Anda di halaman 1dari 28

BAB V

PELAKSANAAN PEMBETONAN KHUSUS


5.1 Pembetonan Masal
Konstruksi beton masif, seperti yang dilaksanakan pada sebuah
bendungan air, harus mempunyai perubahan volume akibat panas yang kecil,
kekedapan yang tinggi terhadap air, tahan terhadap retak dan cukup kuat untuk
menahan beban dengan aman atau tanpa menunjukkan penambahan ukuran
sebagian dari bangunan dengan berlebihan akibat pembebanan. sebelum
pembetonan dimulai fondasi-fondasi harus diperiksa serta di rampungkan
dengan saksama, dan daerah-daerah yang memperlihatkan retak-retak halus
harus diisi dengan grout dengan mempergunakan tekanan. Pertama-tama harus
diperhatikan dan sangat penting adalah kenaikan suhu beton yang baru selesai
di cor, akibat reaksi exotermik yang berlangsung selama proses hydrasi dari
semen.
Konstruksi beton biasa, panas hydrasi segera tertampung dan
menyebabkan timbulnya pemuaian dalam beton namun masih berlangsung
dalam batas-batas yang diizinkan. Dengan bertambahnya ukuran bangunan
beton, maka tambahan beton itu berfungsi sebagai isolasi terhadap kecepatan
pertambahan panas akibat hydrasi dari semen.Namun dengan memasang blokblok angker pratekan dibagian hulu dekat permukaan bendung berukuran besar,
ukurannya dapat dikurangi sampai 30-40%. Suhu yang disebabkan oleh
perkembangan panas dalam sebuah bangunan beton biasa yang masif dengan
kadar semen rendah dapat berkisar antara 40 O - 50OC, dengan kadar semen
tinggi berkisar antara l0O 30OC.
Perubahan terbesar dalam volume, diakibatkan oleh perbedaan suhu
antara suhu maximum yang dicapai selama berlangsungnya proses pengerasan
dan suhu akhir yang tetap yang dicapai masa beton. Bilamana perubahan suhu
itu tidak terkontrol, maka akan timbul tegangan yang berlebihan akibat
perbedaan suhu yang cukup tinggi antara bagian dalam dan bagian luar dari
masa beton, serta akibat reaksi terhadap penambahan volume. Apabila
115

tegangan melebihi kekuatan tarik beton, maka masa beton itu akan retak.
Retak-retak yang terjadi demikian itu terdapat pada batas - batas di bagian
bawah, sambungan - sambungan kontraksi serta permukaan luar.
Terdapat dua cara untuk mengontrol suhu yang biasa dilakukan : prapendinginan dan purna-pendinginan. Pertama, komponen-komponen beton
didinginkan terlebih dahulu sampai mencapai suhu 4 o C atau didinginkan
dengan menggunakan serpih-serpih atau pecahan-pecahan es yang berfungsi
sebagai air campuran. Dapat juga dipakai Nitrogen cair dengan suhu -184 oC
sebagai bahan pendingin untuk menahan air dalam sebuah silo pada suhu 2 o C
(AS 1894). Bahan ini dapat mendinginkan agregat kasar sampai 10 o C atau
bahkan kurang dari itu dalam jangka waktu 20-30 menit, sebagai suatu upaya
untuk menurunkan suhu beton pada saat pengecoran sampai di bawah 20 o C
dalam cuaca panas. Kedua, air dingin dialirkan melalui system pipa zig-zag
yang tertanam di dalam beton, dengan dilakukan perubahan arah aliran setiap
24 jam sekali. Setiap lapisan didinginkan dalam jangka waktu yang cukup lama
guna menjamin agar suhu beton dipertahankan dibawah 30 o C selama 5 hari.
Dengan cara purna-pendinginan selama 3-6 minggu, sebuah bendung
busur dapat didinginkan sampai mencapai suhu yang stabil, atau 3 OC di bawah
suhu tersebut sebelum dilaksanakan pengisian sambungan kontraksi dengan
grout. Untuk pengontrolan suhu dapat digunakan pula bahan-bahan berikut
disamping cara-cara pendinginan langsung yang telah dibahas sebelum ini.
1. Semen portland yang mengeluarkan panas hydrasi rendah
2. Penggunaan kadar semen minimum untuk bagian dalam dari masa beton
3. Penggantian sebagian dari semen portland oleh teras sebanyak 20%
4. Memperlambat pengikatan semen portland dengan admixture tertentu,
seperti lignosulphonat
5. Cara-cara pelaksanaan konstruksi yang menguntungkan untuk perbedaan
suhu yang rendah serta mutu yang seragam, seperti membatasi ketebalan
lapisan beton, membatasi perbedaan tinggi antara bagian-bagian monolit
yang letaknya berdekatan yang tebalnya mencapai 15 m

116

Bangunan-bangunan beton masif, kadar semen minimum pertama-tama


ditentukan oleh persyaratan kekuatan tekan dan oleh sifat-sifat seperti
kekedapan terhadap air serta ketahanan terhadap pengausan dari permukaan
luar beton. Kekuatan tekan beton harus bernilai kira-kira 30 Mpa pada umur 90
hari atau 4 kali tegangan yang dihitung dalam bangunan pada umur 1
tahun.Pemadatan dengan penggetaran serta teknik-teknik konstruksi yang baik,
telah dimungkinkan untuk menggunakan hanya 3 sak semen @ 40 kg untuk
setiap m3 beton untuk bagian dalam dari sebuah bendung beton, asaIkan
permukaan luarnya mengandung 5,5 sak semen untuk setiap m 3 beton sedalam
1,50 - 2,50 m.
Ukuran nominal dari agregat kasar dalam campuran-campuran beton ini
adalah berturut-turut 150 mm dan 75 mm. Dalam pekerjaan beton yang kurang
masif dengan pengendalian mutu yang lebih ringan, kadar semen boleh
ditambah sampai berturut-turut mencapai 5,5 sak dan 7 sak semen per m 3
beton. Pembuatan beton kurus secara masal yang cukup memuaskan
membutuhkan agregat yang bergradasi baik sampai ukuran maximum 150 mm,
faktor

air/semen

yang

rendah,

penggunaan

bahan

pembantu

yang

memproduksi udara, pengontrolan yang ketat serta peralatan khusus untuk


menetapkan fraksi-fraksi dan mengkombinasikan agregat halus agar mencapai
suatu gradasi yang optimum.Peralatan itu berupa alat-penggiling, alatpenggaruk serta alat hydrolik untuk menentukan ukuran agregat.
Penggunaan beton dengan kadar teras tertentu telah dicapai banyak
keuntungan secara ekonomis, dalam hal ini perawatan dengan air harus
diperpanjang selama 2 - 3 minggu.Tebal lapisan biasanya mencapai 1500-2300
mm, dan lapisan-lapisan tersebut masing-masing dibiarkan tidak terlindung
untuk jangka waktu 3 -14 hari sebelum dicor lapisan berikutnya. Dalam keadaan
cuaca dingin permukaan beton harus diberi isolasi (penahan hawa dingin) di
tempat-tempat di mana dapat timbul kerusakan-kerusakan akibat hawa
lingkungan yang sangat dingin, padahal bagian dalam dari masa beton berada
dalam proses pemuaian akibat panas.

117

Sambungan-sambungan dapat dibuat kedap-air dengan tutup-air


terbuat dari polyvinyl - chlorida, karet atau serutan tembaga yang diberi inti
bitumen (aspal) bercampur karet yang dapat dilebur kembali di tempat
pekerjaan dengan mengalirkan minyak panas. Dapat pula dibuat kedap air
dengan pendinginan diikuti pengisian dengan grout dengan pembersihan diikuti
dengan pengecoran. Dengan cara-cara tersebut itu, dikaitkan dengan pekerjaan
instrumentasi

di

proyek,

maka

mungkinlah

untuk

secara

memuaskan

mengimbangi perubahan volume yang biasanya menjadi masalah dalam


konstruksi beton masif.

5.2. Pembetonan Dibawah AIr


Secara umum, pembetonan di bawah air hanya dilakukan pada
pekerjaan struktur yang agak masif. Penyebabnya adalah hanya untuk alasan
praktis, dimana adanya permasalahan prosedur pengawasan dan kontrol
kualitas yang sulit. Untuk struktur yang lebih kecil, penggunaan komponen
pracetak

lebih

tepat

dengan

memanfaatkan

peralatan

untuk

pemasangannya.Penggunaan tipikal pembetonan di bawah air adalah untuk


pekerjaan tiang jembatan pondasi telapak struktur offshore, pondasi caisson,
pondasi cofferdam, dll.
Pekerjaan pembetonan di bawah air dikenal empat metoda dasar yaitu :
1. Pengecoran Tremie
Tremie adalah berupa pipa yang pada bagian ujung atas dilengkapi
corong untuk memasukkan bahan dan kait untuk mengangkat tremie dengan
kran atau derek. Untuk memulai penggunaan tremie, bagian bawah tremie
dapat disumbat dengan seal karet yang dipasang dan dibuka yang ditempatkan
pada pipa. Sumbat akan terbuka secara otomatis akibat berat massa beton
ketika campuran beton mulai dituangkan. Pada air yang dalam, ujung atas pipa
disumbat dengan bola plastik yang dapat digelembungkan sehingga mampu
menurunkan dan mengosongkan air di dalam pipa ketika beton dituangkan.
Ketika sedang digunakan, pipa tremie harus selalu dalam keadaan penuh,
118

dengan maksud mencegah air masuk kedalam pipa, dan bagian ujung bawah
pipa harus tetap di bawah permukaan beton sehingga beton tidak langsung
menyentuh air dan menyebabkan semen terbilas. Semua aliran beton harus
keluar dari bagian ujung bawah tremie. Pada awal penuangan, kecepatannya
dikendalikan dengan mengatur variasi jarak antara ujung pengeluaran pipa
tremie dan bagian bawah bekisting. Bila kedalaman pengecoran mencapai 1.5
meter, pipa tremie dapat dinaikkan dengan kecepatan pengangkatan. Aliran
dikendalikan dengan keseimbangan dinamis antara tinggi hidrostatis dan
ketahanan kekentalan beton segar. Penggetaran dilakukan dengan frekuensi di
antara 50-150 Hz.
Jika memungkinkan, pada pengecoran tremie biasanya diterapkan
dengan kecepatan penuangan yang sangat tinggi untuk mengisi keseluruh
cetakan dalam satu pengangkatan. Hal ini karena kemungkinan timbulnya buih
(scummy) yang membentuk lapisan tipis lunak di antara perbatasan beton-air.
Jika dilakukan pengecoran lebih dari satu kali penuangan, maka lapisan tipis
lunak (laitance) ini harus dihilangkan dari permukaan beton, dan ini merupakan
pekerjaan yang mahal dan sulit bagi penyelam, dan membutuhkan penundaan
beberapa jam untuk beton mengalami setting. Jika dilakukan pekerjaan dalam
satu kali penuangan kedalam cetakan, maka terbentuknya lapisan tipis lunak
yang berlebihan dapat dicegah secara parsial dengan menjaga sudut
kemiringan yang sedang di sepanjang permukaan beton.
Bila diperlukan kecepatan pengecoran yang tinggi, dimana pekerjaan
memerlukan keseragaman dan kualitas yang tinggi, perlu dipertimbangkan
adanya batasan kecepatan. Bila kecepatan pengecoran di permukaan
mengakibatkan terjadinya aliran pusaran atau mendidih (boiling), maka resultan
pusaran dalam air dapat membilas sebagian pasta semen dan mengakibatkan
terbentuknya kantong batuan dan perangkap lapisan tipis lunak. Kekuatan
bekisting merupakan faktor pengendalian kecepatan lain, karena harus
menahan tekanan tinggi hidrostatis yang dicapai hingga sebesar 45 MPa.
Disarankan kecepatan rata-rata pengecoran dengan pipa berukuran 35 cm
adalah sebesar 50-75 m3 per jam.
119

Gambar 5.1 Pembetonan di bawah air


2. Metoda Pengecoran Intrusi-Grout
Metoda penerapan yang digunakan secara luas adalah metoda
pengecoran intrusi grout, salah satunya dikenal dengan berbagai nama merk
dagang Prepack concret Pada dasarnya, penggunaan metoda

di bawah air

maupun di atas permukaan tanah adalah sama. Cetakan diisi dengan agregat
kasar dengan pipa intrusi yang diberi jarak tertentu terhadap massanya.
Campuran grouting kemudian dipompakan kedalam sela butiran agregat, dan
dimulai dari dasar dan bergerak keatas.Penyusutan minimum dan kekuatan
tekan yang tinggi dapat dihasilkan berdasarkan kenyataan bahwa butiran
agregat kasar saling bersentuhan. Keuntungan dari metoda intrusi-grout bahwa
dalam prakteknya hanya sekitar 40 % bahan beton harus yang dicampur
sebelum dituangkan.

120

3. Pengecoran dengan Dump-Bucket


Wadah (Bucket) pengangkut beton dengan kran standar biasa
digunakan untuk pembetonan di bawah air, dimana dalam prosesnya
penggunaannya meliputi penggunaan wadah yang dilengkapi dengan pintu
pembuka bagian bawah dan pintu penutup bagian atas yang dapat dibuat dari
bahan kain kanvas. Dalam penerapannya, wadah harus diturunkan secara
perlahan guna mencegah pembilasan dan harus menyentuh bagian bawah
cetakan ketika beton dituangkan. Setelah penuangan selesai, wadah harus
diangkat secara perlahan hingga beton benar-benar keluar seluruhnya.
Metoda ini mempunyai keuntungan yaitu tidak memerlukan alat khusus,
dimana wadah standar dapat digunakan untuk penggunaan di bawah air,
sehingga metoda ini cenderung lebih ekonomis untuk pekerjaan yang kecil.
Namun kekurangannya adalah kecepatan pengecoran yang agak lambat,
karena perhatian utama harus diberikan untuk mencegah pusaran air masuk
kedalam campuran beton. Akibat resiko tinggi tercampur air, kelihatannya
metoda ini tidak akan memberikan hasil pengecoran yang berkualitas dan
konsisten sebagaimana halnya metoda tremie dan metoda intrusi-grout.
4. Metoda Penempatan Karung oleh Penyelam
Suatu metoda yang agak jarang digunakan yaitu metoda penempatan
karung yang diisi dengan beton oleh penyelam (Diver Pack Sack). Metoda ini
mencakup penggunaan karung yang diisi dengan beton segar secara parsial
dan ditempatkan penyelam pada suatu bidang permukaan kasar yang datar.
Dalam praktek, metoda ini diterapkan untuk pengecoran bila aliran air tidak
dapat dihindarkan. Informasi tentang hasil yang diperoleh dengan penggunaan
metoda ini hingga kini sangat terbatas.
Pencampuran:
Ada beberapa penjelasan umum untuk menghasilkan campuran yang
baik untuk pekerjaan di bawah air, tetapi dalam prakteknya kondisi setempat
memaksa untuk membuat proporsi khusus untuk setiap pekerjaan.

121

1. Campuran untuk Metoda Tremie


a. Digunakan batu kerikil, bukan batu pecah. Untuk massa yang besar
digunakan agregat berukuran 2.5-12 mm dan untuk ukuran yang lebih
kecil, atau jika adanya tulangan dalam penampang atau tiang type H,
digunakan agregat dengan ukuran maksimum 18 mm-20 mm.
b.

Digunakan pasir secukupnya antara 42 - 45 % dengan nilai minimum


40% untuk memperoleh kemudahan pengerjaan.

c. Biasanya digunakan campuran yang kaya semen, yaitu 10 sak untuk per
meter kubik beton, dan 11-12 sak untuk pengecoran yang kecil dan rumit
serta 8'sak untuk pekerjaan untuk massa yang besar.
d. Disarankan menggunakan slump dengan nilai 15 - 18 cm dengan nilai
minimum 12.5 cm dan maksimum 20 cm.
e. Berdasarkan pengalaman, penggunaan zat penunda dan plastisizer
memberikan hasil memuaskan dengan atau tanpa unsur air entraining
agent.
2. Campuran untuk Metoda Intrusi-Grout
Pada umumnya metoda jenis ini dipatentkan atau digunakan terkait
dengan lisensi admixture. Campuran tipikal grouting (Prepack) adalah 1 semen,
1.2 bagian halus yang terdiri dari bahan silika aktif, 1/2 bagian pasir halus dan
200 gram bahan admixture untuk setiap meter kubik campuran. Campuran ini
kemudian diinjeksikan kedalam agregat kasar yang berukuran lebih besar dari 8
mm. Rekomendasi pabrik pembuat atau pemegang patent harus diikuti jika akan
menggunakan metoda ini.
3. Campuran untuk Metoda Dump-Bucket
Secara umum menggunakan campuran yang banyak semen (sekurangkurangnya 10 sak /m3) dan harus digunakan dengan perbandingan seperti pada
campuran tremie. Slump yang diperlukan lebih kecil dari campuran tremie tetapi
tidak boleh kurang dari 10- 12.5 cm. Bahan tambahan pengurang kadar air
mungkin diperlukan, tetapi penggunaan zat air entraining hanya berdampak
kecil atau tidak sama sekali.
122

4. Campuran pada Metoda Penempatan Karung oleh Penyelam


Semen yang digunakan sama seperti pada campuran tremie, tetapi
proporsi agregat halus dapat dikurangi sedikit dengan maksud untuk tidak
terlalu mempengaruhi kemudahan pengerjaan. Slump yang direkomendasikan
berkisar antara 7.5 - 15 cm, atau dapat lebih kecil jika kondisi aliran air sangat
berturbulensi.
Rekomendasi dan Gangguan yang merugikan:
Persyaratan pemeliharaan bahan dan peralatan untuk pekerjaan
pembetonan di bawah air harus lebih ketat dibandingkan dengan pembetonan di
atas tanah, karena proses operasi yang tidak boleh terhenti, karena adanya
gangguan atau penundaan berakibat pada biaya yang sangat tinggi.
Kebanyakan campuran beton di bawah air berhubungan dengan
penggunaan admixture jenis retarder untuk memberikan waktu kerja yang lebih
longgar dan untuk menghasilkan aliran plastis dalam cetakan. Oleh karena itu,
tekanan hidrostatis yang agak besar akan terbentuk pada cetakan sebelum
beton setting yang besarnya tekanan ini tergantung pada kecepatan
pengecoran. Untuk pengecoran Tremie, tekanan cetakan berikut kecepatan
pengecoran diberikan pada tabel 6.1. Besaran daya benturan yang terjadi pada
dinding yang tipis di dekat pipa tremie mengakibatkan tekanan pada cetakan
sebesar 55 MPa.
Tabel 5.1 Tekanan pada cetakan akibat kecepatan pengecoran
Kecepatan pengecoran(m3/jam)
0.45
0.60
1.30
1.50

Tekanan pada cetakan(kg/m2)


1650
2750
3300
4400

Hal yang paling banyak dijumpai pada pengecoran bawah air akibat
ketidakseragaman dan berkualitas rendah adalah terbentuknya lapisan tipis
yang tidak mengeras atau kantong batuan. Cacat seperti itu pada pekerjaan
tremie biasanya disebabkan oleh jarak tulangan atau teknik pengecoran yang
kurang tepat, dan perencanaan cetakan yang kurang baik untuk pengecoran
123

tremie atau dump-bucket, baja tulangan digunakan dengan ukuran dan jarak
praktis yang sebesar mungkin. Cetakan harus dibuat dengan kemiringan agak
datar pada pojok cetakan dan tidak diperkenankan adanya bukaan pada
cetakan yang berbatasan. Jika memungkinkan, cetakan harus dibuka pada
bagian atas untuk memungkinkan mengisi kekurangan dan membuang lapisan
tipis lunak.
Beberapa hal yang dapat terjadi akibat penundaan pada pengecoran
tremie antara lain seringnya penyumbatan, segregasi, campuran yang terlalu
kering, atau tatoilasnya pasta semen melalui sambungan pipa. Metoda yang
disarankan untuk membersihkan sumbatan adalah dengan cara mengangkat
pipa secepatnya beberapa sentimeter pada setiap pengangkatan. Untuk itu
harus diberikan perhatian khusus agar tidak terjadi benturan yang besar pada
pipa atau jacking yang dapat meningkatkan lapisan tipis lunak dan pusaran air
kedalam campuran beton. Permasalahan umum lain pada pengecoran tremie
adalah hilang atau lepasnya seal akibat koreksi yang berlebihan atau terlalu
bersemangatnya pekerja ketika membersihkan sumbatan. Tremi harus diberi
seal ulang dengan prosedur yang sama ketika pengecoran dimulai, dan
umumnya mengakibatkan pembentukan lapisan tipis lunak secara berlebihan,
dimana hal ini harus dicegah dalam semua kesempatan.
Jarak antar tulangan bukan merupakan masalah kritis pada pengecoran
intrusi-grout, namun pencegahan terbentuknya lapisan tipis lunak bila cetakan
dibuat dengan bentuk yang tidak beraturan. Ukuran agregat harus diseleksi
untuk menjamin jarak yang cukup untuk lewatnya bahan grouting diantara
butirannya. Lapisan tipis lunak dapat terperangkap diantara susunan gradasi
butiran yang kurang baik, karena akan mengurangi lekatan antara pasta dan
tulangan serta menghasilkan beton berkualitas rendah.
Gangguan pemompaan bahan grouting dapat menyebabkan kesukaran
serius seperti' pompa terhenti atau pipa intrusi dicabut (untuk pembersihan),
sehingga perhatian yang sangat ketat harus dilakukan untuk menjamin
penempatan posisi ulang dari pipa. Hal yang sangat mungkin terjadi adalah
seluruh lapisan tipis lunak dapat terperangkap pada saat pengecoran, jika pipa
124

injeksi tidak ditempatkan ulang di bawah permukaan grouting sebelumnya.


Sebaiknya pemompaan tidak boleh dihentikan terlalu lama atau pengikatan awal
akan terjadi pada bahan grouting sehingga terperangkapnya lapisan tipis lunak
tidak dapat dihindarkan.
Hanya tersedia penelitian yang terbatas terhadap faktor pengaruh
perilaku beton yang dicor di bawah air, dan pada umumnya sebagian besar hasil
penelitian itu diperoleh dari pengalaman dan metoda uji-coba. Namun sebagai
informasi berdasarkan pengalaman, pengecoran dengan metoda tremie
menghasilkan kualitas beton yang agak tinggi dibandingkan dengan metoda
pengecoran dump-bucket.
5.3 Pembetonan Cuaca Panas
Tindakan pencegahan diterapkan terhadap beton yang masih lunak
maupun yang sudah mengeras. Salah satu tujuan utamanya ialah untuk
mengendalikan semaksimal mungkin penguapan air beton yang dapat sangat
berlebihan bila suhunya tinggi. Perlu dicatat bahwa keadaan ini akan semakin
kritis bilamana suhu yang tinggi diikuti oleh kelembaban relatif yang rendah dan
oleh tiupan angin kering. Keadaan semacam ini, menyebabkan terbentuknya
retak-retak beton, sebelum maupun setelah pengerasan.
Banyak spesifikasi yang menyebutkan batasan maksimum suhu beton
ketika sedang dicor, agar dapat dihindarkan terjadinya pengaruh yang buruk
terhadap kwalitas dan durabilitas (daya awet) dari bangunan beton yang telah
selesai. Suhu beton maksimum 32C disarankan oleh American Concrete
Institute (ACI) sebagai batasan atas yang dapat dipertanggung jawabkan.
Spesifikasi yang ada dari US Bureau of Reclamation mempersyaratkan agar
beton ketika dicor harus mempunyai suhu tak lebih daripada 27C untuk beton
yang dicor pada daerah yang beriklim panas dan kering serta 32C untuk beton
lainnya. Di daerah padang pasir tertentu yang panas, beberapa spesifikasi
mereka telah mengadakan larangan terhadap pembetonan selama bulan-bulan
musim panas.

125

Kondisi Indonesia yang panas, pengaruh cuaca (weathering) pada


pengerjaan beton ini akan sangat dominan. Temperatur yang tinggi akan
mempengaruhi beton segar dan beton keras. Jika tidak diambil langkah-langkah
perbaikan, kerugian yang dapat diakibatkan oleh temperatur tinggi adalah :
(1)

Penggunaan air lebih banyak

(2)

Kehilangan slump dalam waktu yang pendek

(3)

Setting lebih cepat

(4)

Kesulitan pemadatan

(5)

Kemungkinan terjadinya bleeding lebih besar

(6)

Penyusutan yang besar diawal pengerasan

(7)

Kemungkinan terjadinya cracking besar

(8)

Perlu perawatan pada saat setting

(9)

Perlu pendinginan material

10 .Durabilitas berkurang
11 .Homogenitas berkurang
Tindakan pencegahan ini dilakukan agar kekuatan dan sifat-sifat beton
segar dapat terjaga. Tindakan pencegahan ini meliputi bahan-bahan pencampur
dan pelaksanaan pada beton segar.
1. Bahan-Bahan Pencampur
a. Portland semen
Penggunaan kadar C3A yang terlalu tinggi agar dibatasi. Hal ini dilakukan
agar proses hidrasi berjalan tidak terlalu cepat, kecuali dikehendaki demikian.
Proses yang terlalu cepat tanpa diikuti dengan tindakan yang baik dalam
pelaksanaan dan perawatan beton segar dan yang telah mengeras akan
menyebabkan retak-retak dalam beton.Kehalusan butir semen juga harus
diperhatikan, karena hal ini akan

menyebabkan lebih cepat terjadi proses

hidrasi (heat generation). Untuk itu jumlah semen minimum perlu diperhatikan.
Jumlah semen minimum ini dapat direduksi dengan penggunaan bahan tambah
(admixture) ataupun abu terbang (fly-ash).

126

b. Agregat
Temperatur dari agregat harus diperhatikan karena suhu agregat akan
menyebabkan naiknya temperatur dalam campuran yang pada akhirnya akan
menyebabkan kehilangan panas yang lebih cepat dalam beton segar. Untuk itu
agregat harus diletakan dalam kondisi yang terlindung. Jika agregat diletakkan
dalam lapangan terbuka (stock-field) dengan suhu udara lebih besar dari 30C,
maka pada waktu akan digunakan, agregat sebaiknya disiram terlebih dahulu
(sprinkling) untuk mendinginkan suhu permukaannya.
Bahan-bahan untuk pembetonan pada cuaca panas harus dijaga
sedingin mungkin dan disarankan aturan-aturan berikut ini. Peraturan ini
diterapkan pada pekerjaan yang dilaksanakan pada negara-negara yang
beriklim panas.
1. Timbunan persediaan agregat harus dilindungi dari sinar matahari.
2. Memerciki agregat dengan air secara periodik sangat menguntungkan
karena penguapan air merupakan proses pendingin yang sangat efektif.
Penggunaan air dingin bilamana tersedia, jelas lebih baik untuk
memperoleh pengaruh yang maksimal.
3. Air campuran harus dijaga agar

sedingin

mungkin

dengan

menyimpannya di dalam tangki yang dilindungi dari sinar matahari .


4. Pada daerah yang keadaannya sangat panas, mungkin perlu untuk
mendinginkan air dengan menambahkan pecahan es, atau dengan
mesin pendingin.
5. Penggunaan semen yang panas harus dihindarkan sedapat mungkin.
2. Pelaksanaan pada beton segar
Salah satu masalah yang dialami pada pembetonan di musim panas
adalah, beton cepat kaku setelah dicampur. Sifat kaku ini menimbulkan
kesukaran di dalam penanganan dan pemadatan beton.. Pendekatan yang
biasa dilakukan terhadap masalah ini adalah mencoba untuk mereduksi waktu
pengangkutan, bilamana hal ini mungkin dilakukan. Usaha pencegahan lain
adalah

melindungi beton dengan

kain basah selama pengangkutan dan

memerciki wadah pengangkut secara periodik dengan air agar dapat


mendinginkannya dan mencegah air terbuang keluar dari beton. Seluruh
127

instalasi pen-campur dan pengangkut sebaiknya harus dicat warna putih atau
suatu warna terang pada semua permukaan yang tak terlindung agar mereduksi
kenaikan suhu yang disebabkan oleh sinar matahari. Permukaan yang berwarna
putih dapat 17C lebih dingin daripada permukaan yang hitam atau abu-abu
gelap.
Seringkali diperlukan untuk meningkatkan kadar air beton di dalam
mesin campur, guna mengadakan kompensasi terhadap kehilangan air selama
pengangkutannya. Prosedur ini cukup beralasan dan memenuhi syarat,
meskipun ini menyebabkan lepas-nya kendali terhadap kwalitas beton, sampai
tingkat tertentu. Ada bahaya retak-retak susut yang timbul setelah pengecoran,
bilamana campuran menjadi terlalu basah. Begitu juga, penggunaan kadar air
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan segregasi beton (pemisahan butir) yang
serius ketika beton ini diangkut dan dikelola. Cara lain untuk mengatasi masalah
pencegahan beton cepat menjadi kaku selama penanganannya adalah
penggunaan bahan tambah ( admixture) kedalam campuran yang bersifat
memperlambat pengerasan beton.

Gambar 5.2 Jumlah retak setiap 30 m hari kerja terhadap suhu udara
maksimum selama konstruksi suatu beton jalan raya.

Bahan campuran yang mengandung pemerlambat pengerasan sering


kali digunakan pada beton di negara-negara yang beriklim panas, meskipun
128

alasan-alasan penggunaannya juga berhubungan dengan sifat-sifat reduksi air


dan

daya

untuk

menjadikan

plastis.

Bahan

penghambat

pengerasan

mendatangkan keuntungan khusus di dalam mengurangi pengaruh yang


mempercepat pengerasan yang dimiliki oleh hidrasi semen pada suhu yang
tinggi. Pada musim panas, disarankan untuk menghindari bekerja selama
tengah hari serta memusatkan pembetonan pada pagi hari atau sore hari. Pada
iklim yang sangat panas, kadang-kadang perlu pekerjaannya dilaksanakan pada
malam hari.
Tindakan pencegahan harus dilakukan juga untuk menghindari
pemanasan acuan ("formwork") di dalam menahan kondisi penyinaran matahari
sebelum beton dicor. Hal ini sangat penting untuk penutup baja yang dapat
menjadi sangat panas selama disinari matahari. Beton yang dicor langsung
pada acuan ini patut dipertanyakan kwalitas-nya, karena akan cenderung
mengering dengan cepat. Acuan (formwork") harus diselimuti atau disiram air
untuk menginginkannya sebelum beton dicor.

Perlindungan Terhadap Beton dan Pengendalian Retak


Beton memperoleh panasnya tak hanya dari pemanasan hidrasi saja,
tetapi juga dari sinar matahari langsung, terutama bila digunakan pada lantai,
jalan raya dan perkerasan lapangan terbang. Pada suatu hari yang panas di
Inggris, dapat dialami kenaikan suhu 10 sampai 15C pada suatu pelat
perkerasan dalam 4 atau 5 jam ketika dicor. Bilamana beton menjadi dingin
pada malam harinya, kontraksi yang diakibatkannya dapat memberikan
kenaikan regangan tarik yang tinggi sehingga menyebabkan retak-retak.
Suatu penelitian terhadap pola dari retak beton jalan raya yang dicor di
Leicestershire memperlihatkan bahwa faktor utama yang menyebabkan letakletak adalah penyinaran matahari yang terus menerus dan suhu tinggi yang
terjadi selama periode tertentu . Di ketemukan juga

bahwa retak terjadi

dibagian pinggir jalan yang dicor pada pagi hari selama perioda penyinaran
matahari terus menerus dan suhu maksimum harian melebihi 21C. Terdapat

129

juga masalah penyusutan plastis yang disebabkan oleh penguapan air dari
permukaan beton yang tak terlindung dengan cepat.

Gambar 5.3 Kecepatan penguapan .


Cara menggunakan grafik :
(1)
(2)
(3)
(4)

Masukkan besarnya suhu udara, tarik ke atas sampai ke kelembaban relatif


Tarik ke kanan sampai suhu beton
Kemudian tarik ke bawah sampai kecepatan angin
Tarik ke kiri, bacalah perkiraan kecepatan penguapan.
Gambar 5.3 memberikan suatu cara grafis di dalam memperkirakan

hilangnya kadar air permukaan dalam berbagai cuaca. Bilamana kecepatan


penguapan mendekati 1 kg/m2 setiap jam, tindakan pengamanan terhadap
retak-susut perlu diadakan pada suhu tinggi, meskipun ini lebih sering terjadi di
musim panas. Retak umumnya hampir lurus, dan panjangnya dapat berkisar
dari 50 mm sampai sekitar 2 m. Retak ini sering terlihat sebagai sederet retak
sejajar dengan alinyemen sekitar 45 relatif pada arah konstruksi. Retak
130

penyusutan plastik biasanya terjadi sekitar satu sampai tiga jam setelah beton
dicor. Meskipun retak ini umumnya dianggap sebagai retak permukaan dan
dapat merugikan penampilan beton, retak ini kadang-kadang diketemukan
menembus seluruh tebal pelat lantai.
Retak plastis ini akan tergantung pada kecepatan penguapan air dari
permukaannya yang selanjutnya akan tergantung pada suhu udara, suhu beton.
kelembaban relatif dan kecepatan angin. Pengaruh faktor ini mungkin ditentukan
dari Gambar 16.2, seperti yang dihasilkan oleh Portland Cement Association .
Di sini disarankan agar, bilamana kecepatan penguapan diharapkan mendekati
1 kg/m2 per-jam, usaha pencegahan harus diadakan untuk mencegah terjadinya
retak plastis.
Peraturan-peraturan untuk menghindari retak plastis ditujukan untuk
mencegah sedapat mungkin penguapan air dari permukaan. Peraturan
perawatan awal mutlak perlu dan pemakaian pelindung untuk perawatannya,
segera setelah permukaan beton berhenti berkilauan karena basah, umumnya
cukup memenuhi syarat. Disarankan untuk menutup permukaan beton dengan
lembaran polythene, dalam setengah jam setelah beton dihaluskan (finishing).
Oleh karena, ini diharapkan untuk mengimbangi kenaikan suhu beton dan
mencegah retak yang disebabkan oleh gradien suhu dan kontraksi yang
berikutnya. Pelindung untuk perawatan harus berisi zat warna putih atau
aluminium untuk memantulkan sinar matahari. Di sini mungkin perlu untuk
menyelimuti seluruh beton selama sekitar empat sampai lima jam untuk
mencegah panas yang berlebihan dari sinar matahari.
Cara lain yang disarankan penggunaannya ialah menyelimuti permukaan
beton dengan "hessian" (sejenis karung) yang dapat menjaga kelembabannya
secara terus menerus, alternatif lain ialah menyemprot permukaan beton secara
berkala dengan air yang dikabutkan. Kedua cara ini mempunyai keuntungan
menjaga beton lebih dingin oleh penguapan, tetapi cara ini mempunyai kerugian
bahwa diperlukan pengadaan air secara tetap. Dalam kasus seperti ini
disarankan untuk menutupkan "hessian" (sejenis karung) atau sejenisnya
beberapa cm jaraknya dari muka beton bila ini dapat dipraktekkan. dan
131

menyirami "hessian" ini tanpa menyebabkan muka beton basah sama sekali.
Hasil percobaan dilaboratorium menunjukkan bahwa beton yang dibuat pada
suhu 38C memberikan hasil uji kubus 28 hari yang kira-kira 15 persen lebih
rendah daripada beton yang dihasilkan pada 18C.
5.4 Pembetonan Cuaca Dingin
Ketika suhu beton turun, kecepatan pengerasan dan peningkatan
kekuatan menjadi lambat hingga pada suatu suhu di bawah titik beku, proses
kimia pengerasan berhenti sama sekali. Bilamana suhu naik lagi proses
pengerasan berlangsung lagi. Bilamana pembetonan berlangsung pada musim
dingin dan bila suhu turun di bawah titik beku, tindakan seperlunya harus
diambil untuk menjamin:
(1) Agar air pada beton yang baru saja dicor tidak membeku dan memuai
karena terbentuk lapisan es.
(2) Agar beton dilindungi pada umur awalnya, yaitu sampai beton ini
melawan siklus pembekuan dan pencairan tanpa mengalami kerusakan.
(3) Agar peningkatan kekuatan dipertahankan, meskipun pada kecepatan
yang rendah daripada pada suhu yang lebih tinggi.
Kecuali bila diberi beberapa bentuk pemanasan dan beton dapat
dilindungi dengan cukup memadai, di sini disarankan agar menghentikan
pembetonan bilamana suhu menuai sekitar 2C (36 F). Sekalipun demikian,
dengan pencegahan tertentu, pembetonan dapat dilanjutkan pada titik beku.
Selama musim "frost" (beku), ketika suhu naik di atas titik beku pada siang
harinya. biasanya cukup untuk menggunakan suatu semen yang cepat keras
dan melindungi beton dengan jerami, "hessian" atau terpal ("tarpaulins"). Acuan
kayu ("timber form work") merupakan insulasi yang cukup meyakinkan, kecuali
beberapa permukaan yang terlindung, terhadap "frost" yang kebetulan terjadi.
Selama berlangsungnya musim ingin, diperlukan beberapa tindak lanjut yang
dapat diuraikan dalam beberapa judul bawah ini.
Suhu Bahan-Bahan:

132

Suhu beton ketika dibuat untuk pertama kalinya tergantung pada suhu,
panas spesifik, dan berat dari bahan-bahan pilihannya. Suhu beton dapat
diperkirakan dengan perhitungan memakai rumus di bawah ini:
tc+A.ta+5w tw
Tc=
1+A+w
Keterangan :
Tc
A
w
tc
ta
tw

= Suhu beton
= Perbandingan agregat/semen
= Perbandingan air/semen
= Suhu semen
= Suhu agregat
= Suhu air

Contoh : suatu campuran dengan perbandingan semen/agregat 1 : banding 6


menurut beratnya dan perbandingan air/semen sebesar 0,6 menurut beratnya,
dengan semen dan agregat pada suatu suhu 2C dan air pada suhu 50C,
beton mempunyai suatu suhu:
2+6x2+50,6x50
= 160 C

Tc=
1+6+60,6

Air akan menahan panas sebesar lima kali dari pada jumlah panas yang
ditahan oleh agregat atau semen, dan air memberikan cara yang paling mudah
di dalam menjalankan panas kepada campuran beton. Seperti dapat dilihat dari
contoh di atas. Air yang dipanaskan sampai 50C dapat menghasilkan suhu 1
6C pada beton yang dihasilkannya, bahkan bilamana semen dan agregat
mempunyai suhu awal hanya 2C.
Penyediaan semen, baik dalam bungkusan atau "silo" (silinder tinggi),
yang dari kelembaban, tak akan terpengaruh oleh "frost" (pembekuan). Semen
harus dicegah menempel tanah dan harus diselimuti dengan sempurna. Pada
suhu udara di atas 0C, ketika agregat bebas dari es dan gumpalan yang
membeku, suhu beton yang diinginkan biasanya dapat diperoleh dengan hanya
memanaskan air campurannya. Pada suhu udara di bawah 0C, atau bilamana
133

timbunan bahan berisi gumpalan-gumpalan beku, es, atau salju, mungkin perlu
untuk memanaskan agregat. Persediaan agregat yang memadai untuk
pengecoran sehari-harinya, harus dicairkan sedapat mungkin sebelum ditakar
untuk mencapai kadar air dan suhu yang seragam, untuk hal ini dianggap
bahwa 24 jam merupakan suhu yang minimum.
Timbunan persediaan agregat merupakan bagian yang sulit dipanaskan
dengan memuaskan. Ada beberapa cara, seperti uap dalam pipa ulir; air panas
dalam pipa ulir; dibakar dengan api, pemasangan penutup pada seluruh
timbunan serta ditiup dengan udara panas di bagian dalamnya agar udara tetap
panas. Cara yang akan digunakan tergantung pada segi ekonomisnya, dan
mengingat pada banyaknya agregat yang hendak dipanaskan serta pengaturan
instalasinya. Aliran uap umumnya memuaskan bila drainase yang memadai
diberikan pada timbunan bahan ini agar kadar air tetap seragam. Keuntungan
yang dimiliki pada cara ini ialah, uap merembes ke dalam timbunan bahan dan
memanaskan agregat secara cukup merata.
Kotak pasir harus selalu ditempatkan sedekat mungkin pada ujung
pengeluaran uap karena ini menjamin distribusi uap yang lebih rata ke dalam
kotak-kotak lainnya Suatu kotak agregat kasar yang terdekat pada ketel berarti
bahwa sejumlah tekanan uap, hilang melewati kotak ini sebelum mencapai
kotak lainnya. Permukaan agregat yang tak terlindung harus diselimuti dengan
terpal ("tarpaulin") atau lembaran "polythene" untuk mempertahankan distribusi
panas yang merata dan untuk mencegah terbentuknya es yang keras. Di sini tak
mungkin untuk menyimpulkan secara umum, berapa jumlah lap air yang
dibutuhkan, karena ini akan tergantung pada faktor-faktor, seperti jumlah
agregat, suhu yang diperlukan, dan efisiensi dari terpal penutup ("tarpaulin").
Tetapi, sebagai contoh dapat diutarakan, sebuah ketel uap menghasilkan 1500
kg uap air 1500 liter air digunakan setiap harinya) dalam cukup untuk
memanaskan 150 m3

agregat kasar, 85 m3 pasir dan 500 liter air untuk

menghasilkan beton pada alat pencampur yang mempunyai suhu 17C di atas
suhu udara. "Thermometer" harus sering dipergunakan untuk memeriksa suhu

134

agregat yang umumnya, harus dipanaskan sampai suhu antara 10C sampai
20 C.
Pekerjaan kecil di mana biaya untuk memasang ketel tak terjangkau.
agregat harus diselimuti dengan tanda timbunan bahan, dan keseluruhannya
dipanaskan dengan kompor atau

pemanas kecil pada jarak tertentu, sampai

agregat tak membeku sama sekali. Pada timbunan kecil, pencairan nya dapat
dipercepat dengan sering membalik-balik timbunan. Bila dikerjakan secara
demikian, maka asap dari alat panas harus diberi ventilasi keluar bagian yang
tertutup ini untuk menghindari keracunan karbon monoksida. Cara ini mungkin
untuk memanaskan agregat d rata sampai suhu jauh di atas 7C dan harus
dianggap hanya sebagai suatu alat menjaga agar agregat berada dalam
keadaan bebas "frost" (pembekuan).
Selama musim "frost", bila agregat tidak sedang dipakai, timbunannya
harm selimuti. Hal ini penting, terutama pada malam hari. Lembaran terpal
("tarpaulin. atau "polythene" berguna untuk suhu hanya beberapa derajat di
bawah titik beku, di sini disarankan agar digunakan juga selimut isolasi, karena
ini lebih efisien.
Air Pencampur:
Secara umum diketahui bahwa cara yang paling murah dan mudah
untuk manasan awal beton ialah dengan memanaskan air campurannya. Suhu
yang dibutuhkan pada air ini ialah antara 50C - 60C, dan harus diperhatikan
agar suhu air dipastikan tak lebih dari 70C. Bilamana air campuran dipanaskan
di atas 60 C, pemanasan yang berlebihan dapat menghasilkan pengikatan
beton yang cepat atau mengurangi workabilitas yang cukup mendatangkan
kesulitan pada pengecoran . Bilamana tersedia uap air, air pipa dapat
dipanaskan dengan suatu pipa diameternya sekitar 40 mm, dari ketel sampai
pada suatu persediaan air yang di dekat alat pencampur. Tangki air ini adalah
tambahan dari tangki pengukur pada campur, dan harus dipasang di atas alat
campur dengan rangka-rangka penyangga. Tangki berukuran 450 liter ternyata
cukup memenuhi syarat untuk digunakan alat pencampur 350 liter.
135

Alternatif lain ialah penggunaan kalor gas yang pada tahun-tahun ini
penggunaannya cukup meluas. Kalor gas dimasukkan dalam pipa ke unit bakar
yang memanaskan udara yang dimasukkan ke dalam suatu "penukaran" panas
dalam tangki penyediaan air. Air yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam
tangki pengukur pada alat pencampur, yang harus disekat luarnya dengan busa
"polystyrene", "fiberglass" atau isolasi sejenisnya agar kehilangan panas dapat
dihindari. Pemeriksaan yang rutin terhadap suhu air dalam tangki diperlukan,
terutama bila alat pencampur berhenti untuk waktu yang lebih lama dari pada
siklus waktu penakaran yang normal, bila suhu air naik kecuali bila pengadaan
uap air dikurangi, Bilamana suhu air pencampur naik sampai melebihi 60 C,
sejumlah air dingin harus ditambahkan atau sejumlah air pencampur dibuang
sampai suhunya di bawah 60C. Ketel air panas dengan bahan bakar disel atau
batubara dapat juga digunakan untuk menghasilkan air panas. Jenis pemanas
elektris yang dicelupkan telah digunakan tetapi alat ini mahal bila dijalankan
untuk jangka waktu yang lama.
Penakaran dan Pencampuran:
Telah disebutkan tentang pemasangan tangki air tambahan untuk
pemanasan di atas tangki pengukur alat pencampur yang biasa dipakai. Seluruh
instalasi pencampur sedapat mungkin ditutupi dengan selimut. Kadang-kadang,
mungkin juga untuk menempatkan keseluruhannya, termasuk agregat dalam
suatu bagian bangunan, bila ini tak memungkinkan, instalasi harus ditempatkan
dalam suatu tempat, yang sedapat mungkin terlindung seperti di bawah suatu
dinding. Pemecah angin harus digunakan untuk memberikan perlindungan
terhadap angin kencang dan menghindari terhadap hujan atau salju.
Suhu beton ketika meninggalkan alat campur tak boleh kurang 10 o C
terdapat kehilangan panas yang tak terhindarkan selama pengangkutan dan
pengecoran liat di bawah ini. Di sini jarang diperlukan untuk menaikkan suhu
sampai lebih dari pada sekitar 20C. Sebagai patokan umum, suhu beton ketika
sedang dicampur harus 3C - 8C lebih tinggi dari pada suhu yang dibutuhkan
setelah pengecoran; nilai lebih nya tergantung pada suhu di sekitarnya.
136

Beton dapat dipanaskan dengan memanaskan air dan agregat atau


dengan mengadakan pemanasan dalam alat campur. Cara yang paling
sederhana ialah memanaskan air seperti yang diterangkan di atas, dan hal ini
umumnya memadai untuk pekerjaan di Inggris pada umunmya. Cara-cara ini
tergantung pada cara pengadaan panasnya dalam alat campur beton, seperti
misalnya dengan semacam obor atau nyala lainnya, tak meyakinkan
pemakaiannya secara keseluruhannya, baik dipandang dari segi efisiensi
pemanasan nya maupun variabilitas pada kehilangan kadar airnya.

Pengecoran:
Beton harus dicor secepat mungkin setelah pencampuran karena panas
hilang dengan cepat, dan bahkan bila pekerjaan berlangsung dengan sangat
efisien, turunnya suhu dari pencampuran sampai pengecoran mungkin sebesar
3C sampai 8C. Di bawah keadaan normal kehilangan sebesar 3C dapat
terjadi selama pengangkutan saja, tetapi suatu pengangkutan yang berlebihan,
mungkin tak terhindarkan kehilangan suhu sample 5C.
Suhu yang dibutuhkan beton setelah pengecoran akan tergantung
sebagian panas massa betonnya. Misalnya, dalam hal tampang melintang yang
tipis, tujuannya harus untuk mencapai suatu suhu sebesar 10C sampai 15C
dalam betonnya, sesaat setelah pengecoran, dan untuk tiga hari yang pertama.
Untuk massa beton, suhu yang sesuai ialah antara 5C dan 10C.
Bahaya utama selama suhu rendah adalah kemungkinan membekunya
air pada beton yang baru dicor. Beton yang membeku mungkin disalah tafsirkan
sebagai berat yang telah mengadakan ikatan secara normal, hal ini jelas pada
beton semacam ini yang telah diambil acuannya ("shutter"), dan keruntuhan
tidak harus terjadi sampai selanjutnya bagian yang beku mulai mencair.
Kejadian semacam ini, tentu saja

mempunyai akibat yang serius. Untuk

menghindarkan hal ini, suhu beton ketika dituang ke dalam acuan ("form") harus
sekurang-kurangnya 5C, suhunya, dan suhu beton harus dijaga agar di atas
suhu ini sampai beton ini mengeras. Riset telah menunjukkan bahwa, bilamana
tak jenuh dengan air, konstruksi beton yang normal tahan terhadap kerusakan
137

akibat pembekuan bilamana beton ini telah mencapai kekuatan kubus minimum
5N/mm2.
Perlindungan Beton Setelah Dicor :
Perlindungan beton setelah dicor dapat diadakan dalam bentuk isolasi
terhadap

permukaannya

atau

pemasangan

tutup

sementara

dengan

pemanasan di dalamnya Pemilihan cara yang digunakan pada keadaan khusus


tergantung pada biaya relatif dalam hubungannya dengan kecepatan kemajuan
pekerjaan yang dikehendaki dan jumlah pekerjaan yang akan dikerjakan.
Bagian konstruksi beton yang tipis, umumnya membutuhkan perlindungan
selama tingkatan awal dari pengikatan sampai jumlah panas yang dibebaskan
cukup untuk mengganti panas yang hilang. Di bawah keadaan yang normal, hal
ini tak tercapai, hingga 1-3 hari setelah pengecoran.
Pondasi langsung dan memanjang di bawah muka tanah biasanya
dapat diberi perlindungan secukupnya dengan menutupi jerami atau fiberglass
untuk mengawetkan panas yang terjadi di dalam massa beton. Pelat lantai
dasar, di atas tanah yang tak membeku atau lapisan keras ditutupi dengan
suatu lapisan isolasi fiberglass atau bantalan jerami sebagai pelindungnya
umumnya akan cukup untuk mengawetkan panas yang terjadi di dalam beton,
ketika pada siang harinya suhu di atas titik beku. Kondisi musim yang buruk
harus diimbangi dengan menutupi pelat memakai tenda yang rendah yang
bahannya terbuat dari lembar "polythene" atau terpal ("tarpaulin") dan
memasang pemanas di dalamnya agar suhu beton dapat dipertahankan di atas
5C. Harus diperhatikan benar untuk menghindari pengeringan awal beton dan
mungkin

perlu

untuk

melindungi

permukaan

beton

dengan

lembaran

"polythene". Penggunaan air untuk merawat beton pada kondisi yang dingin tak
diinginkan.
Lantai beton yang tergantung mungkin dijaga agar tetap panas setelah
pengecorannya dengan memasang selimut yang disokong rangka batang di
atasnya dan menurun di samping pelat, dengan suatu gas "prophane" udara
panas, alat penyembur meniupkan udara panas ke ruang udara, sehingga
terbentuklah pemanasannya. Isolasi permukaan atas harus terdiri atas
138

"fiberglass" atau dua lapis anyaman jerami yang tebal 25 mm di antara dua
lapis "polythene". Alternatif lain ialah penggunaan lapisan jerami yang terurai
tebal. Pemanas listrik dengan isolasi sekarang sudah tersedia, terutama
berguna untuk menjaga pelat beton pada suhu perawatan yang diperlukan.
Bagian atas tihang, balok dan dinding harus diselimuti dengan suatu
bahan isolasi sesaat setelah pengecoran selesai, pada kondisi yang sangat
dingin. Terpal yang membentang melintasi atas ke dinding atas dengan
pemanas parafin atau "prophane" di dalam "sel" ini, akan membantu untuk
mempertahankan suhu pada batasan yang dibutuhkan, tetapi harus diambil
usaha pencegahan terhadap kemungkinan keracunan oleh karbon monooksida. Bila panas diberikan dengan memadai, selama dua hari berikutnya
untuk mempertahankan suhu beton di atas 5C, acuan vertikal dapat dibuka
setelah 24 jam. Lantai atas membutuhkan perlindungan khusus selama musim
dingin mengingat pada tebalnya yang tak seberapa. Di sini disukai untuk
menutup ruangan di atas lantai dan dipelihara suatu suhu sebesar 5C atau
lebih pada beberapa setelah pengecoran. Pemanas harus di isolasi dengan
baik mulai atas dengan suatu lapisan pasir yang tebal, dan daerah di sekitarnya
dilindungi terhadap pengeringan sebelum waktunya.
Suhu Beton Pada Kondisi Tak Terjadi Peningkatan Kekuatan ("Maturity of
Concrete)
Kemampuan beton untuk mempertahankan diri terhadap kerusakan
akibat suhu di bawah titik bekunya dihubungkan dengan kekuatan beton dan
secara berturut-turut telah diperhatikan, tergantung pada suhu perawatan dan
umurnya. Beberapa penyelidik telah berusaha untuk menyatakan kekuatan
beton sebagai fungsi dari "maturity" (yaitu, suhu di bawah mana beton tak mau
naik kekuatannya.
Plowman menemukan bahwa suhu dasar untuk "maturity" (yaitu, suhu
di bawah mana beton tak mau bertambah kekuatannya) adalah -12C (11F).
Oleh karena itu, "maturity" = (suhu + 12) X umur dalam jam bilamana suhu
dinyatakan dalam 0C .Plowman juga mengemukakan suatu "hukum" yang
139

mudah pemakaiannya dan praktis, yang menyatakan bahwa kekuatan suatu


beton tertentu dapat dinyatakan sebagai suatu persentase yang diperoleh pada
"maturity" 19800Cjam(35600Fjam). Nilai ini adalah "maturity" pada 28 hari
untuk suhu perawatan 18C (64F).
Perbandingan kekuatan, sebagai suatu persentase :
maturity
= A+B log10(

1000
Suhu dasar perhitungan "maturity" adalah -12C (1 1F). Nilai tetapan A
dan B tergantung pada batasan kekuatan beton yang disarankan oleh Plowman
seperti terlihat pada label 15.1. Nilai A tergantung pada keadaan musim,
maturity berdasarkan pada C jam atau F jam. Harga tetapan untuk empat
buah batasan kekuatan yang ditetapkan, adalah cukup teliti untuk semua
pekerjaan yang normal, bilamana suhu awal beton antara 16C dan 27C (60F
dan 80F), dan diberikan kekuatan pada maturity 19800C jam (35600F jam),
kekuatan beton pada tingkatannya untuk maturity yang lain dapat dihitung.
Acuan ("Form Work") :
Sebelum pembetonan dimulai, semua acuan dan penulangan, mutlak
perlu bebas es. Bilamana acuan dan tulangan dirakit pada hari sebelum
pembekuan, dengan menyelimuti di atasnya dan pemberian pemanasan
dengan pemanas udara akan cukup memadai untuk memelihara acuan dan
tulangan bebas es, sedemikian sehingga pembetonan dapat dimulai saat
pertama pada hasil berikutnya. Bilamana tersedia uap air, pipa tambahan dari
ketel uap dapat menyalurkannya ke bangunan tersebut dengan hubungan keran
di tiap lantai bangunan. Sebuah penyembur uap air dapat dipakai untuk
memanaskan acuan dan tulangan.

Tabel 5.2 Tetapan Plowman untuk digunakan dalam Persamaan "Maturity''


140

Kekuatan setelah 28 hari


pada 18C (64F) (maturity
19800Cjam) (356000F jam)
N/mm2
< 17
17-35
35-52
52-69

Terapan
A

Untuk o C jam

Untuk o F jam

10
21
32
42

-7
6
18
30

68
61
54
46,5

Pemberian tindak pencegahan untuk menjaganya agar tetap hangat,


acuan yang menutupi permukaan vertikal dapat diambil setelah 24 jam,
bilamana panas diteruskan, tapi bilamana mungkin disarankan agar disediakan
waktu 48 jam sebelum penutup bidang vertikal diambil. Mungkin diinginkan
untuk mempertahankan penutup acuan luar untuk perioda yang lebih panjang
dari pada yang dibutuhkan dengan sebenarnya, dengan demikian ini dapat
memberi isolasi panas yang dibutuhkan untuk bagian dalam bangunan,
termasuk konstruksi lantai.
Pada pekerjaan bangunan bertingkat, acuan luar dapat siap ditinggalkan
pada tempatnya selama siklus pengecoran, sebelum acuan ini dipindahkan ke
lantai berikutnya. Acuan luar, bersama dengan acuan lantai dirakit sesaat
setelah pembukaan acuan dalam, yang dengan demikian memberikan suatu
sarana yang baik semacam "tenda" terhadap pengecoran dinding yang baru.
Acuan yang dipanaskan secara elektris sudah tersedia sekarang dan praktis
untuk menghasilkan cara yang mudah dan efektif di dalam meningkatkan
kecepatan pengerasan beton.
Pembukaan Acuan:
Waktu minimum untuk membukanya dapat ditentukan, paling baik
dengan percobaan di lapangan, karena hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti jenis dan jumlah semen, suhu perawatan, ukuran bagian konstruksi, dan
jenis acuan. Kekuatan bahan uji yang dirawat pada kondisi yang sama dengan
bagian dari konstruksinya, memberikan konservatif di dalam menentukan waktu
yang aman untuk membuka acuan.
141

Kekuatan jenis campuran beton 1:6 menurut beratnya yang dijaga pada
suhu 2C selama tujuh hari adalah kurang dari separuh kekuatan beton yang
sama yang dirawat secara terus menerus pada suhu 18C, dan tetap rendah
selama beberapa minggu. Oleh karena itu, bahkan pada suhu di atas titik beku,
tapi di bawah, katakanlah 10C, harus diperhatikan agar tak membuka acuan
terlalu cepat dan jangan membebani beton sebelum ini mempunyai kekuatan
yang memadai untuk memikul beban semacam ini.
5.5. Penutup
Untuk mengukur tingkat penguasaan materi perkuliahan ini, maka anda
diwajibkan untuk mengerjakan penyelesaian soal-soal yang ada.
Soal / pertanyaan :
1. Jelaskan apa saja yang menjadi masalah dalam pembetonan masif.
2. Jelaskan bagaimana mengatasi masalah yang tiimbul dalam pembetonan
massal
3. Sebutkan metode pengecoran dibawah air
4. Jelaskan cara pencampuran pengecoran didalam air metode IntrusiGrout dan tremi
5. Jelaskan kerugian temperatur tinggi dalam proses pengecoran bila tidak
dilakukan perbaikan dalam proses pengecoran
6. Jelaskan cara pengecoran pada kondisi dingin

142

Anda mungkin juga menyukai