Anda di halaman 1dari 7

Bab 1

Pendahuluan

Kerajaan Holing ( Kalingga ) merupakan kerajaan becorak budha. Holing telah ada
pada pertengahan abad

ke-7 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber

Tiongkok. Berdasarkan berita Cina yang berasal dari Dinasti T'ang yang menyebutkan bahwa
letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di
sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari
Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Nama Ho-ling sebenarnya muncul ketika terjadi perubahan dengan mulai meluasnya
kekuasaan Wangsa Sailendra.

1 | Page

Bab 2 : ISI

Sumber sejarah
I-Tsing menyebutkan bahwa seorang temannya bernama Hui-Ning dengan

pembantunya bernama Yunki pergi ke Holing tahun 664/665 M untuk mempelajari ajaran
agama Budha. Ia juga menterjemahkan kitab suci agama Budha yaitu kitab Hinayana dari
bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Dalam menerjemahkan kitab itu, ia dibantu oleh pendeta
agama Budha dari Holing yang bernama Jnanabhadra.

Masa Pemerintahan Ratu Shima


Shima atau Ratu Shima adalah nama penguasa Kerajaan Holing ( Kalingga ), yang

pernah berdiri pada milenium pertama di Jawa. Tidak banyak diketahui tentangnya, kecuali
bahwa ia sangat tegas dalam memimpin dengan memberlakukan hukum potong tangan bagi
pencuri. Salah satu korbannya adalah keluarganya sendiri.
Kerajaan Holing Nagari di pantura (pantai utara Jawa) merupakan kerajaan yang
bersinar terang emas,penuh kejayaan.Dalam memimpin kerajaannya Ratu Shima memimpin
dengan luar biasa, beliau amat dicintai oleh kaum jelata, wong cilik sampai lingkaran elit
kekuasaan. Kebijakannya mewangi kesturi, membuat gentar para perompak laut ( sangat
tegas).
Tak ada nagari yang berani berhadap muka dengan Kerajaan Holing, apalagi
menantang Ratu Shima nan perkasa. Konon, Ratu Shima, justru amat resah dengan kepatuhan
rakyat, tak ada yang berani menentang sabda pandita ratunya. Sekali waktu, Ratu Shima
menguji kesetiaan lingkaran elitnya dengan me-mutasi, dan me-Non Job-kan pejabat penting
di lingkungan Istana. Namun puluhan pejabat yang mendapat mutasi ditempat yang tak
diharap, maupun yang di-Non Job-kan, tak ada yang mengeluh sepatah kata. Semua
bersyukur, kebijakan Ratu Shima sebetapapun memojokkannya, dianggap memberi
barokah.Tak puas dengan sikap "setia" lingkaran dalamnya, Ratu Shima, sekali lagi menguji
kesetiaan wong cilik, pemilik sah Kerajaan Kalingga dengan menghamparkan emas permata,
perhiasan yang tak ternilai harganya di perempatan alun-alun dekat Istana tanpa penjagaan
sama sekali. Kata Ratu Shima,"Segala macam perhiasan persembahan bagi Dewata agung ini
jangan ada yang berani mencuri, siapa berani mencuri akan memanggil bala kutuk bagi
Nagari Kalingga, karenanya, siapapun pencuri itu akan dipotong tangannya tanpa ampun!".
2 | Page

Sontak Wong cilik dan lingkungan elit istana, bergetar hatinya, mereka benar-benar takut. Tak
ada yang berani menjamah, hingga hari ke 40. Ratu Shima sempat bahagia.
Namun malang tak dapat ditolak. Esok harinya semua perhiasan itu lenyap tanpa bekas.
Amarah menggejolak di hati sang penguasa Kalingga. Segera dititahkan para telik sandi
mengusut wong cilik yang mungkin saja jadi maling di sekitar lokasi persembahan,
sementara di Istana dibentuk Pansus,Panitia Khusus yang menguji para pejabat istana yang
mendapat mutasi apes, atau yang Non Job diperiksa tuntas. Namun setelah diperiksa dengan
seksama. Berpuluh laksa wong cilik tak ada yang pantas dicurigai sebagai pelaku, sementara
pejabat istana pun berbondong, bersembah sujud, bersumpah setia kepada Ratu Shima.
Mereka rela menyerahkan jiwanya apabila terbukti mencuri. Ratu Shima kehabisan akal.
Saat itu, Tukang istal kuda alias pengganti tapal kuda, takut-takut menghadap,
badannya gemetar, matanya jelalatan melihat kiri kanan, amat ketakutan. "Maaf Tuanku Yang
Mulia Ratu Agung Shima, perkenankan hamba memberi kesaksian, hamba bersedia mati
untuk menyampaikan kebenaran ini. Hamba adalah saksi mata tunggal. Malam itu hamba
menyaksikan Putra Mahkota mengambil diam-diam seluruh perhiasan persembahan itu.
Maaf," sujud sang tukang istal muda belia, mukanya seperti terbenam di lantai istana.
"Apa, Putra Mahkota mencuri?!" Ratu Shima terperanjat bukan kepalang. Mukanya merah
padam.. "Putraku, jawab dengan jujur, pakai nuranimu, benar apa yang dikatakan wong cilik
dari kandang kuda ini?", tanya sang ibu menahan getar. Sang Putra Mahkota tiada menjawab,
ia hanya mengangguk, lalu menunduk teramat malu. Ia mengharap belas kasih sang ibu yang
membesarkannya dari kecil. Sejenak istana teramat sunyi, hanya bunyi nafas yang terdengar,
dan daun-daun jati emas yang jatuh luruh ke tanah."Prajurit, Demi tegaknya hukum, dan
menjauhkan nagari Kalingga dari kutukan dewata, potong tangan Putra Mahkotaku, sekarang
juga," perintah Sang Ratu Shima dengan muka keras. Seluruh penghuni istana dan rakyat
jelata yang berlutut hingga alun-alun merintih memohon ampun, namun Sang Ratu tiada
bergeming dari keputusannya. Hukuman tetap dilaksankana. Hal itu dituliskan dengan jelas di
Prasasti Kalingga, yang masih bisa dilihat hingga kini.

3 | Page

Keturunan Ratu Shima

Putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang
bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga
dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang
bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan
menjadi raja Kerajaan Holing ( Kalingga ) Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan
kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan
atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.

4 | Page

Kehidupan Rakyat Kerajaan Holing

Kehidupan Soosial

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan
karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping ini juga sangat adil dan
bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala
keputusan Ratu Sima.

Kehidupan Ekonomi

Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang pesat. Masyarakat


Kerajaan Holing telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan
perdagangan pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka
mengadakan hubungan perdagangan dengan teratur. kegiatan ekonomi masyarakat lainnya
diantaranya bercocok tanam,menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan
gading.di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup
rakyat Holing tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu
rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan.Buktinya rakyat Ho-ling sudah mengenal
tulisan,selain tulisan masyarakat Ho-ling juga telah mengenal Ilmu perbintangan dan
dimanfaat dalam bercocok tanam. Mata pencaharian Kerajaan Ho-ling mempunyai hasil bumi
berupa kulit penyu, emas dan perak, cula badak dan gading. Ada sebuah gua yang selalu
mengeluarkan air garam yang disebut sebagai bledug. Penduduk menghasilkan garam dengan
memanfaatkan

sumber

air

garam

yang

disebut

sebagai

bledug

tersebut.

Keagamaan

Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh oleh ajaran agama Budha. Sehingga
Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing sendiri memiliki seorang pendeta
yang terkenal bernama Jnanabadra. Sebagai pusat pendidikan Budha, menyebabkan seorang
pendeta Budha dari Cina, menuntut ilmu di Holing pada 664-667 M. Pendeta Budha itu
bernama Hwu-ning dan pembantunya Yun-ki. Di sana kedua pendeta tersebut bersama-sama
dengan Joh-na po-to-lo menerjemahkan Kitab Budha bagian Nirwana. Terjemahan inilah
yang dibawa pulang ke Cina. Menurut I-tsing, Kitab suci Budha yang diterjemahkan tersebut
5 | Page

sangat berbeda dengan kitab Suci Budha Mahayana. Menurut catatan Dinasti Sung yang
memerintah setelah Dinasti Tang, terbukti bahwa terjemahan yang diterjemahkan HwuNing dengan Yun-ki bersama dengan Njnanabhdra itu adalah kitab Nirwana bagian akhir
yang menceritakan tentang pembakaran jenazah sang Budha, dengan sisa tulang yang tidak
habis terbakar dikumpulkan untuk dijadikan relik suci. Dengan demikian jelas bahwa Holing tidak menganut agama Budha aliran Mahayana, tetapi menganut agama Budha
Hinayana aliran Mulasarastiwada. Kronik Dinasti Sung juga menyebutkan bahwa yang
memimpin dan mentahtakan Yun-ki menjadi pendeta Budha adalah Njnanabhadra.
Kerajaan Holing (Kaling)

Letak : Jawa Tengah


Corak Agama : Agama Hindu
Raja : Ratu Sima
Prasasti : Tidak Ada
Hal Yang Penting : 1. Kerajaan Holing muncul kira-kira pertengahan abad ke-7 di
Jawa Tengah.
2. Holing sebelumnya dikenal dengan nama She-po (Jawa).
3. Batas-batas negara Holing,yaitu disebelah timur Po-li (Bali),di sebelah barat To-po-teng (suatu tempat di Sumatra),di selatan beru
pa lautan,dan di utara kerajaan Chen-la di Kamboja.
4. Kerajaan Holing cukup kaya karena tanahnya subur.
5. Di Holing ada sumber air asin,yang dimanfaatkan untuk membuat
garam.
6. Penduduk Holing sudah mengenal tulisan dan ilmu perbintangan.
7. Pada pemerintahan Ratu Sima pemerintahannya terkenal sangat
keras dan berlandaskan kejujuran serta keadilan.
8. Kira-kira th 700 M Kerajaan Holing tidak pernah terdengar lagi

6 | Page

Bab 3
Penutup
Demikian merupakan sejarah dari kerajaan Holing yang berupa
kehidupan sosial, ekonomi, sumber sejarah, letak dan asal-usul, sistem
pemerintahan dan keagamaan pada masa kejayaan kerajaan Holing.
Semoga makalah ini dapat menunjang pembelajaraan mengenai sejarah
kerajaan Holing sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami sebagai
penyusun meminta maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Sekian dan Terima Kasih.
Penyusun

7 | Page

Anda mungkin juga menyukai