LAPORAN KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Agama
Status Pernikahan
No CM
Tanggal Pemeriksaan
: Tn. MS
: 31 tahun
: Laki-laki
: TNI AD
: Askipan A Yonif 753 Nabire, Papua
: Islam
: Menikah
: 814706
: 21 Januari 2016
II.2. ANAMNESA
Autoanamnesa tanggal 21 Januari 2016 di Poliklinik Saraf RSPAD Gatot Soebroto
Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah sejak 6 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan
Nyeri menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan nyeri punggung bawah sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya pasien larilari pagi, hari berikutnya saat pasien sedang sholat subuh, pasien merasa pinggangnya nyeri.
Nyeri dirasakan seperti tersetrum. Satu bulan kemudian, nyeri tersebut berangsur-angsur
menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar. Nyeri
semakin bertambah jika pasien memakai sepatu atau memakai celana, serta saat batuk atau
bersin. Pasien sempat sulit berjalan karena rasa nyeri tersebut. Nyeri akan berkurang jika
pasien tidur terlentang atau tengkurap. Nyeri dirasakan terus-menerus. Pasien sempat diurut
sebanyak empat kali, untuk mengurangi nyerinya. Namun, nyeri timbul kembali dan
dirasakan semakin berat. Selain itu pasien mengeluhkan kesemutan pada tungkai kanannya.
Pasien akhirnya periksa ke dokter dan dilakukan pemeriksaan Rontgen dengan hasil terdapat
penyempitan saraf di tulang belakang bagian bawah. Pasien diberikan obat namun nyeri hanya
berkurang sedikit, sehingga pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto. Pasien selanjutnya
1
dilakukan pemeriksaan MRI dan sudah menjalani terapi rehab medik selama dua setengah
bulan. Setelah dilakukan terapi, pasien merasa nyeri sudah berkurang serta kesemutan pada
tungkai kanannya sudah tidak terasa. Nilai nyeri saat ini pada skala 1 hingga 10, pasien
memberi nilai 4. Gangguan BAB dan BAK, kelemahan anggota gerak serta baal disangkal
oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah jatuh dari motor 10 tahun yang lalu, dengan posisi salto dan pinggang
terbentur aspal. Namun, saat setelah kejadian tersebut, pasien hanya diurut.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien menderita hipertensi.
Riwayat Kelahiran/Pertumbuhan/Perkembangan
Pasien dilahirkan normal. Pertumbuhan dan perkembangan selama masa kanak-kanak
dalam batas normal.
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sehari-hari sebagai anggota TNI AD. Pasien sering lari-lari baik pagi
maupun sore sebagai bagian kegiatan dari pekerjaannya. Selain itu pasien juga sering
membawa tas ransel berat saat latihan jasmani.
I.3. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Gizi
: BB sesuai TB
3. Tanda Vital
:
Tekanan Darah
: 114/79 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Pernafasan
: 18 x/menit
Suhu
: 36,9o C
4. Limfonodi
: Tidak teraba pembesaran Kelenjar Getah Bening
5. Jantung
: Bunyi Jantung I-II Regular, Murmur (-), Gallop (-)
6. Paru
: Bunyi Nafas Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
7. Hepar
: Tidak Teraba Pembesaran Hepar
2
8. Lien
9. Ekstremitas
B. STATUS PSIKIATRIS
a. Tingkah Laku
: Wajar
b. Perasaan Hati
: Euthym
c. Orientasi
: Baik
d. Jalan Fikiran
: Koheren
e. Daya Ingat
: Baik
C. STATUS NEUROLOGIS
a. Kesadaran
b. Sikap Tubuh
c. Cara Berjalan
d. Gerakan Abnormal
e. Kepala
:
Bentuk
Simetris
Pulsasi A.Temporalis
Nyeri Tekan
f. Leher
:
Sikap
Gerakan
Vertebrae
Nyeri Tekan
GRM
Kaku Kuduk
Laseque
Kernig
Brudzinsky I
Brudzinsky II
KANAN
KIRI
(-)
(+) 70
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
NERVI CRANIALES
a. Nervus I (N. Olfactorius)
Daya Penghidu
: Normosmia/Normosmia
b. Nervus II (N. Opticus)
Ketajaman Penglihatan: 6/6
Pengenalan Warna
: Baik/ Baik
Lapang Pandang
: Baik/ Baik
Funduskopi
: Tidak Dilakukan
3
Gerakan Bersiul
: Simetris kanan dan kiri
Daya Pengecapan Lidah 2/3 Depan: Tidak Dilakukan
Hiperlakrimasi
: Tidak Ditemukan
Lidah Kering
: Tidak Ditemukan
: (+/+)
: (+/+)
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Simetris
: Di tengah
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Teraba, Reguler
: Simetris kanan kiri
: Baik
: Tidak ada kelainan
:
Segala arah
Segala arah
Segala arah
Segala arah
Kekuatan :
5
5555
5555
5555
5555
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Normotonus
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Tonus otot :
Trofi
Reflek Fisiologis
Refleks tendon :
Refleks biseps
Refleks triseps
Refleks patella
Refleks archilles
Refleks periosteum
Refleks permukaan:
Dinding perut
Cremaster
Spincter ani
Reflek Patologis
Hoffman trommer
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaefer
Rosolimo
Mendel bechterew
Klonus paha
Klonus kaki
SENSIBILITAS
Eksteroseptif:
Nyeri
Suhu
Taktil
Propioseptif:
Posisi
Vibrasi
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: tidak dilakukan
: (+)
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: Tidak Dilakukan
6
Tekanan Dalam
: (+/+)
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
FUNGSI LUHUR
Fungsi Bahasa
Fungsi Orientasi
Fungsi Memori
Fungsi Emosi
Fungsi Kognisi
: Baik
: Koheren
: Baik
: Euthym
: Baik
TEST TAMBAHAN
Bragard
Siccard
Patrick
Kontra-Patrick
Kontra Laseque
:
:
:
:
:
(+) 700
(+) 600
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
Kesan :
- Protrusio ringan diskus L4-5 yang menyempitkan neural foramina bilateral
- Parsial tear annulus fibrosus diskus L5-S1 sisi posterosentral, attensi HNP
I.5. RESUME
1. Anamnesa
Pasien laki-laki usia 31 tahun, merasakan nyeri punggung bawah sejak 6 bulan
yang lalu. Awalnya pasien lari-lari pagi, hari berikutnya saat pasien sedang sholat subuh,
pasien merasa pinggangnya nyeri. Nyeri dirasakan seperti tersetrum. Satu bulan
kemudian, nyeri menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki
bagian luar. Selain itu pasien mengeluhkan kesemutan pada tungkai kanannya. Pasien
sudah menjalani terapi rehab medik selama dua setengah bulan. Setelah dilakukan terapi,
8
pasien merasa nyeri sudah berkurang serta kesemutan pada tungkai kanannya sudah tidak
terasa. Nilai nyeri saat ini pada skala 1 hingga 10, pasien memberi nilai 4. Gangguan
BAB dan BAK, kelemahan anggota gerak serta baal disangkal oleh pasien. Pasien
memiliki riwayat jatuh dari motor. Pekerjaan sehari-hari sebagai TNI AD, dengan
kegiatan sering berlari dan membawa tas ransel berat.
2. Pemeriksaan
Status Internus
a. Keadaan Umum
b. Gizi
c. Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Status Psikiatri
Status Neurologis
Kesadaran
Nervi Craniales
Rangsang Meningeal
Motorik
a. Gerakan
:
Segala arah
Segala arah
Segala arah
Segala arah
5555
5555
5555
5555
Normotonus
Normotonus
:
Normotonus
Normotonus
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
b. Kekuatan :
c. Tonus otot :
d. Trofi
e. Refleks fisiologis
f. Refleks patologis
Sensibilitas
Fungsi Luhur
Fungsi otonom
: dalam batas normal
Keseimbangan dan koordinasi : dalam batas normal
Test tambahan
:
a. Bragard
:
(+) 700
b. Siccard
:
(+) 600
c. Kontra-Patrick
:
(-)
d. Kontra Laseque :
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
Pemeriksaan Penunjang
MRI Lumbosakral
Pemeriksaan pada tanggal 22 September 2015 menunjukan protrusio ringan
diskus L4-5 yang menyempitkan neural foramina bilateral, parsial tear annulus
fibrosus diskus L5-S1 sisi posterosentral, attensi HNP.
I.6. DIAGNOSIS
Diagnosa Klinis
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologis
: Iskialgia dextra
: Medula Spinalis Lumbosakral
: Hernia Nuklei Pulposus Lumbalis
I.7. TERAPI
Non Farmakologis
a. Edukasi pasien mengenai faktor risiko yaitu mengangkat beban berat berkaitan dengan
pekerjaannya, tidak berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan, tidak duduk terlalu
lama.
b. Konsultasi spesialis Rehab Medik.
Farmakologis
a. Meloxicam 2 x 7,5mg
b. Neurodex 2 x 1 tab
I.8. PROGNOSIS
a. Quo Ad Vitam
b. Qua Ad Fungsionam
c. Quo Ad Sanam
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
10
d. Quo Ad Cosmeticum
: ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan
neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien laki-laki usia 31 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 6 bulan yang
lalu. Satu bulan kemudian, nyeri tersebut berangsur-angsur menjalar ke tungkai kanan, paha
bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar. Perangsangan yang menghasilkan nyeri
bersifat destruktif terhadap jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf penghantar impuls
nyeri. Keluhan nyeri pada pasien menjalar sesuai dengan dermatom saraf yang mengalami iritasi
yang dikenal sebagai nyeri neurogenik. Nyeri neurogenik diakibatkan oleh iritasi langsung
terhadap serabut sensorik perifer. Neri tersebut memiliki 2 ciri khas yaitu : 1) nyerinya menjalar
sepanjang daerah distal saraf yang bersangkutan dan 2) penjalaran nyeri itu berpangkal pada
bagian saraf yang mengalami iritasi. Serabut sensorik perifer menyusun radiks posterior, saraf
spinal, pleksus, fasikel dan segenap saraf perifer. Nyeri neurogenik yang timbul akibat iritasi di
radiks posterior dinamakan nyeri radikular. Kawasan sensorik setiap radiks posterior adalah
dermatom. Segala sesuatu yang merangsang serabut saraf sensorik di tingkat radiks dan foramen
intervertebrale dapat menimbulkan nyeri radikular, yaitu nyeri yang terasa berpangkal pada
tingkat tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang daerah dermatomal radiks posterior
11
yang bersangkutan. Sehingga pada kasus ini, pasien merasakan nyeri berangsur-angsur menjalar
ke daerah tungkai dapat terjadi karena nyeri menjalar sepanjang daerah dermatomal.
Pasien mengeluhkan nyeri sepanjang tungkai, hal ini sering disebut sebagai iskialgia.
Ditinjau dari arti katanya, maka iskialgia ialah nyeri yang terasa sepanjang nervus ischiadikus.
Iskialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior
lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum
sampai pada permukaan belakang tungkai. Berdasarkan keluhan utama tersebut, dapat dipikirkan
untuk diagnosis klinis adalah iskialgia. Pada pasien ini jenis iskialgia adalah jenis iskialgia lesi
iritatif terhadap serabut radiks karena pada pasien akan merasakan nyeri pada pinggang yang
menjalar ke tungkai kanan, paha bagian belakang, lutut, dan mata kaki bagian luar, sesuai dengan
perjalanan nervus ischiadicus. Lalu berdasarkan lokasi dari keluhan nyeri tersebut, dapat
dipikirkan kemungkinan diagnosis topis yaitu medula spinalis lumbosakral.
Pasien juga mengeluhkan nyeri semakin bertambah jika pasien memakai sepatu atau
memakai celana, serta saat bersin atau batuk. Nyeri akan berkurang jika pasien tidur terlentang
atau tengkurap. Selain itu, pekerjaan pasien sebagai anggota TNI dengan kegiatan berlari dan
membawa tas ransel yang berat merupakan faktor risiko penyakit ini. HNP pada tingkat
lumbosakral dapat diakibatkan oleh gaya yang menekan pada diskus ketika mengangkat benda
berat dalam posisi membungkuk. Hal tersebutlah menjadi alasan mengapa pasien mengeluhkan
nyeri semakin memberat jika pasien memakai sepatu atau celana, karena ada gerakan
membungkuk yang menghasilkan gaya menekan pada diskus. Begitu pula saat pasien membawa
ransel berat. Selain itu, pasien mengeluh nyeri dapat timbul jika bersin atau batuk, hal tersebut
merupakan kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam araknoidal (batuk, bersin,
mengejan), sehingga pasien merasakan nyeri tersebut.
Pemeriksaan fisik untuk status neurologis, didapatkan tes Laseque positif 70 dextra, tes
Bragard positif 70 dextra, tes Siccard positif 60 dextra, dan kontra Laseque atau tes O`Conell
positif. Hasil dari tes tersebut merupakan data diagnostik fisik yang bersifat umum pada iskialgia
lesi iritatif terhadap serabut radiks. Tes Laseque positif menkonfirmasi iskialgia akibat HNP.
Iskialgia dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang terkena dalam posisi lurus.
Timbulnya iskialgia pada tungkai yang terkena dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai
yang sehat dalam posisi lurus, yaitu tes O`Conell positif.
12
Dilakukan pemeriksaan MRI lumbosakral dengan hasil protrusio ringan diskus L4-5 yang
menyempitkan neural foramina bilateral, parsial tear annulus fibrosus diskus L5-S1 sisi
posterosentral, attensi HNP. Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan Magnetic
resonance imaging karena dengan pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis terjadinya kompresi
pada tulang belakang.
Penatalaksanaan pada pasien diberikan Meloxicam 2 x 7,5mg dan Neuradex 2 x 1 tab.
Meloxicam merupakan obat golongan NSAID, obat ini memiliki efek analgetik, antipiretik dan
antiinflamasi. Mekanisme obat ini adalah menghambat enzim COX 1 dan COX 2, yang akan
mengurangi sintesis prekursor prostaglandin, sehingga keluhan nyeri pasien dapat berkurang.
Dosis pada dewasa adalah 7.5 mg per hari, dengan dosis maksimal 15mg per hari. Sediaan obat
berupa tablet 7.5mg, tablet 15mg, suppositoria 15mg dan cairan injeksi 10mg/ml. Pasien ini
diberikan dosis maksimal untuk mengurangi rasa nyerinya. Neurodex merupakan Vitamin B1,
Vitamin B6, dan Vitamin B12 (cobalamin). Sediaannya berupa tablet salut selaput. Vitamin ini
bekerja memperbaiki jaringan saraf yang rusak pada gangguan saraf.
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
4.
Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot
menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
5.
Nyeri bertambah bila daerah L5S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan.
2. Anatomi Vertebrae
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yangterganggu
pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.Columna vertebralis adalah pilar utama
tubuh. Merupakan struktur fleksibelyang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut
vertebrae.Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu).
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian.Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior dan posterior.Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus
15
dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang rawan.
Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yangdihubungkan satu sama
lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discusinvertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalisposterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma.
16
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah bangunan
yang tidak peka nyeri.
Stabilitas
vertebrae
tergantung
pada
integritas
korpus
vertebra
dan
diskusintervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan
otot(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitasdaerah
pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis,
abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan digantioleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dansukar
dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangatlemah,
sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5
dan L5-S1 karena:
17
D a e r a h l u m b a l , k h u s u s n ya d a e r a h L 5 - S 1 m e m p u n y a i t u g a s y a n g
b e r a t , y a i t u menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh
sendi L5-S1.
Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada
sendiL5-S1
Lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena l igamentumlongitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arahherniasi yang paling
sering adalah postero lateral.
pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri
inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi
saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik
panas yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal(Sahrakar, 2011);(Foster
2012).
5. Penegakan Diagnosis
a.
Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila
duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan dari
intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai
timbulnya keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita
diawali kegiatan fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma
sebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga
ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat
gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya saddle anestesi(windsor, 2012).
b.
Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri:
a.
b.
c.
d.
e.
Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi sakroiliaka,
dan lain-lain.
f.
2. Posisi duduk:
a.
b.
3. Posisi berbaring :
a.
b.
c.
4. Pemeriksaan neurologik,
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
Pemeriksaan tendon
Pemeriksaan yang sering dilakukan
1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi
(windsor, 2012).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan lab untuk mengetahui adanya infeksi.
2. Skrining rheumatologi.
3. Tes neuroendokrin
4. Elektromiografi (EMG)
5. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
21
22
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah
yang
dapat
dilakukan
apabila
terjadi
herniasi
diskus
intravertebralis
adalah
24
BAB IV
KESIMPULAN
Nyeri punggung bawah adalah gejala yang paling sering timbul pada pasien. Nyeri dapat
bervariasi dari ringan hingga berat dan berlangsung cepat hingga lama. Anamnesa dan
pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk bisa mengetahui penyebab dari terjadinya
nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat trauma, demam, riwayat kanker, penggunaan steroid
yang lama, dan lain-lain.Salah satu penyebab timbulnya keluhan nyeri punggung bawah adalah
Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Kasus pasien Tn.MS umur 31 tahun adalah HNP. Hal ini
ditegakkan diagnosisnya dari keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai kanan,
dengan beberapa faktor risiko seperti kegiatan rutin berlari, membawa beban berat berupa tas
ransel saat latihan, dan pernah jatuh dari sepeda motor. Selain itu dari hasil pemeriksaan fisik
juga menunjang ke arah nyeri punggung bawah, berupa iskialgia. Ditunjang oleh pemeriksaan
penunjang yaitu MRI lumbosakral, didapatkan hasil mengarah pada HNP. Penatalaksanaan yang
diberikan yaitu medikamentosa berupa Meloxicam 2 x 7,5mg dan Neuradex 2 x 1 tab, sedangkan
non medikamentosa berupa edukasi mengenai penyakit pasien dan dikonsulkan pada dokter
spesialis Rehab Medik.
25
DAFTAR PUSTAKA
JW.1992.Lumbar
Disk
Disease:Epidemiology.Pubmed.Available
at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1534104
Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana HNP lumbal. Dalam : Mahadewa TGB. Maliawan
S.Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat daruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung
Seto.:p;62-87
Maliawan S. 2009. Diagnosis dan tatalaksana low back pain (LBP). Dalam : Mahadewa TGB.
Maliawan S. Editors. Diagnosis dan tatalaksana kegawat daruratan tulang belakang.
Jakarta. Sagung Seto.:p; 156-88.
Mardjono M, Sidharta P. 2010. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta. Dian Rakyat
Pabst, Putz. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22. Jakarta. EGC
Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/249113-overview#a0112
Strayer, Andrea. 2005. Lumbar Spine: Common Pathology and Interventions. Medscape.
Available at http://www.medscape.com/viewarticle/512033
26