PEMICU
Tn. N, usia 42 tahun datang ke puskesmas untuk berobat dengan
keluhan perasaan sesak nafas saat melakukan aktifitas fisik.
Pekerjaannya selama ini adalah tukang bangunan. Keluhan ini
sangat mengganggu pekerjaannya karena selain sesak nafas
adakalanya disertai sakit kepala dan rasa hoyong. Selama ini ia
tidak pernah merasakan keluhan seperti ini meski melakukan
aktifitas yang sama. Tn.N tidak pernah sakit dan memeriksakan
kesehatannya ke dokter. Perasaan sesak nafas disertai sakit kepala
dan hoyong ini semakin sering dirasakannya akhir-akhir ini. Pada
usia 30 tahun ia pernah menjalani pemeriksaan tekanan darah
gratis pada suatu pameran kesehatan dan pada saat itu ia
dinyatakan mempunyai tekan darah yang tinggi. Tetapi ia tidak
peduli dengan pernyataan tersebut karena Ia merasa sehat dan
tidak mempunyai keluhan. Ia juga setiap hari merokok sebanyak 12 bungkus sehari dan minum kopi pagi dan sore. Makanan nya di
tempat kerja seperti kawan-kawan kerja lainnya tanpa ada
pembatasan diet dan dirumah seperti makanan anggota keluarga
lainnya. Ayah nya meniggal karena stroke pada usia 52 tahun dan
adiknya yang laki2 juga menderita hipertensi. 3 saudara
perempuan lainnya tidak ada yang menderita hipertensi.
Kenapa Tn mengalami sesak nafas saat melakukan aktivitas fisik
belakangan ini?
Adakah hubungan hiprtensi dengan sesak nafas dan perasaan
hoyong.Jelaskan.
MORE INFO :
Anda memeriksa Tn.N dengan teliti, menarangkan hasil penemuan pemeriksaan fisik
yang anda lakukan kepada Tn.N dan keluarga yang mengantar.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Tanda Vital
Keadaan umum lemah, kompos mentis, tanpak pucat dan sakit, berkeringat, sesak
nafas, menderita menutup mata karena rasa hoyong dan berbaring harus dengan
posisi setengah duduk, batuk2 disertai sesak nafas. Berat badan 75kg. Tinggi badan
169 cm. TD 190/105 mmHg, frekuensi nadi 120x /menit, frekuensi nafas 28x menit
dan suhu tubuh 36,5C.
Pemeriksaan Kardiovaskular
Jugular Venous Pressure (JVP) meningkat R + 2cm, dada terlihat simetris. Tidak
teraba thrill. Pada auskultasi jantung terdengar bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2
normal. Terdengar bising sistolik tipe ejeksi derajat 3/6 diapeks tanpa penjalaran.
Pemeriksaan Respirasi
Trakhea teraba digaris tengah dan pergerakan dada normal serta simetris. Auskultasi
paru terdengar ronkhi basah halus di kedua lapangan paru bawah belakang.
Pemeriksaan Abdomen
Abdomen lembut, hepar dan lien sukar diraba. Bising usus normal.
Pemeriksaan Ekstremitas
Akral dingin dan berkeringat, ditemukan edema pada kedua tungkai bawah didaera
dorsum pedis dan pretibial. Pulsasi arteri perifer pada keempat ekstremitas baik
Hasil Laboratorium
TEST
Hemoglobin
HASIL
NILAI NORMAL
10,0 gr/dl
13-16 gr/dl
8200 / mm3
5000 - 10000/
mm3
30 vol %
39-48 vol %
10 mm/jam
0 - 15 mm/jam
80 mg/dl
10-50 mg/dl
2,0 mg/dl
110 mg/dl
SGOT
18 U/L
0-38 U/L
SGPT
19 U/L
0-41 U/L
Alkali Fosfatase
41 U/L
40-129 U/L
Total cholestrol
225 mg/dl
<200 mg/dl
LDL cholestrol
80 mg/dl
<200 mg/dl
HDL Cholestrol
68 mg/dl
>35 mg/dl
138 mg/dl
<150 mg/dl
<4.5
Lekosit
Hematokrit
LED
Ureum
Kreatinin
Gula darah sesewaktu
Trigeliserida
Total Cholestrol / HDL
ratio
Urinalisis
Foto Toraks :
CTR 56% apeks jantung downward, aorta elongasi,
corakan pembuluh darah paru sedikit meningkat.
EKG :
Sinus takikardia, gelombang P di V1 bifasik, PR
interval normal, aksis QRS kekiri, ST segmen
isoelektris, gelombang T inversi di 1, V5 dan V6
hipertrofi ventrikel kiri (+)
Hasil Pemeriksaan Ekokardiografi ;
Ruang- ruang jantung dan pembuluh darah dalam
posisi normal. Dimensi LV normal. LVPW dan IVS
menebal konsentrik, LV mess 270 gr/cm3, LV
ejection fraction 56%. Fungsi diastolik LV
terganggu. Wall motion normokinetik. Kesan :
ekokardiograf sesuai denagn HHD disertai
gangguan fungsi diastolik.
LEARNING ISSUE
1. Definisi HHD
2. Etiologi
3. Faktor Resiko
4. Klasifikasi
5. Potofisio
6. Manifestasi klinis
7. Diagnosa, DD
8. Pemeriksaan
9. Penatalaksaaan
10.Komplikasi dan prognosis
Penyakit ginjal
Penyakit endokrin
Koartasio aorta
Hipertensi pada kehamilan
Kelainan neurologi
Stress akut
Volume intravaskuler yang meningkat
Etanol, obat2 dan zat lain
Diet
Overweight/Obe
sitas
Konsumsi
alkohol
Stress
Keadaan kronis
lainnya
Ras / etnis
Hipertensi dapat terjadi pada seluruh
ras. Akan tetapi, resiko terjadi
hipertensi dari ras afika-amerika
lebih tinggi dibandingkan dengan ras
kaukasia
Sedentary lifestyle
Orang dengan aktivitas yang kurang
akan memiliki detak jantung yang
cepat yang menyebabkan jantung
berusaha
lebih
keras
untuk
memompa
darah
dan
adanya
peningkatan tekanan pada pembuluh
darah. Aktivitas yang kurang juga
berhubungan
dengan
resiko
terjadinya overweight/obesitas
Merokok
Merokok dapat mengakibatkan efek
jangka pendek yaitu peningkatan
tekanan darah dan efek jangka
panjang adalah kerusakan daripada
dinding pembuluh darah yang pada
akhirnya mengakibatkan pembuluh
darah
menjadi
sempit
dan
meningkatkan tekanan darah.
Diet
Asupan makanan yang tinggi kalori, lemak, gula
dan sedikit nutrisi-nutrisi penting merupakan
makanan yang buruk dan dan dapat menyebabkan
obesitas.
Selain itu asupan makanan dengan kadar garam
yang
terlalu
tinggi
berhubungan
dengan
hipertensi.
Garam dapat menyebabkan retensi cairan yang
akan menaikkan tekanan darah. Pada beberapa
orang terdapat salt sensitivity, yaitu orang-orang
yang
akan
terkena
hipertensi
apabila
mengonsumsi garam dalam kadar yang terlalu
tinggi.
Overweight / obesitas.
Obesitas memiliki peranan yang kuat
terhadap terjadinya hipertensi.
Pada obesitas akan terdapat peningkatan
jumlah darah dikarenakan kebutuhan dari
oksigen dan nutrisi jaringan meningkat
yang
pada
akhirnya
menyebabkan
peningkatan tekanan di dalam pembuluh
darah.
Selain itu obesitas juga akan meningkatkan
kadar kolesterol dan trigliserida dan
menurunkan kadar HDL.
Konsumsi alkohol
Alkohol dapat menyebabkan penaikan
tekanan
darah,
dengan
cara
pengeluaran
hormon yang akan
menaikkan aliran darah dan detak
jantung.
Selain itu konsumsi yang berlamaan
dari alkohol dapat menyebabkan
gagal jantung dan ketidakteraturan
irama jantung.
Stress
Stress dapat menyebabkan hipertensi.
Dikarenakan stress aka memicu saraf
simpatis yang akan menaikkan detak
jantung yang berakibat menaikkan curah
jantung dan akirnya menaikkan tekanan
darah.
Depresi juga memiliki efek psikologi
terhadap jantung, dan adanya perilaku
yang merusak (merokok, minum alkohol)
dapat
menaikkan
resiko
terjadinya
hipertensi
4. KLASIFIKASI
(mmHg)
Normo tensi
140
90
Bordeline
140 160
90-95
hipertensi
160
95
KATEGORI
SISTOLIK
DIASTOLIK
Klasifikasi
hipertensi
menurut
(mmHg)
(mmHg)
JNC-5
Normal
< 130
<90
Normal tinggi
130-139
85-89
Stage 1
140-159
90-99
Stage 2
160-179
100-109
Stage 3
180-209
110-119
Stage 4
>210
>120
Hipertensi
DIASTOLIK
(mmHg)
Normotensi
<140
<90
Hipertensi ringan
140-180
90-105
Sub-group borderline
140-180
90-95
Hipertensi sedang
dan berat
>180
>105
Hipertensi sistolik
terisolasi
>140
<90
Sub-group
borderline menurut
140-160 JNC-6<90
hipertensi
Klasifikasi
KATEGORI
SISTOLIK
(mmHg)
DIASTOLIK
(mmHg)
Optimal
< 120
<80
Normal
<130
<90
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi
Stage 1
140-159
90-99
Hipertensi
160-179
100-109
SISTOLIK
(mmHg)
DIASTOLIK
(mmHg)
Normal
< 120
<80
Pre hipertensi
120-139
80-89
Stage 1
140-159
90-99
Stage 2
160
100
Hipertensi
Hipertensi Sekunder
Hipertensi Renal
penyakit ginjal akut penurunan
pembentukan urine, retensi garam dan air
serta hipertensi.
Lesi renovaskular (aterosklerosis, displasia
fibromuskular) perfusi ginjal
pengeluaran renin >> kadar sirkulasi
angiotensin II vasokonstriksi resistensi
vaskular perifer meningkat. angiotensin
II stimulus peningkatan kadar aldosteron
dan retensi natrium oleh ginjal.
Hipertensi Endokrin
Medula adrenal
Aldosteronisme (Sindrom Conn)
Adenoma/ hiperplasia korteks adrenal
reabsorbsi natrium dan eksresi kalium oleh
sel prinsipal dari tubulus renal distal
ekspansi volume cairan ekstraseluler
hipertensi
Peningkatan glukokortikoid (Sindrom Cushing)
Adenoma hipofisis overproduksi ACTH
hiperplasia korteks adrenal menstimulasi
sekresi kortisol.
Korteks adrenal
Pheochromocytoma (tumor pada sel
kromafin neuroektodermal yang merupakan
bagian dari sistem simpatoadrenal (sel saraf
simpatetik))
Sel tumor ini menghasilkan dan
mensekresikan katekolamin. Gejala dan
keparahannya tergantung pola sekretori
dan jumlah katekolamin yang disekresikan
serta jenis katekolamin. NE menghasilkan adrenergically vasokonstriksi
hipertensi diastolik. Sedangkan epinefrin
menghasilkan -adrenergically stimulasi
jantung hipertensi sistolik dan takikardia.
Koarktasi Aorta
Penyempitan aorta (paling sering di
bagian distal arteri subklavia) aliran
darah ke bagian bawah tubuh dan ginjal.
Ejeksi stroke volume yang melewati aorta
yang sempit tekanan darah sistolik
dan aliran darah pada bagian atas tubuh.
Hipertensi Neurogenik
Tumor otak, ensefalitis, edema cerebral
atau hemorrhage masif tekanan
darah melalui stimulasi pusat saraf dari
sistem saraf simpatis hiperkinetik
jantung hipertensi.
HIPERTENSI PRIMER
5. PATOFISIO
PATOFISIOLOGI HHD
Hipertensi ( tahanan pembuluh perifer)
6.MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis
7. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan
Anamnesa
Asupan makanan
Riwayat keluarga
Merokok
Penyakit yang diderita
Penggunaan obat obatan
40
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran Tekanan Darah
Inspeksi
Palpasi
Denyut apeks tergeser ke kiri bawah,
menuju ke ruang antar iga keenam, pada
garis axilaris anterior.
Dapat ditemukan adanya gelombang a
presistolik pada denyut apeks, yang
menunjukkan adanya hipertrofi atrium kiri.
41
Perkusi
Auskultasi
Intensitas komponen aorta pada bunyi
jantung kedua meninggi, dan mungkin
ditemukan ejection click sistolik aorta dan
bunyi jantung keempat.
Sering terdapat ejeksi sistolik dini.
Pada hipertensi esensial yang parah,
sepanjang pinggir kiri sternum terdengar
bising regurgitasi diastolik aorta.
8. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium:
Darah rutin yang diperlukan adalah
hemotokrit,ureum dan kreatin,untuk menilai fungsi
ginjal(menunjukan penyakit ginjal baik sebagai
penyabab atau disebabkan oleh hipertensi atau
<jarang> dapat dianggap hipertensi
adrenal/sekunder). Selain itu juga elektrolit untuk
melihat kemungkinan adanya kelainan hormonal
aldosteron.
Kolestrol HDL dan kolesterol total serummembntu
memperkirakan risiko kardiovaskular di masa
depan
Pemeriksaan laboratorium urinalisis juga diperlukan
untuk melihat adanya kelainan pada ginjal.
Radiologi
Pada gambar rontgen torak posisi
posterior anterior terlihat
pembesaran jantung kekiri ,elongasi
aorta pada hipertensi yng kronis dan
tanda- bendungan pembuluh paru
pada stadium payah jantung
hipertensi
elektrokardiogram
Tampak tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri dan
strain.
ekokardiografi
Salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat
untuk memantau terjadinya hipertrofi
ventrikel,hemodinamik kardivaskuler dan
tanda-tanda iskemia miokard yng menyertai
penyakit jantung hipertensi pada stadium
lnjut.
9. Terapi
Non-farmakologi dan
farmakologi
Non-farmakologi
Perubahan gaya hidup (life style
modification)
Penurunan garam
Berhenti merokok
Penurunan konsumsi alkohol
Aktifitas fisik yang teratur
Penurunan berat badan (obese)
Farmakologi
1. Diuretic: bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan
klorida, sehingga dapat menurunkan volume darah dan
cairan ektraselluler
penurunan CO dan TD.
a. Golongan Tiazid (HCT)
Penurunan resistensi perifer
hipotensi (penurunan
natrium ke intertisial didlm sel otot polos pembuluh darah,
sehingga menghambat influks kalsium).
Efek samping: hipokalemia, hiponatremia dan menghambat
ekskresi asam urat dari ginjal.
b. Diuretic kuat
Bekerji lengkung henle asenden, bagian epitel tebal dengan
cara menghambat transfort Na+, K+, CL+, dan
menghambat resorpsi air dan elektrolit.
Contoh obat: furosemid, torasemid, dan bumetanid.
c. Diuretic hemat kalium
2. Penghambat adrenergik
a. Penghambat adrenoreseptor beta bloker
Menurunkan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas
miokardium, sehingga menurunkan cardiac output.
Cth obat: atenolol, metoprolol, labetalol, dan karvedilol
Efek samping: bradikardia, blok AV, dan penurunan
kontraktilitas miokardium.
b. Penghambatab adrenoreseptor alfa bloker
Hanya alfa bloker yang selektif, untuk mengobati anti
hipertensi. Alfa 1 yang vasodilatasi di arteriol dan
venule sehingga terjadi penurunan resistensi perifer.
Efek samping: ortostatik
3. Vasodilator
Cth obat: hidralazin, minosikdil, diazoksid, natrium
nitroprusid.
Fungsinya untuk merelaksasi otot polos sehingga otot
polos vena (vasodilatasi)
Penghambat Angiotensin-Converting
Enzyme (ACE Inhibitor)
ACE Inhibitor dibedakan menjadi 2
kelompok:
Yang bekerja langsung, Con: katopril dan
lisinopril.
prodrug,
Con:
enapril,
kuinapril,
perindopril, ramipril dan lain-lain.
ACE
inhibitor
juga
menghambat
degradasi bradikinin sehingga kadar
bradikinin dalam darah meningkat dan
berperan dalam efek vasodilatasi.
Penggunaan ACE inhibitor efektif untuk
hipertensi ringan, sedang maupun
berat.
Kombinasi dengan diuretik memberikan
efek
sinergistik
sedangkan
efek
hipokalemia diuretik dapat dicegah.
Efek
sampingnya
dapat
berupa
hipotensi pada awal pemberian , batuk
kering dan hiperkalemia.
Antagonis Reseptor
Angiotensin (ARB)
Reseptor Angiotensin II terdiri dari 2
kelompok yaitu Reseptor AT I dan AT II.
Obat golongan ARB bekerja selektif
pada reseptor AT
I yang akan
menghambat semua efek Angiotensin II,
seperti: Vasokontriksi, sekresi aldosteron
dan ransangan saraf simpatis.
ARB menimbulkan efek yang mirip
dengan
ACE
inhibitor
tapi
tidak
mempengaruhi metabolisme bradikinin
sehingga tidak memiliki efek samping
batuk kering.
Antagonis kalsium
Antagonis
kalsium
menghambat
influks kalsium pada sel otot polos
pembuluh
darah
dan
miokard,
sehingga terjadi vasodilatasi.
Sering dikombinasikan dengan betablocker.
Komplikasi :
PROGNOSIS :
depens on how long you have had it, how severe it
is and if you have other condition such as
diabetes, that increase the risk of disease of heart,
eyes & kidneys. When high blood pressure is
treated adequately, the prognosis is much better.
KESIMPULAN