Komisi Yudisial Negara
Komisi Yudisial Negara
Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial
Di
S
U
S
U
N
OLEH :
Kelompok
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
RahmatnyA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah kami yang berjudul
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif
bagi kita semua.
1. Mahkamah Agung
1.Pengertian Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah agung adalah lembaga tertinggi dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha Negara.
Saat ini lembaga Mahkamah Agung berdasarkan pada UU. No. 48 Tahun 2009
tentang kekuasaan kehakiman UU ini juga telah mencabut dan membatalkan berlakunya
UU No. 4 tahun 2004. Undang-undang ini di susun karena UU No.4 Tahun 2004 secara
substansi dinilai kurang mengakomodir masalah kekuasaan kehakiman yang cakupannya
cukup luas, selain itu juga karena adanya judicial review ke Mahkamah Konstitusi atas
pasal 34 UU No.4 Tahun 2004, karena setelah pasal dalam undang-undang yang direview tersebut diputus bertentangan dengan UUD, maka saat itu juga pasal dalam
undang-undang tersebut tidak berlaku, sehingga untuk mengisi kekosongan
aturan/hukum, maka perlu segera melakukan perubahan pada undang-undang dimaksud.
Mahkamah Agung terdiri dari pimpinan, hakim anggota, panitera, dan seorang
sekretaris. Pimpinan dan hakim anggota Mahkamah Agung adalah hakim agung. Jumlah
hakim agung paling banyak 60 (enam puluh) orang. Pimpinan Mahkamah Agung terdiri
dari seorang ketua, 2 (dua) wakil ketua, dan beberapa orang ketua muda. Wakil Ketua
Mahkamah Agung terdiri atas wakil ketua bidang yudisial dan wakil ketua bidang
nonyudisial. Wakil ketua bidang yudisial yang membawahi ketua muda perdata, ketua
muda pidana, ketua muda agama, dan ketua muda tata usaha negara sedangkan wakil
ketua bidang nonyudisial membawahi ketua muda pembinaan dan ketua muda
pengawasan.
Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh
Presiden. Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung sebanyak maksimal 60 orang.
Hakim agung dapat berasal dari sistem karier atau sistem non karier. Calon hakim agung
diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat, untuk kemudian
mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. Tugas Hakim
Agung adalah Mengadili dan memutus perkara pada tingkat Kasasi.
2. Mahkamah Konstitusi
A. Pengertian Mahkamah Konstitusi
Mahkamah konstitusi pada dasarnya adalah sebuah mahkamah ketatanegaraan yang
sesungguhnya adalah sebuah mahkamah politik. Seperti halnya peradilan tata usaha negara
yang tidak ada upaya paksa dalam pelaksanaan putusannya kecuali diserahkan pada
kepatuhan terhadap hukum dari lembaga atau pejabat negara yang dikenai putusan itu.
Dalam Undang-Undang dijelaskan bahwa:
1. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Dewan Perwakilan Rakyat yang selanjutnya disebut DPR adalah Dewan Perwakilan
Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
3. Permohonan adalah permohonan yang diatur secara tertulis kepada Mahkamah
Konstitusi mengenai :
1. Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diatur oleh UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pembubaran partai politik.
4. Perselisihan tentang hasil pemilihan umum, atau pendapat DPR bahwa Presiden dan
Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela, dan atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembentukan mahkamah konstitusi diperlukan untuk menegakkan prinsip negara
hukum Indonesia dan prinsip konstitusionalisme. Artinya tidak boleh ada undang-undang
3. Komisi Yudisial
A. Pengertian Komisi yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU no 22
tahun 2004 yang berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon
hakim agung. Pembentukan Komisi Yudisial haruslah dilakukan dengan pengangkatan para
anggota Komisi Yudisial menurut tata cara yang diatur dalam Pasal 24B ayat (3) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 maka ditetapkanlah Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial. Oleh karena itu sebelum Komisi Yudisial dibentuk sebagaimana
mestinya, perlu dibentuk terlebih dahulu tim seleksi Komisi Yudisial. Untuk itu Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 17 Januari 2005 telah menanda tangani Keputusan Presiden
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Panitia Seleksi Pemilihan Calon Anggota Komisi
Yudisial. Atas dasar Keputusan Presiden inilah panitia akan melakukan proses seleksi dan
menjaring calon anggota Komisi Yudisial yang berkualitas, energik, potensial dan mengerti
hukum. Pada tanggal 8 Juni 2005, komisi III DPR menetapkan tujuh anggota Komisi Yudisial
(KY) melalui voting tertutup dalam rapat pleno khusus
tersebut tidak lepas dari koridor reformasi di segala bidang, khususnya reformasi
peradilan.
Pasal 24A Ayat (3) UUD 1945 berbunyi, "Calon hakim agung diusulkan
Komisi Yudisal kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. Pengaturan yang demikian
menunjukkan keberadaan Komisi Yudisial dalam sistem ketatanegaraan adalah terkait
dengan. Mahkamah Agung Akan tetapi, Pasal 24 Ayat (2) UUD 1945 telah menegaskan
bahwa Komisi Yudisial bukan merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman, melainkan
sebagai supporting element atau state auxiliary. Oleh karena itu, sesuai dengan jiwa
(spirit) konstitusi dimaksud, prinsip checks and balances tidak benar jika diterapkan
dalam pola hubungan internal kekuasaan kehakiman. Karena, hubungan checks and
balances tidak dapat berlangsung antara Mahkamah Agung sebagai principal organ
dengan Komisi Yudisial sebagai auxiliary organ. Komisi Yudisial bukanlah pelaksana
kekuasaan kehakiman, melainkan sebagai supporting element dalam rangka
mendukung kekuasaan kehakiman yang merdeka, bersih, dan berwibawa, meskipun
untuk melaksanakan tugasnya tersebut, Komisi Yudisial sendiri pun bersifat mandiri.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Zamroni, 2009. Sejarah Mahkamah Agung: (Online), (http/www.zamroni.com/40sejarah-mahkamah-agung.html, diakses tanggal 7 April 2011).
Anonim, 2012. Mahkamah Konstitusi (http://ayuannisasays.blogspot.com/2012/04/
tugas-dan-wewenang- mahkamah-konstitusi.html)
Anonim, 2012. Komisi Yudisial, http://bunghatta.ac.id/artikel/237/perspektif-fungsipengawasan-komisi-yudisial-pasca.html
Anonim, 2012. Mahkamah Agung,http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah-AgungIndonesia.
Anonim, 2012. Mahkamah Konstitusi,http://id.wikipedia.org/wiki/MahkamahKonstitusi-Indonesia.
Anonim, 2012. Komisi Yudisial, http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi-YudisialIndonesia.
Teguh, 2012. Hubungan MA dan KY, http://teguhalexander.blogspot.com/2008/12/
pola-hubungan-mahkamah-agung-dan-komisi.html