Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Initial Public Offering (IPO)


1.

Pengertian Initial Public Offering

Penawaran Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO)


adalah penjualan saham kepada masyarakat untuk pertama kalinya oleh
suatu perusahaan yang akan go-publik (Bodie, Kane dan Marcus, 2008).
Dengan melakukan penawaran umum saham perdana, suatu perusahaan
akan berubah statusnya dari perusahaan tertutup (private company)
menjadi perusahaan terbuka (public). Perusahaan terbuka diharuskan
melakukan keterbukaan informasi kepada publik khususnya investor yang
telah

membeli

saham

perusahaan

dan

melakukan

transformasi

pengelolaan perusahaan dari yang bersifat tertutup ke arah yang lebih


transparan dan profesional.
Dalam http://en.wikipedia.org/wiki/IPO istilah Initial
Public Offering (IPO), juga sering disebut Public Offering
adalah terminologi dalam dunia bisnis yang digunakan ketika
sebuah perusahaan mengeluarkan beberapa lembar saham
kepada publik untuk yang pertama kalinya. Kegiatan IPO bisa
dilakukan oleh perusahaan kecil, perusahaan yang baru muncul
dan membutuhkan

perpustakaan.uns.ac.id

modal, bahkan

dilakukan

digilib.uns.ac.id

oleh

perusahaan privately-owner companies yang

besar sekalipun.

Bapepam, dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.8 tahun 1995


tentang pasar modal menyebutkan bahwa yang disebut dengan public offering
adalah aktivitas yang dilakukan oleh issuer pada saat pertama kali menjual
sahamnya ke publik berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku.
2. Tujuan Intial Public Offering
Tujuan dari Intial Public Offering (penawaran umum perdana) adalah bagian
dari prospektus emiten yang berisi pernyataan tentang alasan-alasan atau tujuan go
public suatu perusahaan.
Pagano et al. (1998) menyatakan alasan perusahaan untuk melakukan go
public yaitu:
a) Mengatasi kendala pinjaman
Manfaat yang paling utama adalah memperoleh akses sumber
pembiayaan alternatif selain pinjaman dari bank. Kesempatan bagi
public market untuk mendanai akan bertujuan khusus bagi perusahaan
dengan investasi sekarang dan masa mendatang yang besar, dengan
tingkat leverage dan pertumbuhan yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

tinggi. Faktor-faktor inilah yang berhubungan positif dengan keinginan untuk


melakukan penawaran perdana.
b) Mempunyai bargaining yang lebih besar dengan bank Dengan memperoleh akses ke
bursa efek dan
menebarkan informasi kepada investor, sebuah perusahaan akan melakukan
kompetisi di luar terhadap peminjamnya dan menjamin biaya kredit yang lebih
rendah serta supply pembiayaan dari luar yang besar.
c) Diversifikasi likuiditas dan portofolio
Keputusan untuk go public mempengaruhi tingkat likuiditas saham
perusahaan, dimana tingkat likuiditas merupakan fungsi dari perdagangan sehingga
likuiditas saham akan meningkat seiring dengan tersebarnya kepemilikan saham
yang semula hanya dipegang oleh beberapa pemegang saham awal.
d) Monitoring
Pasar modal juga dapat memberikan penilaian terhadap kebijakan yang
diambil oleh manajemen. Para pemegang saham dapat menggunakan informasi
yang tersedia untuk menilai apakah kebijakan manajemen telah dilakukan secara
wajar, sehingga nantinya berpengaruh terhadap harga saham.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

e) Pengakuan investor
Pencatatan saham di bursa yang cukup terkenal dan besar seolaholah menjadi pengakuan bagi investor bahwa perusahaan memang cukup
layak. Hal ini menumbuhkan kesadaran bagi investor dan mereka tertarik
untuk memilikinya.
f) Perubahan kontrol
Keputusan untuk go public yang dilakukan oleh pemilik adalah
untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Selain itu, pemilik juga
menjadikan penawaran perdana sebagai langkah untuk mengubah
struktur kepemilikan serta memaksimalkan hasil penjualan sahamnya.
Kim et al. (1993) mengemukakan ada dua alasan mengapa perusahaan go
public , yaitu karena pemilik lama ingin mendiversifikasikan portofolio mereka dan
karena perusahaan tidak memiliki alternatif sumber dana lain untuk membiayai
proyek investasinya.
3. Tahapan-tahapan go public
Menurut Mohamad Samsul (2006) suatu perusahaan yang untuk pertama
kalinya akan menjual saham atau obligasi kepada masyarakat umum atau disebut
Initial public offering (IPO),

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

membutuhkan tahapan-tahapan terlebih dahulu. Tahapan tersebut dapat dikelompokkan


menjadi 5, yaitu: rencana go public, persiapan go public pernyataan pendaftaran ke
BAPEPAM, penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public.
a. Rencana go public.
Rencana go public membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan
kondisi internal perusahaan, seperti :
1) Rapat gabungan pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris
Rapat gabungan ini akan membahas:
a) Alasan go public.
b) Jumlah dana yang dibutuhkan.
c) Penerbitan saham atau obligasi.
2) Kesiapan mental anggota
Anggota dari semua lapisan manajemen (termasuk pemegang saham
mayoritas) harus siap secara mental menghadapi perubahan atau kejadian
yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Banyak kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go publik, seperti kewajiban
melaporkan secara rutin atau insidentil atas suatu peristiwa penting yang
apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi
pidana.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3) Perbaikan organisasi
Organisasi perusahaan yang ada sebelum go publik harus disesuaikan
dengan ketentuan perundangan yang berlaku di pasar modal. Misalnya, kewajiban
mengelola perusahaan secara baik atau disebut good corporate governanceyang
tercemin dari kewajiban mengangkat komisaris independen, kewajiban membentuk
komite audit dan kewajiban mengangkat corporate secretary.
4) Perbaikan sistem informasi
Mengingat banyak kewajiban pelaporan yang harus dilaksanakan oleh
emiten, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, yang diminta oleh BAPEPAM
atau Bursa Efek, maka emiten harus memiliki sistem informasi yang dapat
diterbitkan setiap kali dibutuhkan. Perbaikan sistem meliputi keberadaan sistem
akuntansi keuangan yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan
Akuntan Indonesia, sistem laporan tahunan yang memasukkan standar tambahan
dari bursa efek seperti hasil kerja dari komite audit, dan sistem akuntansi
manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan digunakan sebagai
dasar

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

menentukan jumlah deviden tunai yang harus dibagikan.


5) Perbaikan aspek hukum
Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun berbadan
hukum perseroan terbatas. Go public berarti perseroan terbatas tertutup harus
berubah menjadi perseroan terbatas terbuka (PT Tbk.), status kepemilikan asset
tetap dan asset bergerak harus jelas, semua jenis asset yang ada dalam laporan
keuangan yang telah diaudit harus sudah atas nama perseroan, termasuk rekening
yang ada di bank. Semua perjanjian dengan pihak ketiga harus dilakukan secara
tertulis notariil, tidak boleh secara lisan. Semua perizinan usaha yang diwajibkan
harus dipenuhi dan yang belum ada izin harus segera diupayakan. Semua kewajiban
pajak harus dipenuhi dan dibuktikan keabsahannya. Konsultan hukum akan
membantu perusahaan yang akan go public dari segi hukum sehingga sesuai dengan
hukum yang berlaku.
6) Perbaikan struktur permodalan
Perbaikan struktur modal dengan cara pemegang saham menambah modal
sendiri, atau mengubah

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

struktur modal pinjaman dengan beban bunga yang lebih rendah.


7) Persiapan dokumen
Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukkan
lembaga penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang dibutuhkan oleh
lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat dalam proses go public
adalah underwriter, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan
penilai (appraisal company). Dokumen yang dibutuhkan antara lain: laporan
keuangan yang telah diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan
aktiva tetap dan aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian notariil
ataupun yang dibawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajak-pajak,
perkara pengadilan, dan lain-lain.
b. Persiapan go public
Setelah rincian rencana go public diselesaikan seperti uraian sebelumnya,
calon emiten akan menunjuk perusahaan penjamin emisi efek, akuntan publik,
notaris, konsultan hukum,dan perusahaan penilai yang terdaftar di Bapepam.
Persiapan menuju go public meliputi:

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

1) Penunjukkan Lembaga Penunjang dan Lembaga Profesi


Penjamin emisi akan bertindak sebagai koordinator dalam kegiatan-kegiatan
berikut :
a) Menentukan komitmen sesuai kondisi pasar.
b) Rapat-rapat teknis.
c) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam.
d) Public expose dan roadshow.
e) Persiapan prospektus.
f) Penawaran resmi.
Tanggung jawab untuk mendapat persetujuan dari emiten mencakup:

Penjamin emisi berkomitmen untuk membayar penuh dana pada saat penawaran umum
usai dilaksanakan sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian penjaminan.
Jumlah penuh yang dimaksudkan disini adalah jumlah saham yang ditawarkan
dikali harga perdana.
b) Best effort commitment
Penjamin emisi berkomitment untuk membayar kepada emiten sebesar yang didapat
dalam penawaran

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

umum atau dengan kata lain tidak penuh. Komitmen ini muncul karena kondisi
pasar sedang lesu (bearish) sehingga penjamin emisi tidak berani member
komitmen pembayaran penuh.
c) Standby commitment
Penjamin emisi member komitmen siap untuk membeli sendiri atau ada pihak lain yang
bersedia membeli apabila kondisi pasar sangat lemah sehingga sasaran yang
ditargetkan dalam penawaran umum tidak tercapai. Penjamin emisi atau pihak lain
akan membeli dengan harga lebih rendah daripada harga perdana seperti yang telah
disepakati sejak awal.

Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar. Emiten memerlukan


due diligence meeting yang dikoordinasikan oleh underwriter, yaitu pertemuan antara
emiten, underwriter, dan lembaga profesi lainnya di satu sisi dengan para pialang dan
para analis keuangan perusahaan serta investor kelembagaan di sisi lainnya.
3) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada


Bapepam oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan publik.
4) Public Expose dan Road Show
Public expose dan road show merupakan upaya sendiri oleh emiten yang
menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat besar sehingga perlu
mengundang calon investor.
c. Pelaksanaan go public
Kegiatan pelaksanaan go public meliputi:
1) Penyerahan dokumen ke Bapepam.
2) Tanggapan dari Bapepam.
3) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran.
4) Mini expose di Bapepam.
5) Penentuan harga perdana.
6) Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi. d. Penawaran umum
Kegiatan penawaran umum meliputi:
1) Distribusi prospektus.
2) Penyusunan prospektus ringkas untuk diiklankan.
3) Penawaran.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4) Penjatahan.
5) Pengembalian dana.
6) Penyerahan saham.
7) Pencatatan saham/perdagangan saham.
Prospektus adalah setiap informasi tertulis yang berkaitan dengan penawaran
umum dan bertujuan agar pihak lain membeli efek. Pada umumnya, prospektus
dibagikan oleh emiten melalui underwriter dan agen penjual efek yang ditunjuk oleh
underwriter menjelang penawaran umum dilaksanakan. Calon investor harus berupaya
untuk mendapatkan propektus itu dan mempelajarinya sebelum melakukan pesanan
saham. Prospektus berisikan antara lain:
a) Penawaran umum.
b) Tujuan penawaran umum tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan
personalia.
c) Kegiatan usaha dan prospeknya.
d) Ikhtisar keuangan perusahaan.
e) Modal sendiri sebelum dan sesudah penawaran umum.
f) Kebijakan deviden.
g) Pendapat dari segi hukum.
h) Laporan akuntan publik.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

i) Laporan penilaian harta perusahaan.


j) Penggunaan dana hasil emisi.
k) Informasi tentang perusahaan seperti sejarah, organisasi, dan personalia.
l) Kegiatan usaha dan prospeknya.
m) Ikhtisar keuangan perusahaan.
n) Modal sendiri sebelum dan sesudah penawaran umum.
o) Kebijakan deviden.
p) Pendapat dari segi hukum.
q) Laporan akuntan publik.
r) Laporan penilaian harta perusahaan.
s) Para penjamin emisi.
t) Lembaga penunjang emisi lainnya.
u) Perpajakan.
v) Anggaran dasar perseroan.
w) Persyaratan pemesanan saham.
x) Penyebarluasan propektus dan formulir pesanan saham.
Prospektus harus didistribusikan kepada para agen penjual yang ditunjuk oleh
underwriter sebelum penawaran resmi dilaksanakan. Calon investor dapat memesan
saham secara langsung dari penjamin emisi atau para agen penjual

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

sekaligus dengan pembayarannya dan menyerahkan fotokopi identitas, misalnya Kartu


Tanda Penduduk yang masih berlaku.
Penawaran resmi efek melibatkan 5 tahapan yaitu :
a) Periode penawaran (offering periode )
Adalah periode (minimal 3 hari kerja) dimulainya penawaran sekuritas.
b) Periode penjatahan ( allotment periode )
Adalah periode (maksimal 6 hari kerja) akan dilakukannya pembagian
perolehan saham.
c) Periode pengambilan dana ( refund periode )
Adalah periode tertentu (maksimal 4 hari kerja) yang telah ditetapkan dan
tertera dalam prospektus untuk mengembalikan dana kepada calon investor
akibat kelebihan pembayaran oleh calon investor berkaitan dengan penjatahan
saham.
d) Periode penyerahan saham ( delivery periode)
Adalah 3 hari sebelum saham itu dictatkan atau diperdagangkan di Bursa
Efek , saham tersebut sudah diterima oleh investor.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

e) Periode pencatatan di bursa efek ( listing date )


Adalah suatu tanggal yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan tertera
pada halaman depan prospektus yang menunjukkan hari pertama saham itu
diperdagangkan di bursa efek.
Setelah selesai melakukan penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham
tersebut dicatatkan Bursa Efek Indonesia sampai perdagangan di pasar sekunder
dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa penawaran umum,
atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum tersebut tergantung mana yang
lebih dahulu.
Di BEI, proses pencatatan efek dimulai dari pengajuan permohonan pencatatan
ke bursa oleh emiten tentunya berdasarkan persyaratan pencatatan efek yang berlaku di
BEI. Persyaratan untuk tiap efek berbeda, tetapi persyaratan pertama yang harus
dipenuhi terlebih dahulu antara lain mendapat pernyataan efektif dari Bapepam atas
pernyataan pendaftaran emisi emiten.
e. Kewajiban Emiten setelah go public
Pemegang saham mayoritas atau pemilik lama sebagai pemegang saham pendiri
(founding stakeholder)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh pemegang saham


minoritas atau masyarakat dengan cara:
a) Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di pasar.
b) Selalu memberi informasi secepat mungkin kepada investor.
c) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang
mengandung

, misalnya transfer pricing, dan pinjaman

tanpa bunga.
d) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form report)
langsung ke alamat pemegang saham.
e) Menyampaikan

laporan

berkala

yang

sudah

diwajibkan

oleh

Bapepam/Bursa.
f) Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi dan
dapat mempengaruhi harga saham di pasar.
4. Keuntungan dan Kerugian go-publik
Brigham et al. (2006) menjelaskan beberapa keuntungan dan kerugian
perusahaan yang melakukan IPO atau go public.
Keuntungan go public adalah:

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Meningkatkan likuiditas perusahaan dan mempermudah pemilik merealisasikan


keuntungannya.
Perusahaan yang masih private adalah tidak likuid, dimana apabila salah satu
pemilik ingin menjual sahamnya sangat sulit menemukan calon pembelinya yang
siap untuk melakukan transaksi dan tidak ada harga pasti yang wajar sesuai dengan
pasar.
b. Mempermudah pemilik mendiversifikasi
Dengan menjual saham ke publik maka pada prinsipnya pemilik dapat
membagi tanggungan resiko yang ada pada dirinya kepada para pemegang saham
yang lain.
c. Mempunyai kesempatan untuk mendapatkan dana lebih besar jika dibutuhkan.
Dengan go publik maka perusahaan wajib mentaati seluruh aturan yang
disyaratkan oleh regulator, sehingga seluruh informasi penting yang ada harus
diungkapkan secara benar kepada publik. Hal ini akan membuat publik tertarik
untuk menginvestasikan dananya di perusahaan, sehingga sangat mudah bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana apabila dibutuhkan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

d. Mempunyai kesempatan untuk melakukan merger.


Dengan adanya saham terjual yang tersedia di bursa maka terbuka
kesempatan untuk melakukan merger atau akuisisi terhadap perusahaan lain dengan
cara pembayaran menggunakan saham yang beredar.
e. Meningkatkan potensi pasar
Perusahaan menjadi lebih mudah untuk menjual produk dan jasa apabila
sudah go publik. Hal ini karena nama perusahaan menjadi lebih terkenal.
Sementara itu beberapa kerugian go publik adalah :
a. Biaya untuk penerbitan laporan.
Dengan adanya proses menuju go publik maka perusahaan harus mematuhi
peraturan yang dibuat oleh regulator. Termasuk mengumumkan laporan keuangan
secara kuartal dan tahunan. Hal ini tentu saja meningkatkan biaya untuk pelaporan,
terutama perusahaan yang relatif kecil
b. Disclosure (Keterbukaan)
Manajemen suatu perusahaan tidak senang apabila data-data operasional
perusahaan diketahui oleh

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

para pesaingnya. Selain itu keterbukaan berapa saham yang dipegang oleh direksi,
mayoritas pemegang saham dan gaji pegawai. Namun dengan go publik semua data data tersebut harus disajikan secara publik.

Perusahaan-perusahaan yang relatif tidak besar biasanya akan mengalami resiko


perdagangan di bursa yang tidak atraktif sehingga saham yang dijual tidak begitu likuid
sehingga besar kemungkinan harga sebuah saham tidak menunjukkan nilai dari saham
tersebut.

Untuk menciptakan hubungan dengan investor maka perusahaan harus menjaga


keberadaannya untuk terus berinvestasi. Sehingga harus ada kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan investor.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Jenis analisis laporan keuangan yang dilakukan tergantung dari kepentingan
tertentu dari kreditur, pemegang saham, calon investor, manajer, instansi pemerintah
atau serikat pekerja yang bersangkutan.
Untuk menganalisis kinerja perusahaan melalui laporan keuangannya dapat
dilakukan dengan analisis sebagai berikut:
1. Analisis perbandingan (comparative analysis)
Analisis perbandingan dilakukan dengan jalan membandingkan datadata laporan keuangan dari periode yang berurutan sehingga akan dapat
diperoleh informasi yang lebih berguna daripada angka-angka mengenai
suatu periode saja karena dari perbandingan tersebut dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan yang menguntungkan
maupun yang merugikan.
2. Analisis rasio (ratio analysis)
Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dari neraca atau laporan laba rugi secara
individu atau kombinasi dari kedua laporaan keuangan tersebut. Analisis
rasio ini akan menjelaskan atau member gambaran kepada penganalisis
tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan
terutama apabila

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka-angka rasio tahun-tahun sebelumnya


ataupun dari angka rasio perusahaan sejenis dari industrinya.
Dalam pengukuran kinerja keuangan (financial) suatu perusahaan kita perlu
menganalisa laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan
memberikan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan dimana neraca
mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu waktu tertentu dan
laporan laba rugi mencerminkan hasil yang dicapai selama suatu periode waktu
tertentu.
Dalam menganalisa laporan keuangan tersebut seorang analis memerlukan
adanya suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam menganalisis
laporan keuangan tersebut adalah rasio. Dalam analisa rasio diketahui baik buruknya
kondisi suatu perusahaan. Rasio adalah suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah lain (Munawir,1996). Sedangkan menurut Riyanto
(1997) rasio adalah alat yang dinyatakan dalam aritmatical terms yang dapat digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.
Untuk menginterpretasikan suatu angka untuk analisis laporan keuangan
diperlukan perbandingan dengan angka-angka lain yang dapat dijadikan sebagai ukuran
atau standar, yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Didasarkan pada kondisi keuangan dan hasil operasional perusahaan


pada periode atau tahun yang telah lalu.
b. Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya.
c. Didasarkan pada data laporan keuangan yang dianggarkan.
d. Didasarkan pada rasio standar dimana perusahaan yang bersangkutan
masuk sebagai anggotanya.
Menurut Munawir (1999) menggolongkan rasio keuangan adalah sebagai
berikut :
1. Berdasarkan sumber data
Jika dilihat dari sumber datanya maka rasio keuangan dapat dibedakan
menjadi :
a. Rasio neraca (balace sheet ratio) yaitu semua rasio yang datanya
bersumber pada neraca misalnya current ratio dan quick ratio

b. Rasio rugi laba (income statement ratio), yaitu angka rasio yangdatanya
bersumber pada laporan rugi laba, misalnya
gross profit margin,net profit margin, operating profit margin dll.
c. Rasio antar laporan (inter statement ratio) yaitu semua rasio yang
datanya bersumber pada neraca dan laporan laba

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

rugi, misalnya inventory turn over, account receivable turn over, total
asset turn over dll.
2. Berdasarkan tujuan penganalisa
Analisis keuangan yang dilakukan oleh pihak intern maupun ekstern
mempunyai tujuan yang berbeda. Jenis analisis keuangannya bervariasi sesuai
dengan kepentingan pihak-pihak yang melakukan analisis. Pada umumnya tujuan
penganalisaan adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas. Dalam menggolongkan rasio keuangan berdasarkan tujuan dari
penganalisis, banyak penulis yang memberikan istilah atau pengelompokan yang
berbeda-beda.
Menurut Brigham (2001), rasio keuangan yang berguna untuk membantu
mengevaluasi laporan keuangan suatu perusahaan terdiri atas empat kategori yaitu:
1. Rasio likuiditas, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutang yang telah jatuh tempo.
2. Rasio manajemen aktiva, adalah rasio yang mengukur keefektifan
perusahaan dalam mengelola aktivanya.
3. Rasio manajemen hutang, adalah rasio yang mengukur nilai besaran
perusahaan dibiayai dengan hutang, dan kemungkinan tidak terpenuhinya
hutang perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4. Rasio profitabilitas, adalah rasio yang memperlihatkan pengaruh


gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan manajemen hutang
terhadap hasil operasi perusahaan.
Ditambahkan pula oleh Brigham (2001), meskipun rasio-rasio keuangan
tersebut dapat memberikan informasi berkenaan dengan operasi dan kondisi
keuangan suatu perusahaan, namun rasio-rasio tersebut tetap memiliki keterbatasan
yang juga harus dipertim bangkan. Masalah dalam penggunaan rasio-rasio
keuangan tersebut akan muncul bila dilakukan analisis pada perusahaan dengan
divisi atau jenis industri yang berbeda.
C. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas mengukur kemampuan
likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar
(Hanafi,2004). Ukuran likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1.Current Ratio
Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk
menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan kurangnya
modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi tidak selalu
berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal tersebut

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.


dapat dirumuskan (Brigham, 2001) :
Current Ratio = Current Asset
Current liabilitie
2. Quick ratio
Quick ratio dihitung dengan mengurangi persediaan dari aktiva
lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan
dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi kas
dengan cepat. sulit untuk menjadi uang tunai (kas) sebab memerlukan
dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dulu sebelum menjadi kas.
Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham,
2001) :
Quick ratio = Current asset Inventory
Current Liabilitie

D. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan rasio leverage. Rasio ini
dihitung dari perbandingan hutang dengan aktiva dan modal sendiri perusahaan.
Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan.
Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana
dari pihak luar atau kreditur.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

1. Debt to equity ratio


Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko
menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar
hutang. Perhitungan debt to equty ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Robert Ang,
1997) :
DER = Total Liabilitie
Owners equity
2. Debt to total asset ratio
Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh
seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena semakin
rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam
peristiwa likuidasi. Namun di sisi lain pemilik saham lebih menyukai rasio yang tinggi
karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to
total asset dihitung dengan rumus sebagai berikut (Robert Ang, 1997):
DAR = Total Liabilitie
Total asset

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

E. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan
berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Fixed asset turn over
Fixed asset turn over menghitung seberapa efektif perusahaan menggunakan
aktiva tetapnya. Semakin rendah aset turn over, berarti pengguna aktiva tetapnya
semakin kurang. Untuk mengukur besarnya Fixed asset turn over
Fixed asset turn over=

Sales

Net fixed asset


2. Total asset turn over
Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva. Dengan
kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam penggunaan total
aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam
mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah rasio menunjukkan
buruknya kinerja manajemen dalam mengelola aktivanya. Untuk menghitung
digunakan rumus sebagai berikut (Riyanto, 2001):
Total asset turn over =

Sales

Total asset

perpustakaan.uns.ac.id
F. Rasio Profitabilitas

digilib.uns.ac.id

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan


laba. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan (sekelompok aktiva perusahaaan). Rasio ini membantu perusahaan
dalam mengontrol penerimaannya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. ROA (Turn On Asset)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang telah ditanamkan pada aktiva untuk operasi
perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini juga menunjukkan
produktivitas dari seluruh dana
Perusahaan rumusnya sebagai berikut (Robert Ang, 1997) :
ROA =

Laba Bersih
Total Aktiva

2. ROE (Return On Equity)


Rasio ini mengukur tingkat efisiensi modal sendiri dan menunjukkan
laba bersih yang dapat diperoleh dari modal pemilik. Semakin tinggi rasio ini
semakin memperkuat posisi modal pemilik perusahaan. Rumusnya (Robert
Ang, 1997) :
ROE =

Laba Bersi
Total Equitas

3. Net Profit Margin


Net Profit Margin mengukur berapa banyak laba bersih setelah pajak
dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang
rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya
ongkos, dan sebaliknya perusahaan
berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi.Net profit margin
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Payamta, 1999):
Net Profit Margin =

Laba Bersih

Penjualan

G. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan
setelah initial public offering (penawaran perdana) telah dilakukan. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Payamta dan Machfoedz (1999) pada perusahaaan
perbankan hingga akhir tahun 1996 dengan sampel penelitian sebanyak 22
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yang telah memenuhi kriteria
purposive sampling. Penelitian tersebut mengamati kinerja operasional perusahaan
perbankan sebelum dan sesudah menjadi perusahaan publik. Dalam penelitiannya,
Payamta dan Machfoedz (1999) menggunakan rasio-rasio CAMEL yang merupakan
dasar penilaian kinerja perbankan dengan variabel-variabel antara lain CAR,
RORA, NPM, ROA, rasio biaya operasional terhadap pendapatan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

operasional (BOPO), NCM, dan rasio kredit terhadap dana yang diterima (KDN).
Penelitian menggunakan uji peringkat tanda Wilcoxon dan uji Manova,
memberikan hasil bahwa kinerja rasio-rasio perbankan tersebut tidak mengalami
perbedaan yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah IPO, namun
Payamta dan Machfoedz (1999) menilai perbedaan kinerja tersebut hanya bersifat
temporer dan tidak konsisten. Hal ini mungkin terjadi karena emiten telah menetapkan
kinerja sebelum IPO yang terlalu tinggi, dengan cara melakukan window dressing
Menurut Payamta dan Machfoedz (1999), window dressing adalah penyajian laporan
keuangan yang menunjukkan laba tahun berjalan yang tinggi.
Penelitian oleh Sun dan Tong (2003) melakukan evaluasi kinerja keuangan
setelah melakukan privatisasi. Dalam penelitiannya, Sun dan Tong (2003) mengamati
perubahan profitabilitas, perubahan output, perubahan

dan produktiifitas

tenaga kerja. Sampel yang digunakan adalah 634 perusahaan di Shanghai Stock
Exchange dan Shenzhen Stock Exchange yang melakukan privatisasi. Penelitian yang
menggunakan uji analisis cross sectional regression pada perubahan kinerja,
memberikan hasil bahwa privatisasi dapat meningkatkan

perusahaan,

dan produktifitas tenaga kerja tetapi tidak mampu meningkatkan Profit


return dan rasio leverage.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Penelitian lainnya dilakukan oleh Chien-Hsun dan Hui-Tzu (2003) menguji


kinerja operasional perusahaan di China. Sampel yang digunakan adalah 884
perusahaan yang melakukan IPO antara tahun 1995-1999 yang terdaftar di Shanghai
Stock Market dan Shenzhen Stock Market. Variabel yang diteliti antara lain variabel
pertumbuhan (diukur dari operating revenue dan net profit growth rates), variabel
profitabilitas (diukur dari earning per shares/EPS dan Return on equity/ROE), serta
variabel stabilitas (diukur dari quick ratio dan current ratio).
Hasil dari penelitian Chien-Hsun dan Hui-Tzu (2003) menggunakan uji ANOVA
diperoleh bahwa proses IPO hanya mengakibatkan perubahan yang signifikan pada
indikator variabel profitabilitas yaitu EPS dan ROE pada perusahaan yang terdaftar di
Shanghai Stock Market dengan tingkat signifikansi 1%, namun indikator pertumbuhan
pendapatan operasi dan pertumbuhan laba bersih tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Sedangkan dengan menggunakan uji beda untuk sebelum dan sesudah IPO,
hasil kinerja keuangan yang diperoleh setelah proses IPO menunjukkan bahwa
operating revenue, net profit growth rates, EPS, dan ROE cenderung menurun tajam
setelah proses IPO.

Penelitian Wei et al. (2003) dengan menggunakan variabel-variabel yang terdiri


dari:

(ROS) net profit level, real sales, real assets, total employment,

sales efficiency dan total debt to total assets (TOTA)


Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada kemajuan yang

signifikan pada real sales, real assets, sales efficiency dan net profit level, serta
penurunan yang signifikan pada rasio leverage sesudah privatisasi yang diukur dari
TOTA. Namun ditemukan pula dalam penelitian ini dengan tidak adanya yang
perubahan signifikan pada tingkat keuntungan (profitabilitas) yang pada penelitian ini
diukur melalui ROS.
Penelitian oleh Nasir dan Pamungkas (2005) menganalisa kinerja keuangan
perusahaan perbankan sebelum dan sesudah go publik. Sampel yang digunakan adalah
31 perusahaan non-perbankan yang melakukan IPO pada tahun 2001 di Bursa Efek
Jakarta berdasarkan hasil purosive sampling. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada
perbedaan kinerja yang signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah go public.
Meskipun terjadi perbedaan kinerja pada rasio likuiditas dengan tingkat signifikansi 5%
pada penelitian satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah IPO, namun perbedaan
tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten

H. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rasio Keuangan :

Rasio Keuangan :

Waktu
pelaksanaan
Fix

Fix

proses IPO

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis

Dari gambar 2.1, dapat dijelaskan bahwa waktu pelaksanaan


proses IPO yang dilakukan oleh sebuah perusahaan adalah berbeda
-beda. Sehingga dideskripsikan bahwa nilai-nilai rasio keuangan
perusahaan sebelum proses IPO berada di sebelah kiri waktu
pelaksanaan proses IPO, sedangkan nilai-nilai rasio keuangan
perusahaan sesudah proses IPO berada di sebelah kanan waktu
pelaksanaan proses IPO.
Sesuai dengan Gambar 2.1, ukuran kinerja perusahaan dapat

dilihat dari berbagai variabel atau indikator. Sumber utama variabel


atau indikator tersebut adalah laporan keuangan perusahaan. Dengan
melakukan initial.

Public offering perusahaan akan mendapat dana tambahan dari publik/masyarakat yang
mempengaruhi rasio likuiditas (Current ratio dan quick ratio) dan solvabilitas (DAR &
DER). Seiring dengan meningkatnya tingkat likuiditas maka efektifitas perusahaan
dalam mengelola aktivanya juga meningkat dan dapat ditinjau dari rasio aktivitas (Total
Asset Turnover & Fixed Asset Turnover) dan rasio profitabilitas ( ROA, ROE & NPM).

I. Hipotesis
H1: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara
sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Likuiditas
H2: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara
sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Solvabilitas
H3: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara
sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Aktivitas
H4: Terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan antara
sebelum dan sesudah IPO ditinjau dari Rasio Profitabilitas

Anda mungkin juga menyukai