantaranya
adalah model RANDOM DRUNKEN. Pada model
ini, jika sebuah node berada pada posisi (x,y),
maka dia mempunyai kemungkinan untuk
bergerak ke (x-1,y), (x,y-1), (x+1,y), dan (x, y+1)
sepanjang posisi tersebut masih dalam area
simulasi.
Jenis radio yang digunakan adalah model
standar (RADIO-ACCNOISE) dengan frekuensi
2,4 GHz dengan bandwidth 2 Mbps. Memiliki tipe
penerimaan paket SNR-BOUNDED dimana untuk
paket yang memiliki Signal to Noise Ratio lebih
besar dari nilai ambang yang diberikan maka
paket akan diterima dengan baik. Namun jika
selainnya maka paket akan dihancurkan.
Kekuatan pemancaran sinyal adalah 15 dBm.
Protokol MAC (Medium Access Layer) yang
digunakan adalah standar 802.11 dengan
protokol komunikasi data IP (Internet Protocol).
Protokol routing yang digunakan adalah protokol
hasil pengembangan (HOPNETOR). Penentuan
nilai radius 1 hanya untuk inisiasi. Untuk
selanjutnya nilai radius ini akan diubah secara
increment. Statistik yang dicatat adalah proses
pada lapisan network.
Simulasi untuk menghitung nilai trafik dalam zona
dan antar zona dilakukan untuk beberapa nilai
hop / radius yang diberikan secara manual pada
file konfigurasi sebagaimana yang dilakukan
pada algoritma sebelumnya. Gambar 8
menunjukkkan hasil simulasi trafik routing dalam
zona dan antar zona untuk nilai hop dari 1
sampai dengan 6 dengan jumlah node sebanyak
25.
25
50
100
HOP
TRAFIK
DALAM
ZONA
TRAFIK
ANTAR
ZONA
TOTAL
TRAFIK
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
0
257
414
480
532
530
0
1711
2988
3986
4881
5420
0
1890
970
450
200
50
0
5690
3740
2200
940
200
0
33690
1890
1227
864
680
582
530
5690
5451
5188
4926
5081
5420
33690
14486
18690
33176
21813
10090
31903
26537
7220
33757
30558
2050
32608
32965
32965
5. Kesimpulan
Penentuan hop / radius zona secara manual
pada
algoritma
sebelumnya
(HOPNET)
berpotensi menghasilkan beban trafik yang tidak
optimal karena pengguna tidak mengetahui
apakah nilai hop/radius yang dimasukkan
tersebut menghasilkan trafik yang tinggi atau
tidak. Algoritma yang diusulkan (HOPENTOR)
memberikan alternatif pemecahan untuk masalah
tersebut dimana pengguna tidak perlu melakukan
penyetelan nilai hop / radius zona. Algoritma
akan menemukan sendiri hop / radius yang
optimal untuk kondisi saat itu. Berdasarkan hasil
simulasi yang dilakukan dengan rentang nilai hop
1 sampai 6 didapatkan hasil sebagai berikut.
Untuk jumlah node 25 didapatkan total trafik
minimum pada hop ke -6. Dengan demikian hop
ke-6 dinyatakan sebagai radius zona optimal.
Pada simulasi dengan node sebanyak 50, trafik
minimum diperoleh pada saat hop ke-4, dan pada
simulasi dengan 100 node didapatkan nilai trafik
minimum pada hop ke-3.
Hal yang cukup penting diperhatikan adalah
penyetelan waktu simulasi. Penyetelan waktu
yang terlalu kecil(kurang dari 2 menit) diduga
menyebabkan konvergensi jaringan tidak optimal.
Sedangkan penyetalan waktu yang terlalu besar
(lebih dari 5 menit) menjadikan proses menjadi
lama dan menjadi kurang adaptif terhadap
perubahan lingkungan semisal perubahan jumlah
node dan lainnya
7. Pustaka
Abolhasan,M, Wysocki,T,
dan Dutkiewicz,E.
(2004), A review of routing protocols for
mobile ad hoc networks, Ad Hoc Networks
Journal, Vol. 2, hal 1-22.
Beijar, N, 2002. Zone Routing Protocol,
http://www.tct.hut.fi/
opetus/s38030/k02/Papers/08-Nicklas.pdf.
Diakses tanggal 4 Januari 2010
Friedman,R, Shotland,A, Simon,G. (2009)
Efficient route discovery in hybrid networks,
Ad Hoc Networks Journal, Vol. 7, hal 1110
1124.