Anda di halaman 1dari 26

BAB I

LAPORAN KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Agama
Status Pernikahan
No CM
Tanggal Pemeriksaan

: Tn. MS
: 31 tahun
: Laki-laki
: TNI AD
: Askipan A Yonif 753 Nabire, Papua
: Islam
: Menikah
: 814706
: 21 Januari 2016

II.2. ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 21 Januari 2016 di Poliklinik Saraf RSPAD Gatot Soebroto
Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah sejak 6 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan
Nyeri menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan nyeri punggung bawah sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya pasien larilari pagi, hari berikutnya saat pasien sedang sholat subuh, pasien merasa pinggangnya nyeri.
Nyeri dirasakan seperti tersetrum. Satu bulan kemudian, nyeri tersebut berangsur-angsur
menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar. Nyeri
semakin bertambah jika pasien memakai sepatu atau memakai celana, serta saat batuk atau
bersin. Pasien sempat sulit berjalan karena rasa nyeri tersebut. Nyeri akan berkurang jika
pasien tidur terlentang atau tengkurap. Nyeri dirasakan terus-menerus. Pasien sempat diurut
sebanyak empat kali, untuk mengurangi nyerinya. Namun, nyeri timbul kembali dan
dirasakan semakin berat. Selain itu pasien mengeluhkan kesemutan pada tungkai kanannya.
Pasien akhirnya periksa ke dokter dan dilakukan pemeriksaan Rontgen dengan hasil terdapat
penyempitan saraf di tulang belakang bagian bawah. Pasien diberikan obat namun nyeri hanya
berkurang sedikit, sehingga pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto. Pasien selanjutnya
1

dilakukan pemeriksaan MRI dan sudah menjalani terapi rehab medik selama dua setengah
bulan. Setelah dilakukan terapi, pasien merasa nyeri sudah berkurang serta kesemutan pada
tungkai kanannya sudah tidak terasa. Nilai nyeri saat ini pada skala 1 hingga 10, pasien
memberi nilai 4. Gangguan BAB dan BAK, kelemahan anggota gerak serta baal disangkal
oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah jatuh dari motor 10 tahun yang lalu, dengan posisi salto dan pinggang
terbentur aspal. Namun, saat setelah kejadian tersebut, pasien hanya diurut.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien menderita hipertensi.
Riwayat Kelahiran/Pertumbuhan/Perkembangan
Pasien dilahirkan normal. Pertumbuhan dan perkembangan selama masa kanak-kanak
dalam batas normal.
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sehari-hari sebagai anggota TNI AD. Pasien sering lari-lari baik pagi
maupun sore sebagai bagian kegiatan dari pekerjaannya. Selain itu pasien juga sering
membawa tas ransel berat saat latihan jasmani.
I.3. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Gizi
: BB sesuai TB
3. Tanda Vital
:
Tekanan Darah
: 114/79 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Pernafasan
: 18 x/menit
Suhu
: 36,9o C
4. Limfonodi
: Tidak teraba pembesaran Kelenjar Getah Bening
5. Jantung
: Bunyi Jantung I-II Regular, Murmur (-), Gallop (-)
6. Paru
: Bunyi Nafas Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
7. Hepar
: Tidak Teraba Pembesaran Hepar
2

8. Lien
9. Ekstremitas

: Tidak Teraba Pembesaran Lien


: Akral hangat, Capillary Refill Time kurang dari 2
Detik. Edema (-), Sianosis (-)

B. STATUS PSIKIATRIS
a. Tingkah Laku
: Wajar
b. Perasaan Hati
: Euthym
c. Orientasi
: Baik
d. Jalan Fikiran
: Koheren
e. Daya Ingat
: Baik
C. STATUS NEUROLOGIS
a. Kesadaran
b. Sikap Tubuh
c. Cara Berjalan
d. Gerakan Abnormal
e. Kepala
:
Bentuk
Simetris
Pulsasi A.Temporalis
Nyeri Tekan
f. Leher
:
Sikap
Gerakan
Vertebrae
Nyeri Tekan

: Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)


: Berdiri
: Baik
: Tidak ditemukan
: Normosefal
: Simetris
: Teraba
: Tidak Ada
: Normal
: Bebas
: Dalam Batas Normal
: Tidak ada

GEJALA RANGSANG MENINGEAL


NO
1
2
3
4
5

GRM
Kaku Kuduk
Laseque
Kernig
Brudzinsky I
Brudzinsky II

KANAN

KIRI
(-)

(+) 70
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)

NERVI CRANIALES
a. Nervus I (N. Olfactorius)
Daya Penghidu
: Normosmia/Normosmia
b. Nervus II (N. Opticus)
Ketajaman Penglihatan: 6/6
Pengenalan Warna
: Baik/ Baik
Lapang Pandang
: Baik/ Baik
Funduskopi
: Tidak Dilakukan
3

c. Nervus III (N. Occulomotorius/ Trochlearis/ Abdusens)


Ptosis
: (-/-)
Strabismus
: (-/-)
Nistagmus
: (-/-)
Eksoftalmus : (-/-)
Enoptalmus : (-/-)
Gerakan Bola Mata:
- Lateral
: (+/+)
- Medial
: (+/+)
- Atas Lateral
: (+/+)
- Atas Medial
: (+/+)
- Bawah Lateral
: (+/+)
- Bawah Medial
: (+/+)
- Atas
: (+/+)
- Bawah
: (+/+)
- Gaze
: (-/-)
Pupil:
- Ukuran Pupil
: 2 mm/ 2mm
- Bentuk Pupil
: Bulat/ Bulat
- Isokor/ Anisokor
: Isokor
- Posisi
: Di tengah/ Di tengah
- Refleks Cahaya Langsung
: (+/+)
- Refleks Cahaya Tidak Langsung : (+/+)
- Refleks Akomodasi/ Konvergensi: (+/+)
d. Nervus V (N. Trigeminus)
- Menggigit
: (+/+)
- Membuka Mulut
: (+/+)
- Sensibilitas Atas
: (+/+)
- Sensibilitas Tengah : (+/+)
- Sensibilitas Bawah : (+/+)
- Refleks Masseter
: (+/+)
- Refleks Zigomatikus : (+/+)
- Refleks Kornea
: Tidak Dilakukan
- Refleks Bersin
: Tidak Dilakukan
e. Nervus VII (N. Fasialis)
- Pasif
- Kerutan Kulit Dahi
: Simetris kanan dan kiri
- Kedipan Mata
: Simetris kanan dan kiri
- Lipatan Nasolabial
: Simetris kanan dan kiri
- Sudut Mulut
: Simetris kanan dan kiri
- Aktif
- Mengerutkan Dahi
: Simetris kanan dan kiri
- Mengerutkan Alis
: Simetris kanan dan kiri
- Menutup Mata
: Simetris kanan dan kiri
- Meringis
: Simetris kanan dan kiri
- Menggembungkan Pipi
: Simetris kanan dan kiri
4

Gerakan Bersiul
: Simetris kanan dan kiri
Daya Pengecapan Lidah 2/3 Depan: Tidak Dilakukan
Hiperlakrimasi
: Tidak Ditemukan
Lidah Kering
: Tidak Ditemukan

f. Nervus VIII (N. Vestibulocochlearis)


Suara Gesekan Jari Tangan
Mendengarkan Detik Jam Arloji
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Swabach

: (+/+)
: (+/+)
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan

g. Nervus IX (N. Glossopharyngeus)


Arkus Faring
Posisi Uvula
Daya Pengecap Lidah 1/3 Belakang
Refleks Muntah

: Simetris
: Di tengah
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan

h. Nervus X (N. Vagus)


Denyut Nadi
Arkus Faring
Bersuara
Menelan

: Teraba, Reguler
: Simetris kanan kiri
: Baik
: Tidak ada kelainan

i. Nervus XI (N. Assesorius)


Memalingkan Kepala : Baik
Sikap Bahu
: Simetris kanan dan kiri
Mengangkat Bahu
: Simetris kanan dan kiri
j. Nervus XII (N. Hipoglosus)
Menjulurkan Lidah : Tidak ada deviasi
Kekuatan Lidah
: Baik
Atrofi Lidah
: Tidak ditemukan
Artikulasi
: Jelas
Tremor Lidah
: Tidak ditemukan
MOTORIK
Gerakan

:
Segala arah
Segala arah

Segala arah
Segala arah

Kekuatan :
5

5555
5555

5555
5555

Normotonus
Normotonus

Normotonus
Normotonus

Eutrofi
Eutrofi

Eutrofi
Eutrofi

Tonus otot :

Trofi

Reflek Fisiologis
Refleks tendon :
Refleks biseps
Refleks triseps
Refleks patella
Refleks archilles
Refleks periosteum
Refleks permukaan:
Dinding perut
Cremaster
Spincter ani
Reflek Patologis
Hoffman trommer
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaefer
Rosolimo
Mendel bechterew
Klonus paha
Klonus kaki
SENSIBILITAS
Eksteroseptif:
Nyeri
Suhu
Taktil
Propioseptif:
Posisi
Vibrasi

: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: tidak dilakukan
: (+)
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)

: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: Tidak Dilakukan
6

Tekanan Dalam

: (+/+)

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN


a. Tes Romberg
: (-)
b. Tes Tandem
: (-)
c. Tes Fukuda
: (-)
d. Disdiadokinesis
: Tidak dilakukan
e. Rebound Phenomen
: Tidak dilakukan
f. Dismetri
: Tidak dilakukan
g. Tes Telunjuk Hidung
: (-)
h. Tes Telunjuk Telunjuk
: (-)
i. Tes Tumit Lutut
: Tidak dilakukan
FUNGSI OTONOM
a. Miksi
Inkontinensia
Retensi Urin
Anuria
b. Defekasi
Inkontinensia
Retensi

: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada

FUNGSI LUHUR
Fungsi Bahasa
Fungsi Orientasi
Fungsi Memori
Fungsi Emosi
Fungsi Kognisi

: Baik
: Koheren
: Baik
: Euthym
: Baik

TEST TAMBAHAN

Bragard
Siccard
Patrick
Kontra-Patrick
Kontra Laseque

:
:
:
:
:

(+) 700
(+) 600
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)
(+)

I.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


MRI Lumbosakral
Pemeriksaan MRI Lumbosakral pada tanggal 22 September 2015

Kesan :
- Protrusio ringan diskus L4-5 yang menyempitkan neural foramina bilateral
- Parsial tear annulus fibrosus diskus L5-S1 sisi posterosentral, attensi HNP
I.5. RESUME
1. Anamnesa
Pasien laki-laki usia 31 tahun, merasakan nyeri punggung bawah sejak 6 bulan
yang lalu. Awalnya pasien lari-lari pagi, hari berikutnya saat pasien sedang sholat subuh,
pasien merasa pinggangnya nyeri. Nyeri dirasakan seperti tersetrum. Satu bulan
kemudian, nyeri menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki
bagian luar. Selain itu pasien mengeluhkan kesemutan pada tungkai kanannya. Pasien
sudah menjalani terapi rehab medik selama dua setengah bulan. Setelah dilakukan terapi,
8

pasien merasa nyeri sudah berkurang serta kesemutan pada tungkai kanannya sudah tidak
terasa. Nilai nyeri saat ini pada skala 1 hingga 10, pasien memberi nilai 4. Gangguan
BAB dan BAK, kelemahan anggota gerak serta baal disangkal oleh pasien. Pasien
memiliki riwayat jatuh dari motor. Pekerjaan sehari-hari sebagai TNI AD, dengan
kegiatan sering berlari dan membawa tas ransel berat.
2. Pemeriksaan
Status Internus
a. Keadaan Umum
b. Gizi
c. Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu

: Tampak Sakit Ringan


: BB sesuai TB
:
: 114/79 mmHg
: 82 x/menit
: 18 x/menit
: 36,9o C

Status Psikiatri

: Tidak ada kelainan

Status Neurologis

Kesadaran
Nervi Craniales
Rangsang Meningeal
Motorik
a. Gerakan

: Compos Mentis, E4M6V5 GCS15


: dalam batas normal
: Laseque (+) 70 / (-)
:

:
Segala arah
Segala arah

Segala arah
Segala arah

5555
5555

5555
5555

Normotonus
Normotonus
:

Normotonus
Normotonus

Eutrofi
Eutrofi

Eutrofi
Eutrofi

b. Kekuatan :

c. Tonus otot :

d. Trofi

e. Refleks fisiologis
f. Refleks patologis
Sensibilitas
Fungsi Luhur

: dalam batas normal


: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
9

Fungsi otonom
: dalam batas normal
Keseimbangan dan koordinasi : dalam batas normal
Test tambahan
:
a. Bragard
:
(+) 700
b. Siccard
:
(+) 600
c. Kontra-Patrick
:
(-)
d. Kontra Laseque :
(-)

(-)
(-)
(-)
(+)

Pemeriksaan Penunjang

MRI Lumbosakral
Pemeriksaan pada tanggal 22 September 2015 menunjukan protrusio ringan
diskus L4-5 yang menyempitkan neural foramina bilateral, parsial tear annulus
fibrosus diskus L5-S1 sisi posterosentral, attensi HNP.

I.6. DIAGNOSIS

Diagnosa Klinis
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologis

: Iskialgia dextra
: Medula Spinalis Lumbosakral
: Hernia Nuklei Pulposus Lumbalis

I.7. TERAPI
Non Farmakologis
a. Edukasi pasien mengenai faktor risiko yaitu mengangkat beban berat berkaitan dengan
pekerjaannya, tidak berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan, tidak duduk terlalu
lama.
b. Konsultasi spesialis Rehab Medik.
Farmakologis
a. Meloxicam 2 x 7,5mg
b. Neurodex 2 x 1 tab
I.8. PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam
b. Qua Ad Fungsionam
c. Quo Ad Sanam

: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
10

d. Quo Ad Cosmeticum

: ad bonam

BAB II
ANALISA KASUS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan
neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien laki-laki usia 31 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 6 bulan yang
lalu. Satu bulan kemudian, nyeri tersebut berangsur-angsur menjalar ke tungkai kanan, paha
bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar. Perangsangan yang menghasilkan nyeri
bersifat destruktif terhadap jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls
nyeri. Keluhan nyeri pada pasien menjalar sesuai dengan dermatom saraf yang mengalami iritasi
yang dikenal sebagai nyeri neurogenik. Nyeri neurogenik diakibatkan oleh iritasi langsung
terhadap serabut sensorik perifer. Neri tersebut memiliki 2 ciri khas yaitu : 1) nyerinya menjalar
sepanjang daerah distal saraf yang bersangkutan dan 2) penjalaran nyeri itu berpangkal pada
bagian saraf yang mengalami iritasi. Serabut sensorik perifer menyusun radiks posterior, saraf
spinal, pleksus, fasikel dan segenap saraf perifer. Nyeri neurogenik yang timbul akibat iritasi di
radiks posterior dinamakan nyeri radikular. Kawasan sensorik setiap radiks posterior adalah
dermatom. Segala sesuatu yang merangsang serabut saraf sensorik di tingkat radiks dan foramen
intervertebrale dapat menimbulkan nyeri radikular, yaitu nyeri yang terasa berpangkal pada
tingkat tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang daerah dermatomal radiks posterior

11

yang bersangkutan. Sehingga pada kasus ini, pasien merasakan nyeri berangsur-angsur menjalar
ke daerah tungkai dapat terjadi karena nyeri menjalar sepanjang daerah dermatomal.
Pasien mengeluhkan nyeri sepanjang tungkai, hal ini sering disebut sebagai iskialgia.
Ditinjau dari arti katanya, maka iskialgia ialah nyeri yang terasa sepanjang nervus ischiadikus.
Iskialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior
lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum
sampai pada permukaan belakang tungkai. Berdasarkan keluhan utama tersebut, dapat dipikirkan
untuk diagnosis klinis adalah iskialgia. Pada pasien ini jenis iskialgia adalah jenis iskialgia lesi
iritatif terhadap serabut radiks karena pada pasien akan merasakan nyeri pada pinggang yang
menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar, sesuai dengan
perjalanan nervus ischiadicus. Lalu berdasarkan lokasi dari keluhan nyeri tersebut, dapat
dipikirkan kemungkinan diagnosis topis yaitu medula spinalis lumbosakral.
Pasien juga mengeluhkan nyeri semakin bertambah jika pasien memakai sepatu atau
memakai celana, serta saat bersin atau batuk. Nyeri akan berkurang jika pasien tidur terlentang
atau tengkurap. Selain itu, pekerjaan pasien sebagai anggota TNI dengan kegiatan berlari dan
membawa tas ransel yang berat merupakan faktor risiko penyakit ini. HNP pada tingkat
lumbosakral dapat diakibatkan oleh gaya yang menekan pada diskus ketika mengangkat benda
berat dalam posisi membungkuk. Hal tersebutlah menjadi alasan mengapa pasien mengeluhkan
nyeri semakin memberat jika pasien memakai sepatu atau celana, karena ada gerakan
membungkuk yang menghasilkan gaya menekan pada diskus. Begitu pula saat pasien membawa
ransel berat. Selain itu, pasien mengeluh nyeri dapat timbul jika bersin atau batuk, hal tersebut
merupakan kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam araknoidal (batuk, bersin,
mengejan), sehingga pasien merasakan nyeri tersebut.
Pemeriksaan fisik untuk status neurologis, didapatkan tes Laseque positif 70 dextra, tes
Bragard positif 70 dextra, tes Siccard positif 60 dextra, dan kontra Laseque atau tes O`Conell
positif. Hasil dari tes tersebut merupakan data diagnostik fisik yang bersifat umum pada iskialgia
lesi iritatif terhadap serabut radiks. Tes Laseque positif menkonfirmasi iskialgia akibat HNP.
Iskialgia dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang terkena dalam posisi lurus.
Timbulnya iskialgia pada tungkai yang terkena dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai
yang sehat dalam posisi lurus, yaitu tes O`Conell positif.
12

Dilakukan pemeriksaan MRI lumbosakral dengan hasil protrusio ringan diskus L4-5 yang
menyempitkan neural foramina bilateral, parsial tear annulus fibrosus diskus L5-S1 sisi
posterosentral, attensi HNP. Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan Magnetic
resonance imaging karena dengan pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis terjadinya kompresi
pada tulang belakang.
Penatalaksanaan pada pasien diberikan Meloxicam 2 x 7,5mg dan Neuradex 2 x 1 tab.
Meloxicam merupakan obat golongan NSAID, obat ini memiliki efek analgetik, antipiretik dan
antiinflamasi. Mekanisme obat ini adalah menghambat enzim COX 1 dan COX 2, yang akan
mengurangi sintesis prekursor prostaglandin, sehingga keluhan nyeri pasien dapat berkurang.
Dosis pada dewasa adalah 7.5 mg per hari, dengan dosis maksimal 15mg per hari. Sediaan obat
berupa tablet 7.5mg, tablet 15mg, suppositoria 15mg dan cairan injeksi 10mg/ml. Pasien ini
diberikan dosis maksimal untuk mengurangi rasa nyerinya. Neurodex merupakan Vitamin B1,
Vitamin B6, dan Vitamin B12 (cobalamin). Sediaannya berupa tablet salut selaput. Vitamin ini
bekerja memperbaiki jaringan saraf yang rusak pada gangguan saraf.

13

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS


1. Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan yang
berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut nucleus pulposus mengalami kompresi di
bagian posterior atau lateral, kompresi tersebut menyebabkan nucleus pulposus pecah
sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang
menjalar (Benjamin, 2011). Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNP adalah:
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).
Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar
ke bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk atau
mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien
beristiraho berbaring.
14

4.

Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.

5.

Nyeri bertambah bila daerah L5S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan.

Gambar 1.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus


(sumber: UMM, 2009)

2. Anatomi Vertebrae
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yangterganggu
pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.Columna vertebralis adalah pilar utama
tubuh. Merupakan struktur fleksibelyang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut
vertebrae.Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu).
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian.Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior dan posterior.Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus
15

dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.
Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yangdihubungkan satu sama
lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discusinvertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalisposterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma.

16

Diskus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin CartilagePlate),


nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nucleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah bangunan
yang tidak peka nyeri.
Stabilitas

vertebrae

tergantung

pada

integritas

korpus

vertebra

dan

diskusintervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan
otot(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitasdaerah
pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis,
abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan digantioleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dansukar
dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangatlemah,
sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5
dan L5-S1 karena:

17

D a e r a h l u m b a l , k h u s u s n ya d a e r a h L 5 - S 1 m e m p u n y a i t u g a s y a n g
b e r a t , y a i t u menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh

sendi L5-S1.
Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada

sendiL5-S1
Lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena l igamentumlongitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arahherniasi yang paling
sering adalah postero lateral.

3. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan dari anulus fibrosus.
Dalam keadaan normal anulus fibrosus melindungi dari letak nukleus yang terkandung di
dalamnya. Pada saat terjadi herniasi pada nukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf yang
berdekatan dengan tempat terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa
nyeri yang bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi disfungsi sistem saraf
(Sahrakar, 2011).
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat dirubah dan yang
tidak dapat dirubah yaitu:
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riawayat cedera atau trauma pada punggung
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barangbarang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat
dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain
pada punggung bawah.
18

Gambar 2. Gambar proses terjadinya herniasi


(sumber: medscape)
4. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus
(gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis
menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini
akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan
persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa
nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri
neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut
saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput
19

pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi
saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik
panas yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal(Sahrakar, 2011);(Foster
2012).
5. Penegakan Diagnosis
a.

Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila
duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan dari
intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai
timbulnya keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita
diawali kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga
ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat
gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi(windsor, 2012).

b.

Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri:
a.

Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.

b.

Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis


lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang panggul
kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.

c.

Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.

d.

Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).

e.

Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi sakroiliaka,
dan lain-lain.

f.

Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.


20

2. Posisi duduk:
a.

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

b.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

3. Posisi berbaring :
a.

Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.

b.

Pengukuran panjang ekstremitas inferior.

c.

Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

4. Pemeriksaan neurologik,
a.
b.
c.
d.

Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
Pemeriksaan tendon
Pemeriksaan yang sering dilakukan
1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi
(windsor, 2012).

Gambar 3.Pemeriksaan patrik dan laseque


(sumber: meddic.jp)
c.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lab untuk mengetahui adanya infeksi.
2. Skrining rheumatologi.
3. Tes neuroendokrin
4. Elektromiografi (EMG)
5. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
21

6. Magnetic resonance imaging (MRI)


(windsor, 2012).
d. Pemeriksaan Gold standard
Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan Magnetic resonance
imaging karena dengan pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis terjadinya kompresi
pada tulang belakang (windsor, 2012).

Gambar 4.Gambaran MRI HNP


(Sumber: Medscape)
6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
OAINS dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. OAINS
yang dapat dipilih adalah bergantung pada dosis yang akan digunakan dan harga yang akan
diberikan. Apabila nyeri dirasakan sangat menyiksa, dapat diberikan analgesic narkotik
untuk mengurangi rasa nyeri dengan cepat. Contoh obat anti inflamasi non steroid yang
dapat diberikan adalah:
1. Calecoxib
2. Ibuprofen
3. Naproxen
4. Ketoprofen

22

Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah
yang

dapat

dilakukan

apabila

terjadi

herniasi

diskus

intravertebralis

adalah

microdiscectomy dan laminotomy.


b. Non-medikamentosa
Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:
1. Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberian penanganan awal
seperti pemberian analgetik, anti inflamasi, dan terapi fisik.
2. Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dari biokimia dan deficit
jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik ringan untuk memperkuat otot.
3. Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah agar rasa nyeri
kembali menyerang
(Windsor, 2012)
7. Pencegahan
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut dan
gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki
yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa
detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan
sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12
inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
23

3. Peganglah benda dekat perut dan dada


4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa lutut sejajar
dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang
diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada bantalan kaki
secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk dikursi
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu berhak
rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi sayur dan
buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
8. Prognosis
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
Pada pasien yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%.

24

BAB IV
KESIMPULAN

Nyeri punggung bawah adalah gejala yang paling sering timbul pada pasien. Nyeri dapat
bervariasi dari ringan hingga berat dan berlangsung cepat hingga lama. Anamnesa dan
pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk bisa mengetahui penyebab dari terjadinya
nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat trauma, demam, riwayat kanker, penggunaan steroid
yang lama, dan lain-lain.Salah satu penyebab timbulnya keluhan nyeri punggung bawah adalah
Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Kasus pasien Tn.MS umur 31 tahun adalah HNP. Hal ini
ditegakkan diagnosisnya dari keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan,
dengan beberapa faktor risiko seperti kegiatan rutin berlari, membawa beban berat berupa tas
ransel saat latihan, dan pernah jatuh dari sepeda motor. Selain itu dari hasil pemeriksaan fisik
juga menunjang ke arah nyeri punggung bawah, berupa iskialgia. Ditunjang oleh pemeriksaan
penunjang yaitu MRI lumbosakral, didapatkan hasil mengarah pada HNP. Penatalaksanaan yang
diberikan yaitu medikamentosa berupa Meloxicam 2 x 7,5mg dan Neuradex 2 x 1 tab, sedangkan
non medikamentosa berupa edukasi mengenai penyakit pasien dan dikonsulkan pada dokter
spesialis Rehab Medik.

25

DAFTAR PUSTAKA

Benjamin C. 2011.Herniated Disk.University of Maryland Medical Center. Available at


http://www.umm.edu/imagepages/9700.htm
Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview#aw2aab6b3
Frymore

JW.1992.Lumbar

Disk

Disease:Epidemiology.Pubmed.Available

at

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1534104
Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana HNP lumbal. Dalam : Mahadewa TGB. Maliawan
S.Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung
Seto.:p;62-87
Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana low back pain (LBP). Dalam : Mahadewa TGB.
Maliawan S. Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat daruratan tulang belakang.
Jakarta. Sagung Seto.:p; 156-88.
Mardjono M, Sidharta P. 2010. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta. Dian Rakyat
Pabst, Putz. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22. Jakarta. EGC
Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/249113-overview#a0112
Strayer, Andrea. 2005. Lumbar Spine: Common Pathology and Interventions. Medscape.
Available at http://www.medscape.com/viewarticle/512033

26

Anda mungkin juga menyukai