Makalah Teknologi Pendidikan Biologi
Makalah Teknologi Pendidikan Biologi
KELOMPOK III
Anggota :
Pungki Akmalitasari
(13304241001)
(13304241015)
(13304241036)
PENDAHULUAN
Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang menghadirkan
diri sedemikian rupa sehingga pendidik memiliki relasi bermakna antara pendidikan dengan para
peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa
dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa atau pendidikan bagi
siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang men- dunia, minat, dan kebutuhan-kebutuhan
peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan
mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered
teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati,
menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat
diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi
dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan
dirinya dan kemudian mem- fungsi -kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.
Tujuan sejati dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri
peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan,
mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini
dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanistik serta
mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai (income generating
skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan
kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual,
emosi/perasaan (EQ), affeksi maupun keterampilan yang berguna untuk hidup praktis. Tujuan
pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda (N. Driyarkara). Pendidikan
hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi
yang lebih bermanusiawi (semakin penuh sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di dalam
masyarakatnya, yang bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat
membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau keahlian
dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas,
berkeahlian, namun tetap humanis.
SUB BAB 1
Pendekatan Humanistik (Human Approach)
A. Pengertian
Pendekatan pembelajaran humanistik merupakan memandang manusia sebagai subyek
yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Pada hakekatnya setiap diri manusia
memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan
perilakunya.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang humanistik yaitu
1.
Pendekatan dialogis
Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan
kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog.
2. Pendekatan reflektif
Pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri.
3. Pendekatan ekspresif
Pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan
segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri).
Oleh karena itu, pendidik tidak mengambil alih tangung jawab, melainkan sekedar
membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri dan penentuan sikap.
Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa bagaimana menjalin komunikasi dan
relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas
sekolah. Sebagai pendidik tidak sekedar menstransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih
keterampilan verbal kepada para peserta didik. Dengan seperti itu, peserta didik dapat menumbuh
kembangkan dirinya secara optimal.
d.
e.
f.
g.
C. Model Pembelajaran
Pendekatan humanistik terdapat dua model pembelajaran, yaitu: model pengawasan diri
dan model reduksi tekanan jiwa.
1.
Model pengawasan Diri adalah pola belajar yang diarancang untuk melatih siswa
mengenal prinsip-prinsip perilaku, melakukan pengawasan diri sendiri untuk berperilaku yang
baik. Rancangan pola belajar tersebut mengubah keadaan lingkungan sehingga mendorong
terjadinya perilaku baru yang dikehendaki.
Urutan Langkah Mengajar
Pengajaran dengan model Pengawasan Diri mengenal empat kegiatan sebagai berikut :
a)
b)
c)
Langkah ketiga : guru mengajak siswa untuk membuat program pengawasan diri.
d)
Hubungan guru siswa dalam Model pengawasan Diri tergolong moderat, yang secara
berangsur mmenjadi semakin rendah. Perilaku hubungan tersebut sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
Guru memberanikan siswa untuk melakukan pengawasan diri atas perilaku sendiri
b)
c)
Siswa berani menilai diri sendiri dan melakukan perbaikan perilakunya sendiri.
2.
Model Reduksi Tekanan Jiwa : suatu Prosedur Dasar untuk mengurangi Kegelisahan
Model Reduksi : Tekanan jiwa adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk melatih
siswa dapat mengganti perilaku yang tidak cocok dengan perilaku yang baik, dapat mengurangi
kegelisahan menjadi perilaku yang menyenangkan, dan memiliki kebiasaan hidup sehat.
Urutan Langkah Mengajar
Pengajaran dengan Model Reduksi Tekanan Jiwa mengenal urutan langkah sebagai
berikut :
a)
Langkah kesatu : guru mengenalkan program dengan cara meminta siswa untuk
duduk secara santai, sehingga merasa nyaman dan senang.
b)
c)
d)
e)
Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang humanistik
ini yakni:
a.
b.
Active learning
Dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model
pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari
penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan
tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar
Quantum learning
Merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi
yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan
teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika
siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat
loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat
siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari
metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana
gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan
baik.
Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan
membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan
potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral.
Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif,
efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang
mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya, model pembelajaran ini
bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia
kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content
yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di
samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang.
4. Perseta didik kesulitan dalam mengenal dan potensi yang ada pada diri mereka
SUB BAB II
Contextual Teaching and Learning Approach
A. Pengertian CTL
CTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and Learning. Konteks berasal dari kata
kerja latin contexere yang berarti menjalin bersama. Kata konteks merurjuk pada keseluruhan
situasi, latar belakang atau lingkungan yang berhubngan dengan diri, yang terjalin bersamanya
(Websters New World Dictionary). Teaching adalah refleksi sitem kepribadian sang guru yang
bertindak secara professional; Learning adalah refleksi kepribadian siswa yang menunujukan
perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan. Sesuai dengan kedua definisi ini, dapat
disimpulkan bahwa dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti, yakni membantu
siswa menemukan makna (pengetahuan). Pada dasarnya siswa memiliki response potentiality
(potensi diri) yang bersifat kodrati. Keinginan untuk menemukan makna adalah sangat mendasar
bagi manusia. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan potensi diri ini sehingga siswa
terlatih menangkap makna dan materi yang diajarkan. Ada beberapa pengertian mengenai CTL
yang diberikan oleh beberapa ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berbeda.
Pertama, pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pembelajaran konstektual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu
peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan social dan
budaya masyarakat. Kelebihan konsep belajar ini yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.
Kedua, CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingg mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara
materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserat
didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan seharihari.
Keempat, pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsepsi yang membantu guru
mengaitkan konten mata pellajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalm kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara dan tenaga kerja.
Kelima, CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara
materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan anatara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif.
kesempatan
untuk
menciptakan
rasa
kebersamaan,
bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam
(learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerjasama
(learning to ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy
activity).
C. Manfaat CTL dalam Proses Pembelajaran
Manfaat CTL dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih bermakna bagi siswa jika
pengetahuan baru siswa diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang
lain dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari hari. Hal tersebut sesuai dengan
tujuh komponen dalam CTL yaitu :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan
itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.
Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek yang
menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut. Kedua faktor tersebut sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak
bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis tergantung individu yang melihat dan
mengkonstruksinya. Lebih jauh Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi
selalu merupakan konstruksi kenyataan mellaui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif , kategori , konsep dan stuktur yang perlu untuk
pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi
membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman pengalaman seseorang.
Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL . Pembelajaran CTL pada dasarnya
mendorong agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan pengalaman.
2. Menemukan ( Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan mengingat
seperangkat fakta fakta , tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannnya.
Menemukan akan melalui proses siklus inquiry yaitu obsevasi, bertanya, mengajukan
dugaan ( hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulkan. Langkah langkah kegiatan
inquiry adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan , bagan, table dan
karya lainnya
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru
atau audien lain
3. Bertanya
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan dan
aspek penting dari pengetahuan menggunakan pertanyaan dalam pembelajran berbasis
inkuiri sangartlah mendasar. Guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa
berpikir dan membuat penilaian secara kontinyu terhadap pemahaman siswa. Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Pertanyaan dapat digunakan
untuk berbagai macam tujuan, berbagai macam bentuk dan berbagai macam jawaban
yang ditimbulkannya.
4. Masyarakat Belajar
Dalam masyarakat belajar, hasil pembeljaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan
orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan
antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu. Kerja sama dapat menghilangkan
hambatan mental dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk
menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain dan
membangun persetujuan bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok akan
mampu mengatasi berbagai rintangan , bertindak mandiri dengan penuh tanggung jawab,
mengandalkan bakat setiap anggota, mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat dan
mengambil keputusan.
5. Pemodelan
Sebuah proses pembelajaran , keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang
bisa ditiru. Permodelan pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan ,
mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa belajar, dan melakukan
apa yang guru inginkan para siswanya untuk belajar. Permodelan dapat berbentuk
demonstrasi , pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
6. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa
yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses.
Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas dalam konteks pembelajaran, yang kemudian
diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan pengetahuan yang
baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya
tentang apa yang baru dipelajarinya.
Realisasi dari refleksi dapat berupa pertanyaan langsung tentang apa yang
diperolehnya pada hari itu, catatan atau jurnal di buku suswa, kesan, dan saran mengenai
pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya.