Dessy Krissyena - Journal BPH
Dessy Krissyena - Journal BPH
BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
Disusun Oleh :
Dessy Krissyena
1320221128
Pembimbing :
dr. Shofia Agung Priyanto, Sp.B, Msi.Med
Journal Reading
Benign Prostatic Hyperplasia
Disusun Oleh :
Dessy Krissyena
1320.221.128
Tanda Tangan
Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Bedah
Tanggal
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan Journal Reading yang berjudul Benign
Prostatic Hyperplasia. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD Ambarawa. Penulis
berterimakasih kepada yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Hery Unggul W, Sp.B atas bimbingan dan kesabarannya selama penulis
menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. dr. Shofia Agung P, Sp.B, Msi.Med atas kesabaran dan bimbingannya
selama penulis menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Bedah di
RSUD Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.
4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan
Kebidanan di RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat
penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan
penulis.
Ambarawa,
Mei 2015
Penulis
Pendahuluan
Saat ini, memperluas intervensi pada populasi lansia dengan hiperplasia
prostat jinak (BPH), menjadi lebih penting bagi para ahli urologi. Telah lama
diketahui bahwa prevalensi BPH akan meningkat sejalan dengan usia, dengan
50% pada laki-laki di usia 50-an dan 88% di usia 80-an, dengan bukti histologis.
[1,2]
Definisi
BPH, mengacu pada proses histologi hiperplasia prostat. Istilah
prostatism sekarang menjadi berlebihan digunakan secara luas untuk menutupi
faktor klinis, patologis dan patofisiologi BPH dan gejala traktus urinarius bawah
(LUTs) dan salah target organ dan spesifisitas dengan jenis kelaminnya. Abrams
dan Chapple et al., mengusulkan serangkaian definisi yang akan lebih akurat yang
mencerminkan faktor klinis, patologis dan patofisiologinya (Tabel 1). [3,4]
Definisi
(LUTS)
Gejala post-miksi
Estrogen
Genetik
trabekulasi,
berbentuk
pseudodiverticuli,
yang
menyebabkan
pengosongan kandung kemih yang tidak optimal dan alirannya menurun. [11]
Asesmen Klinis
Interaksi antara LUTs, obstruksi kandung kemih (BOO) dan BPE,
lima poin dengan rentang skor 0-5, dengan nol adalah tidak pernah dan lima
dengan keluhan sepanjang waktu. Skor jumlah total pertanyaan adalah 35. Skor
pasien akan diklasifikasikan sebagai LUTs ringan (0-7), LUTs sedang (8-19) atau
LUTs berat (20-35). IPSS juga menggabungkan satu pertanyaan tentang kualitas
hidup (kualitas hidup). Telah terbukti konsisten dan divalidasi dalam beragam
bahasa. [15] Namun, perannya terbatas pada kuantifikasi LUTs dan penilaian
respon terhadap pengobatan dan tidak terhadap diagnosis. Kritik ditujukan pada
ketidakseimbangan dalam pertanyaan, bias gejala berkemih (miksi) dan
pengobatannya ditujukan untuk mengurangi ukuran prostat dan obstruksi kandung
kemih serta ketidakmampuan setiap pertanyaan untuk menjawab kualitas hidup
pasien.
Grafik volume frekuensi. Grafiknya sederhana, murah dan efektif dan dapat
memberikan informasi yang berguna termasuk frekuensi, volume total berkemih,
kapasitas fungsional, kebiasaan asupan cairan dan dapat menunjukkan adanya
poliuria nokturnal.
Urinalisis. Urinalisis harus selalu dilakukan untuk menyingkirkan infeksi saluran
kemih (ISK) dan hematuria.
Uroflowmetri. Uroflowmetri digunakan untuk menilai kombinasi kekuatan
detrusor dan pembukaan aliran berkemihnya. Uroflowmetri ini sendiri adalah nonspesifik, dan laju aliran yang berkurang atau tanda abnormal yang merupakan
konsekuensi dari berbagai kondisi. Lebih lanjut, nilai laju aliran maksimum
(Qmax) mereka sendiri atau dalam rangkaian, tidak berkorelasi dengan skor IPSS
maupun resistensi kandung kemihnya. [16] Idealnya, ada lebih dari satu tingkat
kecepatan aliran yang harus dilakukan dan dapat dianggap sah hanya jika volume
berkemihnya lebih dari 125-150 ml. Menurut penelitian Abrams pada tahun 1977,
bahwa nilai Qmax <15 ml/s merupakan indikasi dari BPO yang memerlukan
pengobatan. [17]
Rekomendai
Riwayat Medis
Keduanya
Pemeriksaan Fisik
Keduanya
Skor Gejala
Keduanya
Optional
Tidak Rutin
direkomendasi
kan
Analiisis Urin
Keduanya
Uroflowmetri
Keduanya
Residu post-miksi
Keduanya
Keduanya
Endoskopi
Keduanya
Keduanya
Grafik berkemih
NICE
EAU
EAU
NICE
Urografi ekskresi
Keduanya
Kistometri pengisian
Keduanya
Utrerogafi Retrograde
Keduanya
CT
Keduanya
MRI
Keduanya
LUTs ringan sampai sedang. EAU dan NICE setuju pada cara edukasi pasien,
kepastian penyakit jinaknya dan monitoring secara berkala. Saran mengenai gaya
hidup juga harus diberikan dan dapat meringankan gejala tanpa risiko pengobatan
medis atau bedah (lihat Tabel 4).
Alpha-blocker (ARB)
Mekanisme. Ada tiga bentuk 1 adrenoreseptor: 1a, yang terutama
ditemukan dalam prostat, 1b di pembuluh darah dan 1d di kandung kemih. Dari
jenis 1a setidaknya ada empat subtipe yang berbeda: a1-4, dengan a1 menjadi
varian yang dominan ditemukan di prostat dan jantung. Efek alpha blockers
adalah melalui antagonis noradrenalin pada adrenoreseptor 1a di prostat yang
mengakibatkan pengurangan tonus prostat dan kandung kemih sesuai obstruksi
alirannya. Sayangnya, ARB gagal menunjukkan perubahan yang signifikan pada
obstruksi di penelitian urodinamik serta LUTs obstruktif dan karenanya 1adrenoreseptor di luar prostat sedang diselidiki berkenaan dengan efeknya.
[16,31]
Efektivitas. Bukti yang diberikan oleh Djavan et al. dalam meta-analisis
menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan dalam keberhasilan pengurangan IPSS
(35-40%) dan peningkatan Qmax (15-30%) antara ARB yang berbeda meskipun
tolerabilitasnya adalah bervariasi. [32] Perbaikan terlihat dalam beberapa minggu,
meskipun ada bukti bahwa efeknya dapat dilihat dalam hitungan jam sampai hari,
dan bertahan minimal sampai dengan empat tahun. [29]
Efek samping. Efek samping dari ARB adalah asthenia, pusing dan
hipotensi ortostatik, ejakulasi retrograde dan baru-baru ini sindrom intraoperatif
iris yang jatuh pada operasi katarak. [33]
reduktase
(5-ARI)
mengkonversi
kompetitif
testosteron
menghambat
menjadi
enzim
DHT yang
5-reduktase
lebih
aktif.
yang
Finasteride,
PVR telah terbukti secara statistik meningkat secara signifikan pada mereka
dengan ARB dan antimuskarinik dibandingkan dengan monoterapi atau plasebo,
meskipun tidak ada pasien dalam kelompok terapi ganda yang mengalami retensi
secara klinis. [42]
Saw Palmetto
Berasal dari serenoa repens, menganggap palmetto sebagai bahan aktif.
Terlepas dari satu ulasan sistematis dan meta-analisis pada tahun 1990 oleh Wilt et
al., konsensus umum dari uji acak terkontrol yang lebih baru (RCT) tidak
mendukung efektivitas saw palmetto lebih dari plasebo dan karenanya tidak
menjadi pedoman. [43]
Toksin Botulinum
Terdapat penelitian kecil menjanjikan, yang meneliti penggunaan
penggunaan toksin botulinum intraprostatik, serta NX-1207 yang menunjukkan
penurunan volume prostat dan skor gejalanya. [44] Rekomendasi dari NICE
hanya adalah digunakan sebagai bagian dari penelitian RCT saja.
Pembedahan
Reseksi trans-uretra dari prostat (TURP) terus menjadi pengobatan
patokan BOO dan BPH. Dalam ulasan sistematisnya, TURP telah terbukti
meningkatkan rata-rata skor AUA / IPSS 18.8 menjadi 7.2 (-62%) setelah 12
bulan pasca operasi serta meningkatkan Qmax sebesar 9.7 ml/s, peningkatan ratarata 120% . [45] Sekitar 10-15% dari pasien dalam 10 tahun akan memerlukan
intervensi lebih lanjut. [46] Pemeriksaan standarnya mirip dengan perawatan
medis. Perdebatan masih ada dalam penilaian peran urodinamik, dan meskipun
tidak ada pedoman yang merekomendasikan penelitian aliran tekanannya, pasti
terdapat pasien yang pantas menerima karakterisasi lebih lanjut seperti pasien
berusia <50 atau> 80 tahun, orang-orang dengan terapi invasif yang tidak berhasil
sebelumnya, residu pasca-berkemih yang tinggi (> 300 ml) dan operasi panggul
Intraoperatif
wal
Tapenade
Perdarahan yang
membutuhkan
transfusi
Sindrom TUR
Jangka Panjang
010%
Kandung
15%
Striktur
29%
<1%
Kemih
Retensi Urin
Infeksi
39%
Inkontinensia
<0.5%
Traktus
420%
Urinarius
Ejakulasi
Retrograde
Stenosis Leher
Kandung Kemih
90%
09%
Terapi
TUMT (transurethral
microwave
thermotherapy)
MHz
Kateter Trans-uretra
needle ablation)
bertahan t
panjang d
Sederhana, aman,
komplikasi minimal and
bertahan t
panjang d
Waktu operas
HoLEP (holmium
laser enucleation of
prostate)
kurva bela
dibandingkan TURP.
biaya t
membutuhka
adenoma
untuk meng
jarin
Waktu operas
KTP laser (potassium
titanyl phosphate)
gelombang 532 nm
TURP
kekuranga
histologi unt
biaya tinggi,
data jangka
sampai p
N: tidak direkomendasikan; RA: rekomendasi alternatif bila rekomendasi standar tidak tersedia; S:
R: direkomendasikan; RCT: hanya digunakan pada uji acak terkontrol; NICE: National Institute fo
European Association of Urology; TURP: transurethral resection of