2009
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
2009
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
9001:2000 dan ISO 22000:2005 yang dapat diintegrasikan adalah saasaran dan
kebijakan, wakil manajemen, pengendalian dokumen dan catatan, audit, dan
tinjauan manajemen.
Kajian tahap pertama sistem manajemen terpadu di PT Gula Rafinasi A
dengan menggunakan tabel ketidaksesuaian menunjukkan PT Gula Rafinasi A
masih belum memenuhi persyaratan ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005 secara
penuh. Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 4 ketidaksesuaian sistem
manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2000. Selain itu, hasil identifikasi
menunjukkan 5 ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan berdasarkan
ISO 22000:2005.
Ketidaksesuaian yang ada berusaha diselesaikan dengan penyusunan solusi
alternatif bersama antara tim konsultan Premysis dengan tim mutu dan keamanan
pangan PT Gula Rafinasi A. Solusi alternatif yang telah disusun dicoba
diimplementasikan dan diamati tiga bulan berikutnya. Setelah tiga bulan,
dilakukan verfikasi sistem manajemen terpadu PT Gula Rafinasi A. Solusi
alternatif yang disusun mampu menyelesaikan 4 ketidaksesuaian sistem
manajemen mutu dan 3 ketidaksesuaian manajemen keamanan pangan. Selain itu,
hasil verifikasi menunjukkan terdapat 2 ketidaksesuaian manajemen keamanan
pangan yang baru teridentifikasi di pabrik PT Gula Rafinasi A. Selanjutnya, solusi
alternatif tahap kedua disusun untuk menyelesaikan 2 ketidaksesuaian lama dan 2
ketidaksesuaian baru untuk sistem manajemen keamanan pangan. Secara
keseluruhan, PT Gula Rafinasi A telah menerapkan sistem manajemen terpadu
berbasis ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu keamanan pangan kerap menjadi sesuatu yang disepelekan
perusahaan pangan tetapi akan berdampak besar ke bisnis perusahaan tersebut
jika sampai terjadi. Jaminan keamanan pangan merupakan persyaratan dasar
untuk seluruh aktivitas yang meliputi rantai pangan, seperti produksi,
distribusi, sampai konsumsi. Hal ini menjadi perhatian karena setiap orang
memiliki hak yang sama untuk mengkonsumsi pangan yang aman bagi
kesehatannya. Selain itu, setiap orang adalah pelanggan yang sangat mencari
dan menghargai mutu dari sebuah produk.
Perusahaan yang baik akan berusaha menjaga dan meningkatkan mutu
produk sesuai yang diharapkan konsumennya. Kepuasan pelanggan adalah
ukuran yang penting bagi perusahaan dalam menjaga bisnisnya dan
melakukan siklus perbaikan berkelanjutan. Perbaikan secara berkelanjutan,
peningkatan kinerja dan mutu, dan pelaksanaan bisnis dengan jaminan
keamanan pangan merupakan kebutuhan bagi setiap perusahaan pangan saat
ini.
The International Organization for Standardization (ISO) menjawab
kebutuhan perusahaan tersebut dengan mengeluarkan produk berupa sistem
manajemen mutu (ISO 9001:2000) dan sistem manajemen keamanan pangan
(ISO 22000:2005). ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005 adalah perangkat
sistem manajemen yang memberikan jaminan proses terkendali, dinamis, dan
terstandarisasi internasional yang efektif dalam meningkatkan kinerja dan
keuntungan perusahaan.
ISO mengadopsi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) ke
dalam ISO 22000:2005. Hal ini dikarenakan HACCP telah diakui sebagai
perangkat yang efektif untuk mengendalikan keamanan pangan. Pengetahuan
tentang HACCP, khususnya terkait 12 langkah penerapan meliputi 7 prinsip
telah diperkenalkan secara luas pada praktisi industri pangan di berbagai
belahan dunia. Penerapan HACCP bisa diterapkan di dalam rantai produksi
pangan, mulai dari produsen utama bahan baku pangan (pertanian),
B. Tujuan
Tujuan dilakukan kegiatan magang di PT Premysis Consulting, Jakarta
adalah (1) mempelajari HACCP, standar sistem manajemen ISO 9001:2000
dan ISO 22000:2005, (2) melakukan identifikasi dan analisis ketidaksesuaian
sistem manajemen terpadu milik perusahaan gula rafinasi dengan standar
mutu dan keamanan pangan internasional ISO 9001:2000 dan ISO
22000:2005, (3) melakukan pemeriksaan ketidaksesuaian implementasi sistem
manajemen terpadu yang ada di perusahaan gula rafinasi dengan acuan
standar mutu (ISO 9001:2000) dan keamanan pangan (ISO 22000:2005), (4)
menyusun solusi alternatif bagi ketidaksesuaian implementasi sistem
manajemen terpadu milik perusahaan gula rafinasi, (5) melakukan verifikasi
keberhasilan solusi alternatif yang diberikan, dan (6) memberikan solusi
alternatif tahap kedua atas ketidaksesuaian yang ditunjukkan hasil verifikasi.
C. Manfaat
Manfaat hasil laporan magang ini adalah sebagai salah satu sumber
informasi dan pembelajaran praktis bagi akademisi maupun praktisi industri
pangan dalam mengenal sistem manajemen mutu dan keamanan pangan
berstandar internasional, ISO 9001:2000 dan ISO 22000:2005.
biologi
artinya
pangan
terjamin
keamanannya
dari
toksin yang dihasilkan bakteri atau kapang, toksin lingkungan, atau toksin
dari penggunaan pestisida (Dewanti-Hariyadi, 2008).
2. Bahaya kimia
Kontaminan kimia yang terpapar dalam pangan cukup banyak
jenisnya. Pembagian jenis menurut Andrews et. al. (2001) mengacu
kepada perkembangan ditemukannya
11,122
12,000
Kasus
10,000
8,000
Konfirmasi
5,336
6,000
2,841
4,000
Dugaan
1,440
2,000
221 39
129
Kimia
Parasit
18
0
Bakteri
Virus
Penyebab
337
350
300
Kasus
250
223
165
200
Konfirmasi
150
100
75
Dugaan
53
11
50
9 3
0
Bakteri
Kimia
Parasit
Virus
Penyebab
Kasus
20000
16,904
Jumlah Kejadian
Luar Biasa
(KLB)
15000
10000
Jumlah Kasus
4,592
5000
623
4,163
349
275
0
Total
Total Dugaan
Sumber Penyakit
Konfirmasi
Sumber Penyakit
yang tidak
Sumber Penyakit
diketahui
200
164
184
159
KLB
150
100
50
26
43
34
2002
2003
0
2001
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 4. Jumlah Kejadian Luar Biasa di Indonesia dari tahun 2001 sampai
dengan tahun 2006 (dimodifikasi dari BPOM tahun 2008)
8949
10000
7366
8000
Korban sakit
8747
6000
3635
4000
1843
1183
2000
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
Gambar 5. Jumlah korban sakit akibat pangan di Indonesia dari tahun 2001
Korban meninggal
60
51
49
50
38
40
30
16
20
10
12
2002
2003
10
0
2001
2004
2005
2006
Tahun
penyimpanan,
transportasi,
distribusi,
penanganan,
pengendalian
keamanan
berfungsi
sekaligus
dalam
HACCP
tidak
terlepas
dari
keduabelas
langkah
penerapannya yang terdiri dari lima langkah awal dan tujuh prinsip
penerapannya. Lima langkah awal penerapan HACCP yaitu: 1)
pembentukan tim HACCP, 2) deskripsi produk, 3) identifikasi rencana
penggunaan, 4) penyusunan diagram alir, dan 5) verifikasi diagram alir di
lapangan. Tujuh prinsip penerapan HACCP yaitu: 1) analisa bahaya, 2)
penentuan titik kendali kritis (TTK/CCPs), 3) penetapan batas kritis, 4)
penetapan sistem untuk memantau pengendalian titik kendali kritis
(monitoring), 5) penetapan tindakan perbaikan (corrective action), 6)
penetapan prosedur verifikasi, dan 7) penetapan dokumentasi mengenai
semua prosedur dan catatan. Semua prinsip HACCP ini terdapat hampir di
seluruh standar keamanan pangan di negara-negara dunia, seperti
International
Food
Standards,
ISO
22000:2005,
Recommended
pembekuan,
penggaraman,
pengasapan,
dll.),
HACCP,
sebagai
penyusun
diagram
alir
harus
mengadakan
analisis
bahaya,
apabila
mungkin
khusus.
Kriteria
yang
sering
digunakan
mencakup
Q1
Apakah ada
tindakan
pengendalian?
Tidak
Apakah pengendalian
pada tahap ini perlu
untuk pengamanan?
Ya
Modifikasi
Tahapan Proses
Ya
Q2
Tidak
Bukan CCP
Tidak
Q3
Dapatkah kontaminasi
dengan bahaya teridentifikasi
terjadi melebihi tingkatan
yang dapat diterima?
Tidak
CCP
Ya
Q4
Apakah tahapan berikutnya
menghilangkan bahaya yang
teridentifikasi atau mengurangi
tingkatan kemungkinan terjadinya
hingga ke tingkatan yang dapat
diterima?
Tidak
Ya
merupakan
pengukuran
atau
pengamatan
dan
prosedur
disposisi
produk
harus
yang
berkaitan
dengan
keamanan
pangan
harus
Analisa Bahaya
Penentuan TKK
Contoh pencatatan :
-
kesehatan
masyarakat,
teknologi
pangan,
kesehatan
sepanjang
rantai
pangan.
Manfaat
ketiga,
sistem
prayarat
(Prerequisite
programmes).
Manfaat
keseluruhan
memaksimalkan
aktivitas
keuntungan
manajemen
untuk
organisasi.
organisasi
dan
Kondisi
pihak
ini
yang
1) Komunikasi eksternal
Komunikasi dengan para pelanggan dan pemasok tentang
bahaya yang teridentifikasi dan tindakan pengendalian akan
membantu dalam menjelaskan persyaratan-persyaratan pelanggan
dan pemasok. Sebagai contoh, kelayakan dan kebutuhan untuk
persyaratan-persyaratan tersebut dan dampak peran mereka terhadap
produk akhir.
Pengenalan peran organisasi dan posisi dalam rantai makanan
merupakan sebuah hal yang penting. Hal ini untuk memastikan
komunikasi interaktif yang efektif sepanjang rantai makanan dalam
rangka mengirimkan produk yang aman kepada konsumen akhir.
Demi mendapatkan informasi yang cukup tentang isu mengenai
keamanan pangan tersedia di seluruh rantai makanan, organisasi
harus menetapkan, menerapkan dan memelihara bentuk komunikasi
yang efektif dengan:
a) para pemasok dan kontraktor,
b) para pelanggan atau konsumen, khususnya yang berkaitan
dengan informasi produk (termasuk instruksi mengenai sasaran
penggunaan, persyaratan penyimpanan yang spesifik dan,
bilamana sesuai, umur simpan), permintaan keterangan, kontrak
atau penanganan order termasuk perubahan-perubahannya dan
umpan balik pelanggan yang juga mencakup keluhan pelanggan,
c) pihak yang berwenang dalam perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku, serta
d) organisasi lainnya yang berdampak pada, atau yang akan
terpengaruh oleh keefektifan atau perbaharuan dari sistem
manajemen keamanan pangan.
Komunikasi tersebut harus menyediakan informasi mengenai
aspek keamanan pangan dari produk organisasi tersebut yang
mungkin relevan terhadap organisasi lainnya dalam rantai makanan.
Penerapan ini terutama untuk bahaya keamanan pangan yang
diketahui bahwa perlu dikendalikan oleh organisasi lainnya dalam
yang
mengenai
isu
keamanan
yang
berhubungan
dengan
diperlukan
oleh
ISO
22000:2005.
Keempat,
organisasi
harus
pangan
guna
memastikan
bahwa
sistem
tersebut
memiliki aw rendah. Selain menentukan tekstur, sifat pengikat air ini juga
menjadikan gula sebagai salah satu pengawet alami. Melalui pengikatan air
bebas oleh gula hingga kadar aw tertentu, sebagian mikroba tidak mampu
untuk tumbuh maupun hidup di dalam pangan. Gula juga bisa berfungsi
sebagai agen pembentuk warna coklat melalui proses karamelisasinya.
Gula memiliki berbagai jenis bentuk dan karakter fisik yang bergantung
pada pengolahannya. Melalui ekstraksi cairan tumbuhan, biasanya dihasilkan
gula kristal mentah dan molase. Gula kristal mentah ini yang nantinya dapat
diolah menjadi berbagai jenis produk turunan lainnya. Secara umum, diagram
pengolahan berbagai jenis gula dapat dilihat pada Gambar 9.
Tumbuhan
Ekstraksi
Kristalisasi lambat
Cairan gula
Gula Batu
Kristalisasi
Molase
Gula kristal
mentah
Pencampuran
Pemurnian
sederhana
Gula
coklat
Gula
granulasi
Rafinasi
Gula
rafinasi/
caster
Penghancuran
mekanis
Gula
bubuk
Penghancuran
mekanis +
sirup jagung
Gula icing
(icing
sugar)
1. Gula rafinasi
Gula rafinasi adalah gula sukrosa yang diproduksi melalui tahapan
proses pengolahan gula kristal mentah yang meliputi: afinasi pelarutan
kembali (remelting) - klarifikasi dekolorisasi kristalisasi fugalisasi
pengeringan pengemasan (BSN, 2006). Setelah melalui tahapan ini gula
akan mengalami perubahan ukuran, warna, derajat polarisasi, dan kadar
gula pereduksi. Tahapan proses pembuatan gula rafinasi secara umum
dapat dilihat pada Gambar 10.
Proses pembuatan gula rafinasi dimulai dari penanganan gula kristal
mentah. Gula kristal mentah masih dilapisi dengan molase yang
mengandung ketidakmurnian (impurities) dan bahan berwarna. Rerata
kemurnian dari film tersebut sekitar 70% (Baikow, 1982). Film ini dapat
dihilangkan melalui proses afinasi. Afinasi adalah proses pencucian gula
kristal mentah yang telah dicampur dengan air atau sirup gula dalam
mixer. Selanjutnya, gula dicuci menggunakan mesin sentrifugal untuk
menghilangkan lapisan tetes yang ada di permukaan kristal.
Gula afinasi atau gula yang telah dicuci harus memasuki tahapan
pelarutan kembali (re-melting) sebelum memasuki tahapan selanjutnya.
Pelarutan kembali biasanya menggunakan air gula (sweet water),
kondensat, atau air netral yang bebas dari garam anorganik terlarut dan
bakteri. Pelarutan gula yang paling menguntungkan dan ekonomis sebaik
nya 66 Brix karena dapat menghilangkan proses evaporasi lebih lanjut
(Baikow, 1982).
Sirup gula dari proses re-melting masih memiliki warna yang keruh dan
memerlukan proses penjernihan atau klarifikasi. Proses klarifikasi bisa
dilakukan dengan fosfatasi, karbonatasi atau proses lainnya. Umumnya,
industri rafinasi gula menggunakan fosfatasi dan karbonatasi karena kedua
proses tersebut baik dalam menghilangkan warna dengan harga rendah dan
peralatan sederhana.
Afinasi
Gula afinasi
Re-melting
Sirup gula I
Klarifikasi
Sirup gula II
Filtrasi
Dekolorisasi
Sirup gula IV
Penguapan,
pH =9
Sirup gula V
Pendinginan
Massecuites
Fugalisasi
Larutan Induk
Kristal sukrosa
Pengeringan
Gula Rafinasi
Pengemasan
gula ini dicampur dengan sedikit pati atau bahan anti kempal seperti pati
jagung atau tri-kalsium fosfat sebanyak 3% dari berat gula untuk
mencegah penggumpalan. Gula bubuk juga dikenal sebagai gula
confectionary. Gula ini biasa digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kue-kue manis dan juga bisa menjadi bahan pelapis kue. Gula
bubuk/gula icing dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 20. Gula icing gula granulasi gula caster (Arfi, 2008)
Kriteria uji
Satuan
Polarisasi
Persyaratan
I
II
min. 99.80 min. 99.70
Gula Pereduksi
maks. 0.04
maks. 0.04
Susut pengeringan
% ,b/b
maks. 0.05
maks. 0.05
Warna larutan
maks. 45
maks. 80
Abu
%, b/b
maks. 0.03
maks. 0.05
Sedimen
mg/kg
maks. 7.0
maks. 10.0
mg/kg
maks. 2.0
maks. 5.0
Timbal (Pb)
mg/kg
maks. 2.0
maks. 2.0
Tembaga (Cu)
mg/kg
maks. 2.0
maks. 2.0
10
Arsen (As)
mg/kg
maks. 1.0
maks. 1.0
11
koloni/10 g
maks. 200
maks. 250
12
Kapang
koloni/10 g
maks. 10
maks. 10
13
Khamir
koloni/10 g
maks. 10
maks. 10
IU
Salah satu kasus kejadian luar biasa (KLB) terkait gula adalah kasus
KLB kontaminasi batang tebu di Brazil. Menurut Massarani (2005), insiden
ini terjadi karena cairan tebu terkontaminasi oleh parasit Trypanosoma cruzi
sehingga menimbulkan penyakit Chagas. Penyakit Chagas adalah penyakit
yang berpotensi menimbulkan dampak fatal bagi kesehatan manusia yang
disebabkan parasit. Umumnya penyakit ini ditularkan ke manusia melalui
gigitan serangga. Dampak yang ditimbulkan penyakit ini ke pasien adalah
demam, migrain, dan nyeri otot. Namun, penyakit ini bisa berkembang lebih
mempelajari
22000:2005,
dilakukan
Keterkaitan
bisa
HACCP,
analisis
berupa
ISO
9001:2000,
keterkaitan
kesamaan,
antara
perbedaan,
dan
ISO
ketiganya.
dan
cara
terkait
HACCP,
ISO
9001:2000,
dan
ISO
STANDAR ISO
KLAU SUL
KRITERIA
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT
GULA RAFINASI A
KETIDAKSESUAI
AN
RUJUKAN
tujuan
melakukan
verifikasi/pemeriksaan
kesesuaian
(HACCP)
serta
pedoman
penerapannya
(SNI
01-4852-1998),
Melalui
persyaratan
yang
bisa
diaudit,
standar
ini
garis-garis
besar
konsep
HACCP
dari
CAC
dan
Suatu sistem yang memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis
mengidentifikasi
potensi-potensi
bahaya
tertentu
serta
cara-cara
Sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh rantai makanan dari
produksi primer hingga konsumsi akhir, dimana penerapannya dipandu
oleh bukti-bukti ilmiah tentang resiko terhadap kesehatan manusia.
Melalui poin-poin penting berupa kata-kata yang dicetak dengan huruf
tebal di atas, terdapat keterkaitan dengan apa yang dijelaskan oleh ISO
dalam standar ISO 22000:2005. ISO mengungkapkan bahwa ISO
22000:2005 mengintegrasikan prinsip dari Sistem Analisa Bahaya dan
Pengendalian Titik Kendali Kritis (HACCP) dan penerapan langkahlangkah yang dikembangkan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC).
Keseluruhan penerapan HACCP diadopsi ISO yang dituangkan dalam ISO
22000:2005 pada klausul 7 (perencanaan dan realisasi produk yang aman
dikonsumsi) dan klausul 4 (persyaratan dokumentasi).
Selain penjabaran berbagai arti HACCP,
Commission (2003) juga menyebutkan bahwa:
Codex
Alimentarius
bahwa
saat
menetapkan
PRP,
organisasi
harus
akhir
yang
tidak
diinginkan
tapi
bisa
terjadi
harus
untuk
mengendalikan
bahaya-bahaya
teridentifikasi/Analisa bahaya
Keterkaitan pada ISO 22000:2005:
- klausul 7.4: Analisa bahaya
- klausul 7.4.2 : Identifikasi bahaya
- klausul 7.4.3 : Kajian bahaya
- klausul 7.4.4 : Pemilihan dan kajian dari tindakan pengendalian
7) Langkah ketujuh (Prinsip kedua HACCP)
Penentuan titik kendali kritis (TTK/CCP)
Keterkaitan pada ISO 22000:2005:
- klausul 7.6.2: Identifikasi titik kendali kritis (TTK/CCP)
yang
Pembelian (Purchasing)
7 prinsip HACCP
Operational PRP
Komitmen manajemen
Tinjauan manajemen
Lingkungan kerja
Pengendalian ketidaksesuaian
Kalibrasi
Audit internal
Tindakan koreksi
Peningkatan/Perbaikan
dokumen
dan
catatan,
penting
untuk
melakukan
ketua
Manajemen/Ketua
Tim
Keamanan
Pangan
(Management
melaporkan
pada
manajemen
puncak
tentang
kinerja
sistem
hendaknya
menetapkan
proses
penyusunan
dan
safety),
teknologi
informasi
(information
technology),
Director
Top Manager
Branch Manager
Consultant
Division
Strategy
Quality
Environment
Employee
Safety
Finance
Division
Human
Resources
Food Safety
Human
Resources
Marketing
Division
Laboratory
Automotive
Export
Information
Technology
General
Affair
Training
Division
Information
Technology
ii. Training
Selanjutnya,
tahapan
pelatihan
(training)
dilakukan
untuk
sistem
manajemen
internasional
diberikan
agar
penyusunan
sistem
manajemen
sesuai
standar
dibuat
panduan
perusahaan
(company
manual).
System Initial
Assessment
Auditees Tip
Independent Audit
& Tricks
Gap analysis
System Implementation
Training
Understanding
International Standard
System
Documentation
Pre-assesment
Corrective Action
Final Assessment
System Certification
Corrective Action
Action Plan
Action Plan
Communication Plan &
Strategy
System Documentation
Company Manual
Policy & Objective
Procedure & Work
Instruction Form
Mutu
Keamanan lingkungan
Keamanan pekerja
Perdagangan ekspor
Keamanan pangan
Teknologi informasi
Laboratorium
Otomotif
Peningkatan mutu SDM
Nama Produk
- Malcolm Baldridge
- Lean Six Sigma
- Balanced Scorecard
- Cost Saving
ISO 9001
ISO 14001
OHSAS 18001
ISO 29001
ISO 22000
BRC
IFS
AIB
ISO 27001
ISO 17025
ISO/TS 16949
- Leadership
- Human Resources
- Service Excellence
semakin besar
and
Purchasing
Manager).
Direktur
Pengembangan
Rafinasi
dengan
diketuai
oleh
seorang
Manager
Director
Operational Director
MR/FSTL
Factory Manager
Marketing Manager
QA & TS
Manager
Accounting Manager
HRD&GA Manager
IT Manager
Marketing Spv.
Marketing Staff
.
QA & TS Staff
Accounting Spv.
Accounting Staff
Inventory Control
Staff
Financial Analyst
Corporate Finance
Purchasing Staff
Purchasing Spv.
Purchasing Admin.
IT Spv.
HRD Staff
GA Staff
IT Staff
Driver
Courier
Office Boy
c. Produk Perusahaan
Secara umum produk yang dihasilkan oleh PT Gula Rafinasi A
berupa gula rafinasi yang digunakan untuk industri pangan dan
minuman. Proses produksinya melalui beberapa tahapan proses, yaitu
affination,
melting,
carbonatation,
filtration,
decolorization,
Analisis dilakukan
Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
4
Sistem
Manajemen
Mutu (SMM)
4.1
Persyaratan
umum
4.2
4.2.1
Persyaratan
Dokumentasi
Persyaratan
umum
4.2.2
Pedoman
mutu
4.2. 3
Pengendalian
dokumen
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
SMM harus:
- ditetapkan
- didokumentasikan
- dipelihara
- ditingkatkan keefektifannya
SMM sudah:
- ditetapkan
- didokumentasikan
- dipelihara
- diperbaharui untuk meningkatkan keefektifannya
Tidak ada
Company Manual
Tidak ada
Company Manual
Tidak ada
Company Manual
Tidak ada
Prosedur pengendalian
dokumen
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
4.2.4
Pengendalian
catatan
5.1
Tanggung
Jawab
Manajemen
Komitmen
Manajemen
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
Prosedur pengendalian
dokumen
Tidak ada
Company Manual :
Tanggung jawab
Manajemen
Tidak ada
Company Manual:
Fokus Customer
Tidak ada
Company Manual :
Kebijakan mutu dan
keamanan pangan PT
Gula Rafinasi A
5.2
Fokus
terhadap
pelanggan
5.3
Kebijakan
mutu
Manajemen
harus
memastikan
kebijakan mutu:
- sesuai sasaran organisasi
- mencakup komitmen
- menyediakan kerangka kerja
- dikomunikasikan
- ditinjau
RUJUKAN
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
5.4
Perencanaan
5.4.1
Sasaran mutu
5.4.2
Perencanaan
SMM
5.5
Tanggung
jawab,
wewenang,
dan
komunikasi
Tanggung
jawab dan
wewenang
5.5.1
5.5.2
Wakil
Manajemen
/Management
Representative
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
- Company Manual:
Sasaran Mutu dan
Keamanan Pangan
- Sasaran Mutu dan
Keamanan Pangan tiaptiap Departemen
- Company Manual:
Sasaran Mutu dan
Keamanan Pangan
- Company Manual:
Lampiran, Business
Process Mapping
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Job Description
Tidak ada
Surat pengangkatan
FSTL/MR
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
5.5.2
(MR)
5.5.3
Komunikasi
internal
5.6
Tinjauan
manajemen
Umum
5.6.1
5.6.2
Masukan
Tinjauan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
wewenang :
a) memastikan proses yang diperlukan
ditetapkan, diimplementasikan, dan
dipelihara
b) melaporkan ke manajemen puncak
tentang kinerja SMM dan perbaikan
yang diperlukan
c) memastikan peningkatan kesadaran
akan persyaratan pelanggan di seluruh
organisasi
Pembuatan Communication
Plan yang memuat aturan halhal yang harus dikomunikasikan
ke departemen-departemen di
dalam perusahaan jika terjadi
perubahan yang mempengaruhi
SMM
Tidak ada
Communication Plan:
komunikasi internal
Tidak ada
Company Manual:
Tinjauan Manajemen
Masukan
untuk
tinjauan
manajemen berasal dari hasil
audit internal dan eksternal,
Tidak ada
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
5.6.2
Masukan
Tinjauan
5.6.3
Keluaran
Tinjauan
Manajemen
sumber daya
Ketersediaan
sumber daya
6.1
6.2
Sumber daya
manusia
6.2.1
Umum
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
Company Manual:
Output Tinjauan
Tidak ada
Company Manual:
Pengelolaan sumber
daya
Tidak ada
Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Sumber daya
manusia
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
6.2.2
Kompetensi,
kepedulian,
dan pelatihan
6.3
Infrastruktur
6.4
Lingkungan
kerja
Realisasi
produk
Perencanaan
realisasi
produk
7.1
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Pelatihan bersertifikat
mengenai kesadaran mutu dan
cara-cara menjalankan sistem
mutu bagi seluruh personal tim
SMM. Kemudian, ilmu tersebut
ditransfer oleh tim SMM kepada
personil-personil di departemen
untuk mencapai sasaran mutu.
PT Gula Rafinasi A memiliki
kantor pusat di Jakarta dan
pabrik yang berlokasi di
Cilegon dalam keadaan cukup
baik dan memiliki prasaran
yang memadai untuk menjaga
proses dan mutu produknya.
- Pembagian ruang dan
prasarana yang teratur dan
nyaman di kantor pusat
- Lingkungan kerja yang
aman di pabrik
Tidak ada
- Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Sumber daya
manusia
- Sertifikat pelatihan
SMM ISO 9001:2000
Tidak ada
Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Infrastruktur
Tidak ada
Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Lingkungan kerja
Perusahaan
merencanakan
proses yang dibutuhkan untuk
menghasilkan
produk gula
rafinasi yang berkualitas tinggi
dan aman digunakan oleh
industri makanan dan minuman
pada Quality Plan, PRP
Documentation dan HACCP
Documentation
Tidak ada
- Company Manual:
Perencanaan produk
yang aman dan
berkualitas
- Quality Plan
- PRP Documentation
- HACCP
Documentation
- Communication plan
RUJUKAN
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
7.2
Proses yang
berkaitan
dengan
pelanggan
7.2.1
Penentuan
persyaratan
yang
berhubungan
dengan produk
7.2.2
Tinjauan
persyaratan
yang
berhubungan
dengan produk
7.2.3
Komunikasi
dengan
pelanggan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
- Company Manual:
Ruang lingkup
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Penerimaan Order
- Quality Plan
- HACCP
Documentation
Tidak ada
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Penerimaan Order
- Dokumen kontrak
dengan pelanggan
- Communication plan:
Komunikasi eksternal
Tidak ada
RUJUKAN
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
7.2.3
Komunikasi
dengan
pelanggan
7.3
Perancangan
dan
pengembangan
7.3.1
Perencanaan
perancangan
dan
pengembangan
Masukan
perancangan
dan
pengembangan
Hasil
perancangan
dan
pengembangan
7.3.2
7.3.3
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
- Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Penanganan Keluhan
Customer
Tidak ada
(pengecualian)
Company Manual:
Pengecualian,
perancangan dan
pengembangan
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
7.3.4
Tinjauan
perancangan
dan
pengembangan
7.3.4
7.3.5
7.3.6
7.3.7
7.4
7.4.1
Tinjauan
perancangan
dan
pengembangan
Verifikasi
perancangan
dan
pengembangan
Validasi
perancangan
dan
pengembangan
Pengendalian
perubahan
perancangan
dan
pengembangan
Pembelian
Proses
pembelian
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Perubahan
perancangan
dan
pengembangan harus diidentifikasi dan
catatannya harus dipelihara. Perubahan
harus dievaluasi, diverifikasi dan
divalidasi, sebagaimana mestinya dan
disetujui sebelum diterapkan.
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Lihat 7.3
Perusahaan menetapkan
persyaratan pembelian yang
ketat untuk memastikan produk
Keterlambatan pengiriman
raw sugar dalam proses
pembelian menjadi
Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
7.4.1
Proses
pembelian
7.4.2
Informasi
pembelian
7.4.3
Verifikasi
terhadap
produk yang
dibeli
7.5
Produksi dan
Penyediaan
Jasa
Pengendalian
produksi dan
penyediaan
jasa
7.5.1
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
masalah rutin
Pembelian
Departemen Purchasing
menerbitkan Purchase Order
kepada pemasok yang telah
terdaftar dan memiliki informasi
produk setelah dilakukan
pemeriksaan permintaan
pembelian. Pembelian di luar
daftar pemasok yang sudah ada
dilakukan atas persetujuan
Direktur.
Prosedur verifikasi sudah dibuat
dan dilaksanakan untuk setiap
produk yang sudah dibeli
perusahaan.
Keterlambatan
pemeriksaan informasi raw
sugar saat penerimaan
yang mengakibatkan
keterlambatan proses
produksi menjadi masalah
rutin
Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Pembelian
Prosedur verifikasi
terhadap raw sugar yang
dibeli belum efektif dan
efisien
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Pembelian
- Lembar (form)
verifikasi produk
1) Area Process
Keterlambatan waktu
produksi dan sering terjadinya ketidakberhasilan
pemenuhan target produksi
menjadi kendala produksi
Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Perencanaan dan
persiapan produksi
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
7.5.1
Pengendalian
produksi dan
penyediaan
jasa
7.5.2
Validasi
proses
produksi dan
penyediaan
jasa
7.5.3
Identifikasi
dan
Kemampuan
telusur
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
(pengecualian)
Tidak ada
RUJUKAN
Company Manual:
Pengecualian,
perancangan dan
pengembangan
PRP Documentation:
Identification and
Traceability
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
7.5.3
Identifikasi
dan
Kemampuan
telusur
7.5.4
Kepemilikan
pelanggan
7.5.5
Pemeliharaan
produk
7.6
Pengendalian
sarana
pemantauan
dan
pengukuran
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
Organisasi
harus
menentukan
pemantauan dan pengukuran yang akan
dilakukan. untuk memberikan bukti dari
kesesuaian produk pada persyaratan
yang ditentukan.
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
(pengecualian)
Company Manual:
Pengecualian,
perancangan dan
pengembangan
Tidak ada
Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Pemeliharaan Material
dan Pengiriman Produk
Tidak ada
Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Pemeliharaan alat
inspeksi, ukur, dan uji
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
8
Pengukuran,
Analisa, dan
Peningkatan
8.1
Umum
8.2
8.2.1
8.2.2
Pemantauan
dan
pengukuran
Kepuasan
pelanggan
Audit internal
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Pengukuran dan
Pemantauan
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Audit Internal
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
8.2.3
Pemantauan
dan
pengukuran
proses
8.3
8.4
Pengendalian
produk yang
tidak sesuai
Analisa data
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Pengukuran dan
Pemantauan
Tidak ada
- Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Penanganan Produk
yang Tidak Sesuai
Organisasi
harus
menentukan,
mengumpulkan dan menganalisa data
yang
sesuai
untuk
menyatakan
kesesuaian dan keefektifan sistem
manajemen
mutu
dan
untuk
mengevaluasi dimana peningkatan
berkesinambungan terhadap keefektifan
sistem
manajemen
mutu
dapat
dilakukan.
- PRP Documentation:
Rework Control
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Analisa Data
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
8.4
Analisa data
8.5
8.5.1
Peningkatan
Peningkatan
berkesinambungan
8.5.2
Tindakan
Perbaikan
8.5.3
Tindakan
Pencegahan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
b.Kesesuaian dengan
persyaratan produk
c. Karakteristik dan
kecenderungan penyediaan
produk termasuk kemungkinan
untuk tindakan pencegahan
d. Kemampuan pemasok
Organisasi harus secara berkesinambungan meningkatkan keefektifan dari
sistem manajemen mutu melalui
penggunaan kebijakan mutu, sasaran
mutu, hasil audit, analisa data, tindakan
perbaikan dan pencegahan dan tinjauan
manajemen.
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Peningkatan
Berkesinambungan
- Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Tindakan Perbaikan
- Lembar (form)
Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Tindakan Pencegahan
Lanjutan Tabel 3. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan ISO 9001:2000
ISO 9001:2000
KLAU
KRITERIA
SUL
8.5.3
Tindakan
Pencegahan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
pencegahan system
information down terkait
masalah teknologi
informasi
RUJUKAN
Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
4
Sistem
Manajemen
Keamanan
Pangan
(SMKP)
4.1
Persyaratan
umum
4.2
4.2.1
Persyaratan
Dokumentasi
Persyaratan
umum
4.2.2
Pengendalian
dokumen
4.2. 3
Pengendalian
catatan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
SMKP harus:
- ditetapkan
- didokumentasikan
- dipelihara
- diperbaharui jika perlu
Perusahaan harus mendefinisikan ruang
lingkup SMKP
SMKP sudah:
-ditetapkan
-didokumentasikan
-dipelihara
-diperbaharui jika perlu
Tidak ada
- Company Manual
Tidak ada
- Company Manual
Tidak ada
- Prosedur pengendalian
dokumen
Tidak ada
- Prosedur pengendalian
dokumen
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
5
Tanggung
Jawab
Manajemen
5.1
Komitmen
Manajemen
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
Company Manual :
Tanggung jawab
Manajemen
Tidak ada
Company Manual :
Kebijakan mutu dan
keamanan pangan PT
Gula Rafinasi A
Tidak ada
Tidak ada
- Company Manual:
Sasaran Mutu dan
Keamanan Pangan
- Sasaran Mutu dan
Keamanan Pangan tiaptiap Departemen
Job Description
5.2
Kebijakan
keamanan
pangan
5.3
Perencanaan
sistem
manajemen
keamanan
pangan
5.4
Tanggung
jawab dan
wewenang
5.5
Pemimpin tim
keamanan
pangan
Tidak ada
RUJUKAN
Surat pengangkatan
FSTL/MR
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
5.5
Pemimpin tim
keamanan
pangan
5.6
5.6.1
Komunikasi
Komunikasi
eksternal
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
(lihat
7.3.2) dan mengorganisir
perkerjaannya,
b)
memastikan pendidikan dan
pelatihan yang relevan dari anggota tim
keamanan pangan (lihat 6.2.1),
c) memastikan SMKP ditetapkan,
diimplementasikan, dipelihara dan
diperbaharui, dan
d) melaporkan kepada manajemen
puncak perusahaan tentang keefektifan
dan kesesuaian SMKP
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
RUJUKAN
Communication plan :
komunikasi eksternal
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
5.6.2
Komunikasi
internal
5.7
Persiapan dan
respon
tanggap
darurat
5.8
Tinjauan
Manajemen
Umum
5.8.1
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
Communication plan :
komunikasi internal
Tidak ada
PRP Documentation,
Contingency plan
Tidak ada
Company Manual:
Tinjauan Manajemen
RUJUKAN
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
5.8.2
Masukan
Tinjauan
5.8.3
Keluaran
Tinjauan
Manajemen
sumber daya
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Masukan
untuk
tinjauan
manajemen berasal dari hasil
audit internal dan eksternal,
analisis CSI, unjuk kerja proses,
status tindakan koreksi, tindak
lanjut Tinjauan Manajemen
sebelumnya, rekomendasi untuk
tindakan koreksi, customer
complain dan evaluasinya
Tidak ada
Tidak ada
Company Manual:
Output Tinjauan
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
6.1
Ketersediaan
sumber daya
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
Company Manual:
Pengelolaan sumber
daya
Tidak ada
- Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Sumber daya
manusia
Tidak ada
- Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Sumber daya
manusia
- Sertifikat pelatihan ISO
22000:2005
- Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Infrastruktur
- PRP Documentation:
Pest control, Plant
Structure
6.2.1
Sumber daya
manusia
6.2.2
Kompetensi,
kepedulian,
dan pelatihan
6.3
Infrastruktur
Infrastruktur pabrik
(ventilasi) bisa
dilewati burung
maupun serangga ke
dalam lingkungan
proses produksi.
Terdapat banyak celah
yang terhubung ke
area sehingga sangat
memungkinkan
RUJUKAN
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
6.3
Infrastruktur
6.4
Lingkungan
kerja
Perencanaan
dan realisasi
produk yang
aman
Umum
7.1
7.2
Prerequisite
Programmes
(PRPs)
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
bahan proses produksi teratur.
Penerangan dan utilitas lain
yang memadai sudah
terimplementasi di pabrik
Perusahaan harus:
- merencanakan dan menetapkan
proses-proses yang diperlukan untuk
merealisasikan produk yang aman
- menerapkan, menjalankan, dan
memastikan efektivitas dari aktivitas
yang
sudah
direncanakan
dan
perubahan apapun dari aktivitas
tersebut. Hal ini meliputi PRP, OPRP,
dan/atau HACCP plan.
Kondisi dasar dan aktifitas yang
diperlukan
untuk
memelihara
lingkungan yang higienis sepanjang
KETIDAKSESUAIAN
adanya kontaminasi
dari area luar.
Tempat cuci tangan
untuk area produksi
dan bagging dalam
jumlah memadai
belum dibangun
Tidak ada
Tidak ada
RUJUKAN
Company Manual:
Pengelolaan Sumber
Daya, Lingkungan kerja
- Company Manual
- PRP Documentation
- HACCP
Documentation
- Communication plan
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.2
Prerequisite
Programmes
(PRPs)
7.2.1
7.2.2
7.2.3
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Penetapan PRP
- PRP Documentation
Perusahaan sudah
menyesuaikan PRP yang sesuai
alur proses produksi gula
rafinasi.
Tidak ada
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Penetapan PRP
- PRP Documentation
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Penetapan PRP
- PRP Documentation
- Company Manual:
Ruang lingkup
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
PenetapanPRP
- PRP Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.2.3
7.3
7.3.1
Langkah
pendahuluan
untuk analisis
bahaya
Umum
7.3.2
Tim keamanan
pangan
7.3.3
Karakteristik
produk
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
RUJUKAN
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Langkah Awal
Penerapan HACCP,
Analisa Bahaya
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Langkah Awal
Penerapan HACCP,
Pembentukan Tim
Keamanan Pangan
- HACCP
Documentation
- Company Manual:
Perencanaan dan
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Lihat ke 7.3.3
Tidak ada
Realisasi Produk,
Langkah Awal
Penerapan HACCP,
Penetapan Karakteristik
Bahan Baku Utama,
Bahan Penunjang/Kemas
dan Produk Akhir
- HACCP
Documentation
HACCP Documentation
Lihat ke 7.3.3
Tidak ada
HACCP Documentation
Tidak ada
Tidak ada
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Langkah Awal
Penerapan HACCP,
Menentukan Rencana
Penggunaan dan Target
Pengguna
- HACCP
Documentation
HACCP Documentation
7.3.3.1
7.3.3.2
Bahan baku,
ingredien, dan
material yang
kontak dengan
produk
Karakteristik
produk akhir
7.3.4
Tujuan
penggunaan
7.3.5
Diagram alir,
tahapantahapan proses
dan tindakan
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.3.5
pengendalian
7.3.5.1
Diagram alir
7.3.5.2
Deskripsi
tahapantahapan proses
dan tindakan
pengendalian
7.4
7.4.1
Analisis
bahaya
Umum
7.4.1
Umum
7.4.2
Identifikasi
bahaya dan
penentuan
tingkat
DESKRIPSI
Tim
keamanan
pangan
harus
mengadakan analisa bahaya untuk
menentukan bahaya yang mana yang
perlu dikendalikan, tingkat
pengendalian yang diperlukan untuk
memastikan keamanan pangan, dan
kombinasi tindakan pengendalian yang
mana untuk yang diperlukan.
.
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
HACCP Documentation
Lihat ke 7.3.5
Tidak ada
HACCP Documentation
Tidak ada
HACCP Documentation
Tidak ada
HACCP Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.4.2
penerimaan
7.4.2.1
7.4.2.2
7.4.2.3
7.4.3
Penilaian
bahaya
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Lihat 7.4.2
Tidak ada
HACCP Documentation
Lihat 7.4.2
Tidak ada
HACCP Documentation
Lihat 7.4.2
Tidak ada.
HACCP Documentation
Tidak ada
HACCP Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.4.3
Penilaian
bahaya
7.4.4
7.5
Pemilihan dan
penilaian
tindakan
pengendalian
Penentuan
Operational
Prerequisite
Programme
(OPRP)
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
HACCP Documentation
Penentuan dan
pendokumentasian OPRP
dicatat dalam Company Manual
dan dijelaskan dalam HACCP
Documentation
Pengendalian kendaraan
pengangkut produk akhir
belum
ditentukan.
Kendaraan pengangkut ini
sering ditemukan dalam
kondisi
tidak
bersih
sebelum digunakan untuk
mengangkut produk akhir
dari
gudang
menuju
konsumen.
Salah satu proses yang
termasuk di dalam OPRP
belum
mendapatkan
tindakan pengendalian.
Ketidaksesuaian merujuk
ke klausul 7.4.4
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Penetapan Sistem
HACCP, OPRP
- HACCP
Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.5
7.6
Menetapkan
HACCP Plan
7.6.1
HACCP Plan
7.6.2
Identifikasi
critical
control points
(CCP)
Penentuan
batas kritis
untuk critical
7.6.3
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
HACCP Documentation
Tidak ada
HACCP Documentation
Tidak ada
HACCP Documentation
Tidak ada
(Lihat 7.4.2.3)
HACCP Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.6.3
control point
(CCP)
7.6.4
Sistem
pemantauan
untuk critical
control point
(CCP)
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
- Form laporan
monitoring kondisi
rotary pressure filter
- WI (work instruction)
Pengecekan kondisi
filter cloth
- Form laporan
monitoring kondisi
metal detector
- IK Pengecekan kondisi
metal detector
- Form laporan
monitoring kondisi
magnetic catcher
- IK Pengecekan kondisi
magnetic catcher
- HACCP
Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.6.5
Tindakan saat
hasil
pemantauan
melebihi batas
kritis
7.7
Pembaharuan
informasi dan
dokumen
pendahuluan
yang
menyebutkan
PRPs dan
HACCP plan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
- Form laporan
monitoring kondisi
rotary pressure filter
- WI (work instruction)
Pengecekan kondisi
filter cloth
- Form laporan
monitoring kondisi
metal detector
- IK Pengecekan kondisi
metal detector
- Form laporan
monitoring kondisi
magnetic catcher
- IK Pengecekan kondisi
magnetic catcher
- HACCP
Documentation
Pembaharuan informasi
dilakukan setiap ada
penambahan atau perubahan
informasi, proses, dan kegiatan
lain yang berkaitan dengan
sistem keamanan pangan
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Peningkatan,
Pembaharuan Sistem
Keamanan Pangan
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.8
Perencanaan
verifikasi
7.9
Sistem
kemampuan
telusur
(traceability)
7.10
Pengendalian
tidak sesuai
Koreksi
langsung
7.10.1
7.10.2
Tindakan
korektif
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Perencanaan
verifikasi
harus
menyebutkan tujuan, metode, frekuensi,
dan tanggung jawab aktivitas verifikasi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
HACCP Documentation
Tidak ada
HACCP Documentation
- Company Manual:
Perencanaan dan
Realisasi Produk,
Perencanaan Verifikasi
- Verification Plan
- PRP Documentation,
Identification and
Traceability
- Keluaran Tinjauan
Manajemen
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.10.2
Tindakan
korektif
7.10.3
7.10.3.1
7.10.3.2
Penanganan
produk yang
berpotensi
tidak aman
Umum
Evaluasi
penarikan
produk
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
- Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Penanganan Produk
yang Tidak Sesuai
- PRP Documentation:
Hold and Release
- PRP Documentation:
Re-Work Control
- PRP Documentation:
Product Recall
Tidak ada
PRP Documentation:
Hold and Release
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.10.3.2
Evaluasi
penarikan
produk
7.10.3.3
Pembuangan
produk yang
tidak sesuai
7.10.3.4
Penarikan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
PRP Documentation:
Re-Work Control
Tidak ada
PRP Documentation:
Product Recall
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
7.10.3.4
Penarikan
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
8
Validasi,
verifikasi,
dan
peningkatan
sistem
manajemen
keamanan
pangan
8.1
Umum
8.2
Validasi
kombinasi
tindakan
pengendalian
DESKRIPSI
Tim
keamanan
pangan
harus
merencanakan dan mengimplementasikan proses yang diperlukan untuk
memvalidasi tindakan pengendalian
dan/atau kombinasi tindakan pengendalian, dan untuk memverifikasi serta
meningkatkan SMKP
Implementasi tindakan pengendalian
yang termasuk dalam OPRP dan
HACCP Plan, sebelum dan setelah
adanya perubahan apapun di dalamnya
(lihat 8.5.2), maka organisasi harus
memvalidasi bahwa :
a) tindakan pengendalian yang dipilih
memenuhi pengendalian tersebut untuk
bahaya keamanan pangan yang dituju,
b) tindakan pengendalian efektif dan
mampu,
dalam
kombinasinya,
memastikan
pengendalian
bahaya
keamanan pangan yang diidentifikasi
untuk menghasilkan produk akhir yang
memenuhi acceptable level yang
ditetapkan.
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tidak ada
- Company Manual:
Pengukuran dan Analisa,
Validasi Tindakan
Pengendalian
- HACCP
Documentation
Tidak ada
HACCP Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
8.3
Pengendalian
pemantauan
dan
pengukuran
8.4
8.4.1
8.4.2
Verifikasi
SMKP
Audit internal
Evaluasi hasil
masingmasing
verifikasi
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
Tidak ada
- Company Manual:
Pengukuran dan analisa,
Audit internal
- PRP Documentation:
Audit internal
Tidak ada
- Company Manual:
Pengukuran dan analisa,
Verifikasi sistem
manajemen mutu dan
keamanan pangan,
RUJUKAN
HACCP Documentation
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
8.4.2
Evaluasi hasil
masingmasing
verifikasi
8.4.3
Analisa hasil
aktifitas
verifikasi
8.5
8.5.1
Peningkatan
Peningkatan
berkesinambu
ngan
8.5.2
Pembaharuan
SMKP
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
Tim
keamanan
pangan
harus
menganalisa hasil aktivitas verifikasi,
termasuk hasil audit internal (lihat
8.4.1) dan audit eksternal.
Tidak ada
- Company Manual,:
Pengukuran dan analisa,
Verifikasi sistem
manajemen mutu dan
keamanan pangan,
Analisa hasil aktifitas
verifikasi
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan analisa,
Peningkatan
Berkesinambungan
Tidak ada
Company Manual:
Pengukuran dan analisa,
Pembaharuan Sistem
Keamanan Pangan
Lanjutan Tabel 4. Analisis ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan ISO 22000:2005
ISO 22000:2005
KLAU
KRITERIA
SUL
8.5.2
Pembaharuan
SMKP
DESKRIPSI
PEMENUHAN PT GULA
RAFINASI A
timbangkan tinjauan terhadap
analisa bahaya. Hasil evaluasi
diberitahukan ke manajemen
puncak untuk keputusan
selanjutnya
KETIDAKSESUAIAN
RUJUKAN
setiap
sasaran
harus
terukur
secara
obyektif
tingkat
(Management
pendukung berupa instruksi kerja, jadwal operasi kerja, tabel, dan lainlain. Terakhir, penyusunan catatan atau rekaman yang dilakukan
menggunakan lembar kerja (form) pada tingkat operator.
Pengintegrasian dokumentasi
raw sugar.
Sifat
gula
menyebabkan raw sugar mudah mengkristal dan lengket. Hal ini dapat
mempengaruhi proses pengolahan raw sugar menjadi gula rafinasi.
b. Tindakan perbaikan (Rujukan: ISO 9001:2000 klausul 8.5.2) dan
Tindakan pencegahan (Rujukan: ISO 9001:2000 klausul 8.5.3)
Masalah yang terkait dengan tindakan perbaikan dan pencegahan
terjadi adalah system information down, yaitu malfungsi pada sistem
jaringan computer perusahaan. Akibatnya, arus informasi via internet
terputus, antara pabrik di Cilegon dengan kantor pusat di Jakarta serta
hubungan kantor pusat dengan klien. Departemen Information and
Technology (IT) belum menyediakan rencana untuk tindakan
perbaikan dan pencegahan, jika hal yang sama terulang.
c. Pengendalian produksi dan penyediaan jasa (Rujukan: ISO 9001:2000
klausul 7.5.1)
i.
Area process
Sistem pengendalian proses produksi di pabrik PT Gula
Rafinasi A belum sesuai dengan standar ISO 9001:2000 untuk
mencapai kondisi mutu optimal. Hal ini terlihat dari masalah
ketepatan waktu dan target produksi yang selalu menjadi masalah
rutin di area process (area produksi gula rafinasi). Departemen
yang bertanggungjawab di area ini adalah Departemen Process.
Masalah ketepatan waktu dan target produksi disebabkan
keterlambatan bahan baku dan bahan pendukung, kondisi mesin
steam yang kadang kurang berfungsi optimal, dan hasil pengukuran
menggunakan alat pengukur berat di area proses kadang tidak
sesuai dengan hasil sebenarnya.
Masalah pertama, yaitu keterlambatan bahan baku dan
pendukung
Area warehouse
Sistem pendistribusian produk yang masuk dan keluar dari area
warehouse (gudang penyimpanan produk akhir) belum sesuai
dengan
standar
ISO
9001:2000.
Informasi
dan
status
administrasi
dengan
Departemen
Accounting,
kinerja
bag
kontraktor
gula
loading
rafinasi
yang
yang
masih
fluktuatif,
lama,
dan
ii.
b.
jaminan dari pihak penyedia jasa angkut bahwa truk tersebut tidak
digunakan untuk mengangkut produk selain produk akhir gula rafinasi.
c. Rencana Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP Plan)
i.
ii.
Purchasing
melibatkan
Departemen
Laboratory
dan
perkembangan
IT
dalam
bentuk
pelatihan,
seminar,
Area Process
Solusi yang bisa diberikan untuk Departemen Process dalam
mengatasi masalah ketepatan waktu dan target produksi untuk
mengendalikan
aliran
produksi
adalah
berkoordinasi
dengan
Area Warehouse
Solusi awal yang bisa diberikan adalah mengkoordinasikan
Departemen Warehouse dengan Departemen Accounting, Security dan
gudang.
Departemen
Warehouse
dianjurkan
meminta
surat
Pengendalian
pemantauan
dan
pengukuran
(Rujukan:
ISO
dari sebagian pemasok bahan baku cukup tinggi dan tingkat mutu bahan
baku yang bervariasi. Hal ini bisa menyebabkan tertundanya proses
selanjutnya.
Solusi alternatif tahapan pertama: Penetapan prosedur pencarian
pemasok baru oleh Departemen Purchasing selesai dalam 14 hari.
Kemudian, Departemen Purchasing menetapkan prosedur pembuatan
Purchase Order setelah penawaran harga diterima selesai dalam tujuh
hari.
Hasil verifikasi: Prosedur pencarian pemasok dan pemesanan bahan baku
sudah dilaksanakan dengan benar. Masalah ketersediaan bahan baku raw
sugar dapat diatasi dengan pencarian dan pemilihan pemasok serta
pemesanan bahan baku oleh Departemen Purchasing yang terikat dengan
waktu.
Status verifikasi: Ketidaksesuaian sistem mutu terselesaikan. Melalui
prosedur pencarian pemasok dan pemesanan bahan baku yang tepat waktu,
masalah ketersediaan bahan baku dapat ditangani.
b. Tindakan perbaikan (Rujukan: ISO 9001:2000 klausul 8.5.2) dan
Tindakan pencegahan (Rujukan: ISO 9001:2000 klausul 8.5.3)
Kondisi awal tahapan pertama: Masalah yang terkait dengan tindakan
perbaikan dan pencegahan adalah system information down, yaitu
malfungsi pada sistem jaringan computer perusahaan. Departemen
Information and Technology (IT) belum menyediakan rencana untuk
tindakan perbaikan dan pencegahan, jika hal yang sama terulang.
Solusi alternatif tahapan pertama: Penyediaan backup server, backup
jaringan
online,
mempersiapkan
tim
IT
yang
solid,
mengikuti
Area Process
Kondisi awal tahapan pertama: Masalah ketepatan waktu dan target
produksi yang selalu menjadi masalah rutin di area process (area
produksi gula rafinasi). Masalah ketepatan waktu dan target produksi
disebabkan keterlambatan bahan baku dan bahan pendukung, kondisi
mesin steam yang kadang kurang berfungsi optimal, dan hasil
pengukuran menggunakan alat pengukur berat di area proses kadang
tidak sesuai dengan hasil sebenarnya.
Solusi alternatif tahapan pertama: Pengendalian aliran produksi
melalui koordinasi dengan Departemen Inventory, Departemen
Technical Support, Departemen Electrical and Instrument (E&I), dan
Departemen Laboratory.
Hasil verifikasi: Koordinasi antara Departemen Process, Inventory,
Technical Support, Electrical and Instrument, dan Laboratory sudah
berjalan dengan baik. Form komunikasi internal sudah dibuat dan
dijalankan
sehingga
pengaturan
masing-masing
waktu
dan
verifikasi:
Ketidaksesuaian sistem
mutu terselesaikan.
Area Warehouse
Kondisi awal tahapan pertama: Informasi dan status pendistribusian
yang tidak jelas dan sikap saling menunggu merupakan penyebab
seringnya keterlambatan waktu distribusi. Masalah keterlambatan
waktu distibusi sangat sensitif dengan Customer Satisfaction Index
(CSI) karena berhubungan langsung dengan waktu dan kepentingan
konsumen.
Solusi
alternatif
pengkoordinasian
tahapan
Departemen
pertama:
Solusi
Warehouse
awal
dengan
adalah
Departemen
peningkatan
kemampuan
petugas
checker
untuk
Bagging
dengan
Departemen
Warehouse
mampu
verifikasi:
Ketidaksesuaian sistem
mutu terselesaikan.
SSOP.
Instalasi
infrastruktur
turut
mempermudah
ii.
iii.
Status
verifikasi:
Ketidaksesuaian
sistem
keamanan
pangan
verifikasi:
Ketidaksesuaian
sistem
keamanan
pangan
besar di
depan. Belum
terdapat
prosedur
iii.
awal
tahapan
pertama:
Belum
ada
orang
yang
verifikasi:
Ketidaksesuaian
sistem
keamanan
pangan
persyaratan
keamanan
pangan.
Ketidaksesuaian
tindakan
sugar
sebelum
memasuki
tahap
pengolahan
gula
rafinasi.
proses penerimaan raw sugar, jika secara visual terlihat lebih dari 30%
oli mencemari raw sugar dalam kapasitas sekali angkut wheel loader
dan pergunakan wheel loader lainnya yang lebih bersih untuk
melakukan proses ini. Batas 30% hanya merupakan perkiraan kasar dari
pelaksana magang yang bersifat subyektif. Batas ini perlu divalidasi
oleh PT Gula Rafinasi A yang lebih mengetahui lebih pasti kondisi dan
kemampuan alat mereka dalam menghilangkan cemaran oli pada raw
sugar.
ii.
terdapat
keterkaitan
sehingga
memungkinkan
terjadinya
pemantauan dan pengukuran (klausul 8.3), dan tindakan saat hasil pemantauan
melebihi batas kritis (klausul 7.6.5).
Tindakan yang dilakukan untuk menangani ketidaksesuaian yang terjadi
adalah penyusunan solusi alternatif yang dilakukan bersama antara tim
konsultan Premysis Consulting dengan tim mutu dan keamanan pangan PT
Gula Rafinasi A. Solusi alternatif yang disusun berjumlah 9 buah. Solusi
sistem manajemen mutu sebanyak 4 buah dan sistem manajemen keamanan
pangan sebanyak 5 buah.
Setelah waktu yang ditentukan untuk menyelesaikan ketidaksesuaian
selama 3 bulan, dilakukan verifikasi sistem manajemen terpadu PT Gula
Rafinasi A. Solusi alternatif yang disusun mampu menyelesaikan semua
ketidaksesuaian sistem manajemen mutu. Namun, solusi alternatif hanya bisa
menyelesaikan 3 ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan. Saat
verifikasi, ditemukan ketidaksesuaian baru untuk sistem manajemen
keamanan pangan sebanyak 2 buah.
Hasil verifikasi diinformasikan dan dibahas bersama antara tim konsultan
Premysis Consulting dengan tim mutu dan keamanan pangnn PT Gula
Rafinasi A. Selanjutnya, dilakukan penyusunan solusi alternatif tahap kedua
untuk menyelesaikan ketidaksesuaian yang masih ada. Secara keseluruhan, PT
Gula Rafinasi A sudah menerapkan sistem manajemen terpadu berbasis ISO
9001:2000 dan ISO 22000:2005.
B. Saran
Kajian keterkaitan sistem HACCP, ISO 9001:2000, dan ISO 22000:2005
masih bisa dikaji lebih lanjut mengenai keterkaitan langsung antara HACCP
dan ISO 9001:2000. Selain itu, beberapa istilah yang cukup berbeda antara
HACCP dan ISO 22000:2005 bisa ditelaah lebih lanjut, seperti verifikasi,
pemantauan, koreksi langsung, tindakan koreksi, dan validasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, Geoff, Alastair Penman, dan Chris Hart. 2001. Safety and quality
research priorities in the food industry. 2001. Di dalam: R.E. Hester dan
R.M. Harrison, editor. Food Safety and Food Quality: Issues in
Environmental Science and Technology. Cambridge: The Royal Society of
Chemistry.
[Anonima], 2008. Unrefined raw sugar. [terhubung berkala]. http://www.natural
organiclifestyle.com/images/organic-raw-sugar.jpg [2 Februari 2009].
[Anonimb], 2008. Types of sugar and related products. [terhubung berkala].
http://www.food-info.net/uk/products/sugar/types.htm. [4 Desember 2008].
[Anonimc]. 2008. Types of sugar. [terhubung berkala]. http://www.sugarweb.
co.uk/sugar/types/index.html. [15 Desember 2008].
Bloch, Michael. 2007. White sugar vs raw sugar. [terhubung berkala]. http://www.
greenlivingtips.com / articles / 73/1/White-sugar-vs-raw-sugar.html. [15
Januari 2009].
[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2006. Annual listing of
Foodborne diseases outbreaks, [terhubung berkala]. http://www.cdc.gov/
foodborneoutbreaks/outbreak_data.htm. [26 Agustus 2008].
Dewanti-Hariyadi, Ratih. 2008. Keracunan pangan tidak hanya diare.
[terhubung berkala]. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_fdsf_krcn.php. [19
Januari 2009].
Frgemand, Jacob dan Dorte Jespersen. 2004. ISO 22000 to ensure integrity of
food supply chain. [terhubung berkala]. http://www.iso.org/iso/tool_504.pdf [25 Agustus 2008].
Hui, Y.H., Merie D. Pierson, dan J. Richard Gorham. 2001. Foodborne Disease
Handbook. Volume 1: Bacterial Pathogen. New York: Marcel Dekker, Inc.
[ISO] International Organization for Standardization. 2005. ISO 22000 for safe
food supply chains. [terhubung berkala]. http://www.iso.org/iso/
pressrelease.htm?refid=Ref966 [1 September 2005].
[ISO] International Organization for Standardization. 2008. ISO 9001:2000
What does it mean in the supply chain? [terhubung berkala].
http://www.iso.org/iso/iso_catalogue/management_standards/iso_9000_iso_
14000/more_resources_9000/9001supchain.htm#how_does_iso_9001:2000
_help_you_in_selecting_a_supplier [8 Agustus 2008].
Massarani, Luisa. 2005. Fatal outbreak in Brazil could stem from sugar cane.
[terhubung berkala]. http://www.scidev.net/en/news/fatal-outbreak-inbrazil-could-stem-from-sugar-can.html. [15 Desember 2008].
Muhandri, Tjahja dan Darwin Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri
Pangan. Jakarta: IPB Press.
Muhandri, Tjahja dan Darwin Kadarisman. 2008. Sistem Jaminan Mutu Industri
Pangan edisi ke-2. Jakarta: IPB Press.
National Board of Experts HACCP. 2002. Requirements for a HACCP Based
Food Safety System. Hague: National Board of Experts HACCP.
Retnowati, Nur. 2007. Mutu dan Keamanan Pangan: Dua Sisi Uang Logam.
[terhubung berkala]. http://www.trobos.com/show_article.php?
rid=22&aid=548 [20 Agustus 2008].
Winarno, F.G. dan Surono. 2004. HACCP dan Penerapannya dalam Industri
Pangan Cetakan ke-2. Bogor: M-BRIO Press.
Lampiran 1. Statistik kejadian luar biasa akibat pangan di Amerika tahun 2006
(CDC, 2006)
Konfirmasi Sumber
Penyakit
Bakteri
Kimia
Parasit
Virus
Dugaan Sumber Penyakit
Bakteri
Kimia
Parasit
Virus
Macam-macam Sumber
Penyakit
Konfirmasi
Dugaan
Konfirmasi dan dugaan
Semua Status Sumber
Penyakit
Total Konfirmasi Sumber
Penyakit
Total Dugaan Sumber
Penyakit
Sumber Penyakit yang tidak
diketahui
Subtotal
Jumlah Kasus
275
4,592
349
4,163
1247
25,659
5,336
221
129
11,122
Jumlah Kasus
1,440
39
18
2,841
Jumlah Kasus
96
254
32
Jumlah Kasus
16,904
Jumlah KLB
Jumlah Orang
Jumlah
Jumlah Korban
yang Makan
Korban Sakit
Meninggal
2001
26
1965
1183
16
2002
43
6543
3635
10
2003
34
8651
1843
12
2004
164
22297
7366
51
2005
184
23864
8949
49
2006
159
21292
8747
38