Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING

BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA

Disusun Oleh :
Dessy Krissyena

1320221128

Pembimbing :
dr. Shofia Agung Priyanto, Sp.B, Msi.Med

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
PERIODE 16 Maret 2015 22 Mei 2015
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR
KEPANITERAAN ILMU BEDAH

Journal Reading
Benign Prostatic Hyperplasia

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Ambarawa

Disusun Oleh :
Dessy Krissyena

1320.221.128

Telah disetujui oleh Pembimbing


Nama Pembimbing

Tanda Tangan

dr. Shofia Agung P, Sp.B, Msi.Med

Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Bedah

dr. Hery Unggul W, Sp.B

Tanggal

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan Journal Reading yang berjudul Benign
Prostatic Hyperplasia. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD Ambarawa. Penulis
berterimakasih kepada yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Hery Unggul W, Sp.B atas bimbingan dan kesabarannya selama penulis
menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. dr. Shofia Agung P, Sp.B, Msi.Med atas kesabaran dan bimbingannya
selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Bedah di
RSUD Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.
4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan
Kebidanan di RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat
penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan
penulis.

Ambarawa,

Mei 2015
Penulis

Hiperplasia Prostat Jinak (BPH)

Arie Parnham and Ahsanul Haq


Abstrak
Gejala Traktus Urinarius Bawah pada laki-laki (LUTs) dan hiperplasia prostat
jinak (BPH) mengambil proporsi utama dari kerja para ahli urologi, dan terus
berlanjut sampai masa mendatang dengan peningkatannya pada populasi orang
dengan usia tua. Ulasan pada artikel ini memberikan gambaran pemahaman pada
BPH dan LUTs pada lak-laki serta penelitiannya dan pilihan pengobatannya.
Kata kunci
Alpha-blocker, NICE, hiperplasia prostat jinak (BPH), terapi kombinasi, EAU,
gejala traktus urinarius bawah, residu post-miksi, PSA, skor gejala, TURP,
inhibitor 5--reduktase

Pendahuluan
Saat ini, memperluas intervensi pada populasi lansia dengan hiperplasia
prostat jinak (BPH), menjadi lebih penting bagi para ahli urologi. Telah lama
diketahui bahwa prevalensi BPH akan meningkat sejalan dengan usia, dengan
50% pada laki-laki di usia 50-an dan 88% di usia 80-an, dengan bukti histologis.
[1,2]
Definisi
BPH, mengacu pada proses histologi hiperplasia prostat. Istilah
prostatism sekarang menjadi berlebihan digunakan secara luas untuk menutupi
faktor klinis, patologis dan patofisiologi BPH dan gejala traktus urinarius bawah
(LUTs) dan salah target organ dan spesifisitas dengan jenis kelaminnya. Abrams
dan Chapple et al., mengusulkan serangkaian definisi yang akan lebih akurat yang
mencerminkan faktor klinis, patologis dan patofisiologinya (Tabel 1). [3,4]

Tabel 1. Definisi. [4,5]


Istilah

Definisi

Pembesaran Prostat Jinak (BPE)

Peningkatan ukuran kelenjar prostat karena histologi


dari BPH

Obstruksi Jalan Keluar Kandung


kemih (BOO)

Kondisi yang didiagnosis secara urodinamik yang


ditandai dengan peningkatan tekanan detrusor dan
penurunan aliran urin

Obstruksi Prostat Jinak (BPO)

Obstruksi pada kandung kemih karena pertumbuhan


jinak prostatik pada kasus tidak terdapat keganasan
pada prostat

Gejala Traktus Urinarius Bawah

Progresif, dipengaruhi usia, tidak spesifik pada jenis


kelamin, kelompok gejala tidak spesifik pada organ,
dengan laki-laki dan perempuan yang mempunyai gejala
yang berbeda pada penampungan urin, berkemih, and
post-miksi

(LUTS)

Benign prostatic hyperplasia (BPH) Proses histologi dari hiperplasia prostat


Gejala Pengumpulan (mengganti
gejala iritatif)

Gejala yang dialami selama penampungan urin misal


pada frekuensi siang hari, nokturia, urgensi,
inkontinensia

Gejala berkemih (menggantikan


gejala obstruktif)

Gejala yang dialami selama penampungan urin misal


pada hesistensi, aliran lambat, tidak puas saat berkemih,
intermiten, kencing menetes pada akhir

Gejala post-miksi

Gejala yang dialami selama penampungan urin misal


pada pengosongan kandung kemih inkomplit, kencing
menetes pada post-miksi

Tabel 2. Faktor Resiko [9]


Risk factors
Usia
Androgen
Reseptor Androgen Fungsional
Obesitas
Diabetes
Dislipidemia

Possible risk factors


Diet
BMI
Merokok
Hipertensi
Fungsi Sexual

Estrogen
Genetik

BMI: body mass index.


Etiologi
Pada awalnya, terdapat peningkatan sejumlah kecil stroma pada zona
periuretra dan nodul kelenjar zona transisi yang terjadi sekunder terhadap aktifnya
kembali embrio. [6,7] Fase kedua ditandai dengan peningkatan nodul yang lebih
besar, dan peningkatan rasio antara stroma-epitel. [7,8]
Molekul pasti yang menyebabkan perkembangan BPH, tidak sepenuhnya
dipahami meskipun telah dapat diidentifikasi keterlibatan interaksi yang kompleks
antara androgen, estrogen, interaksi epitel stroma, faktor pertumbuhan (faktor
pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan yang mirip insulin (IGF),
faktor pertumbuhan keratinosit (KGF), faktor pertumbuhan transformasi (TGF)
-) dan neurotransmiter). [9] Faktor risiko lain yang diidentifikasi teradapat pada
Tabel 2.
Sekitar 25% dari prostat terdiri dari otot polos di bawah kontrol sistem
saraf adrenergik (reseptor 1a) dan berpengaruh secara aktif dan pasif terhadap
patofisiologi BPH dan merupakan fokus dari beberapa perawatan medis. [10]
Penggambaran manifestasi klinis BPH (LUTs), dikaitkan dengan efek
massa dan tonisitas yang terlalu sederhana dan tidak tepat. Prostat itu sendiri tidak
dapat dianggap terisolasi tersendiri dan perubahan pada kandung kemih harus
diperhatikan berkenaan dengan manifestasi klinisnya. Memang terdapat
peningkatan tekanan pada uretranya, tetapi ini lebih mengarah terhadap
kompensasi perubahan fungsi kandung kemih yang dipengaruhi oleh usia dan
degenerasi saraf. Pada awalnya, kandung kemih meningkatkan aktivitas
detrusornya untuk mengkompensasi, tetapi seiring waktu, akan mengalami
hipertrofi,

trabekulasi,

berbentuk

pseudodiverticuli,

yang

menyebabkan

pengosongan kandung kemih yang tidak optimal dan alirannya menurun. [11]
Asesmen Klinis
Interaksi antara LUTs, obstruksi kandung kemih (BOO) dan BPE,

digambarkan dengan adanya cincin Hald. [12] Mereka menunjukkan interaksi


yang kompleks antara gejala dan patologinya. BPE dapat dikaitkan dengan LUTs
dengan atau tanpa adanya BOO, dan BPE dapat dikaitkan dengan BOO tanpa
adanya LUTs (lihat Gambar 1). Ini merupakan sebagian kecil dari pasien yang
menempati zona tengah (a) dari diagram yang paling mungkin mendapatkan
manfaat maksimal dari intervensi. Sehingga, penilaian LUTs harus cukup luas
untuk mengidentifikasi subkelompok pada pasien ini.
Riwayat dan Pemeriksaan
LUTs dapat dikelompokkan menjadi gejala saat pengumpulan miksi,
gejala saat berkemih (miksi), dan gejala post-miksi. Meskipun tipe gejala
dominannya dapat membantu dalam diagnosis, perlu diingat bahwa kandung
kemih merupakan "saksi yang tidak dapat diandalkan" dan pemeriksaan lebih
lanjut dan tes harus digunakan untuk diagnosis yang akurat dan kepentingan
pengobatannya. [13]
Riwayat pasien harus mengidentifikasi adanya hematuria, infeksi traktus
urinarius, disfungsi ereksi, diabetes, hipotensi, pingsan dan kondisi sebelumnya,
termasuk retensio urin akut, atau pengobatan sebelumnya. [14]
Obat harus ditinjau untuk mengidentifikasi pengobatan yang ada dan
penggunaan antikolinergik dan -simpatomimetik.
Pemeriksaan harus mencakup pemeriksaan menyeluruh dari alat kelamin
laki-laki, pemeriksaan rectal toucher / colok dubur (DRE), estimasi ukuran prostat
dan fokus pemeriksaan neurologis.
Skoring
Dalam upaya untuk mengukur derajat keparahan LUTs, terdapat sejumlah
skoring termasuk skor Boyarski, skor Madsen-Iversen dan telah diadopsi secara
luas oleh Indeks Gejala-Asosiasi Urologi Amerika (AUA-SI) atau Skoring Gejala
Prostat Internasional-International Prostate Symptom Score (IPSS). Ini terdiri dari
tujuh pertanyaan yang luas, yang meliputi gejala pengumpulan miksi (tiga
pertanyaan) dan gejala berkemih (empat pertanyaan). Setiap pertanyaan memiliki

lima poin dengan rentang skor 0-5, dengan nol adalah tidak pernah dan lima
dengan keluhan sepanjang waktu. Skor jumlah total pertanyaan adalah 35. Skor
pasien akan diklasifikasikan sebagai LUTs ringan (0-7), LUTs sedang (8-19) atau
LUTs berat (20-35). IPSS juga menggabungkan satu pertanyaan tentang kualitas
hidup (kualitas hidup). Telah terbukti konsisten dan divalidasi dalam beragam
bahasa. [15] Namun, perannya terbatas pada kuantifikasi LUTs dan penilaian
respon terhadap pengobatan dan tidak terhadap diagnosis. Kritik ditujukan pada
ketidakseimbangan dalam pertanyaan, bias gejala berkemih (miksi) dan
pengobatannya ditujukan untuk mengurangi ukuran prostat dan obstruksi kandung
kemih serta ketidakmampuan setiap pertanyaan untuk menjawab kualitas hidup
pasien.
Grafik volume frekuensi. Grafiknya sederhana, murah dan efektif dan dapat
memberikan informasi yang berguna termasuk frekuensi, volume total berkemih,
kapasitas fungsional, kebiasaan asupan cairan dan dapat menunjukkan adanya
poliuria nokturnal.
Urinalisis. Urinalisis harus selalu dilakukan untuk menyingkirkan infeksi saluran
kemih (ISK) dan hematuria.
Uroflowmetri. Uroflowmetri digunakan untuk menilai kombinasi kekuatan
detrusor dan pembukaan aliran berkemihnya. Uroflowmetri ini sendiri adalah nonspesifik, dan laju aliran yang berkurang atau tanda abnormal yang merupakan
konsekuensi dari berbagai kondisi. Lebih lanjut, nilai laju aliran maksimum
(Qmax) mereka sendiri atau dalam rangkaian, tidak berkorelasi dengan skor IPSS
maupun resistensi kandung kemihnya. [16] Idealnya, ada lebih dari satu tingkat
kecepatan aliran yang harus dilakukan dan dapat dianggap sah hanya jika volume
berkemihnya lebih dari 125-150 ml. Menurut penelitian Abrams pada tahun 1977,
bahwa nilai Qmax <15 ml/s merupakan indikasi dari BPO yang memerlukan
pengobatan. [17]

Agen Spesifik pada Prostat / Prostate-specific antigen (PSA). PSA harus


digunakan pada pasien dengan rectal toucher yang abnormal. Bagaimanapun juga,
PSA tampaknya berkorelasi dengan volume prostat serta kemungkinan
progresinya. Crawford et al. menunjukkan pasien dengan PSA1.6 ng/ml, berada
pada peningkatan risiko progresinya. [18]
Volume residu. Pengukuran volume residu dapat dilakukan secara ultrasonik atau
dengan kateter setelah berkemih. Penggunaan kateter setelah berkemih lebih
akurat, tetapi invasif. Pengukuran harus diinterpretasikan dalam serangkaian
pengukuran, jangan hanya sekali mengukur, karena terdapat berbagai variasi yang
mempengaruhi. Volume residu persisten tinggi, menggambarkan lemahnya
kontraksi relatif detrusor terhadap aliran miksi yang keluar, yang mungkin
menjadi sekunder terjadinya disfungsi detrusor atau BOO. Volume residu > 50 ml
cenderung signifikan dan volume residu > 200-300 ml merupakan indikasi
dilakukan operasi. [19]
Penelitian aliran tekanan. Meskipun memakan waktu, invasif dan memakan
biaya banyak, informasi yang dapat diperoleh dari penelitian aliran tekanannya,
bisa menjadi sangat berguna. LUTs dapat dikaitkan dengan ketidakstabilan
detrusor, dan tekanan detrusor dapat diukur untuk menentukan apakah telah
terjadi obstruksi. Nomogram (Nomogram dari International Continence Society
(ICS)) juga dapat digunakan untuk menunjukkan jika seorang pasien tidak terjadi
obstruksi. Jumlah Abrams-Griffiths yang dihitung sebagai Pdet (Qmax) -2Qmax
juga dapat membantu menentukan apakah pasien tidak mengalami obstruksi. Nilai
A>40 menunjukkan adanya obstruksi, nilai A = 20-40 meragukan dan nilai A<20
tidak terjadi obstruksi. [20] Bagaimanapun juga, banyak pedoman yang telah
mengakui bahwa penelitian tekanan aliran, tidak diperlukan sebagai lini pertama
penelitian para spesialis dan disediakan bagi mereka yang penelitiannya tidak
dapat disimpulkan, pada laki-laki lebih muda yang menjalani pengobatan invasif
atau dengan tekanan yang tinggi, obstruksi aliran tinggi.

European Association of Urology (EAU) dan National Institute for Health


and Clinical Excellence (NICE) telah menghasilkan panduan yang merasionalisasi
penggunaan pemeriksaan pada BPH / LUT seperti yang diuraikan pada Tabel 3.
Riwayat dan komplikasi
Perkembangan BPH pada pasien yang tidak diobati hanya dapat
disimpulkan karena sifat alami penyakit dan ketidaklayakan dari penelitian
longitudinal. Akibatnya kesimpulan yang berasal dari plasebo penelitian
intervensi jangka panjang dan karena tidak terlepas dari bias yang melekat.
Sebuah sub-analisis Penelitian Olmstead County menunjukkan peningkatan
volume rata-rata prostat 1,6% per tahun dan peningkatan skor rata-rata IPSS
sebesar 0.18 unit gejala per tahun. [22,23]
Komplikasi BPH termasuk gagal ginjal (<2.5%), kalkuli kandung kemih
(0.3-3.4%), infeksi (<1-12%), inkontinensia (<1%) dan retensi urin (1-2% /
tahun), semua yang memiliki dampak signifikan pada pasien. [24-29]
Retensi urin akut
Retensi urin adalah komplikasi yang signifikan dari BPH. Jacobsen
menggunakan data County Olmsted yang mengidentifikasi bahwa pasien yang
berusia 40-70 tahun, atau skor IPSS> 7, atau Qmax <12 ml / detik, atau volume
prostat> 30 ml, dan volume pasca-miksi (PVR)> 50 ml , memiliki faktor risiko
retensi urin akut. [30] Insiden tahunannya sebesar 0.7% selama periode penelitian
empat tahun. [30]
Table 3. Perbandingan Pedoman EAU and NICE pada asesmen para spesialis. [5,21]
Penelitian

Rekomendai

Riwayat Medis

Keduanya

Pemeriksaan Fisik

Keduanya

Skor Gejala

Keduanya

Optional

Tidak Rutin
direkomendasi
kan

Analiisis Urin

Keduanya

Uroflowmetri

Keduanya

Residu post-miksi

Keduanya

Penelitian Aliran Tekanan

Keduanya

Endoskopi

Keduanya

Pencitraan Traktus Urinarius Atas

Keduanya

Grafik berkemih

NICE

EAU

Laboratorium PSA and kreatinin

EAU

NICE

Urografi ekskresi

Keduanya

Kistometri pengisian

Keduanya

Utrerogafi Retrograde

Keduanya

CT

Keduanya

MRI

Keduanya

*EAU: European Association of Urology; NICE: National Institute for Health


and Clinical Excellence
Tabel 4. Pilihan Pengobatan Non-Bedahtreatment dari LUTs. [5,2]
Nasehat tentang gaya hidup
Medical treatment
Pengurangan intake cairan pada waktu tertentu
Antagonis 1-adrenoreceptor
Menghindari Stimulan
Inhibitor 5-reductase
Penggunaan Teknik Berkemih Ganda Rileks
Terapi kombinasi
Milking uretra untuk menghindari urin menetes pada
Fitotherapi
terminal
Resistensi kandung kemih
Inhibitor PDE5
Ulasan artikel
Antagonists Reseptor Muskarinik
Terapi konstipasi

* LUTS: lower urinary tract symptoms; PDE5: phosphodiesterase type 5.


Pengobatan
Non-bedah
Teradapat sejumlah strategi konservatif pada pasien yang menunjukkan

LUTs ringan sampai sedang. EAU dan NICE setuju pada cara edukasi pasien,
kepastian penyakit jinaknya dan monitoring secara berkala. Saran mengenai gaya
hidup juga harus diberikan dan dapat meringankan gejala tanpa risiko pengobatan
medis atau bedah (lihat Tabel 4).

Alpha-blocker (ARB)
Mekanisme. Ada tiga bentuk 1 adrenoreseptor: 1a, yang terutama
ditemukan dalam prostat, 1b di pembuluh darah dan 1d di kandung kemih. Dari
jenis 1a setidaknya ada empat subtipe yang berbeda: a1-4, dengan a1 menjadi
varian yang dominan ditemukan di prostat dan jantung. Efek alpha blockers
adalah melalui antagonis noradrenalin pada adrenoreseptor 1a di prostat yang
mengakibatkan pengurangan tonus prostat dan kandung kemih sesuai obstruksi
alirannya. Sayangnya, ARB gagal menunjukkan perubahan yang signifikan pada
obstruksi di penelitian urodinamik serta LUTs obstruktif dan karenanya 1adrenoreseptor di luar prostat sedang diselidiki berkenaan dengan efeknya.
[16,31]
Efektivitas. Bukti yang diberikan oleh Djavan et al. dalam meta-analisis
menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan dalam keberhasilan pengurangan IPSS
(35-40%) dan peningkatan Qmax (15-30%) antara ARB yang berbeda meskipun
tolerabilitasnya adalah bervariasi. [32] Perbaikan terlihat dalam beberapa minggu,
meskipun ada bukti bahwa efeknya dapat dilihat dalam hitungan jam sampai hari,
dan bertahan minimal sampai dengan empat tahun. [29]
Efek samping. Efek samping dari ARB adalah asthenia, pusing dan
hipotensi ortostatik, ejakulasi retrograde dan baru-baru ini sindrom intraoperatif
iris yang jatuh pada operasi katarak. [33]

5 alpha reductase Inhibitors (5-ARI)


Mekanisme. Pengaruh testosteron dan dihidrotestosteron (DHT) pada
prostat dan perkembangan BPH telah didokumentasikan dengan baik. Inhibitor 5

reduktase

(5-ARI)

mengkonversi

kompetitif

testosteron

menghambat

menjadi

enzim

DHT yang

5-reduktase

lebih

aktif.

yang

Finasteride,

bagaimanapun juga, tidak seperti dutasteride, tidak mengurangi DHT untuk


mengurangi konsentrasinya, seperti blok hanya tipe 2 isoform.
Efektivitas. Peneitian Perbandingan Prostat Internasional (EPICs)
menunjukkan bahwa pada penelitiannya (yaitu pasien >50 tahun dengan Qmax
<15 ml/s, AUA-SI> 12 dan Volume Prostat > 30 ml) selama 12 bulan dari
penggunaan 5-ARI, pengurangan rata-rata volume prostatnya adalah 26.7 vs
26.3% masing-masing terhadap finasteride dan dutasteride (p = 0.65). Selanjutnya
terdapat pengurangan AUA-SI dari -5.5 untuk finasteride dan dutasteride -5.8 (p =
0.38). [34]
Efektivitas jangka panjang Proscar dan Penelitian Keamanannya (PLESS)
(secara acak double-blinded Eropa, plasebo-terkontrol, menggunakan finasteride 5
mg sekali sehari pada pria dengan Qmax <15 ml / detik, volume residu> 150 ml,
LUTs sedang sampai parah dan BPE pada rectal toucher), menemukan bahwa
terdapat pengurangan risiko relatif 55% dan 57% pada laki-laki yang
membutuhkan pembedahan dan memiliki sebuah periode retensi urin akut,
masing-masing, pada finasteride. [35]
Efek samping. Efek sampingnya termasuk penurunan libido, disfungsi
ereksi dan ejakulasi abnormal. [36]
Terapi kombinasi. Terdapat sejumlah penelitian yang telah meneliti efektivitas
dan potensi kesulitannya dalam menggunakan terapi kombinasi. Penelitian jangka
pendek (52 minggu) seperti pada Veterans Affairs Cooperative dan the
Prospective European Doxazosin and Combination Therapy trial (PREDICT)
telah menunjukkan bahwa meskipun pasien pada monoterapi ARB dan terapi
kombinasi (ARB + 5ARI) menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam hal
ukuran, khususnya skor tingkat aliran dan gejala (IPSS), tidak ada perbedaan yang
signifikan antara monoterapi atau terapi kombinasi. [37,38]
Bagaimanapun juga, data jangka panjang dari terapi medis dari Prostatic

Symptoms Trial (MTOPs) (MTOPs) menunjukkan bahwa terapi kombinasi secara


signifikan mengurangi risiko perkembangan klinisnya bila dibandingkan dengan
plasebo dan monoterapi terbukti lebih efektif pada 4,5 tahun masa follow-up. [27]
Analisis lebih lanjut post-hoc menunjukkan, bagaimanapun juga, perbedaan
efeknya menjadi kurang signifikan, sebagaimana volume prostat yang menurun ke
titik di mana tidak ada perbedaan statistik dalam volume prostat <25 ml. [39]
Pada penelitian kombinasi terapi Avodart dan Tamsulosin (COMBAT)
yang bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat terapi kombinasi pada prostat
yang lebih besar dan mengikutertakan orang-orang dengan ukuran prostat lebih
>30 ml dengan IPSS minimal 12. [40] Penelitian multisenter double-blinded
mengikutsertakan 4844 laki-laki berusia 50 tahun dan penelitiannya
berlangsung selama 4 tahun. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi kombinasi
memiliki peningkatan signifikan lebih besar dalam skor gejala, sebagaimana
tingkat puncak aliran urin dari dasar daripada dutasteride atau tamsulosin saja,
serta mengurangi risiko relatif retensi urin akut (AUR) atau BPH yang
membutuhkan operasi, selama empat tahun dengan pengurangan sebesar 66%
dibandingkan dengan monoterapi tamsulosin. Sayangnya frekuensi pasien yang
mengalami efek samping dari terapi kombinasi juga meningkat.
Pengobatan lain
Antimuskarinik
Dalam beberapa kasus dengan overaktivitas kandung kemih bisa
bersamaan atau tersamar sebagai BOO dan dengan demikian, dengan tindakan
pengobatan standar mungkin akan gagal. Beberapa penelitian skala kecil telah
melihat penggunaan konkomitan antimuskarinik dalam kasus resistensi dan telah
menunjukkan efek yang positif. Satu-satunya penelitian terkontrol dengan
plasebo, uji coba yang secara acak membandingkan kombinasi ARB dan
antimuskarinik terhadap terapi individual, menunjukkan bahwa dalam isolasi
terapi yang dilakukan kurang baik dibandingkan dengan plasebo, tetapi dalam
terapi kombinasi menunjukkan efektivitas yang baik dalam meningkatkan skor
kualitas hidupnya. [41] Kekhawatiran mempercepat periode AUR pastilah ada.

PVR telah terbukti secara statistik meningkat secara signifikan pada mereka
dengan ARB dan antimuskarinik dibandingkan dengan monoterapi atau plasebo,
meskipun tidak ada pasien dalam kelompok terapi ganda yang mengalami retensi
secara klinis. [42]
Saw Palmetto
Berasal dari serenoa repens, menganggap palmetto sebagai bahan aktif.
Terlepas dari satu ulasan sistematis dan meta-analisis pada tahun 1990 oleh Wilt et
al., konsensus umum dari uji acak terkontrol yang lebih baru (RCT) tidak
mendukung efektivitas saw palmetto lebih dari plasebo dan karenanya tidak
menjadi pedoman. [43]
Toksin Botulinum
Terdapat penelitian kecil menjanjikan, yang meneliti penggunaan
penggunaan toksin botulinum intraprostatik, serta NX-1207 yang menunjukkan
penurunan volume prostat dan skor gejalanya. [44] Rekomendasi dari NICE
hanya adalah digunakan sebagai bagian dari penelitian RCT saja.

Pembedahan
Reseksi trans-uretra dari prostat (TURP) terus menjadi pengobatan
patokan BOO dan BPH. Dalam ulasan sistematisnya, TURP telah terbukti
meningkatkan rata-rata skor AUA / IPSS 18.8 menjadi 7.2 (-62%) setelah 12
bulan pasca operasi serta meningkatkan Qmax sebesar 9.7 ml/s, peningkatan ratarata 120% . [45] Sekitar 10-15% dari pasien dalam 10 tahun akan memerlukan
intervensi lebih lanjut. [46] Pemeriksaan standarnya mirip dengan perawatan
medis. Perdebatan masih ada dalam penilaian peran urodinamik, dan meskipun
tidak ada pedoman yang merekomendasikan penelitian aliran tekanannya, pasti
terdapat pasien yang pantas menerima karakterisasi lebih lanjut seperti pasien
berusia <50 atau> 80 tahun, orang-orang dengan terapi invasif yang tidak berhasil
sebelumnya, residu pasca-berkemih yang tinggi (> 300 ml) dan operasi panggul

sebelumnya. Indikasi dan morbiditas tercantum dalam Tabel 5 dan 6.


Tabel 5. Indikasi TURP [35]
Indikasi
LUTs refrakter terhadap terapi medis rekuren UTI

BPH- or BPE- dengan gross haematuria yang refrakter terhadap terapi

Insufisiensi Ginjal, sekunder terhadap batu kandung kemih BOO

Retensi urin rekuren


Tabel 6. Komplikasi TURP [47]
Perioperatif/a

Intraoperatif

wal
Tapenade

Perdarahan yang
membutuhkan
transfusi
Sindrom TUR

Jangka Panjang

010%

Kandung

15%

Striktur

29%

<1%

Kemih
Retensi Urin
Infeksi

39%

Inkontinensia

<0.5%

Traktus

420%

Urinarius

Ejakulasi
Retrograde
Stenosis Leher
Kandung Kemih

Bagaimanapun juga, selama 20 tahun terakhir, sejumlah alternatif pilihan


pembedahan telah berkembang (Tabel 7) dokter telah berusaha untuk mengobati
pasien usia lanjut yang lebih kompleks. Pengenalan TURP bipolar telah
meningkatkan keamanan dengan menghapus kekhawatiran terhadap sindrom
TUR. Bagaimanapun juga, sebagian besar patokan TURP dan hanya enukleasi
laser holmium pada prostat (HoLEP) yang memberikan hasil yang sebanding dan
bertahan dalam jangka waktu panjang. [36]
Kesimpulan
BPH adalah suatu kondisi yang kompleks dengan patofisiologi yang
belum sepenuhnya dipahami. Diagnosis dan pengobatannya telah disempurnakan

90%

09%

dan berpindah ke pengobatan yang kurang invasif namun efektif.

Terapi
TUMT (transurethral
microwave
thermotherapy)

Tabel 7. Ringkasan pengobatan dan rekomendasi yang tersedia. [


Cara Kerja
Pro
Kon
Antena trans-uretra dengan
Sederhana, aman,
memancarkan panas >45C

komplikasi minimal and

terhadap prostat melalui radiasi relatif lebih cepat daripada


gelombang mikro 915/1296

TURP. Dapat dilakukan

MHz
Kateter Trans-uretra

dengan anestesi lokal saja

memancarkan frekuensi radio


TUNA (transurethral

rendah (460 kHz) terhadap

needle ablation)

prostat melalui jarum yang


dapat menghasilkan panas
>100C

Hasil yang leb

bertahan t

panjang d

Sederhana, aman,
komplikasi minimal and

Hasil yang leb

relatif lebih cepat daripada

bertahan t

TURP. Dapat dilakukan

panjang d

dengan anestesi lokal saja

Waktu operas
HoLEP (holmium
laser enucleation of
prostate)

Laser tembak berpulsasi solid

Hasil yang mirip/sama

kurva bela

dengan panjang gelombang

dibandingkan TURP.

biaya t

2.140 nm menghapus seluruh

Komplikasi yang lebih

membutuhka

adenoma

sedikit daripada TURP

untuk meng

jarin
Waktu operas
KTP laser (potassium
titanyl phosphate)

Nd: laser YAG yang menembus Mudah dipelajari, aman, hasil


kristal KTP dengan panjang

yang sama/mirip dibandingkan

gelombang 532 nm

TURP

kekuranga

histologi unt

biaya tinggi,

data jangka

sampai p
N: tidak direkomendasikan; RA: rekomendasi alternatif bila rekomendasi standar tidak tersedia; S:

R: direkomendasikan; RCT: hanya digunakan pada uji acak terkontrol; NICE: National Institute fo
European Association of Urology; TURP: transurethral resection of

Anda mungkin juga menyukai