Rencana Penataan Ruang Kota Semarang Tahun 2015
Rencana Penataan Ruang Kota Semarang Tahun 2015
( 8111412006 )
(8111412028 )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PERENCANAAN PENATAAN RUANG DI KOTA SEMARANG TAHUN 2015 .
Makalah sederhana ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Tata Guna Tanah dan Ruang. Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga laporan ini dapat memenuhi
syarat seperti apa yang diharapkan oleh dosen pengampu hukum Tata Guna Tanah dan Ruang
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi semua pihak, baik untuk akademisi,
praktisi maupun masyarakat umum serta bermanfaat untuk pengembangan Hukum Penataan
Ruang terkait dengan Perencanaan Penataan Ruang di suatu wilayah.
Kami meyakini bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruannya, sehingga
setiap
tegur sapa
dan kritik
yang dimaksudkan
untuk
menyempurnakan atau memperbaiki tulisan makalah ini disambut baik oleh kami sebagai
penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan pihak yang berkepentingan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL-------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------ ii
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------- iii
BAB I. PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------------1.2 Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------------------1.3 Tujuan Penulisan---------------------------------------------------------------------------1.4 Manfaat Penulisan--------------------------------------------------------------------------
1
5
5
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan unsur ruang yang strategis dan pemanfaatannya tidak dapat
dilepaskan dengan penataan ruang wilayah. Penataan ruang wilayah mengandung komitmen
untuk menerapkan penataan secara konsekuen dan konsisten dalam kerangka kebijakan
pertanahan yang berlandaskan undang-undang pentaan ruang. Demikian pula dengan
penataan ruang yang pada hakikatnya merupakan pengaturan persediaan, penggunaan, dan
peruntukan tanah, air, dan ruang angkasa. dalam rangka memenuhi kebutuhan pemnamgunan
yang beraneka ragam diperlukan pengembangan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna
tanah, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kestuan lingkungan
yang serasi, dinamis, dan bernuansa jangka panjang. Pengelolaan tata guna tanah yang
merupakan upaya pemerintah berisikan pengaturan dan penyelenggaraan peruntukan,
persediaan, dan penggunaan tanah harus mampu menjiwai dan mewujudkan catur tertib
pertanahan (tertib hukum pertanahan, tertib administrasi, tertib penggunaan tanah, dan
tertibpemeliharaan tanah dan lingkungan hidup) sebagai upaya mewujudkan tata ruang
wilayah yang dinamis.
Penatagunaan tanah merujuk pada rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang
telah ditetapkan. Bagi kabupaten /kota yang belum menetapkan rencana tata ruang wilayah,
penatagunaan tanah merujuk pada rencana tata ruang lain yang telah ditetapkan dengan
perturan perundang-undangan.
Keberhasilan suatu pembangunan sangat tergantung pada adanya rencana,
pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi pengawasan, koordinasi, dan sinkronisasi sangat perlu
agar pembangunan itu tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan serta tidak
tumpang tindih dan saling bertentangan fungsi dan kegunaannya satu sama lain sehingga
tercapai keserasian di dalam fisik pembangunan maupun manfaatnya. Peranan bupati/walikota
sebagai kepala wilayah adalah administrator tunggal pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan
sangat
diperlukan
untuk
menggerakkan,
mengendalikan,
dan
betul sesuai dengan keadaan daerah maupun persyaratan yang ditetapkan dalam rencana
penggunaan tanah sebagai tempat bagi pelaksanaan pembangunan itu.
Membangun secara berencana berarti membantu sesuatu secara berencana untuk
kepentingan umum, sedangkan penggunaan tanah secara berencana adalah berusaha untuk
mencairkan tempat yang tepat berdasarkan tata guna tanah untuk melakukan kegiatan-kegiatn
yang telah digariskan bagi kepentingan masyarakaty luas untuk kegiatan usaha perorangan.
Membangun secara berencana harus dilandasi fakta daerah (data-data tanah) agar dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat luas karena tanah adalah tempat melaksanakan
pembangunan ataupun kegiatan-kegiatan, rencana tata guna tanah nasional, rencana tata guna
tanah secara regional.
Penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata
ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi
mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun
berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan
substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan. Penyusunan
rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan
sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun
untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi
rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang.
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang
satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga
diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna
serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan (ii) tidak terjadi
pemborosan pemanfaatan ruang dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
ruang. Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian,
2
keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas
ruang yang ada.
Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, wewenang penyelenggaraan penataan
ruang oleh Pemerintah dan pemerintah daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, didasarkan pada pendekatan
wilayah dengan batasan wilayah administratif. Dengan pendekatan wilayah administratif
tersebut, penataan ruang seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas
wilayah nasional, wilayah provinsi, wilayah kabupaten, dan wilayah kota, yang setiap wilayah
tersebut merupakan subsistem ruang menurut batasan administratif. Di dalam subsistem
tersebut terdapat sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya buatan, dan dengan tingkat pemanfaatan ruang yang berbedabeda, yang apabila tidak ditata dengan baik dapat mendorong ke arah adanya
ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah serta ketidaksinambungan pemanfaatan
ruang. Berkaitan dengan penataan ruang wilayah kota, Undang-Undang No. 26 tahun 2007
secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau,
yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah
kota, yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan perkotaan,
menurut besarannya, dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan perkotaan sedang,
kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataan ruang
kawasan metropolitan dan kawasan megapolitan, khususnya kawasan metropolitan yang
berupa kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki
keterkaitan fungsional dan dihubungkan dengan jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi,
merupakan pedoman untuk keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah administrasi di dalam
kawasan, dan merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan lintas
wilayah administratif yang bersangkutan. Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan
pada kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten atau pada kawasan yang
secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten
pada 1 (satu) atau lebih wilayah provinsi. Kawasan perdesaan yang merupakan bagian
wilayah kabupaten dapat berupa kawasan agropolitan. Penataan ruang dengan pendekatan
nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi
dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang
3
bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan
berkelanjutan. Penetapan kawasan strategis pada setiap jenjang wilayah administratif
didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan,
keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan
sebagai warisan dunia. Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih
ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan
strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.
Tujuan dari perencanaan penataan guna ruang dan tanah dalam suatu daerah yaitu
supaya di daerah tersebut dapat dilakukan sepenuhnya daya guna sehingga tanah yang
tersedia dapat memenuhi berbagai keperluan bangunan, baik yang bersangkutan dengan
pemerintah daerah maupun masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain, memberi pedoman
bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan didaerahnya dan pedoman ini
sekaligus juga harus ditaati oleh warga kotanya. Masalah ini dapat kita kaitkan kembali
dengan kewajiban setiap pemegang hak atas tanah, bahwa disamping mempunyai wewenang
untuk menggunakan tanahnya, juga berkewajiban agar orang lain dapat turut merasakan
manfaatnya (fungsi sosial).
Berdasarkan wewenang penyelenggaraan penataan ruang daerah, yang mencakup
kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Tiap-tiap
daerah mengeluarkan berbagai produk peraturan perundang-undangan daerah seperti
peraturan daerah dan peraturan walikota/ bupati memgenai perencanaan tata ruang. Misalnya
di kota Semarang , penataan ruang di kota Semarang diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005-2025, Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Semarang Tahun 2010-2015, Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2011 2031, Peraturan
Walikota Semarang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kota
Semarang Tahun 2015, Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau, dan lain sebagainya. Makalah ini memaparkan bagaimana
perencanaan penataan ruang dan wilayah di kota Semarang pada tahun 2015, bagaimana
1.3 Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan bagaimana perencanaan penataan ruang wilayah di kota
Semarang pada tahun 2015.
2. Untuk mendiskripsikan apa saja program-program yang dilakukan dalam penataan
ruang wilayah kota Semarang Tahap I 2010-2015.
3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program penataan
ruang wilayah di kota Semarang Tahap I 2010-2015.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis :
a. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang perencanaan pembangunan dan
perencanaan penataan ruang wilayah di kota Semarang.
a. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi
peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan khusunya ilmu dalam bidang
hukum penataan ruang dan penatagunaan tanah terkait dengan perencanaan tata
ruang disuatu wilayah, dalam hal ini perencanaan penataan ruang di Kota
Semarang. Diharapkan dari perencanaan penataan ruang di Kota Semarang
tersebut dapat bermanfaat khususnya bagi masyarakat kota Semarang untuk ikut
aktif berpartisipasi dalam proses dan pelaksanaan penataan kota serta ikut dalam
pemeliharaan dan pelestarian dari program-program penataan ruang yang telah
dilaksanakan.
2. Manfaat praktis :
5
a. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat untuk dapat secara hati
hati dan teliti dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam,
pembanguan atau semacamnya harus sesuai dengan penataan ruang wilayah di
daerah tersebut.
b. Adapun untuk akademisi makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk
menambah khasanah ilmu hukum pentaan ruang dan penatagunaan tanah terkait
dengan perencanaan penataan ruang dan wilayah disuatu daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
antara lain : kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan
strategis.
A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
a. pemantapan
pusat
pelayanan
kegiatan
yang
memperkuat
kegiatan
pusat
perdagangan
modern
dan
tradisional
berskala
internasional
mengembangkan kegiatan pendidikan menengah kejuruan, akademi, dan
perguruan tinggi
5) mengembangkan kegiatan wisata alam dan wisata budaya
6) mengembangkan kegiatan jasa pertemuan dan jasa pameran.
b. peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan, meliputi :
1)meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi kegiatan
antar pusat pelayanan kegiatan kota.
2)mengembangkan jalan lingkar dalam (inner ring road) jalan lingkar tengah
(middle ring road), jalan lingkar luar (outer ring road), dan jalan radial
3)meningkatkan pelayanan moda transportasi yang mendukung tumbuh dan
berkembangnya pusat pelayanan kegiatan kota
4)mengembangkan sistem transportasi massal
5)mengembangkan terminal angkutan umum regional, terminal angkutan umum
dalam kota, sub terminal angkutan umum
6)mengembangkan terminal barang yang bersinergi dengan pelabuhan laut dan
7)meningkatkan integrasi sistem antar modal.
c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana
umum, meliputi :
1) mendistribusikan sarana lingkungan di setiap pusat kegiatan sesuai fungsi
kawasan dan hirarki pelayanan
2) mengembangkan sistem prasarana energi
3) mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi pada kawasan
pertumbuhan ekonomi
4) mengembangkan prasarana sumber daya air
5) meningkatkan sistem pengelolaan persampahan dengan teknik-teknik yang
berwawasan lingkungan
6) meningkatkan kualitas air bersih menjadi air minum
7) meningkatkan prasarana pengelolaan air limbah dan
8) mengembangkan sistem prasarana drainase secara terpadu.
8
4. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 2.738 (dua ribu tujuh
ratus tiga puluh delapan) hektar;
5. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan dengan luas
kurang lebih 2.622 (dua ribu enam ratus dua puluh dua) hektar;
6. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih 4.420 (empat ribu
empat ratus dua puluh) hektar;
7. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang lebih 2.509 (dua ribu
lima ratus sembilan) hektar;
8. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang lebih 5.399 (lima ribu
tiga ratus Sembilan puluh sembilan) hektar;
9. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 (enam ribu dua
ratus tiga belas) hektar; dan
10. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan luas kurang lebih
6.393 (enam ribu tiga ratus Sembilan puluh tiga) hektar.
Rencana pengembangan fungsi utama masing-masing BWK yaitu; BWK I, BWK II, BWK III
perkantoran, perdagangan dan jasa, BWK II pendidikan kepolisian dan olah raga, BWK III
transportasi udara dan transportasi laut, BWK IV dan BWK X industri, BWK VI dan BWK
VIII pendidikan, BWK VII perkantoran militer, dan BWK IX kantor pelayanan publik.
Setiap BWK tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana detail tata ruang.
Rencana ruang terbuka hijau kota Semarang direncanakan dengan luas kurang lebih
11.211 (sebelas ribu dua ratus sebelas) hektar meliputi: ruang terbuka hijau privat (ruang
terbuka hijau pekarangan, dan ruang terbuka hijau halaman perkantoran, pertokoan, dan
tempat usaha) dikembangkan seluas 10 % (sepuluh persen) dari luas wilayah kota dengan luas
kurang lebih 3.737 (tiga ribu tujuh ratus tiga puluh tujuh) hektar dan ruang terbuka hijau
publik (ruang terbuka hijau taman dan hutan kota, ruang terbuka hijau jalur hijau jalan, dan
ruang terbuka hijau fungsi tertentu) dikembangkan seluas 20 % (dua puluh) dari luas kota
dengan luas kurang lebih 7.474 (tujuh ribu empat ratus tujuh puluh empat) hektar.
Untuk penataan kawasan pemukiman di kota Semarang diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. perumahan dengan kepadatan tinggi meliputi perumahan pusat kota yaitu di BWK I,
BWK II, BWK III, BWK V;
b. perumahan dengan kepadatan sedang meliputi perumahan di BWK IV, BWK VI,
BWK VII, BWK X khusus Kecamatan Tugu; dan
c. perumahan dengan kepadatan rendah meliputi perumahan di BWK VIII, BWK IX, dan
BWK X khusus Kecamatan Ngaliyan.
11
Kecamatan Genuk;
Kecamatan Pedurungan;
Kecamatan Tembalang;
Kecamatan Gunungpati;
Kecamatan Ngaliyan;
Kecamatan Mijen; dan
Kecamatan Tugu.
Sedangkan kawasan peruntukan pertanian hortikultura luasnya kurang lebih 2.499 (dua ribu
empat ratus sembilan puluh sembilan) hektar meliputi :
a. Kecamatan Tembalang;
b. Kecamatan Gunungpati;
d. Kecamatan Mijen; dan
e. Kecamatan Ngaliyan.
Rencana penetapan kawasan strategis meliputi : kawasan strategis pertumbuhan ekonomi
(Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi dan Kawasan Pelabuhan Tanjung
Emas), kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup (kawasan Waduk Jatibarang di
Kecamatan Gunungpati dan kawasan reklamasi pantai di Kecamatan Semarang Utara), dan
kawasan strategis sosial budaya (Kawasan Masjid Agung Semarang di Kecamatan Semarang
Tengah, Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah di Kecamatan Gayamsari, Kawasan pendidikan
di Kecamatan Tembalang dan Kecamatan Gunungpati, Kawasan Gedong Batu di Kecamatan
Semarang Barat, dan Kawasan Kota Lama di Kecamatan Semarang Utara).
Arah pemanfaatan ruang wilayah kota Semarang meliputi: perumusan program
sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan
strategis dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah
kota dan kawasan strategis. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur
ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis merupakan prioritas pelaksanaan
pembangunan yang disusun berdasarkan atas kemampuan pembiayaan dan kegiatan yang
mempunyai efek mengganda sesuai arahan umum pembangunan daerah. Sedangkan
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah kota dan
12
kawasan strategis dilakukan selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, yang dibagi menjadi 4
(empat) tahapan yaitu :
a.
b.
c.
d.
13
d. Perwujudan struktur tata ruang yang seimbang, peningkatan pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang konsisten dengan rencana tata ruang yang
1.
2.
penataan kawasan strategis yang telah ditetapkan dalam Perda RTRW 50%;
Meningkatnya persentase penanganan kawasan dan bangunan cagar budaya sebesar
75%;
e. Pengembangan pengelolaan manajemen pelayanan transportasi, dengan sasaran
pembangunan difokuskan pada :
1. Meningkatnya persentase sarana dan prasarana transportasi massal 50%;
2. Meningkatnya persentase pengelolaan manajemen lalu lintas sebesar 80%;
3. Meningkatnya persentase pengelolaan manajemen perparkiran sebesar 100%.
f. Pengembangan manajemen pola pergerakan angkutan barang yang terintegrasi antar
moda angkutan darat dan laut, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada
meningkatnya persentase sarana prasarana pola pergerakan angkutan barang sebesar
50%.
g. Pengembangan struktur jaringan jalan yang sistematis sesuai dengan Rencana Tata
Ruang, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada meningkatnya persentase
kualitas dan kuantitas sarana prasarana jaringan jalan sebesar 50%.
h. Pengembangan kelengkapan jalan (street furniture), dengan sasaran pembangunan
difokuskan pada meningkatnya persentase sarana prasarana estetika kota mencapai
75%.
i. Penyediaan perumahan yang layak huni bagi masyarakat dan masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) dan fasilitas pendukungnya, dengan sasaran
pembangunan difokuskan pada :
1. Meningkatnya persentae peremajaan perumahan di kawasan-kawasan kumuh
mencapai 20%;
2. Meningkatnya persentase pemenuhan kebutuhan tempat pemakaman umum
(TPU) 30%;
j. Pengembangan sarana dan prasarana penanganan system jaringan drainase, dengan
sasaran pembangunan difokuskan pada :
1. Menurunnya persentase luasan genangan banjir dan rob 50%;
2. Meningkatnya persentase kualitas dan kuantitas sarana prasarana penanganan
system jaringan drainase mencapai 50%;
k. Pengembangan sarana dan prasarana penyediaan air baku masyarakat dan kerjasama
antar wilayah, hulu hilir dan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kota dalam
pengelolaan air baku, dengan sasaran pembangunan difokuskan pada meningkatnya
persentase ketersediaan air baku sebesar 60%.
14
3
4
Prioritas Pembangunan
daerah
(RKPD) Tahun 2015
Penanganan Rob dan Banjir
Pengembangan sarana dan prasarana
Peningkatan dan
penyediaan air baku masyarakat dan kerjasama
pengoptimalkan sarana
dan prasarana
antar wilayah, hulu hilir dan antara Pemerintah
pengendalian banjir dan
Pusat, provinsi dan Kota dalam pengelolaan air
rob
baku, dengan sasaran pembangunan difokuskan
Rehabilitasi Daerah
pada meningkatnya persentase ketersediaan air
Aliran Sungai
baku
sertaKonservasi
Kawasan Hulu dan Hilir.
Pengembangan sarana dan prasarana
penanganan system jaringan drainase
Peningkatan Infrastruktur
Meningkatkan penataan lahan kritis, penataan
Peningkatan aksesbilitas,
lahan bekas galian C dan penataan kawasan
kualitas dan kuantitas
pantai dan pengembangan kegiatan
sarana prasarana
perlindungan dan konservasi, rehabilitasi dan
infrastrukturwilayah
pemulihan cadangan sumberdaya alam dan
Peningkatan kualitas dan
pengendalian polusi
kuantitas utilitaswilayah
Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana
dan sarana pengelolaan sampah serta
pengembangan kegiatan penanganan sampah
Pengembangan kualitas dan kuantitas Ruang
Terbuka Hijau (RTH
Perwujudan struktur tata ruang yang seimbang,
peningkatan pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang
15
Prioritas
Program/
Capaian Target
Indikator
Target
SKPD
Kinerja
Capaian 2015
Pembangunan
Pembangunan
Peningkatan dan pengoptimalan sarana dan prasarana pengendalian banjir dan rob
1. Pembangunan fasilitas
pengendali
banjir dan rob
1 lokasi
PSDA
100%
16
2. Peningkatan
operasional sarana
pengendali banjir
3. Pembangunan dan
pengoptimalan
embung dan polder
Program pengendalian
banjir
Program
Pengembangan dan
pengelolaan jaringan
irigasi, rawa dan
jaringan pengairan
lainnya
Program pembangunan
saluran drainase /
gorong-gorong
- Operasional
Pompa Banjir
- Operasional
Polder Kali
Semarang
Peningkatan
100 %
PSDA
94 lokasi
PSDA
14 lokasi
PSDA
saluran/drainase
Pembangunan
saluran drainase
Jl. Jend.Sudirman,
Jl Mt Haryono
pertigaan mrican,
Drainase
Sigarbencah, RPU
Penggaron, dll
Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Serta Konservasi Kawasan Hulu dan Hilir
1. Rehabilitasi kawasan
hulu, hilir dan DAS
Program
pengembangan dan
pengelolaan jaringan
irigasi, rawa dan
jaringan pengairan
lainnya
- Pemeliharaan
talud dan galian
sedimen
di kawasan hulu
8 lokasi
PSDA
2. Percepatan
pembangunan dan
penyelesaian
Infrastruktur strategis
Program pembangunan
jalan dan jembatan
- Peningkt
aksesibilitas
wilayah
Pinggiran
& penghubung
wilayah
penyangga;
45 lokasi
Bina
Marga
Program rehabilitasi /
pemeliharaan jalan
dan jembatan
- Pemeliharaan
jalan dan
jembatan
49 lokasi
Bina
Marga
Program penerangan
jalan umum
Program pembangunan
jalan dan jembatan
- Optimalisasi &
pemasangan PJU
- Pembangunan
jalan dalam
rangka
mengurai
kepadatan arus
laulintas
16 kec
PJPR
9 lokasi
Bina
Marga
masing masing 1
paket
Bina
Marga
Program
Pengadaan lahan
pengembangan wilayah
outer ring road
17
startegis
dan cepat tumbuh
mangkangarteri utara
Pengadaan lahan
UNDIP Jangli
dan Simpang
Kasipah-Janglidr Wahidin
Pengadaan lahan
outer ring road
MangkangMijen
Pengadaan lahan
Jalan Sriwijaya
Pengadaan Lahan
Under Pass
Jatingaleh
Pengadaan Lahan
Jl. Siliwangi
Jrakah
Pengadaan Lahan
Jl Tembus
Kartini - Gajah
2. Peningkatan pengelolaan
persampahan
Program peningkatan
pelayanan angkutan
Program Pembangunan
- Mesin ticketing 10
sarana dan
unit
prasarana perhubungan
Program Pengembangan Pembangunan TPS
kinerja
Pengadaan Truck
pengelolaan persampahan
Armroll
Peningkatan
SarPras
Jatibarang
Program Pengelolaan
ruang terbuka hijau
(RTH)
3. Penguatan pengelolaan
sumber daya alam dan
lingkungan hidup
- Operasional BRT
4 koridor Dishub
Program Pengendalian
pencemaran dan
perusakan lingkungan
hidup
Pembangunan
Hutan Kota
Mijen
Penghijauan jalan
protokol
Penyusunan KLHS
Kota Semarang
Tahun 2015-2020
Kelurahan ramah
lingkungan
4 koridor
Dishub
10 Unit
Dishub
100 kelurahan
DKPtama
n
8 unit
1 paket
1 paket
11 lokasi
1 paket
BLH
16 kel
Program peningkatan
pengendalian polusi
Pengadaan alat
komposting limbah
domestik
250 set
18
2.3. Kendala dalam Pelaksanaan Program Penataan Ruang Wilayah di Kota Semarang
Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja
pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin
dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan sedang dibuat. Potensi
permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum
didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi. Faktor-faktor yang menjadi
peluang maupun yang menjadi faktor penghambat perlu ditelaah dan dianalisis lebih dalam
agar perencanaan dapat terealisasikan.
Tahun 2015 adalah periode tahun terakhir dari tahapan Perencanaan Pembangunan
Daerah Jangka Menengah RPJMD Kota Semarang 2010-2015. Untuk itu dokumen RKPD
Tahun 2015 ini harus mampu menyelesaikan tujuan akhir dari perencanaan RPJMD 20102015 sekaligus mempersiapkan jawaban dari tantangan yang akan datang dalam RPJMD
periode depan yakni periode tahun 2015-2020.
Permasalahan pembangunan Kota Semarang yang dihadapi di Tahun 2015 yang
berhubungan dengan sasaran pembangunan daerah dalam Penataan Ruang sebagaimana
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang serta prioritas
lain dari kebijakan nasional/provinsi yang bersifat mandatory adalah sebagai berikut:
N
o
1
Kota Semarang
Meningkatkan penataan lahan 1.
kritis, penataan lahan bekas galian2.
C dan penataan kawasan pantai 3.
4.
dan pengembangan kegiatan
5.
perlindungan dan konservasi,
6.
rehabilitasi dan pemulihan
7.
cadangan sumberdaya
8.
alam dan pengendalian polusi
Peningkatan kualitas dan kuantitas
prasarana dan sarana pengelolaan
sampah serta pengembangan
kegiatan penanganan sampah
pengelolaan sampah 3R
1. Luasan RTH baru mencapai 52,39%
(permendagri) atau 7,31% (permenPU)
2. Kebijakan yang belum sepenuhnya
mengarah kepada pembuatan lahan
terbuka baru
3. Pergantian lahan untuk permukiman
yang cukup tinggi dikarenakan tuntutan
dan investasi
4. Terbatasnya anggaran untuk
mengembangkan taman atau ruang
terbuka hijau
1. Alih fungsi lahan yang begitu cepat
2. Kurang konsistennya SKPD terkait
dalam memahami rencana tata ruang
wilayah (RTRW) Kota Semarang 20112030
3. Terbatasnya pengawasan pemanfaatan
lahan dilapangan
1. Penataan wajah kota yang sedang dalam
proses
2. Terbatasnya penyediaan kelengkapan
jalan untuk daerah pedalaman /
perbatasan
3. Pertumbuhan kendaraan yang tidak
sebanding dengan prasana jalan
4. Proporsi panjang jaringan jalan dalam
kondisi baik yang belum terlalu besar
yaitu sekitar 55,13%.
5. Akses wilayah dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi wilayah
khususnya daerah pinggiran/terisolir
1. Masih adanya permukiman kumuh;
2. Masih adanya rumah yang tidak layak
huni,
3. Keterbatasan masyarakat khususnya
4. masyarakat miskin untuk memiliki
rumah yang layak huni;
1. Terbatasnya koordinasi antar
pemeirintah dan masyarakat dalam
menjaga kebersihan dari hulu hingga
hilir;
2. Luas genangan rob dan banjir
cenderung meningkat
3. Kondisi hujan yang ekstrim akibat
perubahan iklim;
20
program-program kerja tersebut juga harus sesuai dengan persediaan anggaran daerah yang
ada dan tidak membebani masyarakat. Peran masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam hal
pengawasan kinerja pemerintah dan pelestarian dari realisasi program-program kerja
pemerintah di bidang penataan ruang.
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Keberhasilan suatu pembangunan sangat tergantung pada adanya rencana,
pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi pengawasan, koordinasi, dan sinkronisasi sangat perlu
agar pembangunan itu tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan serta tidak
tumpang tindih dan saling bertentangan fungsi dan kegunaannya satu sama lain sehingga
tercapai keserasian di dalam fisik pembangunan maupun manfaatnya. Peranan bupati/walikota
sebagai kepala wilayah adalah administrator tunggal pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan
sangat
diperlukan
untuk
menggerakkan,
mengendalikan,
dan
Daerah (RKPD).
Tujuan penataan ruang wilayah kota Semarang menurut Perda Kota Semarang Nomor
14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2011
-2031 adalah mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala
internasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Prioritas pembangunan kota Semarang pada tahun 2015 di bidang penataan ruang
yaitu: Peningkatan dan pengoptimalan sarana dan prasarana pengendalian banjir dan rob,
rehabilitasi daerah aliran sungai serta konservasi kawasan hulu dan hilir, peningkatan
aksesbilitas, kualitas dan kuantitas sarana prasarana infrastruktur wilayah, dan peningkatan
kualitas dan kuantitas utilitas wilayah.
23
daerah agar ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara
kepulauan berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya,
pengelolaannya dapat dilakukan secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan
berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat
terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai
dengan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hasni. 2008. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Juniarso, Ridwan dan Achmad Sodik. 2008. Hukum Tata Ruang . Bandung: Nuansa Cendekia.
Kantaatmaja, Mieke Komar. 2001. Hukum Angkasa dan Tata Ruang. Bandung: Mandar Maju.
Muchsin dan Imam Koeswahyono. 2008. Aspek Kebijakan Hukum Pentatagunaan Tanah dan
Pentaan Ruang. Jakarta: Sinar Grafika.
Brantakusumah, R.D.S. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005-2025
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2011 2031
Peraturan Walikota Semarang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pembangunan
Daerah Kota Semarang Tahun 2015
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka
Hijau
26