Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK


MENULAR
PENYAKIT YANG DIAKIBATKAN OLEH VEKTOR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit
Menular dan Tidak Menular

Oleh :
Lulu Syarifah

G1B013025

Edi Krisnanto

G1B0130

Chendy Prastika Sari

G1B013052

Fero Amelia

G1B013056

Gustiani Sinta Dewi

G1B013063

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia
atau sebaliknya. Salah satu cara penularan penyakit ini dapat terjadi melalui
vektor. Saat ini banyak penyakit zoonosis pada manusia yang merupakan
Kejadian Luar Biasa (KLB) muncul karena peranan vektor yang tidak terkendali.
Penyakit ini sebenarnya sudah lama diketahui keberadaannya dan dianggap
umum, tetapi karena kegagalan pengendalian vektor maka penyakit ini selalu
terjadi berulang kali. Pengendalian vektor tidak saja menyangkut hidup bersih,
tetapi yang utama adalah kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan akan
mengurangi populasi vektor dan mungkin juga memutus siklus hidup vektor
sehingga vektor tersebut tidak dapat berkembang. Setiap vektor mempunyai
habitat dan siklus hidup yang berbeda. Agen penyakit ditularkan dari individu
yang terinfeksi kepada individu lain oleh vektor arthropoda dan siput sebagai
induk semang antara. Penularan dapat terjadi bila ada agen penyakit seperti virus,
bakteri, protozoa atau cacing; vektor seperti caplak atau nyamuk; dan manusia.
Sebagai tambahan, induk semang antara seperti siput air juga dimasukkan sebagai
vektor karena agen penyakit harus mengalami perkembangan dalam siklus
hidupnya. Selain itu karena hewan sering bertindak sebagai reservoir agen
penyakit maka penyebaran penyakit ini kadang-kadang sulit ditanggulangi.
Hampir setengah populasi manusia didunia terinfeksi dengan penyakit
yang ditularkan oleh vektor dan menimbulkan angka kesakitan dan mortalitas
yang tinggi. Penyebaran kejadian penyakit-penyakit tersebut sangat tidak
proporsional, dengan dampak yang saling terkait di negara berkembang baik di
daerah tropis maupun subtropis. Kepentingannya terhadap kesehatan masyarakat,
bila prevalensi penyakit ini cukup tinggi maka hal ini akan mempengaruhi
perkembangan perekonomian negara tersebut.

BAB II
PERMASALAHAN
A. Mortalitas
B. Morbiditas
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Vektor Penyakit
Vektro penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda
yang dapat memindahkan atau menularkan agen infeksi dari sumber

infeksi kepada host yang rentan. Pengendalian vektro adalah suatu


kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektro pada tingkat yang
tidak lagi membahayakan bagi kesehatan manusia (Slamet JS, 1994 dalam
Komaria, 2010). Sedangkan Menurut WHO (2014) yaitu Vektor adalah
organisme yang menularkan patogen dan parasit dari satu manusia yang
terinfeksi (atau hewan) kepada manusia yang lain. Vektor penyakit adalah
penyakit yang disebabkan oleh patogen ini dan parasit pada populasi
manusia. Mereka yang paling sering ditemukan di daerah tropis dan
tempat di mana akses terhadap air minum dan sanitasi yang sehat
terhambat .
Perbedaan antara vektro dan vehicle yaitu vehicle adalah suatu
penyebaran penyakit yang tidak hidup, seperti air, udara, makanan dan
lain-lain. Sedangkan vektro adalah benda hidup, yakni serangga. Serangga
tergolong Phylum Arthopoda, mempunyai jumlah spesies empat kali lipat
dari spesies hewan bersama-sama. Beberapa ciri morfologis arthopoda
yang penting adalah seluruh badannya beruas-ruas yang berhubungan
dengan sendi-sendi membentuk bagian kaki, perut, dada dan kepala,
seluruh badannya terliput oleh khitine yang tebal tipisnya menentukan
keras tidaknya serangga tadi (Komariah,2010).
Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa
vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau
menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor penyakit
merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga
dikenal sebagai arthropod borne diseases atau sering juga disebut
sebagai vector borne diseases yang merupakan penyakit yang penting
dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan
bahaya bagi kesehatan sampai kematian.
B. Macam-macam Vektor dan Binatang Pengganggu
C. Vektor dan Permasalahannya
D. Jenis-Jenis Penyakit Akibat Vektor
1. Filariasis
a. Pengertian
Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah merupakan penyakit
infeksi yang bersifat menahun disebabkan cacing filaria dan
ditularkan oleh nyamuk. penyakit ini dapat menimbulkan cacat

menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantung buah zakar,


payudara dan kelamin wanita.
Penyakit kaki gajah (Filariasis) terdapat hampir di seluruh
dunia terutama di daerah tropis dan beberapa daerah sub tropis.
Pada tahun 2004, filariasis telah menginfeksi 120 juta penduduk di
83 negara di seluruh dunia. Sedangkan di Asia filariasis menjadi
penyakit endemik di Indonesia, Myanmar, India dan Srilanka.
(Public Health Indonesian. 2014)
b. Tanda dan Gejala
- Pada tahap Awal (akut) berupa demam berulang 1-2 kali atau
lebih setiap bulan selama 3-5 hari terutama bila bekerja berat.
Demam dapat sembuh sendiri tanpa diobati dan timbul
benjolan yang terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak tanpa
adanya luka badan.Kemudian ketika teraba adanya urat seperti
tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha
-

atau ketiak dan berjalan ke arah ujung kaki atau tangan.


Pada tahap Lanjut (kronis), akan terjadi pembesaran yang
hilang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara
dan alat kelamin wanita dan lama kelamaan menjadi cacat
menetap.
(Public Health Indonesian. 2014)

c. Epidemiologi
Filariasis malayi merupakan salah satu penyakit zoonosis
yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini
memiliki

hospes

reservoar

dan

vektor

nyamuk.

Secara

epidemiologi, persebaran filariasis terkait dengan berbagai faktor


seperti hospes definitive yaitu manusia, hospes reservoar, vektor
dan

keadaan

lingkungan

yang

sesuai

untuk

menunjang

kelangsungan hidup masing-masing.


Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit nematoda jaringan. Walaupun penyakit ini jarang
menyebabkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas
penderitanya karena timbulnya gangguan fisik. Penyakit ini jarang
terjadi pada anak-anak karena manifestasi klinisnya timbul
bertahun-tahun kemudian setelah infeksi.

Filariasis disebabkan oleh tiga spesies yaitu Wuchereria


bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Morfologi Cacing
dewasa jantan W. bancrofti berukuran 2-4 cm dan betina 5-10 cm.
Mikrofilaria berukuran panjang antara 245-300 m, bersarung
pucat, lekuk badan halus, panjang ruangan kepala sama dengan
lebarnya, inti halus dan teratur. Tidak ada inti tambahan. Larva
stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 m.
Larva stadium 2 (L2) bentuk lebih panjang dari L1 , ekor pendek
seperti kerucut, panjang 450 m. Larva stadium 3 (L3) bentuk
langsing panjang, panjang 1200 m, pada ekor terdapat 3 papila
bulat.
Cacing dewasa jantan Brugia malayi berukuran panjang 23
mm, ekor melingkar. Cacing betina berukuran panjang 55 mm,
ekor lurus. Mikrofilaria Brugia malayi panjangnya 200-275 m,
bersarung merah pada pewarnaan giemsa, lekuk badan kaku,
panjang ruang kepalanya dua kali lebarnya, badannya mempunyai
inti-inti tidak teratur, ekornya mempunyai satu-dua inti tambahan.
Memiliki L1, L2, dan L3 seperti Wuchereria bancrofti namun bila
dijumpai dapat dibedakan dari L3 Wuchereria bancrofti dari
keberadaan tonjolan di bagian posterior tubuhnya.
Cacing dewasa Brugia timori berbentuk halus seperti
benang, warna putih susu, yang betina berukuran 40 mm ekor
lurus, dan cacing jantan berukuran 23 mm (lebih kecil dari yang
betina)

ekornya

melengkung

kearah

ventral.

Mikrofilaria

berukuran 3 1 0 m, ruang kepala memiliki rasio panjang-lebar


sekitar 2 : 1 pada Brugia malayi tetapi pada Brugia timori 3 : 1,
bersarung pucat, lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya tiga
kali lebarnya, badan mempunyai inti-inti tidak teratur, ekor
mempunyai dua inti tambahan.
Daur hidup parasit Brugia malayi ini cukup panjang, masa
pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk kurang lebih 3 bulan.
Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di
dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang dalam

otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini memendek disebut L1,


kemudian berganti kulit tumbuh lebih gemuk dan panjang disebut
L2, selanjutnya jadi L3 yang lebih kurus dan makin panjang, L3 ini
kemudian bermigrasi mula-mula ke abdomen, kemudian ke kepala
dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung L3 (bentuk
infektif) menggigit manusia maka secara aktif larva tersebut masuk
melalui luka dan masuk ke tubuh hospes dan bersarang di saluran
limfe setempat. Di dalam tubuh hospes larva mengalami pergantian
kulit dan menjadi cacing dewasa.
(Public Health Indonesian. 2014)
d. Hospes Reservoar dan Vektor
E.
F.
G.
H.
I.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Penularan Penyakit Vektor
Epidemiologi Penyakit Vektor
Pengendalian Penyakit Vektor
Pencegahan Penyakit Vektor
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Public Health Indonesian. 2014. Hospes dan Vektor Utama Penyakit Kaki Gajah
(Filariasis), 4 November: 1.
World Health Organization. 2014. Small Bite, Big Threat, 24
Mei: 1.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai