Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Membuat Perjanjian Kerja Outsource?

Dalam pembuatan perjanjian kerjasama antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan


pengguna, perlu diatur beberapa hal agar tidak muncul permasalahan, di antaranya yaitu adanya
pemahaman perusahaan pengguna tentang hak dan tanggung jawab vendor yang berbeda dalam
hal labour supply dan full outsourcing. Selain itu, sering juga muncul pemahaman bahwa vendor
harus menanggung resiko keseluruhan. Untuk menghindari hal-hal tersebut, ruang lingkup
perjanjian kerja harus meliputi, diantaranya:

Definisi

Ruang lingkup pengadaan jasa

Hubungan kemitraan

Persyaratan administratif

Biaya penyediaan jasa

Cara pembayaran

Penerbitan PO

Pernyataan Jaminan

Laporan

Hak, Kewajiban, dan tanggung jawab

Sanksi

Bencana tak terduga

Benturan kepentingan

Kepemilikan Informasi

Informasi rahasia

Penggunaa logo

Audit

Jangka waktu kontrak

Penyelesaian perselisihan

Hukum yang berlaku

Pemberitahuan

Pengalihan tugas

Keterpisahan

Lampiran

Pengakhiran kontrak

Aturan Tambahan

Lain-lain

Dalam penyediaan jasa pekerja outsourcing, ada 2 jenis perjanjian yang harus dilakukan,
yaitu:
1.
Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia
pekerja/buruh.
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis.
Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

2.

Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;

dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

merupakakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan;

tidak menghambat proses produksi secara langsung.

dalam hal penempatan pekerja/buruh, maka perusahaan pengguna jasa pekerja akan
membayar sejumlah dana (management fee) pada perusahaan penyedia pekerja/buruh.
Perjanjian antara perusahaan penyedia pekerja/buruh dengan karyawan

Penyediaan jasa pekerja atau buruh untuk kegiatan penunjang perusahaan harus memenuhi syarat
sebagai berikut :

Adanya hubungan kerja antara pekerja atau buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja
atau buruh;

Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu
tertentu yang memenuhi persyaratan dan atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang
dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua pihak;

Perlindungan usaha dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja maupun perselisihan yang


timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

Dengan adanya 2 (dua) perjanjian tersebut, maka walaupun karyawan sehari-hari bekerja di
perusahaan pemberi pekerjaan, ia tetap berstatus sebagai karyawan perusahaan penyedia pekerja.
Pemenuhan hak-hak karyawan seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja,
serta perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan penyedia jasa
pekerja.
Pelaksanaan oursourcing dimaksudkan dalam rangka efisiensi biaya produksi di mana dengan
sistem ini perusahaan dapat menghemat pengeluaran dalam membiayai pekerja di perusahaan
yang bersangkutan. Dengan demikian, perjanjian kerja antara karyawan outsourcing dengan
perusahaan outsourcing biasanya mengikuti jangka waktu perjanjian kerjasama antara
perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing. Hal ini dimaksudkan
apabila perusahaan pengguna jasa outsourcing hendak mengakhiri kerjasamanya dengan
perusahaan outsourcing, maka pada waktu yang bersamaan berakhir pula kontrak kerja antara
karyawan dengan perusahaan outsource.

Iftida Yasar, SH, M.Si adalah alumni Fakultas Hukum UNPAD dan
lulusan Magister Psikologi UI. Beliau adalah seorang entrepreneur dan konsultan SDM yang
sangat dikenal dalam bidang hubungan industrial, terutama dalam bidang penempatan tenaga
kerja / outsourcing, training baik klasikal / outbound, dan sebagai pengasuh di majalah
bertemakan HRM
Selain sebagai Presiden Direktur di Persaels, sebuah perusahaan jasa bidang outsourcing,
berbagai jabatan dalam aktivitasnya di bidang human development dipercaya pada beliau,
diantaranya: Ketua Komite Tetap Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri pada Kamar Dagang
dan Industri, Sebagai Wakil Sekertaris Umum APINDO, dan Penasehat ABADI (Asosiasi Bisnis
Alih Daya Indonesia)

Di sela-sela jabatan yang lebih bersifat formal di atas, Beliau juga banyak terlibat dalam berbagai
aktivitas sosial yang menyangkut: Women issues, Labour issues, Youth issues, dan kegiatan
masyarakat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai