Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN FISKAL 2016 2019:


ARAH DAN TANTANGAN
Dipaparkan Oleh : Menteri Keuangan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional


Jakarta, 18 Desember 2014

OUTLINE

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL DAN


DOMESTIK
ARAH KEBIJAKAN FISKAL 2016 DAN MTBF 2017-2019:
PENDAPATAN NEGARA
BELANJA NEGARA
PEMBIAYAAN ANGGARAN

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL DAN


DOMESTIK

Perekonomian dunia masih belum stabil, termasuk negara-negara mitra dagang utama
Indonesia seperti Tiongkok yang diperkirakan akan kembali mengalami perlambatan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia...

WEO IMF

GDP

Trade Vol.

World
US
Europe
China
India
ASEAN-5
Indonesia
World

2013
3,3
2,2
-0,4
7,7
4,7
6,2
5,8
3,0

Apr'14
3,6
2,8
1,2
7,5
5,4
4,9
5,4
4,3

2014
Jul'14
3,4
1,7
1,1
7,4
5,4
4,6
5,2*
4,0

Oct'14
3,3
2,2
0,8
7,4
5,6
4,7
5,2
3,8

Apr'14
3,9
3,0
1,5
7,3
6,4
5,4
5,8
5,3

2015
Jul14
4,0
3,0
1,5
7,1
6,4
5,6
5,5*
5,3

Consensus forecast Oktober 2014


Oct14
3,8
3,1
1,3
7,1
6,4
5,4
5,5
5,0

Sumber: WEO-IMF
2012
World
Memo item: World (2010 PPP weights)

High Income
Euro Area
Japan
United States
Developing countries
China
Indonesia
India 6,7

2.5
3.2
1.5
-0.6
1.4
2.8
4.8
7.7
6.3
4.5

2013e
Jan-14 Jun-14
2.4
2.4
2.9
3.1
1.3
1.3
-0.4
-0.4
1.7
1.5
1.8
1.9
4.8
4.8
7.7
7.7
6.3
5.8
4.5

4.7

2014f
Jan-14 Jun-14
3.2
2.8
3.7
3.4
2.2
1.9
1.1
1.1
1.4
1.3
2.8
2.1
5.3
4.8
7.7
7.6
5.3
5.3
6.2

5.5

2015f
Jan-14 Jun-14
3.4
3.4
3.9
4.0
2.4
2.4
1.4
1.8
1.2
1.3
2.9
3.0
5.5
5.4
7.5
7.5
5.5
5.6
6.6

6.3

Economic Forecasters

2014
5.2
5.1
5.0
5.3
5.2
5.2
5.4
4.9
5.3
5.5
5.1
5.1
5.3
5.2
5.4
5.2

2015
5.5
5.1
5.2
5.8
5.5
6.0
5.8
5.1
5.5
5.7
5.5
5.8
5.6
5.9
6.0
5.6

Institution

2014

2015

Bank Indonesia (Nov 2014)

5.1 - 5.5

5.4-5.8*

IMF (Article IV, Des 2014)

5.1

5.0

World Bank (IEQ, Des 2014)

5.1

5.2

ADB (September 2014)

5.3

5.8

ING
Citigroup
Credit Suisse
Nomura
IHS Global Insight
HSBC Economics
ANZ Bank
JP Morgan Chase
Barclays Capital
OCBC Bank
FERI
Oxford Economics
Mandiri Sekuritas
Econ Intelligence Unit
BofA - Merrill Lynch
Rata-rata

Sumber: Worldbank

*per September 2014

UPDATE PEREKONOMIAN INDONESIA (1)


Indikator

Kinerja

Nilai Tukar

Per 31 Desember 2013 : Rp12.189/USD depresiasi 19,54%(ytd)


Per 17 Desember 2014 : Rp12.720 depresiasi 4,36% (ytd)
Periode 2 Jan 17 Desember 2014 Terkuat Rp11.271/USD -- Terlemah Rp12.900/USD

IHSG

Per 31 Desember 2013 : 4.274,18 melemah 0,98% (ytd)


Per 16 Desember 2014: 5.026,03 menguat 17,59% (ytd)
Periode 2 Jan 16 Desember 2014 Tertinggi 5.246,48 Terendah 4.175,81

Inflasi

Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata
2012: 4,28% (SBH 2007)
Inflasi November 2014 : 1,5% (mtm) , 5,75% (ytd) atau 6,23% (yoy)

Harga Minyak Mentah


Indonesia

Per November 2014 ICP mencapai US$75,4 per barel


Rata-rata tahun 2013 sebesar US$105,6 per barel
Rata-rata tahun 2014 s.d November sebesar US$99,86 per barel
Total capital inflow 2013 sebesar Rp36,0T. Saham = net outflow 20,6T; SUN net inflow 53,3T; SBI = net inflow 3,3T.

Arus Modal Masuk

Yield SUN

Selama November 2014 saham net inflow Rp5,28T ; SUN net inflow Rp21,34T
Selama Desember (s.d 16) telah terjadi net outflow di pasar saham sebesar Rp4,25 T dan di pasar SUN sebesar
Rp13,03T (s.d 16)
Selama 2014 pasar saham ( s.d 16 Des) mengalami net inflow sebesar Rp48,37 T sementara SUN (s.d 16 Des) net
inflow Rp144,5 T
Di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 16 Des 2014 adalah sebesar Rp468,17 T.
Per 31 Des 2013: Yield SUN 10Y 8,47%, Yield SUN 5Y 8,07%.
Per 17 Desember 2014: Yield SUN 10Y 8,45%, Yield SUN 5Y 8,25%
Periode 1 Jan 17 Desember 2014 : Yield SUN 10Y Tertinggi 9,18% -- Terendah 7,69%
Yield SUN 5Y Tertinggi 8,67% -- Terendah 7,56%

UPDATE PEREKONOMIAN INDONESIA (2)


Indikator
Pertumbuhan PDB

Kinerja

Realisasi PMA/PMDN Q3 2014 mencapai Rp119,9T atau naik 19,3% (yoy)


PMA : Rp 78,3T naik 16,9%(yoy)
PMDN : Rp 41,6T naik 24,2%(yoy)
Realisasi PMA/PMDN semester I 2014 mencapai Rp222,8T atau naik 15,56% (yoy)
PMA : Rp 150,0T naik 13,5%(yoy)
PMDN : Rp 72,8T naik 20,2%(yoy)

Investasi Langsung

Perdagangan
Internasional

Jan Des 2013: Ekspor tumbuh -3.93% (yoy). Impor tumbuh -2,64% (yoy)
Oktober 2014 : Ekspor turun 2,2% (yoy) menjadi US$15,4 miliar, sementara impor turun 2,2% (yoy)
menjadi US$15,3miliar. Surplus neraca perdagangan sebesar US$23,2 juta
Jan-Okt 2014 : ekspor turun 1,6% (yoy) menjadi US$148,1 miliar, sementara impor turun 4,05% (yoy)
menjadi US$149,7 miliar. Defisit perdagangan sebesar US$1,65 miliar.

Neraca Pembayaran

Q3-2014: 5,01 (yoy)


Q2-2014: 5,12% (yoy)
Q1-2014: 5,21% (yoy).
Sepanjang 2013 : 5,78% (yoy). PDB nonmigas 6,3%, PDB migas -2,8%.
Sepanjang 2012 : 6,23% (yoy). PDB nonmigas 6,8%, PDB migas -3.3%

NPI pada triwulan III-2014 mengalami surplus US$6,5 miliar, meningkat dari US$4,3 miliar pada triwulan
sebelumnya.
Defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2014 tercatat sebesar US$6,8 miliar (3,07% PDB), lebih
rendah dibandingkan dengan defisit US$8,7 miliar (4,06% PDB) pada triwulan II-2014 dan defisit pada
periode yang sama tahun 2013 sebesar US$8,6 miliar (3,89% PDB).
Sementara surplus transaksi modal dan finansial mencapai US$13,7 miliar, terutama didukung aliran
masuk modal asing.
6

Pasar saham, nilai tukar, serta pasar obligasi


mengalami tekanan
Rupiah terus melemah

Yield SUN terus kembali meningkat


10
5500

12500
12000

5000

11500
11000

4500

10500
10000
9500
9000

4000
Indonesia Rupiah
3500

9
8
7
6

1Y

5Y

10Y

4
3
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
May-13
Jun-13
Jul-13
Aug-13
Sep-13
Oct-13
Nov-13
Dec-13
Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-14
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14

13000

9.5
9
8.5

Rupiah mengalami tekanan antara lain dikarenakan


menguatnya dolar AS terhadap mata uang negara lain
seiring dengan membaiknya kinerja ekonomi AS serta
faktor domestik yaitu meningkatnya permintaaan dolar
oleh korporasi untuk pembayaran utang jatuh tempo.

8
7.5
7

31 Des 13
31 Mei 14
12 Des 14

6.5

Dibandingkan 2013 yield SUN cenderung lebih rendah,


Yield SUN 10Y 2 Jan 2014: 8,57% 12 Des 2014 : 8,12%,
Yield SUN 5Y 2 Jan 2014: 8,09% 12 Des 2014: 7,93%

Nilai tukar rupiah dan mata uang regional melemah


terhadap dolar AS
Perubahan Nilai Tukar Kawasan (%,ytd)

Pergerakan Index Saham Kawasan


India
Filipina

-3.56

Korea

4.95

-4.84

Malaysia

-4.46

-6.29

EU

Inggris -5.63

-9.52

Japan -11.05

Malaysia -7.18
-10

-2.17

Singapura

6.15

Singapura

-1.95

China

6.63

Amerika

-0.90

Indonesia

16.74

Jepang

-0.40

India

20.74

Thailand

-0.25

Filipina

22.66

Indonesia

Korea

Thailand

29.30

-12.00

10

20

30

-10.00

40

Selama Januari Desember 2014 terjadi net capital inflow sekitar


Rp209,35T
Pada bulan November, pasar saham mengalami net-inflow
Rp5,28,2T dan SUN mengalami inflow Rp18,47T.
Pada bulan Desember (s.d 12) terjadi net outflow baik di pasar
SUN Rp10,17 (a.d 10) maupun saham Rp2,18T.

-8.00

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

Net Foreign Buying


Jan-14
Feb-14
Mar-14
Apr-14
Mei-14
Jun-14
Jul-14
Agust-14
Sept-14
Okt-14
Nov-14
Des-14

Saham
2,33
7,82
14,48
8,67
8,09
2,74
13,07
-1,32
-7,4
-3,20
5,28
-2,18

Triliun Rupiah
SBI
0,18
2,87
-0,34
3,46
8,37
-3,87
-6,73
-2,96
-3,57
1,85
n.a
n.a

SUN
4,82
16,49
15,77
16,09
20,16
6,43
14,67
15,94
21,66
13,17
21,34
-10,17

Bulan
7,33
27,18
29,91
28,22
36,62
5,30
21,01
11,66
10,69
11,81
26,62
-7,00

Total
Kumulatif
7,33
34,51
64,42
92,64
129,26
134,56
148,24
167,22
177,92
189,73
216,35
209,35

November 2014 mengalami inflasi 1,50% (mtm) atau 6,23% (yoy). Selama JanNov 2014, inflasi kumulatif pasca kenaikan harga BBM bersubsidi meningkat
mencapai 5,75%.....
PERKEMBANGAN INFLASI
9,0

yoy (%)

8,22

8,0
7,01

7,0

Nov-2014; 6,23

6,45

6,0
5,67

5,0
4,0
3,0
Jan-10

3,43

3,48

Jul-10

Jan-11

Jul-11

Jan-12

Jul-12

Jan-13

Jul-13

Jan-14

Jul-14

Inflasi Berdasarkan Komponen (persen, yoy)


5,5

18,25

20,0

18,27
5,15

5,0

11,39

4,5

7,96

15,0
10,0

4,21

4,0
3,5 -0,18
Jan-10

2,49

5,0
0,0

3,56

-5,0
Jul-10

Jan-11
Inti (LHS)

Jul-11

Jan-12

Jul-12

Jan-13

Harga Diatur Pemerintah (RHS)

Jul-13

Jan-14

Jul-14

Harga Bergejolak (RHS)

November 2014. SBH : 2012=100.


IHK : 116,14 I mtm : 1,50%
YoY : 6,23%,
Ytd : 5,75%
Core Inflation : 4,21%(yoy) , Administered :
11,39%(yoy), Volatile : 7,96%(yoy) ]
Inflasi bulan November14 tertinggi dalam 11 tahun
terakhir dan jauh lebih tinggi dibanding rerata historis
bulan November dalam 5 tahun terakhir yaitu
0,22%(mtm).
Komoditas administered price (harga diatur Pemerintah)
masih menjadi penyumbang inflasi tertinggi bulan ini.
Selain bensin yang mengkontribusi inflasi terbesar bulan
ini 0,47%(mtm), komoditas lain yang turut berkontribusi
menggerakkan inflasi bulan ini antara lain tarif listrik,
bahan bakar rumah tangga, serta kenaikan tarif
angkutan dalam kota dan antar kota masing-masing
sebesar 0,06%, 0,02%, 0,19%, dan 0,04%. Komoditas
lain yang juga menyumbang inflasi besar adalah cabai
merah sebesar 0,26%(mtm).
Beberapa faktor yang berpotensi memberikan tekanan
terhadap inflasi 2014, antara lain:
dampak lanjutan kenaikan tarif listrik per dua bulan
pada November,
kenaikan tarif transportasi dan harga bahan
makanan seiring dengan pelaksanaan hari besar
keagamaan nasional (HBKN/Natal dan Tahun Baru),
berkurangnya jumlah pasokan bahan pangan karena
terdampak el nino (kekeringan),
dampak lanjutan kenaikan harga BBM pada tarif
angkutan, pangan, serta komoditas komponen inflasi
lainnya.

Neraca Perdagangan Indonesia pada Oktober 2014 Surplus US$23,2


juta, sehingga secara akumulasi (Jan-Okt) neraca perdagangan Defisit
US$1,65 miliar (Ytd).....
Trade balance Surplus di bulan Oktober
USD23,2 juta:
Surplus NP non migas USD 1,13 Miliar,
sementara NP migas defisit USD1,11
miliar

Neraca Perdagangan (per bulan)

3000
2000

Juta USD

1000
0

-1000
-2000

2012-J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
2013-J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
2014-J
F
M
A
M
J
J
A
S
O

-3000

MIGAS

NONMIGAS

Okt - '14
Juta USD
yoy

TOTAL

Sep -'14

ytd

yoy

ytd

Total Ekspor
Total Impor
Neraca
Non Migas

15,350.90
15,327.70
23.20

-2.20%
-2.20%

-1.10%
-4.10%

3.90%
0.20%

-0.90%
-4.30%

Ekspor
Impor
Neraca
Migas

12,881.50
11,750.10
1,131.40

-0.80%
-3.70%

-0.80%
-4.90%

2.90%
0.90%

-0.80%
-5.00%

Ekspor
Impor
Neraca

2,469.40
3,577.60
-1,108.20

-9.10%
3.00%

-2.20%
-1.40%

8.60%
-1.70%

-1.40%
-1.80%

Sumber: BPS

Neraca Perdagangan Non migas


Peningkatan ekspor CPO seiring
pembebasan pajak ekspor
Komoditi utama ekspor lainnya
(batubara, Karet) tumbuh negatif
akibat penurunan harga
Impor non migas menurun didorong
oleh penurunan impor mesin dan alat
mekanik, peralatan listrik, serta besi
dan baja belum pulihnya industri
kapal dan pelemahan industri properti
Neraca Perdagangan migas
Defisit masih didorong impor produk
minyak

10

Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2014-2015


2014
Indikator

APBNP

Outlook

APBN

a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy)

5,5

5,0

5,8

d. Nilai tukar (Rp/US$, rata-rata)

11.600

11.900

g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari, rata-rata)

1.224

1.222

11.900
105

b. Inflasi (%, yoy)

c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%, rata-rata)

e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel, rata-rata)


f. Lifting Minyak (ribu barel per hari, rata-rata)

11

2015

5,3
6,0

105
818

7,6
5,8
97

798

4,4
6,0

900

1.248

Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2016-2019 (MTBF)

Indikator
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy)
b. Inflasi (%, yoy)

c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%, rata-rata)


d. Nilai tukar (Rp/US$, rata-rata)

e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel, rata-rata)


f. Lifting Minyak (ribu barel per hari, rata-rata)

g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari, rata-rata)

12

2016

2017

2018

2019

6,3 - 6,9

6,8 - 7,4

7,2 - 7,8

6,7 - 8,3

3,0 - 5,0
5,0 - 7,0

3,0 - 5,0
5,0 - 7,0

2,5 - 4,5
4,5 - 6,5

2,5 - 4,5
4,5 - 6,5

11.900 - 12.400 11.850 - 12.350 11.800 - 12.300 11.750 - 12.250


75 - 90

850 - 900

1.150 - 1.280

75 - 100

750 - 800

1.175 - 1.300

75 - 100

700 - 750

1.200 - 1.300

75 - 100

650 - 700

1.190 - 1.272

ARAH KEBIJAKAN FISKAL 2016-2019

13

FUNGSI KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan fiskal merupakan instrumen pemerintah melalui
pengelolaan APBN untuk mencapai tujuan pembangunan:
Stabilitas ekonomi makro & pertumbuhan:
Redistribusi pendapatan dan jaring pengaman sosial
Penyediaan barang dan jasa (khususnya barang publik)

Kebijakan fiskal yang efektif bersifat countercyclical


Fungsi APBN menurut UU 17/2003:

Alokasi mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta


meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Distribusi APBN memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Stabilisasi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
Otorisasi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja.
Perencanaan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan.
Pengawasan pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan.

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN FISKAL,


2010 2014
Tantangan: daya dorong APBN terhadap pertumbuhan
kurang maksimal, karena:
- Penyerapan belanja yang kurang optimal;
- Efisiensi dan efektivitas belanja negara perlu ditingkatkan;
- Penyerapan belanja yang cenderung menumpuk di triwulan
III & IV;
- Kualitas belanja yang kurang optimal anggaran subsidi
BBM melebihi anggaran infrastruktur dan kesehatan
Respon yang diperlukan:
- Perencanaan dan penganggaran yang lebih baik;
- Proses dan prosedur pengadaan barang dan jasa yang lebih
mudah dan cepat;
- Perbaikan administrasi dan governance.

15

PERBANDINGAN ANGGARAN SUBSIDI ENERGI,


PENDIDIKAN, INFRASTRUKTUR & KESEHATAN
(Rp triliun)

450.0
400.0
350.0
300.0
250.0
200.0
150.0
100.0

50.0

.0

2008

Subsidi Energi

2009

2010

2011

Anggaran Pendidikan

2012

2013

Anggaran Infrastruktur

2014

2015

Anggaran Kesehatan

16

KEBIJAKAN FISKAL KE DEPAN


(Triliun Rp)

3.000,0

(dalam %)
3,0

2.500,0

2,5

2.000,0

2,0

1.500,0

1,5

1.000,0

1,0

500,0

0,5

2010

2011

2012

2013

Pendapatan Negara

2014

2015

Belanja Negara

Catatan:
- Tahun 2010 s/d 2013 merupakan data LKPP audited.
- Tahun 2014 merupakan data APBNP.
- Tahun 2015 merupakan data APBN.
- Tahun 2016 s/d 2019 merupakan data proyeksi.

2016

2017

% Defisit thd PDB (minus)

2018

2019

Ke depan diarahkan untuk


menjaga sustainabilitas fiskal,
dengan tren defisit yang
semakin menurun.
Defisit diperkirakan masih
relatif besar,
menunjukkan
kebutuhan belanja masih lebih
besar
dari
kemampuan
memobilisasi
pendapatan
negara.
Tantangan:
1. Mengendalikan defisit pada
tingkat yang sustainable
(menuju sekitar 1% terhadap
PDB pada tahun 2019);
2. Mengoptimalkan pendapatan
negara; dan
3. Pengendalian
dan
peningkatan kualitas belanja
negara.

PENDAPATAN NEGARA

18

PERTUMBUHAN PENERIMAAN PERPAJAKAN TERUS MENURUN


Tantangan:
Meskipun secara nominal terus meningkat, namun pertumbuhan penerimaan perpajakan menurun
dan target APBN 2015 di atas pertumbuhan penerimaan perpajakan dua tahun terakhir.
Tax ratio (arti sempit) masih pada kisaran 11-12% dari PDB.
Penerimaan SDA migas diperkirakan terus menurun dipengaruhi trend lifting (minyak) dan ICP.
Potensi penerimaan SDA Non Migas (a.l. minerba dan perikanan) perlu terus digali.
Persen

Triliun Rp
2500

25,00

2000

20,00
18,41

18,06

20,82
16,68

1500

15,00
12,68

12,53

11,51

12,20
1000

10,00
9,87
8,50

500

5,00

0,00
2010

2011

2012

2013

APBNP

Outlo ok
2014

Asumsi Baseline NK APBN 2015

19

Penerimaan Perpajakan

APBN
2015

Pertumbuhan

2016

2017

2018

2019

KEBIJAKAN PENERIMAAN PERPAJAKAN


Kebijakan perpajakan tetap diarahkan pada upaya optimalisasi
penerimaan tanpa mengganggu perkembangan investasi dan
dunia usaha.
Tax ratio (dalam arti luas sebagaimana benchmark
internasional) mengarah 16% di tahun 2019 (termasuk migas
dan pajak daerah).
Melanjutkan kebijakan yang telah dilaksanakan tahun-tahun
sebelumnya:
reformasi di bidang administrasi perpajakan,
pengawasan dan penggalian potensi, dan
perbaikan di bidang peraturan perundang-undangan.
Memberikan insentif perpajakan dalam bentuk pajak dan bea
masuk ditanggung Pemerintah bagi sektor-sektor tertentu.
20

KEBIJAKAN PNBP
Menahan turunnya lifting minyak bumi yang
disebabkan oleh natural decline dan upaya penemuan
cadangan minyak baru.
Penerimaan SDA non-migas, PNBP lainnya dan BLU
dipengaruhi oleh proyeksi asumsi pertumbuhan
ekonomi dan tarif.
Bagian Pemerintah atas laba BUMN diproyeksikan
meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
PNBP Lainnya dan pendapatan BLU diproyeksikan
sesuai dengan asumsi pertumbuhan ekonomi.
21

BELANJA NEGARA

22

BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2010 - 2019


Nominal Belanja Pemerintah Pusat secara konsisten naik dari tahun ke tahun,
menggambarkan peranan konsisten dalam mendukung pencapaian sasaran
pembangunan

TANTANGAN BELANJA NEGARA


1. Fiscal space APBN masih terbatas: komposisi
belanja negara didominasi oleh belanja
mengikat yang bersifat wajib (seperti belanja
pegawai, belanja barang operasional, subsidi,
pembayaran bunga utang, dan transfer ke
daerah).
2. Pengkaplingan anggaran:

Anggaran Pendidikan (20% dari Belanja


Negara);

Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa


(DAU, DBH, Dana Otonomi Khusus, Dana
Desa);
Anggaran Kesehatan

3. Penyerapan anggaran belanja negara belum


optimal nilai tambah terhadap ekonomi
tidak seperti yang diharapkan

4. Kualitas belanja masih perlu ditingkatkan


perbaikan struktur (efisien, produktif, risiko
terkendali, dan berkelanjutan
Dengan keterbatasan kapasitas fiskal diskresi
Pemerintah relatif terbatas untuk mendorong
pertumbuhan perekonomian.

Komposisi Belanja Negara, 2008 - 2015

2.500

85%

82%
82%

2.000

77%

85%
80%

89%

86%
80%

91%

88%

80%

80%

77%

100%

92%

81%

1.500

50%

1.000
500
0

2008

Belanja Wajib
Triliun Rupiah

700

90,9

2009

2010

Belanja Tidak Wajib

2011

2012

2013

Belanja Wajib (% thd BN)

2014
APBNP

2015
APBN

Belanja Wajib (% thd Pendapatan)

(%)

Perkembangan Belanja K/L 2010-2014


90,5

89,3

93,7

95,6

100
90

600

80

500

70
60

400

50

300

40
30

200

20

100
0

0%

10

2010

*) Perkiraan Realisasi 2014

2011

2012

2013

2014 *

24

KEBIJAKAN : BELANJA PEMERINTAH PUSAT


Peningkatan kualitas belanja negara
Pengalihan belanja kurang produktif ke program-program yang lebih
produktif
Peningkatan alokasi belanja K/L untuk mendanai : Infrastruktur,
Pendidikan, Kesehatan, serta Perlindungan sosial
Perbaikan kualitas perencanaan untuk mempertajam kualitas belanja
Perbaikan manajemen dan administrasi perencanaan, penganggaran,
dan pelaksanaan anggaran, termasuk melalui penyempurnaan KPJM dan
PBB
Pengalihan alokasi subsidi ke arah yang lebih tepat sasaran (baik
subsidi energi maupun non energi)
Kartu Indonesia Pintar
Kartu Indonesia Sehat
Program Simpanan Keluarga Sejahtera

Percepatan penyerapan belanja negara agar tidak


menumpuk di akhir tahun

TRANSFER KE DAERAH
PERKEMBANGAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
2010-2015 DAN MTBF 2016-2019
1.200,0

37,0%
36,0%

1.000,0
35,0%
800,0

34,0%
33,0%

600,0
32,0%
400,0

31,0%
30,0%

200,0
29,0%
-

28,0%
2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

DANA PERIMBANGAN

DANA OTONOMI KHUSUS

DANA KEISTIMEWAAN DIY

DANA TRANSFER LAINNYA

DANA DESA

% thd BN

2018

2019

Kenaikan transfer ke daerah menunjukkan komitmen Pemerintah untuk


melaksanakan desentralisasi fiskal dan pembangunan daerah secara konsisten

TANTANGAN TRANSFER KE DAERAH DAN


DANA DESA DI TAHUN MENDATANG

Menjaga keseimbangan vertikal antara


pemerintah pusat dan daerah serta
keseimbangan horizontal antardaerah
Peningkatan kapasitas pemda dan perangkat
desa dalam pengelolaan kinerja daerah dan
desa
Peningkatan kemandirian daerah

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN


DANA DESA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penyaluran kurang bayar DBH yang telah diaudit BPK;


Perbaikan formula perhitungan DAU;
Penajaman bidang DAK sehingga lebih efektif, selektif dan optimal
pemanfaatannya;
Pengalokasian dana otonomi khusus untuk Papua, Papua Barat, dan NAD,
termasuk dana tambahan infrastruktur untuk provinsi Papua dan Papua
Barat;
Pengalokasian dana keistimewaan DIY untuk mendukung penyelenggaraan
urusan keistimewaan DIY;
Dana transfer lainnya dialokasikan antara lain untuk tunjangan profesi
guru, tambahan penghasilan guru, BOS, dana proyek pemerintah dan
desentralisasi;
Meningkatkan efektivitas belanja infrastruktur daerah;
Mendukung implementasi UU Desa, agar pembangunan desa lebih cepat
dengan menjaga governance dan akuntabilitas.

28

PEMBIAYAAN ANGGARAN

29

PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2010-2019


(%)

(triliun Rp)
300,0

3,0

250,0

2,5

200,0

2,0

150,0

1,5

100,0

1,0

50,0

(50,0)

2010

2011

Pembiayaan Utang

2012

2013

2014

2015

Pembiayaan Nonutang

Sumber: Kementerian Keuangan

2016

2017

2018

2019

0,5
0,0

% Pembiayaan terhadap PDB (RHS)

Tantangan Pembiayaan:
1. Perencanaan pinjaman luar negeri (khususnya pinjaman proyek)
yang kurang efektif;
2. Dukungan pembiayaan untuk infrastruktur melalui skema
penjaminan dan kerjasama pemerintah swasta (KPS).

30

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN ANGGARAN


Kebijakan Pembiayaan Utang:
1. Menjaga rasio utang terhadap PDB pada tingkat yang terkendali;
2. Menjaga rasio utang terhadap PDB pada tingkat yang terkendali dan
menuju;
3. Mengutamakan pembiayaan utang yang bersumber dari dalam negeri;
4. Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk
bidang infrastruktur dan energi;
Kebijakan Pembiayaan Nonutang:
1. Mendukung pembangunan infrastruktur melalui alokasi PMN, dana
bergulir, dan kewajiban penjaminan;
2.
3.

Mendukung peningkatan kapasitas usaha BUMN melalui alokasi PMN;

Mendukung pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


(KUMKM) dan peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) terhadap pembiayaan kepemilikan rumah, melalui alokasi PMN
dan dana bergulir;

31

Terima Kasih

32

Anda mungkin juga menyukai