Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak organisasi pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah di Indonesia.

Organisasi pelayanan kesehatan tersebut diantaranya yaitu puskesmas, rumah sakit pemerintah dan balai-balai kesehatan. Selain itu juga ada dari pihak swasta yang menyediakan pelayanan kesehatan seperti klinik, praktek dokter swasta, rumah sakit bersalin dan lain-lain. Dari berbagai macam pelayanan kesehatan banyak yang masih membuat masyarakat tidak puas dikarenakan lamanya pelayanan kesehatan yang diberikan, mahalnya biaya, kurang lengkapnya fasilitas yang tersedia dan lain-lain (Maharani, 2009). Tuntutan kualitas menjadi prioritas di Indonesia khususnya dalam pelayanan di rumah sakit terutama di kota besar. Rumah sakit tidak cukup bila hanya menawarkan pelayanan dengan konsep asal selamat tetapi perlu menawarkan hasil maksimal berupa pelayanan yang berdasarkan kepuasan dengan standar profesi yang tinggi. Rumah sakit tidak hanya berfungsi untuk kegiatan mengobati, tetapi merupakan tempat untuk meningkatkan status kesehatan individu, sehingga kualitas kesehatan dan hidup manusia Indonesia meningkat pula. Lebih jauh dikatakan bahwa rumah sakit merupakan salah satu tatanan pemberi jasa layanan kesehatan yang semakin berkembang dan jika dilihat jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun (Hafizurrachman, 2009). Dalam era keterbukaan batas geografi, hambatan yang dihadapi adalah munculnya pesaing baru yakni berdirinya rumah sakit yang bukan hanya berasal dari tingkat local maupun nasional saja, tetapi berasal dari tingkat internasional. Oleh karena itu, diharapkan rumah sakit yang telah berdiri dan beroperasi di saat ini harus mempersiapkan diri untuk membina organisasinya terutama sumber daya dan sistem manajerial agar mampu

menciptakan jasa pelayanan kesehatan rumah sakit yang berkualitas bagi pelanggannya (Hafizurrachman, 2009). Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi pemacu rumah sakit organisasi pelayanan kesehatan terutama

untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pelayanannya. Maka dari itu berbagai macam alat (tools) telah digunakan oleh organisasi pelayanan kesehatan untuk memperbaiki kualitas pelayanan seperti Gugus Kendali Mutu (GKM), Total Quality

Management (TQM), akreditasi, dan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9000.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari karya ilmiah ini yaitu untuk mengidentifikasi sertifikasi rumah sakit dengan standar ISO: 9000 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi pengertian dan seri ISO: 9000 b. Untuk mengidentifikasi prinsip acuan dan kerangka kerja pada ISO: 9000 c. Untuk mengidentifikasi model proses yang terdapat pada klausul klausul ISO: 9000 d. Untuk mengidentifikasi manfaat implementasi ISO: 9000 di rumah sakit e. Untuk mengidentifikasi hambatan penerapan ISO: 9000 di rumah sakit

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian dan Seri yang terdapat dalam ISO: 9000 ISO 9000 merupakan suatu SMM (Sistem Manajemen Mutu ) yang bersifat global dan diakui internasional serta dapat diterapkan di berbagai jenis organisasi. ISO berasal dari kata Yunani yang artinya sama seperti pada istilah isobar yang berarti tekanan yang sama atau isoterm yang berarti temperatur yang sama. ISO 9000 adalah nama generik yang dikeluarkan pada tahun 1987 oleh organisasi internasional untuk standarisasi di Genewa, Switzerland (Suardi, 2004). ISO bukanlah suatu standar produk karena dalam ISO 9000 adalah standar SMM dan bukanlah berisi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu produk atau jasa sehingga tidak dapat untuk menginspeksi suatu produk terhadap standar-standar produk. Namun pada SMM ISO 9000, fokus kepada

pelanggan dalam arti memperhatikan harapan atau kepuasan pelanggan adalah salah satu prinsipnya (Gasperz, 2003). Seri ISO 9000 telah mengalami beberapa kali perubahan. ISO 9000:1994 (tahun 1994) berganti menjadi seri ISO 9001:2000 (tahun 2000) dan pada tahun 2008 telah direvisi menjadi ISO 9001:2008. Seri ISO 9000:1994 dikelompokkan menjadi ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003 dan ISO 9004. Menurut Suardi (2004), masing-masing pengelompokan tersebut merupakan model sistem mutu yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut: 1. ISO 9001:1994 adalah model sistem mutu untuk desain,

pengembangan, produksi, pengantaran jasa, instalasi dan purna jual; 2. ISO 9002:1994 adalah model sistem mutu untuk pengembangan, produksi, pengantaraan jasa, instalasi dan purna jual; 3. ISO 9003:1994 adalah model sistem mutu untuk pengujian dan inspeksi akhir, 4. ISO 9004:1994 adalah pedoman penerapan SMM.

Tahun 2000 terjadi penggabungan ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9004 edisi tahun 1994 menjadi ISO 9001:2000. ISO 9001:2000 berisi empat persyaratan yaitu tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, manajemen proses dan pengukuran, dan analisis peningkatan (Suardi, 2004). Sedangkan menurut Sulistijo (2005) ISO merupakan anonim dari International Organization for Standardization yang bertanggungjawab menghimpun standarisasi di dunia. Badan ISO memiliki komite teknik yang bertanggungjawab terhadap pengembangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 . ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan

rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan ini dapat merupakan kebutuhan spesifik dari pelanggan, di mana organisasi yang dikontrak itu bertanggung jawab untuk menjamin kualitas dari produkproduk tertentu, atau merupakan kebutuhan dari pasar tertentu, sebagaimana ditentukan oleh organisasi (Vincent, 2006). Jangka waktu dari implementasi awal sampai dengan sertifikasi di rumah sakit di Indonesia yaitu kurang dari 3 bulan (6,25%), 3 bulan sampai 7 bulan (56,25%), 7 bulan sampai 1 tahun (25%), dan lebih dari 1 tahun (12,5%). Jangka waktu tersebut tergantung dari kesiapan masingmasing organisasi. Selanjutnya setelah audit sertifikasi dan terdapat temuan, maka organisasi diberi kesempatan untuk memperbaiki. Setelah organisasi dinyatakan layak mendapatkan sertifikasi ISO 9000, maka organisasi akan terus dinilai dengan adanya audit surveilans setiap 6 bulan sekali oleh lembaga sertifikasi. Audit surveilans ini dilaksanakan secara terus menerus selama tiga tahun sesuai dengan jangka waktu berlakunya sertifikasi ISO 9000 habis (Suardi, 2004).

B. Prinsip Acuan dalam Kerangka Kerja ISO: 9000 Berdasarkan Hafizurrachman (2009) dalam ISO 9001:2000 terdapat delapan prinsip sistem manajemen mutu yang dijadikan sebagai acuan kerangka kerja yang membimbing organisasi menuju peningkatan kualitas kerja. Kedelapan prinsip tersebut adalah :
1.

Fokus Pelanggan Pelanggan merupakan bagian yang sangat penting bagi organisasi, oleh sebab itu manajemen organisasi harus benar-benar memahami, memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini yang akan datang bahkan melebihi harapan pelanggan.

2.

Kepemimpinan Pemimpin sangat penting dalam menciptakan kesatuan arah dan tujuan organisasi, menciptakan dan mempertahankan lingkungan lingkungan internal sehingga personel terlibat secara penuh untuk mencapai tujuan organisasi.

3.

Keterlibatan Personel Keterlibatan personel secara penuh pada semua tingkatan organisasi sangat penting sehingga kemampuan personel dapat digunakan untuk kepentingan organisasi.

4.

Pendekatan Proses Pendekatan proses sangat penting untuk mencapai hasil yang diinginkan agar lebih efisien dengan mengelola aktivitas dan sumber daya yang berkaitan sebagai suatu proses. Proses merupakan integrasi yang berurutan dari personel, material, metode, mesin dan peralatan dalam lingkungan untuk menghasilkan keluaran yang memiliki nilai tambah bagi pelanggan.

5.

Pendekatan Sistem terhadap Manajemen Identifikasi, pemahaman dan pengelolaan proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem yang mendukung efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya.

6.

Peningkatan Berkesinambungan

Peningkatan kesinambungan akan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan dan harus menjadi komitmen perusahaan. Peningkatan berkesinambungan merupakan proses berkesinambungan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi dalam memenuhi kebijakan dalam mencapai tujuan organisasi.
7.

Pendekatan Faktual dalam Pengambilan Keputusan Keputusan yang efektif harus berdasarkan keputusan analisis data dan informasi yang faktual, sehingga masalah mutu dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan yang diambil harus ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.

8.

Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan Organisasi dan pemasoknya saling bergantung dan berhubungan saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah bagi pelanggan.

C. Model Proses yang terdapat pada Klausul - Klausul ISO: 9000 Menurut Gasperz (2003), lima bagian utama model proses yang menjabarkan sistem manajemen organisasi yang terdapat pada klausulklausul ISO 9000 yaitu: 1. Klausul empat yaitu Sistem Manajemen Mutu a. Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan,

menerapkan dan memelihara suatu sistem manajemen mutu dan secara berkesinambungan meningkatkan keefektifannya yang sesuai dengan persyaratan Standar Internasional ini. Organisasi harus : 1) Mengidentifikasi proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan penerapannya di seluruh organisasi 2) Menentukan urutan dan interaksi dari proses-proses tersebut

3) Menentukan kriteria dan metode yang diperlukan untuk memastikan baik pelaksanaan dan pengendalian proses tersebut efektif. 4) Memastikan tersedianya sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemantauan proses tersebut 5) Memantau, mengukur dan menganalisa proses tersebut, dan 6) Menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang telah direncanakan, dan secara berkesinambungan meningkatkan proses tersebut. Proses-proses ini harus dikelola oleh organisasi sesuai dengan persyaratan Standard Internasional. Jika suatu organisasi memilih untuk memberikan kepada sumber luar suatu proses yang mempengaruhi kesesuaian produk terhadap persyaratan,

organisasi harus memastikan adanya pengendalian atas prosesproses seperti itu. Pengendalian dari proses-proses seperti diatas harus diidentifikasi dalam sistem manajemen mutu. b. Persyaratan Dokumentasi Umum Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu harus mencakup : 1) pernyataan terdokumentasi dari kebijakan mutu dan sasaran mutu 2) pedoman mutu 3) prosedur terdokumentasi yang disyaratkan oleh Standar Internasional ini 4) dokumen yang dibutuhkan oleh organisasi untuk memastikan keefektifan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dari proses-proses tersebut; dan 5) catatan mutu yang dipersyaratkan oleh Standar

Internasional Pedoman mutu

Organisasi harus menyusun dan memelihara suatu pedoman mutu yang mencakup : 1) ruang lingkup sistem manajemen mutu, termasuk detil dari dan pembenaran untuk setiap pengecualian 2) prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk sistem manajemen mutu atau mengacu padanya, dan 3) suatu gambaran dari interaksi antar proses dalam sistem manajemen mutu Pengendalian dokumen Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh sistem

manajemen mutu harus dikendalikan. Suatu prosedur terdokumentasi harus dibuat untuk menentukan pengendalian yang diperlukan : 1) Untuk menyetujui dokumen akan kecukupannya

sebelum diedarkan 2) Untuk meninjau dan memuktahirkan seperlunya dan menyetujui ulang dokumen. 3) Untuk memastikan bahwa perubahan dan status revisi terakhir dari dokumen dapat teridentifikasi. 4) Untuk memastikan bahwa versi relevan dari dokemen yang berlaku tersedia di tempat pemakaiannya. 5) Untuk memastikan bahwa dokumen tetap dapat dibaca dan mudah diidentifikasi 6) Untuk memastikan bahwa dokumen dari luar

teridentifikasi dan pendistribusiannya dikendalikan; dan 7) Untuk mencegah penggunaan yang tidak diinginkan terhadap dokumen kadaluwarsa, dan memberikan

identifikasi yang memadai padanya jika disimpan untuk sasaran tertentu. Pengendalian catatan Catatan harus ditetapkan dan dipelihara untuk memberikan bukti kesesuaian pada persyaratan dan

keefektifan pelaksanaan dari sistem manajemen mutu. Catatan haruslah tetap dapat dibaca, mudah diidentifikasi dan diambil. 2. Klausul lima yaitu tanggung jawab manajemen a. Komitmen Manajemen Manajamen puncak harus memberikan bukti dari komitmennya untuk pengembangan dan penerapan sistem manajemen mutu dan secara berkesinambungan meningkatkan keefektifitasnya dengan cara : 1) mengkomunikasikan kepada organisasi tentang pentingnya memenuhi persyaratan pelanggan serta undang-undang dan peraturan yang berlaku. 2) menetapkan kebijakan mutu 3) memastikan bahwa sasaran mutu ditetapkan 4) menyelenggarakan tinjauan manajemen 5) memastikan tersedianya sumber daya b. Fokus terhadap pelanggan Manajemen puncak harus memastikan bahwa persyaratan pelanggan ditentukan dan dipenuhi dengan tujuan untuk peningkatan kepuasan pelanggan. c. Kebijakan mutu Manajemen puncak harus memastikan bahwa kebijakan mutu : 1) sesuai dengan sasaran organisasi 2) mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan dan secara berkesinambungan meningkatkan keefektifan manajemen mutu 3) menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau ulang sasaran mutu 4) dikomunikasikan dan dipahami dalam organisasi, dan 5) ditinjau untuk kesesuaian yang berlanjut. d. Perencanaan Sasaran mutu

Perencanaan sistem manajemen mutu Manajemen puncak harus memastikan bahwa : 1) perencanaan sistem manajemen mutu dilaksanakan dalam usaha memenuhi persyaratan yang diberikan dan juga sasaran mutu, dan 2) keterpaduan sistem manajemen mutu dipelihara ketika perubahan pada sistem manajemen mutu direncanakan dan diterapkan.

e. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi Tanggung jawab dan wewenang Wakil manajemen Manajemen puncak harus menunjuk seorang anggota manajemen, yang diluar tanggung jawab yang lain, harus memiliki tanggung jawab dan wewenang yang didalamnya. Komunikasi internal

f. Tinjauan manajemen Umum Tinjauan ini harus mencakup penilaian peluang untuk perbaikan dan kebutuhan akan perubahan sistem manajemen mutu, mencakup kebijakan mutu dan sasaran mutu. Masukan tinjauan Masukan informasi: 1) hasil audit 2) umpan balik pelanggan 3) kinerja proses dan kesesuaian produk 4) status tindakan pencegahan dan koreksi 5) tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya 6) perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, dan 7) rekomendasi untuk perbaikan Keluaran tinjauan untuk tinjauan manajemen harus meliputi

Keluaran

dari

tinjauan

manajemen

harus

mencakup

keputusan dan tindakan apapun 3. Klausul enam yaitu sumber daya a. Penyediaan sumber daya b. Sumber daya manusia Umum Personel yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu produk harus memiliki kompetensi berdasarkan pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman yang sesuai. Kompetensi, kesadaran dan pelatihan

c. Prasarana Organisasi (rumah sakit) harus menentukan, menyediakan dan memelihara prasarana yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk. Prasarana mencakup, dimana berlaku : 1) gedung, ruang kerja, dan kelengkapan terkait, 2) peralatan proses (baik perangkat keras dan lunak), dan 3) jasa pendukung (seperti transportasi atau komunikasi) d. Lingkungan kerja Organisasi harus menentukan dan mengatur lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk. 4. Klausul tujuh yaitu realisasi produk a. Perencanaan realisasi produk b. Proses yang berkaitan dengan pelanggan Penentuan persyaratan yang berhubungan dengan produk Tinjauan persyaratan yang berkaitan dengan produk Komunikasi dengan pelanggan

c. Perancangan dan pengembangan d. Pembelian Proses pembelian

Informasi pembelian Verifikasi terhadap produk yang dibeli

e. Produksi dan penyediaan jasa Pengendalian produksi dan penyediaan jasa Validasi proses untuk produksi dan penyediaan jasa Identifikasi dan mampu telusur Kepemilikan pelanggan Pemeliharaan produk

f. Pengendalian sarana pemantauan dan pengukuran 5. Klausul delapan yaitu analisis pengukuran dan peningkatan a. Umum Rumah sakit harus merencanakan dan menerapkan prosesproses pemantauan, pengukuran, analisa dan perbaikan yang diperlukan untuk: 1) untuk menyatakan kesesuaian produk 2) untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu dan 3) untuk secara berkesinambungan meningkatkan keefektifan sistem manajemen mutu Ini harus mencakup penentuan metode yang dapat diterapkan, termasuk teknik statistik dan jangkauan

penggunaannya. b. Pemantauan dan Pengukuran Kepuasan pelanggan Audit internal Pemantauan dan pengukuran proses Pemantauan dan pengukuran produk

c. Pengendalian produk yang Tidak Sesuai Organisasi harus memastikan bahwa produk yang tidak sesuai dengan persyaratan produk diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah penggunaan atau pengiriman yang tidak diinginkan. d. Analisa data

Organisasi

harus

menentukan,

mengumpulkan

dan

menganalisa data yang sesuai untuk menyatakan kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen mutu dan untuk mengevaluasi dimana peningkatan berkesinambungan terhadap keefektifan sistem manajemen mutu dapat dilakukan. Analisa data harus memberikan informasi yang berhubungan dengan : 1) kepuasan pelanggan 2) kesesuaian dengan persyaratan produk 3) karakteristik dan kecenderungan proses dan produk termasuk peluang untuk tindakan pencegahan, dan 4) pemasok e. Peningkatan Peningkatan berkesinambungan Tindakan perbaikan Tindakan pencegahan

D. Manfaat Implementasi ISO: 9000 Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan penerapan ISO 9000 di organisasi pelayanan kesehatan terutama rumah sakit. Menurut Gasperz (2003), Staines (2000) dan Rissanen (2000), manfaat implementasi ISO 9000 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan 2. Meningkatkan image perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global 3. Menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem mutu oleh pelanggan karena operasi internal menjadi lebih baik 4. Menjamin peningkatan mutu secara terus menerus 5. Mampu untuk melacak jejak atau menelusuri 6. Sistem pengendalian yang konsisten dan menjamin adanya

pemeriksaan ulang secara keseluruhan

7. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer rumah sakit melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik; 8. Terjadi perubahan positif adalah hal kultur mutu dari anggota rumah sakit, karena manajemen dan karyawan terdorong untuk

mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000 hanya berlaku 3 tahun.

E. Hambatan Implementasi ISO: 9000 Menurut Suardi (2004) keadaaan yang sering menjadi hambatan suatu organisasi dalam menerapakan SMM ISO 9000 adalah kurangnya komitmen, kurangnya sumber daya, kurangnya partisipasi, keterbatasan waktu, kurangnya pemahaman, kurangnya pemantauan dan pembatasan oleh eksternal.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ISO (International Organization for Standardization) merupakan merupakan suatu SMM (Sistem Manajemen Mutu ) yang bersifat global dan diakui internasional serta dapat diterapkan di berbagai jenis organisasi salah satunya rumah sakit yang bertanggungjawab menghimpun

standarisasi di dunia. Organisasi pelayanan kesehatan terutama rumah sakit yang menggunakan sertifikasi ISO salah satunya adalah untuk memberikan kepuasan terhadap pelanggan (pasien, keluarga pasien, masyarakat dan lain-lain). Banyak manfaat yang di dapat dalam penerapan ISO di rumah sakit meskipun terdapat hambatan yang harus dilalui agar rumah sakit dapat memberikan mutu pelayanan yang terus meningkat.

B. Saran Masih banyak rumah sakit bahkan organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia yang masih perlu untuk meningkatkan mutu pelayanannya demi kepuasan pelanggan dengan taraf internasional. Maka dari itu demi kelancaran dan keberhasilan dalam menerapkan ISO di rumah sakit hendaknya seluruh karyawan dari atasan hingga bawahan ikut terlibat di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA Gaspersz, V. 2003. ISO 9001: 2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Hafizurrachman. Q-Hospital. Diunduh dari http://www.esnips.com/doc/573244aebe5c-4bc5-aefc-3f59977e2145 Posted 27 Juli 2009. (diakses pada tanggal 12 September 2013 ) Maharani, C. 2007. Evaluasi Continous Quality Improvement (CQI) di Rumah Sakit yang Mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 di Indonesia. Tesis. Yogyakarta: Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Suardi, R. 2004. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000: Penerapannya Untuk Mencapai TQM. Jakarta: Penerbit PPM www.beritajakarta.com (diakses tanggal 12 September 2013 ) Sulistijo Sidarto Mulyo, dkk. 2005. Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 . Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Vincent Gaspersz. 2006. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

MAKALAH Akreditasi Rumah Sakit dengan Sertifikasi ISO Disususun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Koordinator: Agus Santoso, S.Kp, M.Kep

Oleh: Intan Herdini Devi 22020110141015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

Anda mungkin juga menyukai