Anda di halaman 1dari 27

PHARMACEUTICALCARE

TUBERKULOSIS
NAMA : MAULANA SIRINGORINGO
NIM : 3351141088

Defenisi
Tuberkulosis

adalah penyakit menular langsung


yang
disebabkan
oleh
Mycobacterium
tuberculosis, yang sebagian besar (80%)
menyerang paru-paru.

Mycobacterium

tuberculosis termasuk basil


gram positif, berbentuk batang, dinding selnya
mengandung komplek lipida-glikolipida serta
lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia
(Depkes RI, 2005).

Etiologi dan patogenesis


Umumnya

Mycobacterium
tuberculosis
menyerang paru dan sebagian kecil organ
tubuh lain.

Kuman

ini mempunyai sifat khusus, yakni


tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini
dipakai untuk identifikasi dahak secara
mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil
Tahan
Asam
(BTA).
Mycobacterium
tuberculosis cepat mati dengan matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada
tempat yang gelap dan lembab.

Etiologi dan
patogenesis

Sumber

penularan adalah penderita TB


BTA positif pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak).

Droplet

yang mengandung kuman dapat


bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
kedalam saluran pernafasan

Etiologi dan
patogenesis
Setelah

kuman TB masuk ke dalam


tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman TB tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, saluran nafas,
atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya.

FAKTOR RESIKO
Tergantung

pada :
Kepadatan droplet nuclei yang infeksius
per volume udara
Lamanya kontak dengan droplet nuklei tsb
Kedekatan dengan penderita TB.
Risiko terinfeksi TB sebagian besar adalah
faktor risiko external, terutama adalah
faktor lingkungan seperti rumah tak sehat,
pemukiman padat & kumuh.

FAKTOR RESIKO
Risiko

terinfeksi TB sebagian besar adalah


faktor risiko external, terutama adalah
faktor lingkungan seperti rumah tak
sehat, pemukiman padat & kumuh.
faktor internal dalam tubuh penderita
sendiri yg disebabkan oleh terganggunya
sistem kekebalan dalam tubuh penderita
seperti kurang gizi, infeksi HIV/AIDS,
pengobatan dengan immunosupresan dan
lain sebagainya.

RESISTENSI
Resistensi

terhadap OAT terjadi umumnya karena


penggunaan OAT yang tidak sesuai. Resistensi dapat terjadi
karena penderita yang menggunakan obat tidak sesuai atau
patuh dengan jadwal atau dosisnya. Dapat pula terjadi
karena mutu obat yang dibawah standar
Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai
sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh
kuman. Dampaknya, disamping kemungkinan terjadinya
penularan kepada orang disekitar penderita, juga
memerlukan biaya yang lebih mahal dalam pengobatan
tahap berikutnya. Dalam hal inilah dituntut peran Apoteker
dalam membantu penderita untuk menjadi lebih taat dan
patuh melalui penggunaan yang tepat dan adekuat .

EPIDEMIOLOGI
Jumlah penderita di Indonesia ini merupakan jumlah
persentase ketiga terbesar di dunia yaitu 10 %, setelah
India 30 % dan China 15 %.
Penularan TB sangat dipengaruhi oleh masalah :
lingkungan,
perilaku sehat penduduk,
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan.
Masalah lingkungan yang terkait seperti masalah
kesehatan yang berhubungan dengan perumahan,
kepadatan anggota keluarga, kepadatan penduduk,
konsentrasi kuman, ketersediaan cahaya matahari, dll.
Masalah perilaku sehat antara lain akibat dari meludah
sembarangan, batuk sembarangan, kedekatan anggota
keluarga, gizi yang kurang atau tidak seimbang, dll.

EPIDEMIOLOGI
Untuk

sarana pelayanan kesehatan,


antara lain menyangkut ketersediaan
obat, penyuluhan tentang penyakit dan
mutu pelayanan kesehatan.
Masalah
lain yang muncul dalam
pengobatan TB adalah adalah adanya
resistensi dari kuman yang disebabkan
oleh obat (multidrug resistent organism).
Kuman yang resisten terhadap banyak
obat tersebut semakin meingkat.

Tanda-tanda dan gejala klinis


Gejala

TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk


dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk
darah atau pernah batuk darah.
Gejala umum pada anak-anak, meliputi :
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan
penanganan gizi yang baik.
Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,
malaria atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan
keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling
sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
dada.
Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak
sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen,
dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.

PENCEGAHAN TBC

Terhadap Infeksi Tuberkulosis


Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
Case finding: Dilakukan foto rontgen dada masal dan
uji tuberkulin secara Mantoux
Isolasi penderita dan mengobati penderita.
Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.
Bila penderita berbicara, jangan terlampau dekat
dengan lawan bicaranya
Batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung
dengan saputangan atau tissue untuk kemudian
didisinfeksi dengan lysol atau dibakar.
Pasteurisasi susu sapi oleh karena banyak pula sapi
yang menderita tuberkulosis

PENCEGAHAN TBC
Meningkatkan

Daya Tahan Tubuh


Meningkatkan standar hidup, yaitu
dengan makanan empat sehat lima
sempurna,
perumahan
dengan
ventilasi yang cukup, tidur teratur,
dan olahraga di udara segar.
Meningkatkan
kekebalan
tubuh
dengan vaksinasi BCG, Vaksin BCG
(Basil dari Calmette dan Gurin).
Vaksin ini mengandung basil TBC
sapi
yang
telah
dihilangkan

KATEGORI TBC
1.Kategori-1
Pasien baru TBC paru BTA positif
Pasien TBC Paru BTA negatif, foto toraks
positif
pasien TBC ekstra paru
2.Kategori-2
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang telah diobati sebelumnya:
pasien kambuh
pasien gagal
pasien dengan pengobatan terputus

DIAGNOSIS
Diagnosis

TB paru pada orang dewasa


yakni dengan pemeriksaan sputum
atau dahak secara mikroskopis.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif
apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen
SPS BTA hasilnya positif.
Apabila hanya 1 spesimen yang positif
maka perlu dilanjutkan dengan
rontgen dada atau pemeriksaan SPS
diulang.

Penegakan Diagnosis

Anamnesa baik terhadap pasien maupun


keluarganya.
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan
otak).
Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
Rontgen dada (thorax photo).
Uji tuberkulin.
Diagnosis pasti tuberkulosis ditegakkan dengan
penemuan M. tuberkulosis terutama dan biakan
bahan sputum/jaringan, sedangkan gambaran klinik
dan radiologi tidak dapat dijadikan pegangan.

Uji tuberkulin
cara

mantoux lebih sering digunakan. Lokasi


penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian
atas lengan bawah kiri bagian depan, dengan
memakai spuit tuberculin sekali pakai dan ukuran
jarum suntik 26-27G.disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam
setelah penyuntikan dan diukur diameter dari
pembengkakan (indurasi) yang terjadi. Pengukuran
harus di lakukan melintang terhadap sumbu panjang
lengan bawah dan dilihat dalam cahaya yang terang
dan posisi lengan bawah sedikit ditekuk.
Tes
mantoux adalah tes dengan menyuntikan
tuberculin (PPD- derivat protein tuberculin yang telah
dimurnikan) sebanyak 0,1 mL yang mengandung 5
unit tuberculin.

Uji tuberkulin

1.Pembengkakan (Indurasi) : 04mm, uji mantoux negatif.


Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2.Pembengkakan (Indurasi) : 39mm, uji mantoux
meragukan. Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi
silang dengan Mycobacterium atipik atau setelah
vaksinasi BCG.
3.Pembengkakan (Indurasi) : 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis.

PRINSIP PENGOBATAN
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh
efektifitas pengobatan, maka prinsip-prinsip yang
dipakai adalah :
- Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi
dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini
untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
- Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan
obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan.

Terapi Non- Farmakologi


Memperbaiki gaya hidup:
1. Pengaturan rumah agar terkena cahaya
matahari
2. Mengurangi kepadatan anggota keluarga
3. Menghindari
meludah
dan
batuk
sembarangan
4. Mengkonsumsi makanan dengan gizi baik
dan seimbang
5. Tidur cukup dan teratur
6. Mencuci tangan dan peralatan rumah tangga
7. Olah raga

TERAPI FARMAKOLOGI

Kategori 1 diobati dengan INH, rifampisin,


pirazinamid, dan etambutol selama 2 bulan(fase
intensif) setiap hari dan selanjutnya 4 bulan(fase
lanjutan) dengan INH dan rifampisin 3 kali dalam
seminggu(2HRZE/4H3R3)
Kategori 2 diobati dengan INH, rifampisin,
pirazinamid, etambutol, dan streptomisin selama 2
bulan setiap hari dan selanjutnya dengan INH,
rifampisin, dan etambutol selama 5 bulan
seminggu 3 kali(2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Jika setelah 2 bulan BTA masih positif, fase intensif
ditambah 1 bulan sebagai sisipan(HRZE)

Dosis untuk panduan OAT KDT


kategori 1
Berat badan

Tahap intensif tiap


hari selama 56 hari
RHZE(150/75/400/275
)

Tahap Lanjutan 3 kali


seminggu selama 16
minggu RH(150/150)

30 37 kg

2 tablet 4 KDT

2 tablet 2 KDT

38 54 kg

3 tablet 4 KDT

3 tablet 2 KDT

55 70 kg

4 tablet 4 KDT

4 tablet 2 KDT

> 71 kg

5 tablet 4 KDT

5 tablet 2 KDT

Dosis untuk panduan OAT KDT kategori 2


Berat badan

Tahap intensif tiap hari RHZE(150/75/400/275)


+S

Tahap Lanjutan 3 kali


seminggu
RH(150/150)+E(275)

Selama 56 hari

Selama 28 hari

Selama 20 minggu

30 37 kg

2 tablet 4 KDT
+ 500 mg
Streptomisin inj

2 tablet 4 KDT

2 tablet 2 KDT
+ 2 tablet Etambutol

38 54 kg

3 tablet 4 KDT
+ 750 mg
Streptomisin inj

3 tablet 4 KDT

3 tablet 2 KDT
+ 3 tablet Etambutol

55 70 kg

4 tablet 4 KDT
+ 1000 mg
Streptomisin inj

4 tablet 4 KDT

4 tablet 2 KDT
+ 4 tablet Etambutol

> 71 kg

5 tablet 4 KDT
+ 1000 mg
Streptomisin inj

5 tablet 4 KDT

5 tablet 2 KDT
+ 5 tablet Etambutol

MEKANISME KERJA OBAT

INH bekerja dengan menghambat sintesis asam


mikolat, komponen terpenting pada dinding sel
bakteri.
Rifampisin menghambat aktivitas polymerase
DNA yang tergantung DNA pada sel-sel yang
rentan.
Pirazinamid
adalah
analog
pirazin
dari
nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau
bakterisid terhadap M. Tuberculosis.
Etambutol menghambat sintesis minimal 1
metabolit yang menyebabkan kerusakan pada
metabolisme sel, menghambat multipikasi, dan
kematian sel.
Streptomisin adalah antibiotik bakterisid yang
mempengaruhi sintesis protein.

INTERAKSI OBAT
Obat TB
Rifampisin

Obat Lain

Interaksi

Asam aminosalisilat

Asam aminosalisilat
efek rifampisin.

menurunkan

halotan

Dilaporkan
ensefalopati

flukonazol,ketokonazol,
itrakonazol

Rifampisin
dapat
menginduksi
metabolisme antifungi gol. Azol,
ketokonazol dapat mempengaruhi
absorpsi rifampisin sehingga kadar
serum rifmpisin menurun

Buspiron

Efek farmakologi menurun

Klorampenikol

Metabolisme nya meningkat

Sulfonil Urea

Menurangi efektivitas Sulfonil Urea

Antibiotik makrolida

Metabolisme rifampisin terhambat,


efek samping meningkat.

hepatoksisitas

dan

INTERAKSI OBAT
Obat TB
Isoniazid

Obat Lain

Interaksi

Rifampisin

Hepatotoksisitas meningkat

Asetaminofen

Hepatotokisisitas meningkat

Carbamazepin

Toksisitas
Isoniazid
akibat
penguraian
metabolit toksik

Klorzoksazon

Konsentrasi
meningkat
meningkat

Disulfiram

Terjadi perubahan koordinasi dan


perilaku
kemungkinan
aktivitas
dopaminergik meningkat

Teofilin

Meningkatkan kadar plasma teofilin

meningkat
menjadi

plasma klorzoksazon
akibatnya
efeknya

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai