Anda di halaman 1dari 9

SOAL PRETEST SMF ILMU PENYAKIT DALAM

1. Bagaimana menegakkan diagnosis koma hipoglikemi dan penanganannya?


2. Bagaimana menegakkan diagnosis koma ketoasidosis dan penanganannya?
3. Bagaimana menegakkan diagnosis koma HONK dan penanganannya?
4. Bagaimana mengetahui adanya syok hipovolemi dan penanganannya?
5. Bagaimana mengetahui adanya syok anaphilaksis dan penanganannya?
6. Keadaan apa saja yang bisa menyebabkan demam?
7. Bagaimana menegakkan diagnosis koma hepatikum dan penanganannya?
8. Bagaimana penanganan gastritis erosifa?
9. Bagaimana terapi angina pectoris?
10. Bagaimana terapi DM tipe II?
JAWABAN
1. Menegakkan diagnosis koma hipoglikemi dan penanganannya (ASKANDAR)
a. Penegakkan diagnosis, gejala klinis dan laboratorium
Gejala klinis
: Lapar, gemetar, keringat dingin, berdebar, pusing, gelisah
kemudian koma, keadaan tidak sadar GCS 1-1-1, riwayat
DM,
riwayat konsumsi obat DM oral, tidak ada trauma
kepala dan
deficit neurologis.
Laboratorium
: Glukosa darah kurang dari 30-60 mg/dL
b. Penanganan
Pisang/ roti/ karbohidrat kompleks
Jika gagal berikan teh gula/ tetesi madu di bawah lidah
Jika gagal berikan inj. glukosa 40% iv 25ml (encerkan 2x), infuse mantos (maltose
10%) atau glukosa 10%, bila belum sadar dapat diulang 25cc glukosa 40% setiap
setengah jam sampai sadar dan dapat diulang 6x
NB : inj. glukosa 40% iv 25ml dengan rumus 123
Rumus 1 : berikan 1 flash bila kadar glukosa darah 60-90%
Rumus 2 : berikan 2 flash bila kadar glukosa darah 30-60%
Rumus 3 : diberikan 3 flash bila kadar glukosa darah <30%
Jika gagal berikan inj. methylprednisolone 62,5-125mg iv dan dapat diulang
Bila perlu inj. efedrin 25-50mg (jika tidak ada kontraindikasi) atau inj. glucagon 1mg
im
2. Menegakkan diagnosis koma ketoasidosis dan penanganannya (ASKANDAR)
a. Penegakkan diagnosis
Klinis
: Poliuria, polidipsia, mual, muntah, pernapasan kusmaul, lemah,
dehidrasi, hipotensi sampai syok, kesadaran terganggu hingga
koma
Darah
: Hiperglikemia >300mg/dL (biasanya melebihi 500mg/dL), bikarbonat
<20 Meg/1 dan pH <7,35
Urine
: Glukosuria dan ketonuria

b. Penanganannya
FASE I (FASE GAWAT)
1. Rehidrasi

2. Insulin dosis rendah intravena


3. Infuse K+ per 24 jam

4. Infuse BIK

5. AB
Glukosa darah = 250mg/dL atau reduksi =
FASE II
1. Rumatan

2. Kalium
3. Insuline regular
4. Makanan lunak, karbohidrat kompleks

NaCL 0,9% atau RL 21/2jam pertama lalu


80 tetes/menit selama 4 jam lalu 30
tetes/menit selama 18 jam (4-6 L/24jam)
diteruskan sampai 24 jam berikutnya 20
tetes/menit
4 unit/ jam iv
25 mEg (bila k+ = 3,0-3,5 mEg/1
50 mEg (bila k+ = 2,5-3,0 mEg/1
75 mEg (bila k+ = 2,0-2,5 mEg/1
100 mEg (bila k+ = 2,0 mEg/1
Bila pH <7,2-7,3 atau BIK <12 mEg/1
50-100 mEg drip selama 2 jam (bolus BIK
50-100 mEg diberikan bila pH <7,0)
Dipilih yang terbaru dan dosis adekuat
NaCL 0,9% atau pot R (insulin regular 4-8
u), maltose10% (insulin regular 8-12 u)
bergantian 20 tetes/ menit (dimulai
perlahan, berjalan perlahan dan diakhiri
perlahan)
p.e (bila K+ , 4 mEg/1) atau per os (air
tomat/kaldu)
3x8-12 u subcutan

3. Menegakkan diagnosis koma HONK dan penanganannya


4. Mengetahui adanya syok hipovolemi dan penanganannya
a. Manifestasi klinis tergantung pada penyebab syok (kecuali syok neurogenik) yang
meliputi :
Sistim pernafasan : nafas cepat dan dangkal
Sistim sirkulasi : ekstremitas pucat, dingin, dan berkeringat dingin, nadi cepat dan
lemah,tekanan darah turun bila kehilangan darah mencapai 30%
Sistim saraf pusat : keadaan mental atau kesadaran penderita bervariasin tergantung
derajat syok, dimulai dari gelisah, bingung sampai keadaan tidak sadar
Sistim pencernaan : mual, muntah
Sistim ginjal : produksi urin menurun (Normalnya 1/2-1 cc/kgBB/jam)

Sistim kulit/otot : turgor menurun, mata cowong, mukosa lidah kering.


Secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala seperti berikut:
Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau TAR (tekanan arterial rata rata)
kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih
Oliguria: produksi urin kurang dari 20 ml/jam.
Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta pengisian kapiler
yang jelek. Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan
kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat
dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan
vasokonstriksi dan takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat,
meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit.
b. Penanganan
Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan untuk
bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena sentral
kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan data dasar;
kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat
Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer. Dua atau
lebih kateter mungkin perlu untuk penggantikan cairan cepat dan pengembalian
ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume
Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau lebih kateter
mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan
hemodinamik; penekanan pada penggantian volume
Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia, golongan darah
dan pencocokan silang, dan hemtokrit. Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP
meningkat pada tingkat pada tingkat yang memuaskan diatas pengukuran dasar atau
sampai terdapat perbaikan pada kondisi klinis pasien
Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan ini
mendekati komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan
waktu untuk pemeriksaan golongan darah dan pencocokkan silang, perbaiki sirkulasi,
dan bertindak sebagai tambahan terapi komponen darah
Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat kehilangan
darah telah parah atau pasien terus mengalami hemoragi
Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan hematokrit
sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan
Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan memberi
cairan dan darah sesuai ketentuan

Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30 menit, volume
urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal
Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok
Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total-tekanan
darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb,
gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon pasien terhadap
tindakan. Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis kecenderungan
menyatakan perbaikan atau pentimpangan pasien
Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan
mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada pasien
dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu
Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti dopamen)
untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler

5. Mengetahui adanya syok anaphilaksis dan penanganannya


a. Dasar diagnosis (American Academy of Allergy, Asthma and Immunology, 3 kriteria)
Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu penyakit (beberapa menit hingga
beberapa jam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa atau kedua-duanya
(misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan,
pembengkakan bibir, lidah, uvula), dan salah satu dari respiratory compromise
(misalnya sesak napas, bronkospasme, stridor, wheezing, penurunan PEF,
hipoksemia) dan penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan
disfungsi organ sasaran (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia).
Kriteria kedua adalah dua atau lebih gejala berikut yang terjasi secara mendadak
setelah terpapar allergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit hingga
beberapa jam), yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit (misalnya bintik-bintik
kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir, lidah,
uvula), respiratory compromise (misalnya sesak napas, bronkospasme, stridor,
wheezing, penurunan PEF, hipoksemia), penurunan tekanan darah atau gejala yang
berkaitan (misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia), dan gejala gastrointestinal yang
persisten (misalnya nyeri abdominal, kram, muntah).
Kriteria ketiga adalah terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada allergen
yang diketahui beberapa menit hinga beberapa jam (syok anafilaktik). Pada bayi dan
anak-anak, tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau penurunan darah
sistolik lebih dari 30%. Sementara pada orang dewasa, tekanan darah sistolik kurang
dari 90mmHg atau penurunan darah lebih dari 30% dari tekanan darah awal.

b. Penanganan
Riwayat reaksi alergi berat dengan respiratory compromise atau hipotensi, terutama
dengan perubahan kulit

Identifikasi dan hentikan allergen


Oksigen 100% 8L/m
Adrenalin/ epinephrine (1:1000) 0,3-0,5 ml im (0,01 mg/kgBB)
Ulangi 5-15 menit jika tidak ada perubahan klinis
Antihistamin 10-20 mg im atau iv pelan
Terapi tambahan
Berikan cairan iv 1-2 L jika tanda-tanda syok tidak ada respon terhadap obat
Kortikosteroid unruk smua kasus berat, berulang dan pasien dengan asma
o Methylprednisolone 125-250 mg iv
o Dexamethasone 20 mg iv
o Hydrocortisone 100-500 mg iv pelan
Inhalasi short acting beta 2 agonist pada bronkospasme berat
Vasopressor
Observasi 2-3x24 jam, untuk kasus ringan cukup 6 jam
Berikan kortikosteroid dan antihistamin PO 3x24 jam

6. Keadaan yang bisa menyebabkan demam


Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit.
Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbukan demam pada anak-anak, antaralain
pneumonia, bronchitis, osteomylitis, appendicitis, tuberculosis, bakterimia, sepsis, bacterial
gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lainlain (Graneto, 2010). Infeksi virus yang pada umunya menimbukan demam anataralain viral
pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum
seperti H1N1 (Davis, 2011). Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam
anataralain coccidinides imitis, criptococcosis, daln lain-lain (Davis, 2011). Infeksi parasit
yang pada umumnya menimbulkan demam anataralain malaria, toksoplasmosis, dan
helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007)
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antaralain faktor
lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dan
lain-lain), penyakit autoimun, keganasan, pemakaian obat-obatan efek samping imunisasi.
Perdarah otak, koma, status epileptikus, cidera hipotalamus dan gangguan lainnya.

7. Menegakkan diagnosis koma hepatikum dan penanganannya


a. Dasar diagnosis
Perubahan personalitasdari apatis, irritabilitas, disfasia hingga kehilangan kesadaran.
Manifestasi didahului oleh dekompensasi dari hati, gerakan involunter seperti tumor,
rigiditas/kejang.
b. Penanganan

Pengobatan penyakit hepar, indentifikasi dan hialngkan faktor pencetus, upaya suportif
(kalori), perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit serta oksigenasi jaringan.
8. Penanganan gastritis erosifa
a. Pengobatan non farmakologi
Merubah life style
Berhenti merokok
Kurangi konsumsi alcohol dan minuman bersoda
Hindari makanan yang memperberat keluhan: pedas, panas, banyak lemak
Makan teratur, hindari makan sebelum tidur
Kendalikan stress dan pikiran
Isttirahat, kurangi stress
Mengurangi penggunaan NSAID
Obat antitukak
9. Terapi angina pectoris
a. Terapi Farmakologi
Nitrogliserin
Penyekat Beta-adrenergik
Nitrat dan Nitrit
Kalsium Antagonis
b. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan takikardia
dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas
dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress
untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu
darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius.
10. Terapi DM tipe II

Anda mungkin juga menyukai