Oleh :
Agus Rusdiana
NIM A1M008043
SKRIPSI
Oleh :
Agus Rusdiana
NIM A1M008043
SKRIPSI
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian,
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruang tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Agus Rusdiana
NIM A1M008043
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul
Pengaruh Jenis Penggumpal Terhadap Rendemen, Sifat Fisik, Kimia dan
Sensori Tahu Berbahan Baku Kedelai Nasional berhasil diselesaikan.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Achmad Iqbal, M.Si. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Dr. Rifda Naufalin, S.P.,M.Si., selaku dosen pembimbing I penelitian yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi.
3. Santi Dwi Astuti, S.TP., M.Si., selaku dosen pembimbing II penelitian yang
telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis.
4. Segenap keluarga, atas kasih saya ng, dukungan dan doanya.
5. Seseorang yang selalu mendukung dan memberikan bantuan serta motivasi
dalam menyelesaikan penelitian.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih kurang
sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi yang memerlukannya.
Purwokerto,
Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
ix
RINGKASAN .........................................................................................................
xi
SUMMARY ..............................................................................................................
xii
I.
PENDAHULUAN .........................................................................................
II.
A. Kedelai.....................................................................................................
B. Tahu ......................................................................................................... 12
C. Bahan penggumpal (Koagulan) ............................................................... 18
III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 22
A. Tempat dan Waktu .................................................................................. 22
B. Bahan dan Alat ........................................................................................ 22
C. Rancangan Percobaan.............................................................................. 23
D. Variabel dan Pengukuran ........................................................................ 24
E. Analisis Data ........................................................................................... 29
F. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 31
A. Variabel Fisik dan Kimia ......................................................................... 31
1. Rendemen........................................................................................... 31
2. Tingkat Kekerasan ............................................................................. 32
3. Kadar Air ............................................................................................ 34
4. Kadar Protein Total............................................................................ 35
5. Kadar abu ........................................................................................... 37
B. Variabel Sensori....................................................................................... 38
1. Warna ................................................................................................. 38
vi
2. Kekenyalan......................................................................................... 40
3. Aroma................................................................................................. 42
4. Rasa Asam.......................................................................................... 43
5. Rasa Pahit........................................................................................... 44
6. Kesukaan............................................................................................ 45
C. Pembahasan Umum.................................................................................. 47
V.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
10
4. Ukuran biji (bobot 100 biji) dan komposisi kimia beberapa varietas/galur
kedelai .....................................................................................................................
12
14
23
24
8. Ringkasan hasil analisis ragam sifat fisik dan kimia tahu ......................................
31
38
10. Karaktersitik produk terpilih berdasarkan sifat fisik dan kimia .............................
48
48
12. Karakteristik tahu yang dihasilkan dari berbagai varietas kedelai yang
berbasis penggumpal whey......................................................................................
49
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
RINGKASAN
xi
SUMMARY
xii
I.
PENDAHULUAN
merupakan industri skala rumah tangga. Jumlah perajin tahu di Desa Kalisari
adalah 313 kelompok perajin dengan jumlah tenaga kerja per kelompok perajin
yaitu 2 hingga 4 orang. Total penggunaan kedelai untuk pembuatan tahu di Desa
Kalisari mencapai 89 ton/hari. Perajin tahu selama ini lebih mengandalkan pada
kedelai impor karena tidak tersedianya kedelai nasional di pasaran. Padahal harga
kedelai impor terus mengalami kenaikan. Harga kedelai pada saat ini berkisar
antara Rp 7.000,00 per kg. Harga tersebut dirasakan oleh perajin cukup
memberatkan terutama bagi yang bermodal kecil, karena mengalami lonjakan bila
dibandingkan dengan harga awal tahun 2004 dimana harga kedelai Rp 5.000,00
per kg. Kenaikan harga kedelai ini menyebabkan banyak perajin yang mengurangi
jumlah kedelai yang diolah per harinya, hal ini terpaksa dilakukan perajin tahu
agar mereka dapat tetap berproduksi.
Upaya mengurangi ketergantungan pada bahan pangan impor ini dirintis
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
(PATIR BATAN) dengan menerapkan teknik nuklir untuk pemuliaan mutasi
kedelai sejak 1980 PATIR BATAN menghasilkan varietas kedelai unggul, benih
kedelai varietas Rajabasa dilepas pada tahun (2004) Galur Mutan No. 214 x 23
dan Mitani pada tahun 2008 No. 13-D x 9 serta Tidar pada tahun 1987 hasil
seleksi dari mutan B 1682 (Mulyana et al., 2010). Varietas tersebut telah ditanam
di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dengan area lahan
percontohan seluas 426 m2 . Kedelai varietas Mitani (biji sedang), Rajabasa (biji
besar), dan Tidar (biji kecil). Di antara varietas tersebut, Rajabasa memiliki
produktivitas tertinggi, 100 biji Rajabasa memiliki bobot 24,5 g sedangkan Mitani
hanya memiliki bobot 12,8 g/100 biji dan Tidar 7,3 g/100 biji.
Berdasarkan deskripsi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi- umbian (2009), varietas Mitani mempunyai kandungan protein 42,56%,
Rajabasa 39,62%, dan Tidar 37% sedangkan dari segi kenampakan fisik Rajabasa
berwarna kuning cerah, Mitani berwarna kuning muda-kehijauan, dan Tidar
berwarna kuning kehijauan. Berdasarkan hasil survei, perajin tahu di Desa
Kalisari lebih menyukai tahu yang dihasilkan oleh kedelai nasional seperti lokon.
Tahu yang dibuat dari varietas ini memiliki warna cerah dan tekstur yang lebih
kenyal dibandingkan kedelai impor. Berdasarkan hal tersebut maka tidak menutup
kemungkinan varietas unggul nasional seperti Rajabasa dan Mitani dapat
menghasilkan tahu yang mempuyai kualitas lebih baik dibandingkan kedelai
impor.
Tahu merupakan gel protein kedelai, sehingga kualitas tahu terutama
rendemen dan teksturnya sangat ditentukan oleh jumlah protein yang dapat
terekstrak dalam sari kedelai sebelum digumpalkan (Poysa dan Woodrow, 2002).
Jenis atau varietas kedelai dan teknik pengolahan yang digunakan merupakan
faktor penentu kedua kriteria tersebut (Mujoo et al., 2003).
Proses pembuatan tahu memerlukan bahan untuk menggumpalkan protein
di dalam sari kedelai (Suprapti, 2005). Jenis penggumpal yang digunakan pada
pembuatan tahu sangat mempengaruhi kualitas tahu yang dihasilkan. Jenis
penggumpal yang dapat digunakan dalam pembuatan tahu dapat digolongkan
menjadi beberapa golongan, yaitu : 1) golongan garam klorida atau nigari;
2) golongan garam sulfat; 3) golongan lakton; dan 4) golongan asam. Nigari alami
diekstrak dari air laut dengan menghilangkan sebagian besar garam (NaCl) dan
air. Koagulan jenis ini mengandung komponen mineral air laut alami terutama
magnesium klorida. Penggunaan koagulan jenis nigari membutuhkan waktu
pembuatan tahu yang cukup lama karena koagulan jenis ini harus ditambahkan
sedikit demi sedikit dan perlahan- lahan, akibatnya dibutuhkan teknik yang baik
dalam
pembuatan
tahu.
Selain
itu,
penggunaan
koagulan
nigari
akan
menghasilkan tahu dengan tekstur yang cenderung kurang le mbut (Shurtleff dan
Aoyagi, 2001).
Garam sulfat merupakan golongan koagulan yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan curd protein kedelai (Shurtleff dan Aoyagi, 1979
dalam Wahyundari, 2002). Koagulan ini akan terdispersi perlahan di dalam susu
kedela i sehingga memberikan waktu koagulasi yang lambat (Shurtleff dan
Aoyagi, 2001). Koagulan sulfat mengkoagulasi protein kedelai dengan cara
membentuk jembatan antar molekul protein dan meningkatkan ikatan silang
polimer sehingga terjadi agregasi protein (Obatolu, 2007). Pemakaian glukon
delta lakton sebagai koagulan akan menurunkan pH susu kedelai dan
menyebabkan agregasi dari protein terdenaturasi dengan meningkatkan sifat
hidrofobik dan ketidaklarutan protein (Kohyama dan Nishinari, 1993). Larutan
asam seperti whey dan asam sitrat digunakan untuk menggumpalkan protein pada
titik isoelektriknya. Bahan penggumpal tipe asam akan menghasilkan kualitas
tahu yang lebih baik dengan rendemen tahu yang lebih tinggi (Shurleff dan
Aoyagi, 1979 dalam Wahyundari, 2002). Yulistiani dan Nuryati (2006)
melaporkan bahwa tahu yang digumpalkan dengan konsentrasi asam sitrat 15%
menghasilkan pH penggumpalan yang mendekati titik isoelektrik yaitu pH 4,52
sedangkan whey yang dibutuhkan yaitu sebanyak 400 ml dari 200 g kedelai. Jenis
penggumpal tipe asam mengkoagulasi protein dengan cara mengubah nilai pH
suspensi dan meningkatkan konsentrasi ion H+. Ion H+ akan menetralkan muatan
negatif protein sehingga kelarutan protein menurun dan mencapai angka terendah,
protein akan mengendap dan menggumpal (Winarno, 2002).
Berdasarkan uraian di atas ada beberapa permasalahan yang perlu dikaji
dalam penelitian ini yaitu: 1) bagaimana pengaruh varietas kedelai terhadap
rendemen dan kadar protein total tahu? 2) bagaimana pengaruh jenis penggumpal
terhadap sifat sensori tahu? 3) bagaimana sifat fisik, kimia dan sensori tahu dari
kombinasi perlakuan terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengkaji pengaruh
varietas kedelai terhadap rendemen dan kadar protein total tahu; 2) mengkaji
pengaruh jenis penggumpal terhadap sifat sensori tahu; 3) menetapkan
karakteristik produk terpilih berdasarkan sifat fisik, kimia dan sensori.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain
menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan produk tahu dengan
menggunakan kedelai nasional dan jenis penggumpal yang berbeda, sumber
informasi tentang pemanfaatan varietas kedelai nasional dan koagulan whey serta
asam sitrat sehingga memberikan alternatif dalam upaya perbaikan kualitas baik
dari sifat fisik, kimia, sensori tahu yang baik bagi masyarakat dan sebagai langkah
untuk memanfaatkan varietas kedelai unggul nasional pada pemb uatan produk
pangan yaitu tahu.
II.
TI NJAUAN PUSTAKA
A. Kedelai
Kedelai (Glycine max. L. Merr) diduga berasal dari Cina bagian utara,
Mancuria, dan Korea. Tanaman ini kemudian menyebar ke negara-negara lain di
sekitarnya, antara lain Jepang, Taiwan, Cina bagian selatan, Thailand, India
bagian utara, dan Indonesia. Amerika mengenal kedelai pada tahun 1802,
kemudian mengembangkan secara besar-besaran hingga berhasil menduduki
peringkat pertama sebagai produsen kedelai. Produksi kedelai Amerika pada
tahun 1970 mencapai 74% dari seluruh produksi kedelai dunia. Di Indonesia,
kedelai jenis Americana cukup disukai oleh para pengusaha/produsen tempe dan
tahu (Suprapti, 2005).
Menurut Rukmana (1996), tanaman kedelai dapat tumbuh di iklim tropis
dan subtropis. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan tanaman yaitu
berkisar antara 100 m sampai 600 m diatas permukaan laut (m dpl). Kedelai
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan berdrainase baik dengan kisaran pH
tanah 6 hingga 7. Curah hujan yang dikehendaki untuk tanaman kedelai adalah
200 mm per bulan dengan bulan kering 3 hingga 6 bulan. Suhu udara yang
optimal bagi tanaman kedelai antara 20C hingga 25C dan kelembaban udara
antara 60-70%. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Biji kedelai terdiri atas 7,3% kulit, 90,3% kotiledon dan 2,4% hipokotil.
Komposisi kimia bagian-bagian kedelai tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia kedelai dan bagian-bagiannya dalam persen berat kering
Bagian kedelai Protein (%) Lemak (%)
Kadar Abu (%)
Karbohidrat (%)
Biji utuh
34,9
18,1
4,9
34,8
Kotiledon
42,8
22,8
5,0
29,4
Kulit
8,8
1,0
4,3
85,9
Hipokotil
40,0
11,4
4,4
43,4
Sumber : Kawamura, (1979) dalam Koswara, (1992).
Kedelai merupakan bahan baku utama untuk membuat susu kedelai dan
tahu. Kedelai adalah sumber protein nabati yang paling murah, kandungan
proteinnya berkisar antara 30,53 % hingga 44 %, dengan susunan asam amino
yang lebih lengkap dan seimbang dibanding dengan jenis kacang-kacangan yang
lain, kadar lemaknya berkisar antara 7,5% hingga 20,9%, yang sebagian besar
tersusun dari asam-asam lemak tidak jenuh. Lemak kedelai mengandung beberapa
Fosfolipida penting yaitu lesitin, sepalin dan lipositol (Ginting et al., 2009).
Kedelai mengandung karbohidrat sekitar 35%, dari kandungan karbohidrat
tersebut hanya 12% - 14% saja yang dapat digunakan tubuh secara biologis.
Karbohidrat pada kedelai terdiri atas golongan oligosakarida dan golongan
polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri atas sukrosa, stakiosa, dan raffinosa
yang larut dalam air. Golongan polisakarida terdiri atas erabinogalaktan dan
bahan-bahan selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol (Ginting et al., 2009).
Rajabasa
Mitani
Tidar
10
11
yang sesuai dengan kebutuhan. Ukuran biji (bobot 100 biji) dan komposisi kimia
dari beberapa varietas/galur kedelai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ukuran biji (bobot 100 biji) dan komposisi kimia beberapa varietas/galur
kedelai.
Varietas/galur Bobot 100 biji Warna
Protein (%bk)
Lemak (%)
Potensi
(g)
kulit
hasil
biji
(t/ha)
Argomulyo
18 -19
Kuning 37 40,20
19,30 - 20,80
2
Grobogan
18
Kuning 43,90
18,40
3,40
Panderman
15 17
Kuning 36,90
17,70
2,40
Burangrang
14,90 17
Kuning 39 41,60
20
2,50
Kedelai impor 14,80 15,80 Kuning 35 36,80
21,40 21,70
Bromo
14,40 15,80 Kuning 37,80 42,60
19,50
2,50
Anjasmoro
14,80 15,30 Kuning 41,80 - 42,40
17,20 18,60
2,30
Detam 1
14,80
Hitam
45,40
13,10
3,50
Detam 2
13,50
Hitam
45,60
14,80
3
Tampomas
10,90 11
Kuning 34 41,20
18 19.60
1,90
Cikuray
9,10 11
Hitam
35 42,40
17 19
1,70
Wilis
8,90 11
Kuning 37 40,50
18 8,80
1,60
Kawi
10,10 10,50 Kuning 38 ,50 44,10
16.60 17,50
2
Malika
9 10
Hitam
37
20
2,90
Merapi
8 9,50
Hitam
41 42,60
7,50 13
1
Krakatau
8 9,10
Kuning 36 44,30
16 - 17
1,90
Keterangan : bk = basis kering
Sumber
: Ginting et al., (2009)
B. Tahu
Tahu dikenal oleh masyarakat kita sebagai makanan sehari- hari, baik
berupa makanan yang langsung dimakan setelah digoreng maupun sebagai lauk
pauk atau bahan untuk membuat sayur. Proses pembuatan tahu terbagi menjadi 2
tahap yaitu pembuatan sari kedelai ditambah dengan bahan penggumpal sehingga
dihasilkan curd yang selanjutnya diperas dan dicetak menjadi tahu (Suprapti,
2005).
Tahu merupakan pangan yang diproduksi melalui pemanfaatan sifat gelasi
protein kedelai. Kedelai yang akan diperoleh diekstrak proteinnya menjadi susu
12
Tahun
dilepas
1998
2008
2003
1999
1998
2001
2008
2008
1992
1992
1983
1998
2007
1938
1992
13
14
2. Pencucian
Kedelai dimasukkan kedalam ember berisi air, lebih baik lagi pada air yang
mengalir. Dengan pencucian ini kotoran-kotoran yang melekat maupun tercampur
di antara biji dapat hilang (Budi, 1993).
3. Perendaman
Kedelai direndam dalam air bersih selama 8 hingga 12 Jam. Perlakuan
perendaman kedelai bertujuan untuk penyerapan air sehingga lebih lunak dan
kulitnya mudah dikupas (Budi, 1993).
Perendaman dimaksudkan untuk melunakkan struktur selularnya, sehingga
mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan padat kedelai yang
lebih baik pada waktu ekstraksi (penggilingan). Selain itu oligoasakrida penyebab
flatulensi berkurang me njadi tinggal sekitar 30%. Perendaman yang terlalu lama
dapat mengurangi total padatan (Koswara,1992).
4. Pengupasan Kulit
Pengupasan kulit ini dilakukan dengan cara meremas kedelai dalam air,
kemudian dikuliti.
5. Penggilingan
Untuk mendapatkan sari kedelai, kedelai lunak harus dihancurkan terlebih
dahulu melalui proses penggilingan. Kedelai dapat digiling dengan menggunakan
mesin penggiling atau dengan blender. Kedelai ditambah dengan air panas lalu
dimasukkan ke dalam alat penggiling. Untuk 1 bagian kedelai ditambah dengan 8
bagian air panas. Penggunaan air panas suhu 80C hingga 100C dapat
15
16
Hasil utama penyaringan ini adalah ampas yang dapat digunakan untuk
pakan ternak. Sari kedelai inilah yang akan menjadi tahu (Budi, 1993). Ampas
tersebut masih mengandung 10-17% protein, sehingga sayang apabila tidak
dimanfaatkan. Ampas yang dihasilkan dik umpulkan jadi satu dan masih dapat
dimanfaatkan untuk membuat tempe (gembus, enjes), oncom, makanan ternak,
tepung bubur balita, dan tepung kedelai (subtitusi terigu 20%) (Suprapti, 2005).
8. Penggumpalan Protein Sari Kedelai
Cairan sari kedelai yang masih hangat ( 70C) dicampur pelan-pelan dan
sedikit demi sedikit dengan bahan penggumpal yang sudah disiapkan sebelumnya.
Bahan penggumpal mula- mula ditempatkan dalam sendok besar yang digerakkan
ke seluruh bagian permukaan sari kedelai dengan posisi agak miring, sehingga
akan tumpah sedikit demi sedikit.
Cairan sari kedelai yang semula berwarna putih susu akan pecah dan di
dalamnya terbentuk butiran-butiran protein yang akhirnya akan bergabung
membentuk gumpalan dan mengendap ke dasar bak inilah yang merupakan bakal
tahu. Setelah itu, cairan akan menjadi bening dan keadaan demikian berarti
seluruh protein sudah menggumpal dan mengendap.
Secepatnya cairan bening (whey) dipindahkan ke tempat penyimpanan
cairan bekas. bubur tahu yang tidak terbawa perlu diletakkan pada cetakan atau
kain saring untuk membatasinya, sehingga seluruh cairannya dapat dipindahkan
dengan aman (Suprapti, 2005).
17
18
19
20
21
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai nasional
yaitu varietas Rajabasa, Tidar, dan Mitani (Desa Kalisari kecamatan Cilongok),
kedelai impor (pasar Wage Purwokerto), asam sitrat (PT. Brataco Chemica), whey
(perajin tahu Desa Kalisari Kecamatan Cilongok). Bahan bahan kimia pro
analysis grade (PA) merek E-Merk/Sigma yang digunakan untuk analisis yaitu
K2 S2 O4 , HgO, H2 SO4 , K 2 S, NaOH, HCl, aquades.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, gelas ukur
500 ml, panci, pengaduk kayu, thermometer, pH meter, kain mori, pengayak
plastik, nampan plastik, pencetak tahu, timbangan analitik, tissue, kertas label,
kotak plastik. Peralatan laboratorium untuk analisis kimia meliputi timbangan
analitik (AND), cawan porselin, oven (Memmert), tanur, desikator (Glaswerk
22
Seluruh perlakuan yang dicoba dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6. Perlakuan kombinasi pada tahap penelitian lanjutan
Varietas Kedelai
(V)
V1
V2
V3
V4
Tahu
Penggumpal (G)
G1
V1G1
V2G1
V3G1
V4G1
G2
V1G2
V2G2
V3G2
V4G2
23
Blok
II
V1G1
V2G1
V3G1
V2G2
V4G1
V1G2
V4G2
V3G1
III
V2G1
V4G2
V3G1
V1G1
V3G2
V4G1
V2G2
V1G2
G = Jenis bahan penggumpal
Variabel yang diamati meliputi rendemen, analisis fisik, kimia dan sensori.
Rendemen (Muchtadi, 1992). Variabel fisik yaitu analisis tingkat kekerasan
dengan alat penetrometer. Variabel kimia meliputi kadar air, kadar protein total
metode Makro-Kjeidahl, kadar abu (Sudarmadji et al., 1997). Variabel sensori
menggunakan metode rating hedonik dengan atribut mutu warna, kekenyalan,
aroma, rasa asam dan pahit serta kesukaan (Meilgaard et al., 1999). Uji sensori
dilakukan dengan metode rating hedonik menggunakan 20 orang panelis semi
terlatih, yang meliputi atribut mutu warna, tekstur, aroma, rasa asam, rasa pahit,
dan kesukaan (Meilgaard et al., 1999). Panelis untuk uji sensori adalah panelis
semi terlatih sejumlah 20 orang. Data variabel fisik, kimia dan sensori yang
diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F) pada taraf kepercayaan
95 %, apabila menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji DMRT
(Duncans Multiple Range Test) pada taraf kepercayaan 95 % (Hanafiah, 2003).
24
1. Pengukuran
Pengukuran terhadap variabel dilakukan secara langsung terhadap unit- unit
percobaan meliputi sifat-sifat fisik, kimia dan sensori.
a. Rendemen (Muchtadi, 1992)
Nilai rendemen merupakan persentase hasil perbandingan dari produk
dengan bahan awal. Pada penelitian ini, produk adalah tahu dan bahan awal
adalah kedelai. Perhitungan rendemen adalah sebagai berikut :
Rendemen (%) =
Produk
x 100%
Bahan awal
mm/g/s
t
Keterangan: Berat universal cone adalah 102,5 g, test rod 47,5 g
c. Kadar air (Sudarmadji et al., 1997)
Bahan ditimbang yang telah berupa serbuk atau potongan-potongan kecil
bahan sebanyak 1-2 g di dalam cawan yang telah diketahui berat keringnya,
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105C selama 4 jam. Bahan
didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Panaskan kembali dalam oven selama
25
1 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai
terapai berat konstan (selisih penimbangan kurang dari 0,2 mg). Kadar air dapat
dihitung dengan pesamaan:
Kadar air % =
B C
X 100%
B A
Kadar abu % bk =
Kadar abu % bb
x100%
26
98% bebas N). 5 g campuran Na2 SO4 HgO (20:1) ditambahkan untuk katalisator
kemudian didihkan sampai jernih dan lanjutkan pendidihan 30 menit lagi. Dinding
dalam labu Kjeldahl dicuci dengan aquades setelah dingin dan didihkan lagi
selama 30 menit. Aquades 140 ml dan 35 ml larutan NaOH-Na2 SO4 ditambahkan
serta beberapa butiran zink, setelah itu distilasi dilakukan; distilat ditampung
sebanyak 100 ml dalam erlnmeyer yang berisi 25 ml larutan jenuh asam borat dan
beberapa tetes indicator metal merah/metilen biru. Larutan yang diperoleh
kemud ian dititrasi dengan 0,02 HCl, total N atau % protein dihitung.
Perhitungan :
Jumlah N Total % bb =
ml HCl x N HCl
x 14,008 x f mg/ml
ml larutan contoh
Keterangan: f = faktor pengenceran, dalam contoh petunjuk ini besarnya f
= 10
% protein = % N x (6,25)
% bk =
Kadar protein % bb
x 100%
27
dapat dilakukan dengan cara membuat panelis mengetahui hal tersebut dan
dengan training yang ketat sehingga panelis mampu mengenal atribut secara
independen.
Uji hedonik (preferensi dan atau penerimaan) digunakan untuk menentukan
kesukaan atau preferensi panelis terhadap keseluruhan produk pangan dari suatu
sampel dan untuk mengukur kesukaan atau preferensi terhadap atribut-atribut
tertentu dari suatu produk pangan seperti warna, aroma, tekstur, dan sebagainya.
Uji hedonik yang dilakukan dengan metode uji rating/skala hedonik dilakukan
dengan cara menyajikan sampel satu per satu atau sekaligus. Panelis diminta
memberikan penilaian tentang kesukaan atau penerimaan terhadap masing- masing
sampel, tanpa harus membandingkan satu dengan yang lain. Skala yang
digunakan pada uji ini adalah 5 skala yang mencakup respon sangat disukai
sampai sangat tidak disukai dengan skala tengah merupakan respon netral. Skala
numerik dan skala verbal dari masing- masing parameter sensori yang di uji dapat
dilihat pada lampiran 2.
28
E. Analisis Data
29
direndam denga n air sebanyak 600 ml selama 8 jam. Kedelai dikupas dengan
tangan kemudian kedelai ditimbang untuk mengetahui jumlah air yang
dimasukkan pada penggilingan. Rasio kedelai : air yaitu 1:5 dengan suhu 70C.
Kedelai dihancurkan selama 7 menit kemudian sari kedelai dimasak hingga
mendidih kemudian sari kedelai disaring menggunakan kain moring dan filtrat
didinginkan hingga suhu 70C kemudian di lakukan penggumpalan dengan
memasukkan biang (whey) atau asam sitrat. Aduk pelan-pelan dan tunggu selama
5 menit sampai terjadi gumpalan. Gumpalan di pindahkan kedalam cetakkan dan
dilakukan pengepresan selama 15 menit sampai tahu menjadi padat.
30
IV.
Hasil analisis ragam pengaruh varietas kedelai (V) dan jenis penggumpal
(G) serta interaksinya (VxG) terhadap rendemen, fisik, dan kimia tahu
ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Ringkasan hasil analisis ragam rendemen, variabel fisik dan kimia tahu
No
Variabel yang diamati
V
G
VG
1
Rendemen (% bb)
**
tn
tn
2
Tingkat kekerasan (mm/g/s)
*
tn
tn
3
Kadar Air (%)
tn
tn
tn
4
Kadar protein total (% bk)
tn
tn
tn
5
Kadar Abu (% bk)
tn
tn
tn
Keterangan : V = varietas kedelai; G = jenis penggumpal; VG = interaksi
perlakuan varietas kedelai dengan jenis penggumpal ; ** =
berpengaruh sangat nyata (taraf 1%); * = berpengaruh nyata
(taraf 5%); tn = tidak berpengaruh nyata.
1. Rendemen
Rendemen tahu dihitung berdasarkan berat tahu yang dihasilkan dibagi
dengan berat kedelai yang digunakan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan varietas kedelai (V) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
rendemen tahu sedangkan perlakuan jenis penggumpal (G) dan interaksi keduanya
(VxG) tidak memberikan pengaruh yang nyata. Nilai rata-rata rendemen pada
perlakuan varietas kedelai Rajabasa (V1), Tidar (V2), Mitani (V3) dan impor (V4)
yaitu berturut-turut 182,21% (bb); 160,12% (bb); 167,99% (bb); dan 161,58 % (bb).
Hasil uji lanjut DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa antara perlakuan V2, V3
dan V4 tidak berbeda nyata sedangkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2, V3
dan V4. Nilai rata-rata rendeman tahu dapat dilihat pada Gambar 3.
31
Rendemen (% bb)
200
182,21a
b
160,12b 167,98 161,58b
160
120
Keterangan :
V1 = Rajabasa
V2 = Tidar
V3 = Mitani
V4 = Impor
80
40
0
V1
V2
V3
Varietas Kedelai
V4
32
(V2), Mitani (V3) dan impor (4) yaitu berturut-turut ditunjukkan pada Gambar 4.
Hasil uji lanjut DMRT pada taraf 5% nampak bahwa antara perlakuan V2, V3 dan
V4 tidak berbeda nyata sedangkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2, V3
dan V4.
2
1,5
1,13a
0,99b
0,96b
1,01b
V2
V3
V4
Keterangan :
V1 = Rajabasa
V2 = Tidar
V3 = Mitani
V4 = Impor
1
0,5
0
V1
Varietas kedelai
33
struktur yang lebih padat karena molekul proteinnya sangat dekat akibat hilangnya
kandungan air.
3. Kadar air
Kadar air pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode
oven. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan varietas kedelai (V), jenis
penggumpal (G) dan interaksi keduanya (VxG) tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar air tahu.
Nilai rata-rata kadar air tahu pada perlakuan varietas kedelai berkisar
74,70% hingga 76,40%. Varietas Rajabasa menghasilkan nilai rata-rata kadar air
tahu tertinggi yaitu 76,40% sedangkan nilai rata-rata kadar air tahu terendah
dihasilkan oleh kedelai impor yaitu 74,70%. Hal ini diduga varietas Rajabasa (V1)
mengandung asam amino hidrofilik paling tinggi sehingga mempunyai
kemampuan untuk mengikat air yang tinggi. Sifat protein hidrofilik atau mampu
mengikat air disebabkan oleh adanya rantai yang mempunyai gugus-gugus polar,
seperti karbonil, hidroksil, amino, karboksil, dan sulfhidril, sehingga dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan air. Jumlah dan tipe gugus-gugus polar yang
berbeda maka kemampuan protein dalam mengikat air pun berbeda (Kilara,
1994). Gugus asam amino Serin, threonin, sistein, metionin, asparagin, glutamin
merupakan asam amino penyusun protein yang bersifat hidrofilik memiliki
kemampua n untuk mengikat air (Kusnandar, 2010).
Protein terkoagulasi pada titik isoelektriknya (pH 4,1 - 4,6). Semakin
mendekati pH isoelektrik maka protein yang terkoagulasi semakin besar, air yang
terikat dalam sistem gel akan menururn. Tahu yang dibuat dengan penggumpal
34
35
rata kadar protein total tahu terendah dihasilkan oleh kedelai impor yaitu 63,74%
(bk). Hal ini disebabkan karena kadar protein tahu dipengaruhi oleh kadar protein
kedelai yang digunakan sebagai bahan bakunya. Berdasarkan hasil analisis bahan
baku, kadar protein Mitani sebesar 37,08% (bk); Rajabasa sebesar 35,76% (bk);
Tidar sebesar 34,76% (bk); impor sebesar 33,93% (bk). Menurut Schafer dan
Love (1992), varietas kedelai yang memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
umumnya menghasilkan tahu dengan kandungan protein yang lebih tinggi.
Nilai rata-rata kadar protein total tahu pada perlakuan jenis penggumpal
whey (G1) dan asam sitrat (G2) berturut-turut yaitu 68,71% (bk); dan 65,25%
(bk). Hal ini menunjukkan bahwa kadar protein total tahu yang dihasilkan oleh
penggumpal whey (G1) memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tahu yang dihasilkan penggumpal asam sitrat (G2). Whey masih
mengandung zat- zat yang terdapat pada kedelai, di antaranya protein 9%, gula
oligosakarida 60 80% dan sedikit lemak serta mengandung padatan (Doddy et
al., 1994).
Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi kombinasi perlakuan antara
jenis penggumpal dan varietas kedelai tidak berbeda nyata. Kisaran seluruh
perlakuan yang dicoba yaitu 60,46% (bk) hingga 72,10% (bk). Kadar protein total
tahu tertinggi dihasilkan oleh kombinasi perlakuan (V3G1) yaitu varietas Mitani
dan penggumpal whey sedangkan kadar protein tahu terendah dihasilkan oleh
kombinasi perlakuan (V4G2) yaitu kedelai impor dengan penggumpal asam sitrat.
36
5. Kadar abu
Abu merupakan sisa-sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada
suhu sekitar 550C (Sudarmaji, 1997). Penetapan kadar abu digunakan untuk
mengetahui banyaknya zat anorganik atau kandungan unsur mineral pada tahu
yang dihasilkan (Winarno, 2002). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan varietas kedelai (V) dan jenis penggumpal (G) serta interaksi keduanya
(VxG) tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu tahu.
Nilai rata-rata kadar abu pada perlakuan varietas kedelai berkisar 1,02%
(bk) hingga 1,40% (bk). Varietas Mitani (V3) menghasilkan nilai rata-rata kadar
abu tahu tertinggi yaitu 1,40% (bk), sedangkan nilai rata-rata kadar abu terendah
yaitu 1,02 % (bk) dihasilkan oleh kedelai impor (V4). Hal ini terjadi seiring
dengan semakin besar protein yang tergumpal sehingga bahan-bahan mineral yang
terperangkap dalam gumpalan protein juga semakin besar (Cahyadi, 2007). Selain
itu kadar abu tahu dipengaruhi oleh kadar abu kedelai yang digunakan sebagai
bahan bakunya. Hasil analisis bahan baku, kadar abu kedelai varietas Mitani
sebesar 5,46% (bk); Tidar sebesar 5,17% (bk); Rajabasa sebesar 5,03% (bk);
impor sebesar 3,79% (bk).
Kadar abu tahu yang dihasilkan oleh penggumpal asam sitrat (G2) yaitu
1,31% (bk) lebih tinggi dibandingkan dengan penggumpal whey (G1) 1,32% (bk).
Hal ini diduga karena adanya kontribusi dari asam sitrat. Pada pembuatan tahu
asam sitrat dimasukkan saat proses penggumpalan pada suhu 72C, pada kondisi
tersebut asam sitrat meleleh dan kemudian terdekomposisi menjadi garam sitrat
(Sarulli, 2009). Golongan garam tersebut akan menambah jumlah kandungan
37
mineral sehingga kadar abu akan meningkat (Yulistiani dan Anna, 2006). Kisaran
kadar abu dari seluruh perlakuan yang dicoba yaitu 1,01% (bk) hingga 1,51%
(bk). Kadar abu tahu tertinggi dihasilkan oleh kombinasi perlakuan (V3G1) yaitu
varietas Mitani dan penggumpal whey sedangkan kadar abu tahu terendah
dihasilkan oleh kombinasi perlakuan (V4G2) yaitu kedelai impor dengan
penggumpal asam sitrat.
B. Variabel Sensori
Hasil analisis ragam pengaruh varietas kedelai (V) dan jenis penggumpal
(G) serta kombinasinya (VG) terhadap sifat organoleptik tahu ditunjukkan pada
Tabel 9.
Tabel 9. Ringkasan hasil analisis ragam sifat sensori tahu
No
Variabel yang diamati
V
G
VG
1
Warna
**
tn
**
2
Kekenyalan
tn
tn
tn
3
Aroma
tn
**
tn
4
Rasa asam
tn
*
tn
5
Rasa pahit
tn
*
tn
6
Kesukaan
tn
**
tn
Keterangan : V = varietas kedelai; G = jenis penggumpal VG = kombinasi
perlakuan varietas kedelai dengan jenis penggumpal ; ** =
berpengaruh sangat nyata (taraf 1%); * = berpengaruh nyata
(taraf 5%); tn = tidak berpengaruh nyata.
1. Warna
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas kedelai (V)
dan kombinasi perlakuan antara varietas kedelai dan jenis penggumpal (VG)
berpengaruh sangat nyata terhadap warna tahu yang dihasilkan, sedangkan
perlakuan jenis penggumpal (G) tidak berpengaruh nyata. Skor rata-rata warna
tahu pada perlakuan varietas Rajabasa (V1), Tidar (V2), Mitani (V3) dan impor
38
(V4) yaitu berturut-turut 1,88 (putih keabuan); 2,53 (abu-abu keputihan); 2,52
(abu-abu keputihan); dan 2,24 (putih keabuan). Berdasarkan hasil uji lanjut
DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa antara perlakuan V2 dan V3 tidak
berbeda nyata sedangkan perlakuan V1, V4 berbeda nyata dengan V2 dan V3.
Pengaruh varietas kedelai terhadap skor warna tahu disajikan pada Gambar 5.
Skor Warna
4
3
2
2,53a
2,52a
2,24b
1,88c
Keterangan :
V1 = Rajabasa
V2 = Tidar
V3 = Mitani
V4 = Impor
1
0
V1
V2
V3
Varietas kedelai
V4
39
Skor Warna
4
2,55a 2,52ab
2,79a
2,60ab
2,25bc
1,99cd
1,88c
1,77d
G1 (Whey)
G2 (Asam sitrat)
1
0
(Rajabasa)
(Tidar)
(Mitani)
(impor)
Varietas kedelai
40
perlakuan varietas kedelai (V) dan jenis penggumpal (G) serta kombinasi
keduanya (VG) tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kekenyalan tahu. Skor
rata-rata kekenyalan tahu pada perlakuan varietas kedelai berkisar 3,12 (agak
kenyal) hingga 3,33 (agak kenyal). Kedelai impor (V4) menghasilkan skor ratarata kekenyalan tahu tertinggi yaitu 3,33 (agak kenyal) sedangkan skor rata-rata
kekenyalan tahu terendah yaitu 3,12 (agak kenyal) dihasilkan oleh varietas
Rajabasa (V1). Kekenyalan tahu dihasilkan oleh adanya interaksi antara protein
dan air dalam sistem gel. Kekenyalan tahu tertinggi yang dihasilkan oleh kedelai
impor yang memiliki kadar protein 63,74% dan kadar air 74,70%. Kekenyalan
yang tinggi tersebut disebabkan adanya perbandingan kadar protein dan kadar air
tahu yang optimum. Kadar air tahu yang tinggi menghasilkan tahu yang kurang
kenyal, sedangkan kadar protein yang tinggi akan menghasilkan tahu yang keras
karena mempunyai struktur yang kompak (Obatulu, 2007).
Skor rata-rata kekenyalan tahu yang dihasilkan oleh penggumpal whey (G1)
yaitu 3,29 (agak kenyal) dan penggumpal asam sitrat (G2) yaitu 3,12 (agak
kenyal). Poysa dan Woodrow (2002) melaporkan bahwa penggunaan koagulan
yang berbeda akan menghasilkan tahu dengan sifat tekstur dan flavor yang
berbeda. Kisaran skor rata-rata kekenyalan tahu dari seluruh kombinasi perlakuan
yang dicoba yaitu 3,00 (agak kenyal) hingga 3,40 (agak kenyal). Kekenyalan tahu
tertinggi dihasilkan oleh kombinasi perlakuan (V4G1) yaitu kedelai impor dan
penggumpal whey sedangkan kekenyalan tahu terendah dihasilkan oleh kombinasi
perlakuan (V1G1) yaitu varietas Rajabasa dan penggumpal whey.
41
3. Aroma
Aroma merupakan salah satu parameter yang juga digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan tahu. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
perlakuan jenis penggumpal (G) berpengaruh sangat nyata terhadap aroma
sedangkan perlakuan varietas kedelai (V) dan kombinasi keduanya (VG) tidak
berpengaruh nyata. Skor rata-rata aroma pada perlakuan jenis penggumpal whey
dan asam sitrat yaitu berturut-turut 2,53 dan 2,79 (agak kuat). Berdasarkan hasil
uji lanjut DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa antara perlakuan G1 dan G2
saling berbeda nyata. Skor rata-rata aroma dapat dilihat pada Gambar 7.
Skor Aroma
4
3
2,79a
2,53b
2
1
0
Whey Asam sitrat
Jenis penggumpal
42
sehingga aroma semakin kuat. Gugus asam amino prolin, triptofan merupakan
asam amino penyusun protein yang bersifat aromatik (Kusnandar 2010).
4. Rasa asam
Penyimpangan terhadap rasa produk akan mempengaruhi penerimaan
konsumen, yaitu after taste asam pada tahu. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan jenis penggumpal (G) berpengaruh nyata terhadap rasa asam
tahu, sedangkan perlakuan varietas kedelai (V) dan kombinasi keduanya (VG)
tidak berpengaruh nyata. Skor rata-rata rasa asam untuk perlakuan jenis
penggumpal whey (G1) dan asam sitrat (G2) yaitu berturut-turut 1,84 dan 2,24
(sedikit asam). Hasil uji lanjut DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa antara
perlakuan G1 dan G2 saling berbeda nyata. Skor rata-rata rasa asam tahu dapat
dilihat pada Gambar 8.
4
3
2,24a
2
1,84b
1
0
Whey
Asam sitrat
Jenis penggumpal
Gambar 8. Skor rata-rata rasa asam tahu pada penggunaan dua jenis
penggumpal.
Gambar 8 menunjukan bahwa skor rata-rata rasa asam tahu dihasilkan oleh
penggumpal whey (G1) yaitu 1,84 (sedikit asam), lebih rendah dibandingkan tahu
yang dihasilkan oleh penggumpal asam sitrat (G2) dengan skor 2,24 (sedikit
asam). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan penggumpal asam sitrat
43
menghasilkan tahu yang lebih asam dibandingkan jenis penggumpal whey. Rasa
asam berkaitan dengan pH penggumpalan, whey mempunyai pH penggumpalan
4,8 sedangkan asam sitrat mempunyai pH penggumpalan 4,5. Penambahan asam
berarti menurunkan pH yang disertai dengan naiknya konsentrasi ion (H+ ),
semakin rendah pH maka konsentrasi ion H+ semakin banyak sehingga rasa
semakin asam (Trenggono dan Sutardi, 1989).
5. Rasa pahit
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis penggumpal (G)
berpengaruh nyata terhadap rasa pahit tahu, sedangkan perlakuan varietas kedelai
(V) dan kombinasi keduanya (VG) tidak berpengaruh nyata. Skor rata-rata rasa
pahit pada perlakuan jenis penggumpal whey dan asam sitrat yaitu berturut-turut
1,71 (sedikit pahit) dan 1,86 (sedikit pahit). Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT
pada taraf 5% menunjukkan bahwa antara perlakuan G1 dan G2 saling berbeda
nyata. Skor rata-rata rasa pahit tahu dapat dilihat pada Gambar 9.
3
2
1,71b
1,86a
Whey
Asam sitrat
1
0
Jenis penggumpal
Gambar 9. Skor rata-rata rasa pahit tahu pada penggunaan dua jenis
penggumpal.
Gambar 9 menunjukkan bahwa skor rata-rata rasa pahit tahu yang
dihasilkan oleh penggumpal asam sitrat (G2) yaitu 1,86 (sedikit pahit) lebih tinggi
44
dibandingkan tahu yang dihasilkan oleh penggumpal whey (G1) yaitu 1,71 (sedikit
pahit). Rasa pahit timbul karena adanya reaksi hidrolisis protein menjadi asamasam amino yang berasa pahit. Rasa pahit tahu berkaitan dengan pH
penggumpalan, whey mempunyai pH penggumpalan 4,8 sedangkan asam sitrat
mempunyai pH penggumpalan 4,5. Penambahan asam berarti menurunkan pH
yang disertai dengan naiknya konsentrasi ion (H+), semakin rendah pH maka
konsentrasi ion H+ semakin banyak sehingga protein yang terhidrolisis oleh ion H+
semakin banyak dan rasa pahit semakin tinggi. Menurut Winarno (2002), protein
dapat terhidrolisis oleh asam dan basa. Hidrolisis protein pada bahan pangan akan
menghasilkan peptida yang mengandung asam-asam amino yang bersifat
hidrofobik, dan peptida yang demikian menyebabkan rasa pahit (Fitzgerald dan
Cunin 2006). Rasa pahit pada hasil hidrolisat kedelai berhubungan dengan
terbentuknya peptida tertentu. Molekul peptida yang memiliki berat molekul
antara 2400 3500 Da, sebagai hasil hidrolisis 11S glisin memberikan rasa pahit
(Kim et al., 2003). Asam amino yang berkontribusi terhadap rasa pahit, yaitu Ltyrosine, L-tryptophan, L- leucine, L-threonine, dan L-phenylalanine.
6. Kesukaan
Tingkat kesukaan suatu produk didasarkan atribut mutu sensori seperti
warna, aroma rasa dan kekenyalan. Tahu yang disukai konsumen adalah tahu yang
baunya sedap (tidak langu), tidak pahit, enak dan tekstur kenyal. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis penggumpal (G) berpengaruh sangat
nyata terhadap kesukaan tahu, sedangkan perlakuan varietas kedelai (V) dan
kombinasi keduanya (VG) tidak berpengaruh nyata. Skor rata-rata tingkat
45
kesukaan untuk perlakuan jenis penggumpal whey (G1) dan asam sitrat (G2) yaitu
berturut-turut 3,09 dan 2,62 (agak suka). Hasil uji lanjut DMRT pada taraf 5%
menunjukkan bahwa antara perlakuan G1 dan G2 saling berbeda nyata. Skor ratarata tingkat kesukaan tahu dapat dilihat pada Gambar 10.
Skor Kesukaan
3,09a
2,62b
3
2
1
0
Whey
Asam sitrat
Jenis penggumpal
Gambar 10. Skor rata-rata tingkat kesukaan tahu pada penggunaan dua jenis
penggumpal.
Gambar 10 menunjukkan bahwa skor rata-rata kesukaan tahu yang
dihasilkan penggumpal whey (G1) yaitu 3,09 (agak suka), lebih tinggi
dibandingkan dengan tahu yang dihasilkan oleh penggumpal asam sitrat (G2) 2,62
(agak suka). Kesukaan tahu yang dihasilkan oleh penggumpal whey didasarkan
atas hasil atribut mutu sensori sebelumnya. Tahu dengan penggumpal whey
menghasilkan intensitas rasa pahit, aroma, dan rasa asam yang lebih rendah
dibandingkan tahu dengan penggumpal asam sitrat sehingga tahu yang dihasilkan
oleh penggumpal whey lebih disukai. Skor rasa pahit, aroma dan rasa asam untuk
tahu dengan penggumpal whey yaitu berturut-turut 1,71 (sedikit pahit), 2,53 (agak
kuat), dan 1,84 (sedikit asam) sedangkan skor tahu dengan penggumpal asam
sitrat yaitu berturut-turut 1,86 (sedikit pahit), 2,79 (agak kuat), dan 2,24 (sedikit
asam).
46
C. Pembahasan Umum
47
48
fisik dan kimia. Berdasarkan kelebihan tersebut nampak bahwa varietas Rajabasa
memiliki potensi besar sebagai alternatif pengganti kedelai impor.
Karakteristik tahu yang dihasilkan dari berbagai varietas kedelai yang
berbasis penggumpal whey dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik tahu yang dihasilkan dari berbagai varietas kedelai yang
berbasis penggumpal whey
Rendemen
Protein total
Kadar abu
Varietas kedelai
(% bb)
(% bk)
(% bk)
Rajabasa
183,86
65,73
1,31
Tidar
162,92
69,99
1,31
72,11
Mitani
172,02
1,51
impor
164,98
67,02
1,04
Berdasarkan Tabel 12 nampak bahwa tahu yang dibuat dengan varietas
Rajabasa menghasilkan rendemen tertinggi dibanding varietas kedelai lainnya,
sedangkan varietas Mitani menghasilkan protein tahu tertinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa tahu yang dibuat dengan kedelai nasional menghasilkan
rendemen, protein total dan kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan tahu yang
dibuat dengan kedelai impor.
Penelitian ini tidak difokuskan terhadap umur simpan, namun secara visual
produk hanya bertahan selama dua hari. Hal ini disebabkan tahu tidak
ditambahkan pengawet seperti garam dan kunyit untuk meningkatkan umur
simpan produk. Pada peneltian ini kadar air dan rendemen tahu yang dihasilkan
cukup rendah. Hal ini disebabkan karena waktu pengepresan terlalu lama dan
berlebihan sehingga air yang keluar dalam bahan sangat banyak dan menurunkan
rendemen tahu. Indrasari dan Darmadji (1991) mengklasifikasikan rendemen
sebagai berikut: rendemen < 190% = rendah, rendemen 190% hingga 220% =
cukup, rendemen > 220% = tinggi. Penelitian yang telah dilakukan ini rata-rata
49
menghasilkan rendemen yang tergolong rendah yaitu < 190%. Pada pembuatan
tahu sebaiknya dilakukan pengepresan secukupnya (optimal) untuk menghasilkan
produk dengan rendemen yang tinggi.
50
A. Kesimpulan
51
B. Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009.
Deskripsi
Varietas
Unggul
Kedelai.
(On- line).
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/id/dekripsi- varietas-unggul-kabi
/deskripsi-kedelai diakses 2 Mei 2012.
Antarlina, S.S., J.S. Utomo, E. Ginting, and S. Nikkuni. 2002. Evaluation of
Indonesian soybean varieties for food processing. J. Food Sci. 58-68 pp.
BSN. 1998. Standar Nasional Indonesia untuk Tahu. SNI 01-3142-1998. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta. 7 hal.
Budi H, S. 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai Bahan Makanan Bergizi
Tinggi. Kanisius, Jakarta. 65 hal.
Cahyadi, W. 2007. Kedelai, Kasiat dan Teknologi. Bumi Aksara, Bandung. 71
hal.
Cai, T. D. and K. C. Chang. 1999. Processing quality improvement of dehydrated
precooked pinto beans. J. Food Sci. 62:141-144.
Doddy, A. D., C, Hindasah. dan Sukarwanto. 1994. Studi pemanfaatan limbah
cair tahu untuk pembuatan nata de soya. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian dan Pengembangan Bidang Fisika Terapan, Balai
Pengembangan Tepat Guna, Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, Subang.
Faostat. 2005. Statistical Data of Food Balance sheet.(www.fao.org) diakses pada
23 November, 2011.
Fitz Gerald. R.J, and Bo. Cunin. 2006. Enzymatic debittering of food protein
hydrolysate. Biotech Advances 24:234-237.
Ginting E., S. Antarlina, dan S. Widowati. 2009. Varietas unggul kedelai untuk
bahan baku industri pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 28 (3), 2009. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- umbian, Malang.
Hanafiah, K. A. 2003. Rancangan Percobaan : Teori & Aplikasi. Raja Grafindo
Persada, Edisi Ketiga, Jakarta, 274 hal.
Indrasari, S. D. dan D.S. Damardjati. 1991. Sifat fisik dan kimia varietas kedelai
dan hubungannya dengan rendemen dan mutu tahu. Media Penelitian
Sukamandi 9: 43-50.
Kanetro dan Hastuti. 2006. Ragam Produk Olahan Kacang-kacangan. Universitas
Wangsa Manggala Press, Yogyakarta. 56 hal.
53
Karsono, K. 2010. Pengaruh Umur Koagulan Whey Tahu dan Suhu Awal Proses
Koagulasi Terhadap Pola Elektroforesis Protein Terkoagulasi dan Mutu
Tekstur Curd Kedelai (Glycine max). Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 78 hal.
Kilara, A. 1994. Whey protein functionally: protein functionality in food system.
Editor: N. S. Hettiarachchy and G. R. Ziegler. Marcel Dekker, Inc. New
York.
Kim MR, Kawamura Y, and C. H. Lee. 2003. Isolation and identification of bitter
peptides of typtic hydrolysate of soybean 11S glycinin by reverse-phase
high performance liquid chromatography. J Food Sci 68: 241-422.
Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan Bermutu.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 131 hal.
Kohyama, K. dan Nishinari. K. 1993. Rheological studies on the gelation process
of soybean 7s and 11s proteins in the presence of glucono-delta-lactone.
J. Agric. Food Chem. 41: 8-14.
Kusbiantoro, B. 1993. Sifat Fisiko Kimia dan Karakteristik Protein Kedelai
(Glycine max (L.) Merril) dalam Hubungannya dengan Mutu Tahu yang
Dihasilkan. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan: Komponen Makro. Dian Rakyat. Jakarta
Anggota IKAPI. Hl 105-115 pp
Liu, Z.S. Chang S.KC, Li LT, dan Tatsumi E. 2004. Effect of selective thermal
denaturation of soybean proteins on soymilk viscosity and tofus physical
properties. J Food Res Intl. 37: 815-822.
Meilgard, M. G.V Civille, and B.T. Carr. 1999. Sensory Evaluation Technique.
CRC Press, Boca raton. 448 hal.
Meng GT, Ching K.M, and C.Y. Ma. 2002. Thermal aggregation of globulin from
an indigenous chinese legume, Phaseolus angularis (Red Bean).
J Food Chem 79: 93-103.
Muchtadi T.R, dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian
Bogor. 30 hal.
_______ . 2010. Prinsip Teknologi Pangan Sumber Protein. Alfabeta, Bandung
Mujoo R, Trinh D.T, and K.W. Ng. Perry. 2003. Characterization of storage
proteins in different soybean varieties and their relationship to tofu yield
and texture. J Food Chem. 82: 265-273.
54
Mulyana, H. Masrizal. Dewi, K. Arwin dan Siswoyo. 2010. Kedelai Super karya
Batan.(On- line).http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=672
diakses tanggal 21 Januari 2012.
Obatolu, V. A. 2007. Effect of different coagulants on yield and quality of tofu
from soymilk. J Eur Food Res and Tech 226: 467-427.
Poysa, V. and L. Woodrow. 2002. Stability of soybean seed composition and its
effect on soymilk and tofu yield and quality. Food Res. Intern. 35:
337-345.
Rukmana, S. K. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen.
Kanisius, Yogyakarta. 90 hal.
Sarulli, N. 2009. Pabrik Asam Sitrat dari Nira Siwalan dengan Proses Submerged
Fermentation Menggunakan Aspergillus Niger. Tugas akhir. Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 22
hal.
Sarwono, B., dan Saragih Y.P. 2008. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya,
Jakarta. 73 hal.
Schafer, M.J. and J, Love. 1992. Relationships between soybean compounds and
tofu texture. Journal of Food Quality, 15, 5366.
Setiadi, N. dan B. Nainggolan. 1998. Kedelai, potret komoditas yang terhempas.
(On- line). http://groups.yahoo.com/group/mmaipb/2108 diakses 21 Juli
2012.
Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 2001. Tofu and Soymilk Production, The Book of
Tofu Vol II. Lafayete Soyinfo Center.
Subardjo SK, Ridwan IN, Handono SW. 1987. Penerapan Teknologi Pengawetan
Tahu. BPPIHP, Bogor. 53 hal.
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. 64 hal.
Suhaidi, I. 2003. Pengaruh lama perendaman kedelai dan jenis zat penggumpal
terhadap mutu tahu. Jurnal Universitas Sumatera Utara. 6 hal.
Suhardi. 1989. Kimia dan Teknologi Portein. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 46 hal.
Suprapto, H.S. 1999. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprapti, M. L. 2005. Pembuatan Tahu. Kanisius, Yogyakarta. 77 hal.
55
Trenggono dan Sutardi.1989. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar
Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
30 hal.
Trisna, V. 2011. Pengaruh Konsentrasi Koagulan GDL (Glucono d Lactone) dan
Suhu Koagulasi Terhadap Pola Elektroforesis Protein Terkoagulasi Serta
Korelasinya Terhadap Mutu Tekstur Curd Kedelai (Glycine max). Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 68 hal.
Wahyundari E.S. 2002. Pengaruh Beberapa Macam Perlakuan Pengawetan
Terhadap Daya Simpan Tahu. UPNVeteran Jatim, Surabaya. 85 hal.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta. 253 hal.
Winarsi, H. 2010. Protein Kedelai dan Kecambah Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Kanisius, Yogyakarta. 228 hal.
Yulistiani, R. dan A. Nuryati. 2006. Efektifitas asam sitrat sebagai bahan
penggumpal dan pengawet pada produk tahu.. Jurnal Teknologi Pangan, 3
(2). pp. 103-112.
56
Kedelai 200 g
Air 600 ml
ditimbang
Kedelai : air =
1:5 ; T = 70C
Susu kedelai
Whey
digumpalkan
Curd
dipress
direbus selama 5 menit)
Tahu
dianalisis
57
Tidak asam
Sedikit asam
Agak
Asam
Sangat asam
Aroma
Tidak kuat
Sedikit kuat
Agak kuat
Kuat
Sangat kuat
Kesukaan
Tidak suka
Sedikit suka
Agak suka
Suka
Sangat suka
58
Lampiran 3. Ringkasan hasil analisis ragam dan uji DMRT data fisiko kimia
Rendemen Kekerasan Kadar air Protein total Kadar abu
Data
(% bb)
(mm/g/s)
(%bb)
(% bk)
(% bk)
F hit V
7,75 **
3,52 *
1,00
2,55
1,53
F tabel 5%
3,34
3,34
3,34
3,34
3,34
a
a
64,94
V1
182,21
1,13
76,40
1,38
V2
160,12b
0,99b
75,18
68,53
1,38
b
b
V3
167,99
0,96
74,85
70,72
1,40
b
b
V4
161,58
1,01
74,70
63,74
1,02
2,95
F hit G
2,68
0,03
0,93
0,84
F tab 5%
4,60
4,60
4,60
4,60
4,60
G1
170,94
1,03
75,65
68,71
1,30
G2
165,01
1,03
74,91
65,25
1,31
0,28
F hit VxG
0,08
0,54
0,45
1,45
F tab 5%
3,34
3,34
3,34
3,34
3,34
V1G1
183,86
1,17
76,54
65,73
1,31
64,15
V1G2
180,57
1,09
76,26
1,46
69,99
V2G1
162,92
0,98
75,53
1,31
V2G2
157,31
1,00
74,84
67,06
1,46
V3G1
172,02
0,98
74,76
72,11
1,51
69,33
V3G2
163,98
1,00
74,94
1,31
V4G1
164,98
0,99
75,80
67,02
1,04
60,46
V4G2
158,19
1,02
73,60
1,01
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
DMRT 5%; V = varietas kedelai; G = jenis penggumpal VG =
interaksi perlakuan varietas kedelai dengan jenis penggumpal;
** = berpengaruh sangat nyata (taraf 1%); * = berpengaruh nyata
(taraf 5%); tn = tidak berpengaruh nyata.
1. Rendemen
Kombinasi
perlakuan
1
V1G1
174.94
V1G2
170.01
V2G1
155.96
V2G2
157.82
V3G1
150.81
V3G2
159.27
V4G1
152.75
V4G2
157.41
Total
1278.97
Rataan
159.87
SD sampel = 13.453
Blok
2
176.88
173.70
168.57
157.65
187.97
157.55
167.40
157.61
1347.33
168.41
3
199.76
198.01
164.25
156.47
177.27
175.12
174.79
159.55
1405.22
175.65
59
Total
Rataan
551.58
541.72
488.78
471.94
516.05
491.94
494.94
474.57
4031.52
183.860
180.573
162.927
157.313
172.017
163.98
164.980
158.190
167.980
Standar
Deviasi
13.804
15.213
6.408
0.735
19.129
9.686
11.218
1.182
Tabel VxG
G1
V1
551.58
V2
488.78
V3
516.05
V4
494.94
Total
2051.35
Rataan
170.946
SD
14.303
G2
541.72
471.94
491.94
474.57
1980.17
165.014
12.437
Total
1093.30
960.72
1007.99
969.51
4031.52
Rataan
182.217
160.120
167.998
161.585
SD
13.116
5.108
14.257
8.045
1
3
14
23
Tabel : DMRT V
Std. Error :
3.6230
Range
2
P 0.05
3.03
P 0.01
4.21
DMRT 5%
10.98
DMRT 1%
15.25
Perlakuan
Rataan
V1
V3
V4
V2
Kuadrat
tengah
499.2376
294.5225
610.7173
211.1080
18.3977
1102.6173
4162.7500
211.1080
6.1326
78.7584
3
3.18
4.39
11.51
15.91
4
3.27
4.51
11.84
16.33
V1
182.217
0.000
14.218*
20.632**
22.097**
F hitung
6.3389 *
3.7396 *
7.7543
**
2.6805
0.0779
F tabel
0.05
0.01
3.74
6.51
2.76
4.28
3.34
5.56
4.60
8.86
3.34
5.56
SD = 8.875
KK = 5.283 %
V3
167.998
V4
161.585
V2
160.120
0.000
6.413
7.878
0.000
1.465
0.000
60
Blok
2
56.66
68.04
72.72
63.25
76.51
61.15
63.51
58.17
520.01
65.001
3
72.95
65.95
70.29
67.68
72.14
76.36
69.52
66.71
561.60
70.200
G2
192.47
201.19
208.00
181.39
783.05
65.254
5.920
Total
Rataan
197.21
192.47
209.99
201.19
216.32
208.00
201.05
181.39
1607.62
65.737
64.157
69.997
67.063
72.107
69.333
67.017
60.463
66.984
Total
389.68
411.18
424.32
382.44
1607.62
Rataan
64.947
68.530
70.720
63.740
61
Standar
Deviasi
8.303
5.026
2.881
3.545
4.420
7.671
3.128
5.473
SD
6.199
3.306
5.802
5.365
Kuadrat
tengah
63.1745
39.8200
62.0442
71.8296
6.9260
24.2884
F hitung
2.6010
1.6395
2.5545
2.9574
0.2852
F tabel
0.05
0.01
3.74
6.51
2.76
4.28
3.34
5.56
4.60
8.86
3.34
5.56
SD = 4.928
KK = 7.357 %
3. Tingkat kekerasan
Kombinasi
perlakuan
1
V1G1
0.121
V1G2
0.106
V2G1
0.095
V2G2
0.103
V3G1
0.077
V3G2
0.106
V4G1
0.090
V4G2
0.090
Total
0.789
Rataan
0.0986
SD sampel = 0.0107
Tabel : V X G
G1
V1
0.353
V2
0.295
V3
0.297
V4
0.299
Total
1.244
Rataan
0.1037
SD
0.0131
Blok
2
0.112
0.104
0.100
0.096
0.112
0.090
0.096
0.103
0.812
0.1014
3
0.120
0.117
0.100
0.102
0.108
0.105
0.113
0.114
0.880
0.1100
G2
0.328
0.301
0.301
0.307
1.236
0.1030
0.0081
Total
0.681
0.595
0.598
0.606
2.480
Total
Rataan
0.353
0.328
0.295
0.301
0.297
0.301
0.299
0.307
2.480
0.1178
0.1092
0.0982
0.1002
0.0989
0.1004
0.0998
0.1023
0.1033
Rataan
0.1135
0.0992
0.0996
0.1010
Standar
Deviasi
0.0050
0.0071
0.0027
0.0040
0.0193
0.0090
0.0120
0.0117
SD
0.0072
0.0033
0.0135
0.0107
62
V1
0.1135
0.000
0.0124*
0.0139*
0.0143*
Kuadrat
tengah
0.00028226
0.00013755
0.00027781
0.00000252
0.00004231
0.00007882
3
3.18
4.39
0.01
0.02
F hitung
3.5808
1.7451
3.5244 *
0.0320
0.5368
F tabel
0.05
0.01
3.74
6.51
2.76
4.28
3.34
5.56
4.60
8.86
3.34
5.56
SD = 0.009
KK = 8.591 %
4
3.27
4.51
0.01
0.02
V4
0.1010
V3
0.0992
V2
0.0992
0.000
0.0014
0.0018
0.000
0.0004
0.000
sesuai perlakuan
V1
0.1135 a
V2
0.0992 b
V3
0.0996 b
V4
0.1010 b
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%
63
64
5. Kadar Air
Kombinasi
Blok
Total
Rataan
Standar
perlakuan
1
2
3
Deviasi
V1G1
77.99
72.65
78.98
229.62
76.540
3.405
V1G2
75.31
76.85
76.64
228.80
76.267
0.835
V2G1
74.15
76.88
75.56
226.59
75.530
1.365
V2G2
76.25
73.22
75.07
224.54
74.847
1.527
V3G1
73.03
76.47
74.79
224.29
74.763
1.720
V3G2
75.62
71.79
77.43
224.84
74.947
2.880
V4G1
76.57
74.22
76.61
227.40
73.600
1.368
V4G2
72.90
71.96
75.94
| 220.80
1.023
2.080
Total
601.82
594.04
611.02
1806.88
75.287
Rataan
75.228
74.255
76.378
SD sampel = 1.942
Tabel : V X G
G1
G2
Total
Rataan
SD
V1
229.62
228.80
458.42
76.403
2.222
V2
226.59
224.54
451.1
75.188
1.349
V3
224.29
224.84
449.13
74.855
2.124
V4
227.40
220.80
448.20
74.700
1.983
Total
907.90
898.98
1806.88
Rataan
75.658
74.915
SD
1.941
1.954
Perhitungan jumlah kuadrat (JK)
FK
= 1806.88^2 / 24 = 136033.97
JK Total = ( 77.99^2 +...+ 75.94^2 ) - FK = 86.725133
JK Blok = ( 601.82^2 +...+ 611.02^2 ) / 8 - FK = 18.062033
JK Perl = ( 229.62^2 +...+ 220.80^2 ) / 3 - FK = 18.845667
JK V = ( 458.42^2 +...+ 448.20^2 ) / 6 - FK = 10.722767
JK G = ( 907.90^2 + 898.98^2 ) / 12 - FK = 3.315267
JK V X G = 18.845667 - 10.722767 - 3.315267 = 4.807633
JK Error = JK Total - JK Blok - JK Perlakuan = 49.817433
Tabel analisis variansi
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F hitung
F tabel
variansi
bebas
kuadrat
tengah
0.05
0.01
Blok
2
18.0620
9.0310
2.5380
3.74
6.51
Perlakuan
7
18.8457
2.6922
0.7566
2.76
4.28
V
3
10.7228
3.5743
1.0045
3.34
5.56
G
1
3.3153
3.3153
0.9317
4.60
8.86
VXG
3
4.8076
1.6025
0.4504
3.34
5.56
Error
14
49.8174
3.5584
SD = 1.886
Total
23
86.7251
KK = 2.506 %
65
Lampiran 4. Ringkasan hasil analisis ragam dan uji DMRT skor data atribut
sensori
Data
Warna
Kekenyalan Aroma Rasa asam Rasa pahit Kesukaan
F hit V
12,31 **
1,19
1,05
0,87
0,71
0,05
F tabel 5%
3,34
3,34
3,34
3,34
3,34
3,34
c
V1
1,88
3,12
2,74
2,21
1,71
2,83
V2
2,53a
3,18
2,72
1,97
1,81
2,84
a
V3
2,52
3,20
2,60
1,87
1,82
2,86
b
V4
2,24
3,33
2,58
2,11
1,82
2,89
F hit G
1,13
4,47
11,22 ** 6,48 *
5,08 *
15,89 **
F tab 5%
4,60
4,60
4,60
4,60
4,60
4,60
G1
2,25
3,29
2,53b
1,842b
1,71b
3,09a
G2
2,34
3,12
2,79a
2,242a
1,86a
2,62b
F hit VXG
8,98 **
1,14
1,19
0,42
0,17
0,85
F tab 5%
3,34
3,34
3,34
3,34
3,34
3,34
d
V1G1
1,77
3,12
2,51
2,13
1,63
2,98
cd
V1G2
1,99
3,13
2,96
2,28
1,78
2,68
V2G1
2,55a
3,27
2,63
1,82
1,70
3,01
ab
V2G2
2,52
3,10
2,81
2,13
1,91
2,66
a
V3G1
2,79
3,40
2,43
1,58
1,75
3,08
V3G2
2,25bc
3,00
2,78
2,17
1,90
2,63
c
V4G1
1,88
3,40
2,55
1,83
1,78
3,28
ab
V4G2
2,60
3,27
2,61
2,38
1,86
2,50
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
DMRT 5%; V = varietas kedelai; G = jenis penggumpal VG =
kombinasi perlakuan varietas kedelai dengan jenis penggumpal;
** = berpengaruh sangat nyata (taraf 1%); * = berpengaruh nyata
(taraf 5%); tn = tidak berpengaruh nyata.
1. Warna
Kombinasi
perlakuan
V1G1
V1G2
V2G1
V2G2
V3G1
V3G2
V4G1
V4G2
Total
Rataan
SD sampel =
1
1.91
2.09
2.81
2.66
3.34
2.42
1.91
2.77
19.91
2.489
0.454
Blok
2
1.85
2.05
2.70
2.60
3.10
2.35
1.90
2.70
19.25
2.406
3
1.55
1.85
2.15
2.30
1.95
2.00
1.85
2.35
16.00
2.000
66
Total
Rataan
5.31
5.99
7.66
7.56
8.39
6.77
5.66
7.82
55.16
1.770
1.997
2.553
2.520
2.797
2.257
1.887
2.607
2.298
Standar
Deviasi
0.193
0.129
0.354
0.193
0.743
0.225
0.032
0.225
Tabel : V X G
G1
G2
Total
Rataan
SD
V1
5.31
5.99
11.30
1.883
0.192
V2
7.66
7.56
15.22
2.537
0.255
V3
8.39
6.77
15.16
2.527
0.573
V4
5.66
7.82
13.48
2.247
0.420
Total
27.02
28.14
55.16
Rataan
2.252
2.345
SD
0.579
0.301
Perhitungan jumlah kuadrat (JK)
FK
= 55.16^2 / 24 = 126.77607
JK Total = ( 1.91^2 +...+ 2.35^2 ) - FK = 4.7373333
JK Blok = ( 19.91^2 +...+ 16.00^2 ) / 8 - FK = 1.0952583
JK Perl = ( 5.31^2 +...+ 7.82^2 ) / 3 - FK = 2.9967333
JK V = ( 11.30^2 +...+ 13.48^2 ) / 6 - FK = 1.7030000
JK G = ( 27.02^2 +
28.14^2 ) / 12 - FK = 0.0522667
JK V X G = 2.9967333 - 1.7030000 - 0.0522667 = 1.2414667
JK Error = JK Total - JK Blok - JK Perlakuan = 0.6453417
Tabel analisis variansi
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F hitung
F tabel
variansi
bebas
kuadrat
tengah
0.05
0.01
Blok
2
1.0953
0.5476
11.8802 ** 3.74
6.51
Perlakuan
7
2.9967
0.4281
9.2873 **
2.76
4.28
V
3
1.7030
0.5677
12.3149 ** 3.34
5.56
G
1
0.0523
0.0523
1.1339
4.60
8.86
VXG
3
1.2415
0.4138
8.9774 **
3.34
5.56
Error
14
0.6453
0.0461
SD = 0.215
Total
23
4.7373
KK = 9.342 %
Tabel : DMRT V
Std. Error :
0.0877
Range
2
3
4
P 0.05
3.03
3.18
3.27
P 0.01
4.21
4.39
4.51
DMRT 5%
0.27
0.28
0.29
DMRT 1%
0.37
0.38
0.40
Perlakuan
V2
V3
V4
V1
Rataan
2.537
2.527
2.247
1.883
V2
0.000
V3
0.010
0.000
V4
0.290*
0.280*
0.000
V1
0.653**
0.643**
0.363*
0.000
67
4
5
6
3.27
3.33
3.37
4.51
4.59
4.65
0.41
0.41
0.42
0.56
0.57
0.58
V2G1
V2G2
V3G2
2.553
2.520
2.257
7
3.40
4.70
0.42
0.58
V1G2
1.997
8
3.43
4.47
0.42
0.59
V4G1
1.887
V1G1
1.770
0.000
0.033
0.000
0.297
0.263
0.000
0.557* 0.523* 0.260
0.667** 0.633** 0.370
0.783** 0.750** 0.487*
0.000
0.110
0.227
0.000
0.117
0.000
2.797 a
2.607 ab
2.553 ab
2.520 ab
2.257 bc
1.997 cd
1.887 cd
1.770 d
sesuai perlakuan
V1G1
1.770 d
V1G2
1.997 cd
V2G1
2.553 ab
V2G2
2.520 ab
V3G1
2.797 a
V3G2
2.257 bc
V4G1
1.887 cd
V4G2
2.607 ab
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%
68
2. Kekenyalan
Kombinasi
Blok
Total
Rataan
Standar
perlakuan
1
2
3
Deviasi
V1G1
3.45
3.15
2.75
9.35
3.117
0.351
V1G2
3.20
3.25
2.95
9.40
3.133
0.161
V2G1
3.60
3.35
2.85
9.80
3.267
0.382
V2G2
2.95
3.20
3.15
9.30
3.100
0.132
V3G1
3.60
3.15
3.45
10.20
3.400
0.229
V3G2
3.05
3.10
2.85
9.00
3.000
0.132
V4G1
3.35
3.60
3.25
10.20
3.400
0.180
V4G2
3.30
3.45
3.05
9.80
3.267
0.202
Total
26.50
26.25
24.30
77.05
3.210
Rataan
3.313
3.281
3.038
SD sampel = 0.243
Tabel : V X G
G1
G2
Total
Rataan
SD
V1
9.35
9.40
18.75
3.125
0.244
V2
9.80
9.30
19.10
3.183
0.271
V3
10.20
9.00
19.20
3.200
0.276
V4
10.20
9.80
20.00
3.333
0.186
Total
39.55
37.50
77.05
Rataan
3.296
3.125
SD
0.282
0.169
Perhitungan jumlah kuadrat (JK)
FK
= 77.05^2 / 24 = 247.36260
JK Total = ( 3.45^2 +...+ 3.05^2 ) - FK = 1.3598958
JK Blok = ( 26.50^2 +...+ 24.30^2 ) / 8 - FK = 0.3627083
JK Perl = ( 9.35^2 +...+ 9.80^2 ) / 3 - FK = 0.4482292
JK V = ( 18.75^2 +...+ 20.00^2 ) / 6 - FK = 0.1394792
JK G = ( 39.55^2 +
37.50^2 ) / 12 - FK = 0.1751042
JK V X G = 0.4482292 - 0.1394792 - 0.1751042 = 0.1336458
JK Error = JK Total - JK Blok - JK Perlakuan = 0.5489583
69
3. Aroma Kedelai
Kombinasi
perlakuan
1
V1G1
2.25
V1G2
3.15
V2G1
| 2.35
V2G2
2.85
V3G1
2.25
V3G2
3.00
V4G1
2.50
V4G2
2.60
Total
20.95
Rataan
2.619
SD sampel =
Blok
2
2.45
2.85
2.90
2.85
2.60
2.70
2.60
2.70
21.65
2.706
3
2.85
2.90
2.65
2.75
2.45
2.65
2.55
2.55
21.35
2.669
Total
Rataan
7.55
8.90
7.90
8.45
7.30
8.35
7.65
7.85
63.95
2.517
2.967
2.633
2.817
2.433
2.783
2.550
2.617
2.665
Standar
Deviasi
0.306
0.161
0.275
0.058
0.176
0.189
0.050
0.076
0.229
Tabel : V X G
G1
G2
Total
Rataan
SD
V1
7.55
8.90
16.45
2.742
0.329
V2
7.90
8.45
16.35
2.725
0.204
V3
7.30
8.35
15.65
2.608
0.252
V4
7.65
7.85
15.50
2.583
0.068
Total
30.40
33.55
63.95
Rataan
2.533
2.796
SD
0.206
0.172
Perhitungan jumlah kuadrat (JK)
FK
= 63.95^2 / 24 = 170.40010
JK Total = ( 2.25^2 +...+ 2.55^2 ) - FK = 1.2073958
JK Blok = ( 20.95^2 +...+ 21.35^2 ) / 8 - FK = 0.0308333
JK Perl = ( 7.55^2 +...+
7.85^2 ) / 3 - FK = 0.6607292
JK V = ( 16.45^2 +...+ 15.50^2 ) / 6 - FK = 0.1161458
JK G = ( 30.40^2 +
33.55^2 ) / 12 - FK = 0.4134375
JK V X G = 0.6607292 - 0.1161458 - 0.4134375 = 0.1311458
JK Error = JK Total - JK Blok - JK Perlakuan = 0.5158333
Tabel analisis variansi
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
F hitung
F tabel
variansi
bebas
kuadrat
tengah
0.05
0.01
Blok
2
0.0308
0.0154
0.4184
3.74
6.51
Perlakuan
7
0.6607
0.0944
2.5618
2.76
4.28
V
3
0.1161
0.0387
1.0508
3.34
5.56
G
1
0.4134
0.4134
11.2209 ** 4.60
8.86
VXG
3
0.1311
0.0437
1.1865
3.34
5.56
Error
14
0.5158
0.0368
SD = 0.192
Total
23
1.2074
KK = 7.204 %
70
Tabel : DMRT G
Std. Error :
0.0554
Range
2
P 0.05
3.03
P 0.01
4.21
DMRT 5%
0.17
DMRT 1%
0.23
Perlakuan
G2
Rataan
2.796
G2
0.000
G1
0.263**
G1
2.533
0.000
sesuai perlakuan
G1
2.533 b
G2
2.796 a
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%
4.
Rasa Asam
Kombinasi
perlakuan
1
V1G1
2.00
V1G2
2.25
V2G1
1.35
V2G2
2.65
V3G1
1.45
V3G2
2.10
V4G1
1.75
V4G2
3.00
Total
16.55
Rataan
2.069
SD sampel = 0.403
Tabel : V X G
G1
V1
6.40
V2
5.45
V3
4.75
V4
5.50
Total
22.10
Rataan
1.842
SD
0.380
Blok
2
1.80
2.20
1.60
2.05
1.70
2.15
1.95
2.10
15.55
1.944
3
2.60
2.40
2.50
1.70
1.60
2.25
1.80
2.05
16.90
2.113
G2
6.85
6.40
6.50
7.15
26.90
2.242
0.328
Total
13.25
11.85
11.25
12.65
49.00
71
Total
Rataan
6.40
6.85
5.45
6.40
4.75
6.50
5.50
7.15
49.00
2.133
2.283
1.817
2.133
1.583
2.167
1.833
2.383
2.042
Rataan
2.208
1.975
1.875
2.108
Standar
Deviasi
0.416
0.104
0.605
0.480
0.126
0.076
0.104
0.535
SD
0.284
0.518
0.333
0.458
G1
1.842
0.000
72
5. Rasa Pahit
Kombinasi
perlakuan
V1G1
V1G2
V2G1
V2G2
V3G1
V3G2
V4G1
V4G2
Total
Rataan
1
1.65
1.55
1.45
1.80
1.65
1.70
1.35
1.65
12.80
1.600
Blok
2
1.60
2.05
1.70
2.15
1.85
2.20
2.15
2.15
15.85
1.981
3
1.65
1.75
1.95
1.80
1.75
1.80
1.85
1.80
14.35
1.794
Total
Rataan
4.90
5.35
5.10
5.75
5.25
5.70
5.35
5.60
43.00
1.633
1.783
1.700
1.917
1.750
1.900
1.783
1867
1.792
Tabel : V X G
G1
G2
Total
Rataan
V1
4.90
5.35
10.25
1.708
V2
5.10
5.75
10.85
1.808
V3
5.25
5.70
10.95
1.825
V4
5.35
5.60
10.95
1.825
Total
20.60
22.40
43.00
Rataan
1.717
1.867
SD
0.216
0.216
Perhitungan jumlah kuadrat (JK)
FK
= 43.00^2 / 24 = 77.041667
JK Total = ( 1.65^2 +...+ 1.80^2 ) - FK = 1.1583333
JK Blok = ( 12.80^2 +...+ 14.35^2 ) / 8 - FK = 0.5814583
JK Perl = ( 4.90^2 +...+ 5.60^2 ) / 3 - FK = 0.2050000
JK V = ( 10.25^2 +...+ 10.95^2 ) / 6 - FK = 0.0566667
JK G = ( 20.60^2 +
22.40^2 ) / 12 - FK = 0.1350000
JK V X G = 0.2050000 - 0.0566667 - 0.1350000 = 0.0133333
JK Error = JK Total - JK Blok - JK Perlakuan = 0.3718750
Tabel analisis variansi
Sumber
Derajat
Jumlah
variansi
bebas
kuadrat
Blok
2
0.5815
Perlakuan
7
0.2050
V
3
0.0567
G
1
0.1350
VXG
3
0.0133
Error
14
0.3719
Total
23
1.1583
Kuadrat
tengah
0.2907
0.0293
0.0189
0.1350
0.0044
0.0266
73
F hitung
Standar
Deviasi
0.029
0.252
0.250
0.202
0.100
0.265
0.404
0.257
SD
0.180
0.235
0.197
0.306
F tabel
0.05
0.01
10.9451 ** 3.74
6.51
1.1025
2.76
4.28
0.7111
3.34
5.56
5.0824 *
4.60
8.86
0.1673
3.34
5.56
SD = 0.163
KK = 9.097 %
Tabel : DMRT G
Std. Error :
0.0470
Range
2
P 0.05
3.03
P 0.01
4.21
DMRT 5%
0.14
DMRT 1%
0.20
Perlakuan
G2
Rataan
1.867
G2
0.000
G1
0.150*
G1
1.717
0.000
sesuai perlakuan
G1
1.717 b
G2
1.867 a
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%
6. Kesukaan
Kombinasi
perlakuan
V1G1
V1G2
V2G1
V2G2
V3G1
V3G2
V4G1
V4G2
Total
Rataan
SD sampel =
1
3.10
2.50
3.35
2.45
3.05
2.60
3.45
2.15
22.65
2.831
0.346
Tabel : V X G
G1
V1
8.95
V2
9.05
V3
9.25
V4
9.85
Total
37.10
Rataan
3.092
SD
0.271
Blok
2
3.00
2.65
3.25
2.45
3.05
2.60
3.00
2.65
22.65
2.831
3
2.85
2.90
2.45
3.10
3.15
2.70
3.40
2.70
23.25
2.906
G2
8.05
8.00
7.90
7.50
31.45
2.621
0.237
Total
17.00
17.05
17.15
17.35
68.553
74
Total
Rataan
8.95
8.05
9.05
8.00
9.25
7.90
9.85
7.50
68.55
2.983
2.683
3.017
2.667
3.083
2.633
3.283
2.500
2.856
Rataan
2.833
2..842
2.858
2.892
Standar
Deviasi
0.126
0.202
0.493
0.375
0.058
0.058
0.247
0.304
SD
0.223
0.436
0.252
0.495
Derajat
bebas
2
7
3
1
3
14
23
Jumlah
kuadrat
0.0300
1.5549
0.0120
1.3301
0.2128
1.1717
2.7566
Tabel : DMRT G
Std. Error :
0.0835
Range
2
P 0.05
3.03
P 0.01
4.21
DMRT 5%
0.25
DMRT 1%
0.35
Perlakuan
G2
Rataan
2.242
G2
0.000
G1
0.471*
Kuadrat
tengah
0.0150
0.2221
0.0040
1.3301
0.0709
0.0837
F hitung
F tabel
0.05
0.01
0.1792
3.74
6.51
2.6542
2.76
4.28
0.0477
3.34
5.56
15.8931 ** 4.60
8.86
0.8476
3.34
5.56
SD = 0.289
KK = 10.128 %
G1
1.842
0.000
sesuai perlakuan
G1
3.092 a
G2
2.621 b
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%
75
Analisis tahu
76
RIWAYAT HIDUP