Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN BIOLOGI

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BIOLOGI


HUMAN APPROACH DAN CTL APPROACH

KELOMPOK III

Anggota :
Pungki Akmalitasari

(13304241001)

Mia Noor Shafira P

(13304241015)

Nita Ayu Nurjannah

(13304241036)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

PENDAHULUAN
Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang menghadirkan
diri sedemikian rupa sehingga pendidik memiliki relasi bermakna antara pendidikan dengan para
peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa
dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa atau pendidikan bagi
siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang men- dunia, minat, dan kebutuhan-kebutuhan
peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan
mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered
teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati,
menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat
diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi
dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan
dirinya dan kemudian mem- fungsi -kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.
Tujuan sejati dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri
peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan,
mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini
dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanistik serta
mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai (income generating
skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan
kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual,
emosi/perasaan (EQ), affeksi maupun keterampilan yang berguna untuk hidup praktis. Tujuan
pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda (N. Driyarkara). Pendidikan
hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi
yang lebih bermanusiawi (semakin penuh sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di dalam
masyarakatnya, yang bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat
membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau keahlian
dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas,
berkeahlian, namun tetap humanis.

SUB BAB 1
Pendekatan Humanistik (Human Approach)
A. Pengertian
Pendekatan pembelajaran humanistik merupakan memandang manusia sebagai subyek
yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Pada hakekatnya setiap diri manusia
memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan
perilakunya.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang humanistik yaitu
1.

Pendekatan dialogis
Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan

kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog.
2. Pendekatan reflektif
Pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri.
3. Pendekatan ekspresif
Pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan
segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri).
Oleh karena itu, pendidik tidak mengambil alih tangung jawab, melainkan sekedar
membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri dan penentuan sikap.
Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa bagaimana menjalin komunikasi dan
relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas
sekolah. Sebagai pendidik tidak sekedar menstransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih
keterampilan verbal kepada para peserta didik. Dengan seperti itu, peserta didik dapat menumbuh
kembangkan dirinya secara optimal.

B. Karakter Pembelajaan Pendekatan Humanistik


a. Manusia adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang baik dan berupaya menjalin hubungan yang
bermakna dan konstruktif dengan orang lain.

b. Manusia lebih bijak daripada inteleknya


Manusia lebih bijak dari pikiran-pikiran yang disadarinya bilamana manusia berfungsi
dengan cara yang baik dan tidak disentrif.
c.

Manusia adalah makhluk yang mengalami


Yaitu makhluk yang memikirkan, berkehendak, merasakan dan mempertanyakan. Rogers
yakin bahwa inti dari kehidupan yang bernilai terletak dalam mengalami sebagai pribadi
yang mendalam.

d.

Kehidupan ada pada saat ini, kehidupan ialah hidup sekarang


Kehidupan itu lebih dari sekedar tingkah laku otonistik yang ditentukan oleh peristiwa
masa lalu, dan nilai kehidupan terletak pada saat sekarang, bukan pada masa lalu atau
pada saat yang akan datang.

e.

Manusia adalah makhluk yang bersifat subyektif


Tingkah laku manusia hanya dapat dipahami berdasarkan dunia subyektifnya, yaitu
bagaimana individu itu memandang diri dan lingkungannya.

f.

Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu kebutuhan yang


terpokok manusia. Meningkatkan hubungan antar pribadi yang mendalam memiliki
potensi yang sangat besar sebagai sumber kesejahteraan mental manusia

g.

Manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasi


Kecenderungan manusia adalah bergerak ke arah pertumbuhan, kesehatan, penyesuaian,
sosialisasi, realisasi diri, kebebasan dan otonomi.

C. Model Pembelajaran
Pendekatan humanistik terdapat dua model pembelajaran, yaitu: model pengawasan diri
dan model reduksi tekanan jiwa.
1.

Model pengawasan Diri dengan Mode-mode Perilaku : mengatur Lingkungan


Sekitar Sendiri

Model pengawasan Diri adalah pola belajar yang diarancang untuk melatih siswa
mengenal prinsip-prinsip perilaku, melakukan pengawasan diri sendiri untuk berperilaku yang

baik. Rancangan pola belajar tersebut mengubah keadaan lingkungan sehingga mendorong
terjadinya perilaku baru yang dikehendaki.
Urutan Langkah Mengajar
Pengajaran dengan model Pengawasan Diri mengenal empat kegiatan sebagai berikut :
a)

Langkah kesatu : guru mengenalkan bahasa tentang pengawasan diri untuk


berperilaku lebih baik.

b)

Langkah kedua : guru mengemukakan prinsip-prinsip perilaku yang baik.

c)

Langkah ketiga : guru mengajak siswa untuk membuat program pengawasan diri.

d)

Langkah keempat : guru meminta siswa untuk melaksanakan program pengawasan


diri sendiri.

Hubungan guru siswa dalam Model pengawasan Diri tergolong moderat, yang secara
berangsur mmenjadi semakin rendah. Perilaku hubungan tersebut sebagai berikut :
a)

Guru mengemukakan aturan perilaku dalam melaksanakan program

b)

Guru meminta sisiwa melaksanakan program sendiri

c)

Guru semula melakukan pemantauan, tetapi kemudian mendorong siswa


melaksanakan pengawasan atas kegiatannya sendiri.

d)

Siswa melaksanakan penilaian atas perilaku dan programnya, dan kemudian


melakukan perbaikan atas perilaku programnya sendiri.

Pendukung Keberhasilan Belajar


a)

Guru memberanikan siswa untuk melakukan pengawasan diri atas perilaku sendiri

b)

Siswa melaksanakan program pengawasan diri sendiri

c)

Siswa berani menilai diri sendiri dan melakukan perbaikan perilakunya sendiri.

2.

Model Reduksi Tekanan Jiwa : suatu Prosedur Dasar untuk mengurangi Kegelisahan

Model Reduksi : Tekanan jiwa adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk melatih
siswa dapat mengganti perilaku yang tidak cocok dengan perilaku yang baik, dapat mengurangi
kegelisahan menjadi perilaku yang menyenangkan, dan memiliki kebiasaan hidup sehat.
Urutan Langkah Mengajar

Pengajaran dengan Model Reduksi Tekanan Jiwa mengenal urutan langkah sebagai
berikut :
a)

Langkah kesatu : guru mengenalkan program dengan cara meminta siswa untuk
duduk secara santai, sehingga merasa nyaman dan senang.

b)

Langkah kedua : menghangatkan suasanan menuju santai dengan cara menjelaskan


orientasi secara umum tentang jalannya pengajaran.

c)

Langkah ketiga : proses bersantai yang sebenarnya, guru memelihara kenyamanan,


kelembutan dan suasana harmonis.

d)

Langkah keempat : Proses mengakhiri persantaian, guru meminta siswa


sepenuhnya bersantai agar bebas dari ketegangan.

e)

Langkah kelima : guru melaksanakan wawancara dan bertukar pikiran dengan


siswa, dalam kesempatan ini siswa berpendapat tentang proses pengajaran.

Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang humanistik
ini yakni:
a.

Humanizing of the classroom


Model ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi,
sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus asa. Pendidikan model ini bertumpu
pada tiga hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan
terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatu padukan kesadaran hati
dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja, tetapi
yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi. Kasus ini
banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini
dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada pengembangan model pendidikan
afektif.

b.

Active learning
Dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model
pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari
penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan
tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar

pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah


dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam active learning, cara belajar dengan
mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat
sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan
paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah
dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan
menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang dapat
diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.
c.

Quantum learning
Merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi
yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan
teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika
siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat
loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat
siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari
metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana
gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan
baik.
Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan
membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan
potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral.
Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif,
efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang
mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya, model pembelajaran ini
bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia
kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content
yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di
samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang.

Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni


(diorkestrasi).
d.

The accelerated learning


Merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah
bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan.
Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas
menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic
dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan
berbuat). Auditory adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan
mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan
mengamati dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem
solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).Bobbi
DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi
kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai
persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna,
cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini
bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

D. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Pendekatan Hmanistik


Kelebihannya
1. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, sikap, analisis terhadap fenomena
social
2. Siswa merasa senang , berinisiatif dalam belajar
3. Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa
4. Siswa di tuntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri
dengan baik
kekurangan
1. Bersifat individual
2. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang
mendukung
3. Sulit di terapkan dalam konteks yang lebih praktis

4. Perseta didik kesulitan dalam mengenal dan potensi yang ada pada diri mereka

SUB BAB II
Contextual Teaching and Learning Approach

A. Pengertian CTL
CTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and Learning. Konteks berasal dari kata
kerja latin contexere yang berarti menjalin bersama. Kata konteks merurjuk pada keseluruhan
situasi, latar belakang atau lingkungan yang berhubngan dengan diri, yang terjalin bersamanya
(Websters New World Dictionary). Teaching adalah refleksi sitem kepribadian sang guru yang
bertindak secara professional; Learning adalah refleksi kepribadian siswa yang menunujukan
perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan. Sesuai dengan kedua definisi ini, dapat
disimpulkan bahwa dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti, yakni membantu
siswa menemukan makna (pengetahuan). Pada dasarnya siswa memiliki response potentiality

(potensi diri) yang bersifat kodrati. Keinginan untuk menemukan makna adalah sangat mendasar
bagi manusia. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan potensi diri ini sehingga siswa
terlatih menangkap makna dan materi yang diajarkan. Ada beberapa pengertian mengenai CTL
yang diberikan oleh beberapa ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berbeda.
Pertama, pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pembelajaran konstektual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu
peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan social dan
budaya masyarakat. Kelebihan konsep belajar ini yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.
Kedua, CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingg mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara
materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserat
didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan seharihari.
Keempat, pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsepsi yang membantu guru
mengaitkan konten mata pellajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalm kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara dan tenaga kerja.
Kelima, CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara
materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan anatara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif.

B. Karakteristik Pembelajaran CTL Approach


Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran dilakasanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan
pada ketercapian ketermapilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang
dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugus-tugas
yang bermakana (meaningful learning).
3) Pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakana kepada
siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar
teman (learning in group).
5) Pembelajaran memberikan

kesempatan

untuk

menciptakan

rasa

kebersamaan,

bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam
(learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerjasama
(learning to ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy
activity).
C. Manfaat CTL dalam Proses Pembelajaran
Manfaat CTL dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih bermakna bagi siswa jika
pengetahuan baru siswa diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang
lain dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari hari. Hal tersebut sesuai dengan
tujuh komponen dalam CTL yaitu :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan
itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.

Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek yang
menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut. Kedua faktor tersebut sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak
bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis tergantung individu yang melihat dan
mengkonstruksinya. Lebih jauh Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi
selalu merupakan konstruksi kenyataan mellaui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif , kategori , konsep dan stuktur yang perlu untuk
pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi
membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman pengalaman seseorang.
Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL . Pembelajaran CTL pada dasarnya
mendorong agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan pengalaman.
2. Menemukan ( Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan mengingat
seperangkat fakta fakta , tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannnya.
Menemukan akan melalui proses siklus inquiry yaitu obsevasi, bertanya, mengajukan
dugaan ( hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulkan. Langkah langkah kegiatan
inquiry adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan , bagan, table dan
karya lainnya
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru
atau audien lain
3. Bertanya
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan dan
aspek penting dari pengetahuan menggunakan pertanyaan dalam pembelajran berbasis
inkuiri sangartlah mendasar. Guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa

berpikir dan membuat penilaian secara kontinyu terhadap pemahaman siswa. Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Pertanyaan dapat digunakan
untuk berbagai macam tujuan, berbagai macam bentuk dan berbagai macam jawaban
yang ditimbulkannya.
4. Masyarakat Belajar
Dalam masyarakat belajar, hasil pembeljaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan
orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan
antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu. Kerja sama dapat menghilangkan
hambatan mental dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk
menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain dan
membangun persetujuan bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok akan
mampu mengatasi berbagai rintangan , bertindak mandiri dengan penuh tanggung jawab,
mengandalkan bakat setiap anggota, mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat dan
mengambil keputusan.
5. Pemodelan
Sebuah proses pembelajaran , keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang
bisa ditiru. Permodelan pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan ,
mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa belajar, dan melakukan
apa yang guru inginkan para siswanya untuk belajar. Permodelan dapat berbentuk
demonstrasi , pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
6. Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa
yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses.
Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas dalam konteks pembelajaran, yang kemudian
diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan pengetahuan yang
baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya
tentang apa yang baru dipelajarinya.
Realisasi dari refleksi dapat berupa pertanyaan langsung tentang apa yang
diperolehnya pada hari itu, catatan atau jurnal di buku suswa, kesan, dan saran mengenai
pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya.

7. Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment)


Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian autentik berfokus pada tujuan,
melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan
dan kerja sama dan menanamkan tingkat beripikir yang lebih tinggi. Karena tugas
tugas yang diberikan dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan
strategi strategi tersebut, maka para siswa biasa menunjukkan penguasaannya
terhadap tujuan pembelajaran dan kedalaman pemahamannya. Penilaian autentik
mengajak siswa menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata
untuk tujuan bermakna.
Langkah langkah Penerapan CTL
Pembelajaran CTL, seorang guru berperan dalam memilih, menciptakan
dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak
bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial,

fisikal dan psikologi untuk

mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa


menemukan hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal
dalam konteks nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru
sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berfikir yang
dimilikinya.
Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan CTL dikelas , harus
memperhatikan langkah langkah pembelajaran sebagai berikut :
1. Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru membagi kelompok
4. Melakukan percobaan
5. Diskusi kelompok
6. Hasil diskusi dipresentasikan
7. Menerapkan konsep
8. Menyimpulkan
9. Penugasan
Dengan memperhatikan langkah langkah pembelajaran diatas diharapkan
akan lebih mempermudah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
CTL.

Anda mungkin juga menyukai

  • Absorbsi Tiamin
    Absorbsi Tiamin
    Dokumen3 halaman
    Absorbsi Tiamin
    Mia Noor Shafira Pridiasari
    Belum ada peringkat
  • Tgfu
    Tgfu
    Dokumen10 halaman
    Tgfu
    Mia Noor Shafira Pridiasari
    Belum ada peringkat
  • Olahraga 1 PDF
    Olahraga 1 PDF
    Dokumen16 halaman
    Olahraga 1 PDF
    Mia Noor Shafira Pridiasari
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Sekunder
    Metabolisme Sekunder
    Dokumen5 halaman
    Metabolisme Sekunder
    Mia Noor Shafira Pridiasari
    Belum ada peringkat
  • Analisis KTSP k13
    Analisis KTSP k13
    Dokumen7 halaman
    Analisis KTSP k13
    Mia Noor Shafira Pridiasari
    Belum ada peringkat
  • Dasteo Hibridisasi
    Dasteo Hibridisasi
    Dokumen8 halaman
    Dasteo Hibridisasi
    Mia Noor Shafira Pridiasari
    Belum ada peringkat