Pendahuluan
Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini membuat persaingan semakin ketat
antar perusahaan yang ada di dunia. Segala upaya dilakukan untuk menjadi yang terbaik.
Manajemen yang baik menjadi kunci kesuksesan dunia industri saat ini baik itu manajemen
produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Seiring perkembangan industri
yang semakin maju perusahaan juga dituntut untuk memberikan kualitas yang terbaik baik
dalam produk maupun jasa yang dihasilkan tetapi tidak melupakan dampak lingkungan yang
terjadi dari segala aktivitas perusahaan.
Dalam memenuhi keinginan konsumen perusahaan berorientasi pada kualitas produk
yang dihasilkan dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar salah satunya yaitu ISO
9001. Perusahaan yang menerapkan ISO 9001 memastikan karakteristik yang diinginkan dari
produk dan layanan seperti kualitas, keamanan, keandalan, efisiensi.
Untuk memenuhi tuntutan pelanggan sekaligus menghindari pencemaran lingkungan,
perusahaan dapat mengadopsi standar ISO 9001 dan ISO 14001 secara terintegrasi. Meskipun
ISO 9001 membahas bagaimana tata kelola perusahaan agar menghasilkan produk bermutu
sementara ISO 14001 menjelaskan bagaimana tata kelola perusahaan agar menghasilkan
produk dan proses produksi yang ramah lingkungan, kedua standar memiliki kesamaan
prinsip dan teknik manajemen (Zeng et al, 2005). Kondisi ini membuat penerapan elemenelemen persyaratan kedua standar tersebut dapat diintegrasikan.
Penerapan kedua standar tersebut secara terintegrasi akan memberikan keuntungan
pada perusahaan yang menerapkannya . Integrasi akan memicu sistem manajemen yang lebih
kuat dan komprehensif (Zeng et al, 2005). Kadir et al (2009) mengatakan bahwa sistem
manajemen terintegrasi akan menciptakan beban kerja yang lebih ringan, mengurangi waktu
sertifikasi, biaya, maupun kebutuhan dokumentasi sistem. Dengan penerapan ISO 9001 dan
ISO 14000 nantinya menunjang manajemen kinerja perusahaan. Sistem standar yang
1
terintergrasi dengan baik akan meningkatkan nilai dan kinerja perusahaan secara keseluruhan
baik untuk internal maupun eksternal.
International Organization for Standardization (ISO)
ISO berdasarkan situs resminya yaitu :
ISO (International Organization for Standardization) is the world's largest developer and
publisher of International Standards. ISO is a non-governmental organization that forms a
bridge between the public and private sectors. On the one hand, many of its member institutes
are part of the governmental structure of their countries, or are mandated by their
government. On the other hand, other members have their roots uniquely in the private sector,
having been set up by national partnerships of industry associations.
ISO 9000 menurut wikipedia adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu
(SMM). ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang
standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International
Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang
bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176 menetapkan
siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000
akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah
dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000.
Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000.
Dengan demikian standar ISO 9000 yang terbaru adalah ISO 9000 versi tahun 2000. ISO
9000 tersi tahun 2000 mencakup beberapa seri berikut:
1. ISO 9000:2000 QMS Fundamentals and Vocabulary Replacing ISO 8402 and ISO
9001.
2. ISO 9001:2000 QMS Requirements Replacing the 1994 Versions of ISO 9001,
9002 and 9003.
3. ISO 9004: 2000 QMS Guidance for Performance Improvement Replacing ISO
9004 with Most Parts.
4. ISO 19011 Guidance for Auditing Management Systems Replacing ISO 10011 and
14011.
ISO 9001 adalah standar internasional tentang sistem manajemen mutu di mana sebuah
organisasi membutuhkannya untuk memperlihatkan kemampuan secara konsisten dalam
memenuhi persyaratan customer, peraturan dan perundang-undangan sekaligus bertujuan
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (ISO 9001, 2008). Standar ini telah digunakan oleh
951.486 organisasi di dunia. ISO 9001 terdiri atas lima persyaratan utama yaitu (1) sistem
manajemen mutu secara umum, (2) tanggung jawab manajemen, (3) manajemen sumber daya,
(4) realisasi produk, (5) pengukuran, analisa, dan peningkatan (ISO 9001, 2008).
Sedangkan ISO 14001 adalah standar internasional yang dapat diterapkan oleh organisasi
yang bermaksud untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem
manajemen lingkungan (ISO 14001, 2004). Salman (2007) telah mengemukakan manfaatmanfaat mendasar yang dapat diperoleh oleh penerapan standar tersebut baik berupa benefit
langsung maupun tidak langsung. ISO 14001 terdiri atas enam persyaratan utama yaitu (1)
sistem manajemen lingkungan secara umum, (2) kebijakan lingkungan, (3) perencanaan, (4)
implementasi dan operasi, (5) pemeriksaan, dan (6) tinjauan manajemen (ISO 14001, 2004).
Perubahan yang signifikan dalam ISO 9001 Versi tahun 2000 dibandingkan dengan ISO
9001 versi tahun 1994 adalah penggantian 20 elemen standar menjadi suatu model proses
seperti skema berikut:
P
E
L
A
N
G
G
A
N
P
E
R
S
Y
A
R
A
T
A
N
Peningkatan Berkelanjutan
Tangungjawab
Manajemen
Manajemen
Manajemen
SDM
Pengukuran,
Analysis,
Perbaikan
Sumber Daya
Realisasi
Produk
Produk
K
E
P
U
A
S
A
N
P
E
L
A
N
G
G
A
N
Dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 terdapat beberapa klausul yang
penerapannya berkaitan dengan kinerja perusahaan khususnya pada klausul 6 (enam), antara
lain adalah:
1. Karakteristik Organisasi,
2. Karakteristik Sumber Daya Manusia.
Persyaratan Standar dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 merupakan sistem manajemen mutu yang
berfokus pada proses dan pelanggan, maka pemahaman terhadap persyaratan-persyaratan dari
ISO 9001:2000 akan membantu organisasi dalam menetapkan dan mengembangkan sistem
manajemen mutu secara sistematik untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) dan peningkatan proses terus-menerus (continious process impovement). Berikut
klausul-klausul yang perlu diperhatikan oleh manajemen organisasi (Gaspersz, 2003):
Ruang lingkup ISO 9001: 2000 telah dikembangkan atau diperluas. Dalam hal ini
persyaratan-persyaratan standar telah menekankan untuk memenuhi kepuasan pelanggan
melalui efektivitas dari aplikasi sistem mutu, termasuk proses-proses untuk meningkatkan
terus-menerus dan jaminan kesesuaian.
Klausul 2. Referensi Normatif
Klausul ini hanya memuat referensi-referensi dari ISO 9001:2000.
Klausul 3. Istilah dan Definisi
Klausul ini menyatakan bahwa istilah dan definisi-definisi yang diberikan dalam ISO
9000:2000 (Quality Management System Fundamental and Vocabulary).
Klausul 4. Sistem Manajemen Mutu
Klausul ini lebih menekankan pada kebutuhan untuk peningkatan terus-menerus (continual
improvement). Manajemen organisasi harus menetapkan langkah-langkah untuk implementasi
sistem manajemen mutu 9001:2000.
Klausul 5. Tanggung Jawab Manajemen
Klausul ini menekankan pada komitmen dari manajemen puncak menuju perkembangan dan
peningkatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Klausul ini juga .memaksa. keterlibatan
manajemen puncak dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan, menetapkan kebijakan untuk
mutu, menetapkan tujuan-tujuan mutu,perencanaan sistem manajemen mutu, menetapkan
tanggung jawab dan wewenang organisasi, mengangkat secara formal seorang yang mewakili
manajemen dan menjamin proses komunikasi internal yang tepat, serta harus melakukan
peninjauan ulang sistem manajemen mutu.
Klausul 6. Manajemen Sumber Daya Manusia
Klausal ini menyatakan bahwa suatu organisasi hasus menetapkan dan memberikan sumbersumber daya yang diperlukan secara tepat, personel yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas harus didefinisikan dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
menyatukan dokumentasi yang diminta oleh kedua standar dan menerapkan sistem dengan
pendekatan Total Quality Management (TQM).
Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan suatu konstruk, di mana banyak para ahli yang masih memiliki
sudut pandang yang berbeda dalam mendefinisikan kinerja (Mwita, 2003). Kinerja juga dapat
dipandang dari model produksi, terdiri dari tiga tahap, input, output dan hasil, kemudian
kinerja dapat diartikan dalam efisiensi dan. Kinerja seperti didefinisikan di atas dipengaruhi
oleh sejumlah faktor, di mana seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan ketika
mengelola, mengukur, memodifikasi dan menghargai kinerja (Amstrong dan Baron, 2001
dalam Mwita, 2003):
1. Faktor-faktor pribadi: keahlian pribadi, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen.
2. Faktor-faktor kepemimpinan: mutu dorongan, arahan dan dukungan yang diberikan oleh
manajer dan pemimpin tim.
3. Faktor-faktor tim: mutu dukungan yang diberikan oleh kolega.
4. Faktor sistem-sistem kerja dan fasilitas (instrumen tenaga kerja) yang diberikan oleh
organisasi.
5. Faktor-faktor kontekstual (situasional): tekanan dan perubahan lingkungan internal dan
eksternal.
Penilaian kinerja menurut Brandon dan Drtina, 2002 The first step in designing a
performance measurement system is to select the proper measures, that are congruent with all
of the forms interest. Pernyataan ini mengandung maksud bahwa langkah awal dalam
mendesain sistem penilaian kinerja adalah memilih alat ukur kinerja yang cocok, di mana alat
ukur yang cocok adalah sesuai dengan perhatian manajemen pada semua aktivitas perusahaan.
Anthony, 2000 memberikan pandangan mengenai kinerja sebagai A performance
measurement system is simply a mechanism for improving the likehood of the organization
successful implementing a strategy.
Selanjutnya Mulyadi, 2001 mengatakan bahwa penilaian suatu kinerja adalah sebagai
Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan
karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang sudah ditetapkan sebelumnya agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Sedangkan menurut Atkinson, et al , 2000 sistem efektivitas penilaian kinerja sebaiknya
mengandung indikator kinerja, yaitu:
1. memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada perspektif pelanggan;
2. menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja secara komprehensif yang
mempengaruhi pelanggan;
3. memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secar komprehensif yang mempengaruhi
pelanggan;
4. menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota organisasi
mengenai permasalahan dan peluang untuk melakukan perbaikan.
Lebih luas lagi penilaian kinerja perusahaan menurut Hansen dan Mowen, 2002 sebagai
Activity performance measures exist both financial and non financial forms. Therse
measures are designed to assess how well an activity was performed and the result achieved.
They are also designed to reveal if constant improvement is being realized. Measures of
activity performance centre on three major dimension: (1) efficiency, (2) quality and (3)
time.
Manajemen Kinerja
Menurut Armstrong,1998 manajemen kinerja (performance management) adalah satu
upaya untuk memperoleh hasil terbaik dari organisasi, kelompok dan individu-individu
melalui pemahaman dan penjelasan kinerja dalam suatu kerangka kerja atas tujuan-tujuan
terencana, standar dan persyaratan-persyaratan atribut atau kompetensi yang disetujui
bersama. Sedangkan Mathis dan Jackson, 2002 mengemukakan, sistem manajemen kinerja
berusaha mengidentifikasikan, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan dan
memberi penghargaan terhadap kinerja karyawan.
8
Menurut Villere, 2002 ada empat kunci keberhasilan di dalam organisasi di mana seorang
bekerja, yaitu:
1. Hubungan yang saling mendukung dan mempercayai harus dikembangkan dan dipupuk di
seluruh rantai perintah.
2. Organisasi dan anggotanya tidak dapat efektif kecuali sasaran yang samar digantikan
dengan sasaran-sasaran yang spesifik dan dapat diukur.
3. Keterampilan harus dikembangkan untuk mengatasi kelambanan dan perlawanan
komponen organisasi terhadap perubahan.
4. Beberapa anggota organisasi memerlukan dukungan dan perhatian khusus untuk berubah
dari komponen organisasi menjadi prestasi produktif.
Menurut Ruky, 2001 manfaat manajemen kinerja ditinjau dari aspek pengembangan
sumber daya manusia sebagai berikut:
1. Penyesuaian program pelatihan dan pengembangan karyawan.
2. Penyusunan program seleksi dan kaderisasi.
3. Pembinaan karyawan.
Fase-Fase Pelaksanan ISO 9001 DAN ISO 14000 dalam Manajemen Kinerja
Menurut Kadir et al, ada tiga fase dalam penerapan dua sistem yang terintergrasi. Fase
pertama yaitu fase introduksi, fase yang dilalui oleh organisasi untuk memenuhi persyaratanpersyaratan minimal suatu standar. Pada fase ini, organisasi masih berorientasi untuk
memperoleh sertifikat standar. Sedangkan bagi organisasi yang bermotif internal, fase ini
terjadi karena adanya anggapan bahwa persyaratanpersyaratan standar bersifat excellent
sehingga pemenuhannya sendiri merupakan sebuah prestasi tersendiri dan sertifikat
merupakan bukti adanya pemenuhan tersebut.
Fase integrasi adalah fase dimana organisasi berorientasi pada peningkatan performa
sesuai lingkup standar. Dalam konteks ISO 9001, organisasi bertujuan meningkatkan
performa mutu produk. Sementara dalam konteks ISO 14001, organisasi bertujuan
meningkatkan keramahan lingkungannya. Fase integrasi ditandai beberapa hal di antaranya
9
internasional
diharapkan
mampu
membawa
sustainaibilitas
(sukses
yang
berkelanjutan). Meskipun demikian, peraihan sertifikasi ISO 9001 dan ISO 14001 tidaklah
secara serentak mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Menurut Nawawi (2003) pengertian penilaian pelaksanaan pekerjaan yang bersifat
komprehensif meliputi:
10
1. Penilaian kinerja adalah usaha mengidentifikasi, mengukur atau menilai dan mengelola
pelaksanaan pekerjaan oleh para pegawai/karyawan.
2. Penilaian kinerja adalah usaha mengidentifikasi dan menilai aspek-aspek pelaksanaan
pekerjaan yang berpengaruh kepada kesuksesan organisasi non profit dalam mencapai
tujuannya.
3. Penilaian kinerja adalah kegiatan mengukur/menilai untuk menetapkan seorang
pegawai/karyawan sukses atau gagal dalam melaksanakan pekerjaannya dengan
mempergunakan standar pekerjaan sebagai tolok ukurnya.
Armstrong (1998) menjelaskan bahwa penilaian kinerja bukanlah kegiatan kontrol atau
pengawasan, dan bukan pula mencari-cari kesalahan untuk menjatuhkan sanksi atau hukuman.
Kegiatannya difokuskan pada usaha mengungkapkan kekurangan dalam bekerja untuk
diperbaiki dan kelebihan bekerja untuk dikembangkan, agar setiap karyawan mengetahui
tingkat efisiensi dan efektivitas kontribusinya dalam melaksanakan pekerjaannya guna
mencapai tujuan organisasi nonprofit yang mempekerjakannya. Untuk itu aspek-aspek yang
dinilai harus sesuai dengan apa yang seharusnya dikerjakan, sebagaimana terdapat di dalam
analisis pekerjaan berupa deskripsi pekerjaan.
Kesimpulan
ISO 9001 adalah standar internasional tentang sistem manajemen mutu di mana sebuah
organisasi membutuhkannya untuk memperlihatkan kemampuan secara konsisten dalam
memenuhi persyaratan customer, peraturan dan perundang-undangan sekaligus bertujuan
11
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (ISO 9001, 2008). Sedangkan ISO 14001 adalah
standar internasional yang dapat diterapkan oleh organisasi yang bermaksud untuk
menetapkan, menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan (ISO
14001, 2004).
Sistem manajemen terintegrasi adalah penggabungan dua buah sistem manajemen
menjadi sebuah sistem manajemen yang mampu merepresentasikan kepentingan kedua sistem
manajemen pembentuknya. Karapetrovic dan Willborn (1998, dalam Zeng, S. X et al, 2005)
memaparkan bahwa integrasi dua sistem berarti menghubungkan kedua sistem tersebut yang
berdampak pada hilangnya independensi masing-masing sistem.
Dengan sistem standar manajemen yang terpadu antara ISO 9001 dan ISO 14001 dapat
meningkatkan manajemen kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penerapan system yang
terimtergrasi dalam meningkatkan manajemen kinerja melalui fase-fase antara lain introduksi,
intergrasi, dan fase internalisasi.
Setelah melakukan implementasi perusahaan harus melakukan penilaian terhadap
keberhasilan dari sisitem standar tersebut. Armstrong (1998) menjelaskan bahwa penilaian
kinerja bukanlah kegiatan kontrol atau pengawasan, dan bukan pula mencari-cari kesalahan
untuk menjatuhkan sanksi atau hukuman.
12