Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

I.

Konsep Dasar Osteoartritis


A. Pengertian
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi
( Soenarwo, 2011).
Osteoatritis (OA) merupakan penyakit yang degenerative yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Verterbra, panggul, lutut dan pergelangan kaki
paling sering terkena (OA). (Sudoyo Aru, dkk 2009).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).
B. Penyebab Osteoartritis
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor
resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain:
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat
penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
prubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Pengausan (wear and tear)


Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
4. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
5. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
6. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
7. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
8. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang
sehingga mempercepat proses degenerasi.
9. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa
akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun
C. Tanda dan Gejala
Beberapa gejala penyakit osteoatritis dapat langsung dikenali atau
dirasakan oleh penderita. Di antara gejala tersebut adalah:
1. Nyeri sendi, keluhan utama
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelanpelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi

4. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya berjalan
7. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
D. Patofisiologis
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan

mengakibatkan terbatasnya

gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwaperistiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
E. Jenis-jenis
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
1. Reumatik Sendi ( Artikuler )

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik


sendi(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:
a. Artritis Reumatoid
Merupakan

penyakit

autoimun

dengan

proses

peradangan

menahunyang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi


danberbagai

organ

di

dipersendianmenyebabkan
Peradangansendi

luar

persendian.Peradangan

kerusakan struktur sendi

biasanya

mengenai

yang

beberapa

kronis
terkena.

persendian

sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput


sendi)serta

pembentukan

pannus

yang

mengakibatkan

kerusakan

padarawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendiantangan


dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab Artritis
Rematoid belum diketahui dengan pasti. Adayang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya.Namun semuanya belum terbukti.
Berbagai faktor termasukkecenderungan genetik, bisa mempengaruhi
reaksi

autoimun.Bahkan

beberapa

kasus Artritis

Rematoid

telah

ditemukanberhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tibatibakehilangan

suami

atau

istri,

kehilangan

satu-satunya

anak

yangdisayangi, hancurnya perusahaan yang dimilikinya dan sebagainya.


Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran (Hipertrofi)
dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial
yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut
panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas (kelainan bentuk).
b. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis,
morfologis, dan keluaran klinis yang sama. Proses penyakitnya berawal
dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan

sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium


lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya
fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi
penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40
tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa, genetik,
kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah
raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
c. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout
akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan
kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil
buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang
meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
2. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunakdi


luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatikluar sendi
(ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis reumatik yangsering ditemukan
yaitu:
a. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuhdan
anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia
lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b. Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal
di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung
pembungkus tendon.
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis
ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa
timbul akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau
radang sendi.
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau
otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout
dan pseudogout.
e. Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik
yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri
maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi,
tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
f. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral
dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.
g. Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan
atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan
belikat, terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping.
Akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tesserologi
a. Sedimentasi eritrosit meningkat
b. Darah, bias terjadi anemia dan leukositosis
c. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
a. Periartricular osteoporosis, permulaan persen dianerosi
b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan synovial menunjukkan adanya proses radanga septik, cairan dari sendi
dikultur dan bias diperiksa secara makroskopik.
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
3.
4.
5.
6.

yang sakit.
Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
Dukungan psikososial
Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang

tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat
dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh
diberikan pada penderita osteoartritis.
H. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying
antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya

berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan


neuropati iskemik akibat vaskulitis.
Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
1. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
2. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
3. Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika

limfa

membesar

kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih


dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

II.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa
kaku.

4. Pola fungsi Gordon


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan
yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.
b. Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan,
dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.
c. Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan
warna
d. Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri,
dibantu atau menggunakan alat
e. Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya
f. Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas
nyerinya seperti apa), Region (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala
nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat).
g. Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas
diri, gambaran diri.
h. Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai
adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar
limfe aksila.

d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,


skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas
pada fundus. Kelenjar parotis membesar
e. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak
menyeababkan iritasi.
f. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
g. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi
katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi pleura, fibrosis, nodul
infark, sindroma caplan)
h. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
i. Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis
(kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan tandatanda kompresi medula spinalis.
j. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan
kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan sekitar
patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi pergelangan
kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior.
k. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk
menentukan adanya darah.

6. Fungsional klien
a. Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri
atau bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK),
berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah
pemeriksaan disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada
tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya.
Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri
evaluasi dan aktivitas rehabilitasi. Pengukuran pada kondisi ini meliputi:
Termasuk kategori manakah klien?
1) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB/BAK), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi

2) Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas


3) Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi lain
4) Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan salah satu fungsi diatas
5) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu fungsi
yang lain
6) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain
7) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
Keterangan :
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif
dari orang lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
7. Status mental dan kognitif gerontik
a. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual.
Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi,
riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan
perawatan diri, memori jangka panjang dan kemampuan matematis atau
perhitungan (Pfeiffer, 2002).
b. MiniMental Status Exam (MMSE)
Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari
fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat
kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau
kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan lanjut. Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit
untuk melengkapi dan dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat
digunakan sendiri untuk tujuan diagnostic. karena pemeriksaan MMSE
mengukur

beratnya

kerusakan

kognitif

dan

mendemonstrasikan

perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan. Ini merupakan


suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang
berhubungan dengan intervensi. Alat pengukur status afektif bdigunakan
untuk membedakan jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsifungsi dari suasana hati. Depresi adalah umum pada lansia dan sering

dihubungkan dengan kacau mental dan disorientasi, sehingga seorang


lansia depresi sering disalah artikan dengan dimensia. Pemeriksaan
status mental tidak dengan jelas membedakan antara depresi dengan
demensia, sehingga pengkajian afektif adalah alat tambahan yang
penting.
B. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan
fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
d. Risiko Cidera
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
C. Perencanan
1

Diagnosa
Nyeri
kronis

Intervensi
b/d NOC :

NIC :

berhubungan dengan agen Pain control


cedera biologis, distensi Setelah

Pain Management

dilakukan 1

Lakukan

jaringan oleh akumulasi asuhan keperawatan

pengkajian nyeri

cairan/proses

secara

distruksi sendi.

inflamasi, selama ... x 24 jam,


dengan

Kriteria

komprehensif

Hasil :

termasuk lokasi,

Mampu

karakteristik,

mengontrol nyeri

durasi, frekuensi,

(tahu

penyebab

kualitas

nyeri,

mampu

menggunakan

nonfarmakologi
untuk

faktor presipitasi
Observasi reaksi
nonverbal

tehnik
3

dan

dari

ketidaknyamanan
Gunakan teknik

mengurangi

komunikasi

nyeri,

terapeutik untuk

mencari

bantuan)
Melaporkan
bahwa

mengetahui
pengalaman nyeri
nyeri

berkurang dengan 4

pasien
Kaji kultur yang

menggunakan

mempengaruhi

manajemen nyeri
Mampu

respon nyeri
Evaluasi

mengenali

nyeri

pengalaman nyeri

(skala, intensitas,
frekuensi
4

dan

pasien dan tim

tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman

masa lampau
Evaluasi bersama
kesehatan

setelah

lain

tentang

nyeri berkurang

ketidakefektifan
kontrol
7

nyeri

masa lampau
Bantu pasien dan
keluarga

untuk

mencari

dan

menemukan
8

dukungan
Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan

kebisingan
Kurangi
faktor

presipitasi nyeri
10 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri

(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
11 Kaji tipe dan
sumber

nyeri

untuk
menentukan
intervensi
12 Ajarkan tentang
teknik

non

farmakologi
13 Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri
14 Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
15 Tingkatkan
istirahat
16 Kolaborasikan
dengan

dokter

jika ada keluhan


dan

tindakan

nyeri

tidak

berhasil
17 Monitor
penerimaan
pasien

tentang

manajemen nyeri
Analgesic
Administration
1

Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas,

dan

derajat

nyeri

sebelum
2

pemberian obat
Cek
instruksi
dokter

tentang

jenis obat, dosis,


3

dan frekuensi
Cek
riwayat

alergi
Pilih

analgesik

yang

diperlukan

atau

kombinasi

dari

analgesik

ketika pemberian
5

lebih dari satu


Tentukan pilihan
analgesik
tergantung
dan

tipe

beratnya

nyeri
Tentukan
analgesik pilihan,
rute

pemberian,

dan dosis optimal


Pilih
rute
pemberian secara
IV,

IM

untuk

pengobatan nyeri
8

secara teratur
Monitor vital sign
sebelum
sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali

dan

Berikan analgesik
tepat

waktu

terutama

saat

nyeri hebat
10 Evaluasi
efektivitas
analgesik,

tanda

dan gejala (efek


samping)
2

Hambatan Mobilitas Fisik NOC:


berhubungan

dengan Joint

NIC:
Movement

: Exercise Therapy :

deformitas skeletal, nyeri, Active

ambulation

ketidaknyamanan,penurun

Mobility Level

an kekuatan otot

Self Care : ADLs

sign

Transfer Performance

sebelum/sesudah

Monitoring vital

latihan dan lihat


Setelah

dilakukan

respon pasien saat

asuhan keperawatan
selama ... x 24 jam,

dengan

klien dapat :
1 Klien
dalam

latihan
Konsultasikan
fisik

meningkat

sesuai

fisik
2 Mengerti tujuan dari
3

dalam

meningkatkan
kekuatan
kemampuan
berpindah
4 Memperagakan

dengan

kebutuhan
Bantu klien untuk
menggunakan

mobilitas
3 Memverbalisasikan
perasaan

tentang

rencana ambulasi

aktivitas

peningkatan

terapi

tongkat

saat

berjalan

dan

cegah
dan
4

terhadap

cedera
Ajarkan

pasien

atau

tenaga

kesehatan

lain

penggunaan
bantu

alat

tentang

untuk

mobilisasi (walker)

teknik

ambulasi
Kaji kemampuan
pasien

dalam

mobilisasi
Latih
pasien
dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara

mandiri

sesuai
7

kemampuan
Damping
dan
bantu pasien saat
mobilisasi

dan

bantu

penuhi

kebutuhan ADLs
8

ps
Berikan

alat

bantu jika klien


9

memerlukan
Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah
dan

posisi
berikan

bantuan
3

Defisit

perawatan

berhubungan
perubahan

diperlukan.
NIC

diri NOC

dengan Activity Intolerance

Self-Care Assistance

dan Mobility : physical : Bathing/Hygiene

ketergantungan fisik serta impaired


psikologis

jika

yang Self

care

1. Menyediakan
Deficit

lingkungan yang

disebabkan oleh penyakit Hygiene

terapeutik

atau terapi

(hangat, santai ,

Setelah

diberikan

asuhan keperawatan
selama

2x24

diharapkan
perawatan

jam
deficit

diri

mandi

dan

berpakaian

bisa

terpenuhi

dengan

kriteria hasil :
a Mampu
sendiri

secara

mandiri

atau dibantu
Mampu
untuk
mempertahankan
kebersihan

dan

penampilan yang
secara

mandiri
c

atau

dibantu
Mampu
dan

menyediakan
tempat handuk ,
sabun

dan
mandi
yang

dibutuhkan

di

kamar mandi
4. Memantau
pembersihan diri
menurut
kemampuan
perawatan

diri

pasien.
5. Memantau
integritas

kulit

bantuan

sampai

pasien

mengeringkan
tubuh.
Resiko cidera

tubuhnya.
3. Membantu

pasien
6. Memberikan

membersihkan

mandi/mengelap

lainnya

tubuh

rapi

untuk

peralatan

membersihkan

dan personal )
2. Membantu pasien

sepenuhnya dapat
mengasumsikan

perawatan diri
NOC
NIC
Risk Control
Environment
Kriteria Hasil :
1. Klien
terbebas Managemen
dari cidera
2. Klien
mampu
menjelaskan cara
atau

metode

1. Sediakan
lingkungan yang
aman

bagi

untuk mencegah
injury atau cidera
3. Klien
mampu

pasien
2. Identifikasi
kebutuhan

menjelaskan

keamanan

factor risiko dari

pasien,

sesuai

lingkungan/

kondisi

fisik,

perilaku personal
4. Mampu
memodifikasi
gaya hidup untuk
mencegah injury
5. Menggunakan
fasilitas
kesehatan

yang

ada
6. Mampu
mengenali
perubahan status
kesehatan

fungsi

kognitif

pasien

dan

riwayat penyakit
terdahulu
3. Menghindari
lingkungan yang
berbahaya
4. Menyediakan
tempat

tidur

yang

nyaman

dan bersih
5. Memasang side
rall

ditempat

tidur
6. Menempatkan
saklar

lampu

ditempat

yang

mudah dijangkau
pasien
7. Menganjurkan
keluarga
menemani
pasiem
8. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
9. Memindahkan
barang
yang

barang
dapat

membahayakan
10. Berikan
penjelasan
kepada
dan

pasien
keluaraga

atau pengunjung
adanya
perubahan status
kesehatan

dan

penyebab
5

Kurang
(kebutuhan
mengenai

penyakit
NIC

pengetahuan NOC

belajar) Knowledge : disease Teaching : Disease


penyakit, process

Process

prognosis dan kebutuhan Knowledge : health

Berikan

perawatan dan pengobatan Behavior

penilaian tentang

berhubungan

tingkat

dengan

kurangnya

Kriteria Hasil :

pemahaman/mengingat

kesalahan

interpretasi

pengetahuan

Pasien

dan

keluarga

informasi.

menyatakan
2

pemahaman
kondisi,
dan

dan

penyakit

dan

bagaimana

hal

yang

dijelaskan secara
dan

fisiologi,

dengan cara yang

melaksanakan

yang spesifik
Jelaskan

dan

keluarga mampu

benar
Pasien

penyakit

dengan anatomi

pengobatan
Pasien

prosedur

proses

ini berhubungan

program
2

tentang

patofisiologi dari

tentang penyakit,
prognosis

pasien

tepat.
Gambarkan
tanda dan gejala
yang

biasa

muncul

pada

keluarga mampu

penyakit, dengan

menjelaskan
kembali apa yang

proses penyakit,

dijelaskan

dengan cara yang

perawat/tim
kesehatan lainnya

cara yang tepat


Gambarkan

tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengna cara yang

tepat
Sediakan
informasi
pasien

pada
tentang

kondisi, dengan
7

cara yang tepat


Hindari harapan

yang kosong
Sediakan
bagi
keluarga
informasi
tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang

tepat
Diskusikan
perubahan gaya
hidup

yang

mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi

di

masa yang akan


datang dan atau

proses
pengontrolan
penyakit
10 Diskusikan
pilihan

terapi

atau penanganan
11 Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second

opinion

dengan cara yang


tepat

atau

diindikasikan
12 Eksplorasi
kemungkinan
sumber

atau

dukungan,
dengan cara yang
tepat
13 Rujuk

pasien

pada grup atau


agensi

di

komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
14 Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk
melaporkan pada
pemberi
perawatan

kesehatan,
dengan cara yang
tepat

D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencana yang
dilakukan
E. Evaluasi
Setelah melaksanakan tindakan keperawatan diharapka klien :
1 Rasa nyeri klien berkurang
2 Klien meningkat dalam aktivitas fisik
3 Mampu membersihkan tubuh sendiri secara mandiri atau dibantu
4 Klien terbebas dari cidera dan mampu menjelaskan cara atau metode untuk
5

mencegah injury atau cidera


Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

David.
2014.
Laporan
Pendahuluana
Osteoartritis.
Available
(http://davvhieedreeo.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluanosteoartritis-oa.html) diakses pada tanggal 7 Mei 2015

Gloria M. Bulecheck,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Sixth


Edition (NIC). Amerika:ELSEVIER
Muttaqin, A. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
NANDA, 2013 ,Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,
USA.
Price, Sylvia. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Rizha, 2013. Askep Gerontik Pasien dengan Rematik. Available
(http://rhizaners.blogspot.com/2013/02/askep-gerontik-pasien-denganrematik.html) diakses pada tanggal 7 Mei 2015

Sue Moorhead,dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification Fifth Edition (NOC).


Amerika : ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai