Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TERORI

A. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar gukosa dalam darah atau hipergikema. Glukosa seacara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertetu daam darah.
Diabetes

mellitus

(DM)

adalah

penyakit

kronis

yang

ditandai

oleh

ketidakmampuan tubuh dalam metabulisme karbohidrat, lemak, dan protein


(Black & Hawk, 2009).
Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang di konsumsi. Insulin yaitu suatu
hormon yang diproduksi pancreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.
Pada diabetes kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insuin dapat menurun
atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini
menimbukan hiperglikema yang dapat mengakibatan komplikasi metaboik akut
seperti diabetes ketoasdosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketik
(NHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi
neuropati. Diabetes juga disertai dengan peningkatan insidens penyakit
akrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12
juta orang. Tujuh diantaranya dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah
terdiagnosis, sianya tidak terdiagnosis. Diabetes terutama prevalen diantara kaum
lanjut usia. Diantara kaum individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6%
menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia
insidens diabetes yang lebih tinggi daripada penduduk kulit putih. Sedangkan
penduduk asli Amerika seperti suku Pima

B. Kelenjar Pankreas
pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping. Panjangnya sekitar
6 inci dan lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak retroperitoneal dan dibagi dalam
3 segmen utama : kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak pada bagian cekung
duodenum dan kauda menyentuh limpa. Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar
yang mempunyai fungsi sangat berbeda. Sel-sel eksokrin yang berkelompokkelompok disebut asini menghasilkan unsur-unsur getah pankreas. Sel-sel
endokrin atau pulau Langerhans menghasilkan sekret endokrin, insulin dan
glukagon yang penting untuk metabolism karbohidrat. Pankreas merupakan
kelenjar kompleks alveolar. Secara keseluruhan pankreas menyerupai setangkai
anggur, cabang-cabangnya merupakan saluran yang bermuara pada duktus
pankreatikus utama (duktus Wirsungi). Saluran-saluran kecil dari tiap asinus
mengosongkan isinya ke saluran utama. Saluran utama berjalan di sepanjang
kelenjar, sering bersatu dengan duktus koledokus pada ampula Vater sebelum
masuk ke duodenum. Saluran tambahan, duktus Santorini, sering ditemukan
berjalan dari kaput Pankreas masuk ke duodenum, sekitar 1 inci di atas papila
duodenum
Fungsi kerlenjar pancreas adalah :
1. Membuat dan menyimpan getah empedu
2. Penghasil hormone insulin dan glucagon
3. Menghasilkan dan mengeluarkan enzim ke usus 12 jari terutama enzim
amylase untuk memcah karbohidrat .enzim lipase untuk memcah
lemak dan ezim protease untuk memcah protei
4. Menghasilkan air dan basa untuk menciptakan PH optimum sehingga
kerja enzim maksimal
Konsep Fisiologis Pankreas
1. Fungsi Eksokrin Pankreas
a.

Sekresi Enzim Pankreas


Sekresi enzim-enzim pankreas terutama berlangsung akibat perangsangan

pankreas oleh kolesistokinin (CCK), suatu hormon yang dikeluarkan oleh


usus halus.
b. Sekresi Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat dikeluarkan dari sel-sel asinus ke usus halus, sebagai
respon terhadap hormon usus halus untuk menetralkan kimus yang asam
karena enzim-enzim pencernaan tidak dapat berfungsi dalam lingkungan
asam.
2. Fungsi Endokrin Pankreas
Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan
hormon insulin, glukagon dan somatostatin yaitu oleh pulau
Langerhans.
a. Sekresi insulin
Insulin merupakan suatu hormon yang menurunkan glukosa darah
dilepaskan pada suatu tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta () pulau
Langerhans. Rangsangan utama untuk pelepasan insulin di atas
kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah , hal ini
merangsang sekresi insulin dari pankreas dengan cepat meningkat
dan kembali ke tingkat basal dalam 2-3 jam. Insulin adalah hormon
utama pada stadium absorptif pencernaan yang muncul segera
setelah makan. Di antara waktu makan, kadar insulin rendah.
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang
terdapat di sebagian besar sel tubuh untuk menyebabkan
peningkatan transportasi glukosa (yang diperantarai oleh pembawa)
ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel, glukosa dapat segera
dipergunakan untuk menghasilkan energi melalui siklus Krebs, atau
dapat disimpan di dalam sel sebagai glikogen, sewaktu glukosa
dibawa masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Insulin
adalah hormon anabolik (pembangun) utama pada tubuh dan
memiliki berbagai efek. Insulin meningkatkan transportasi asam
amino ke dalam sel, merangsang pembentukan protein serta
menghambat penguraian simpanan lemak, protein dan glikogen.

Insulin juga menghambat glukoneogenesis (pembentukan glukosa


b.

baru) oleh hati .


Sekresi glukagon
Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh selsel alpha () pulau Langerhans sebagai respon terhadap kadar
glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma.
Glukagon adalah hormon stadium pascaabsorptif pencernaan, yang
muncul dalam masa puasa di antara waktu makan. Fungsi hormon
ini terutama adalah katabolik (penguraian). Glukagon merangsang
penguraian lemak dan pelepasan asam-asam lemak bebas ke dalam

darah, untuk digunakan sebagai sumber energi selain glukosa.


c. Sekresi Somatostatin
Somatostatin disekresikan oleh sel-sel delta () pulau Langerhans.
Hormon ini mengotrol metabolisme dengan menghambat sekresi
insulin dan glukagon.
C. Etiologi
Faktor yang berperan terjadinya diabetes melitus :
1. Faktor primer
DM yang tidak diketahui penyebabnya dan pada umumnya karena faktor
keturunan yang berdasarkan hukum Mendel (dibawa oleh gen-gen dalam
kromosom).
Contoh : jika kedua orangtua DM maka semua anak DM, dan jika satu
orangtua DM maka beberapa anak DM.
2. Faktor sekunder atau non genetic
Infesi : virus sebagai faktor pencetus seperti pankreatitis, hepatik,
varicela, dll.
a. Nutrisi : obesitas, malnutrisi protein, alkoholisme, stress
fisik, emosi.
b. Obat-obatan.
c. Penyakit : endokrin, pancreas, empedu.
d. Kehamilan, masa gentational.Indivudu dengan resiko
tinggi terjadinya DM : obesitas, faktor genetik,
leukositosis

(autoimun),

infeksi

oleh

agent-agent

tertentu.(Brunner & Suddart, 2002)


D. TIPE DIABETES
6

Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda: penyakit ini dibedakan
berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi
diabetes yang utama adalah
1.
TIPE 1 : Diabetes melitus tergantung insulin
2.
TIPE 2 : Diabetes melitus tidak tergantung insulin
3.
Diabetes melitus gestasional
Diabetes tipe 1
- 5%10
dari
diabetes

Tipe 2
semua -90%-95%

penyandang diabetes

diabetes
-

dari

Tipe 3 gestasional
semua -keadaan intoleransi glukosa
dengan

derajat

apa

pun

- penyakit metabolic yang mulai timbul atau penemuan

Defisiensi

absolut kompleks dengan resistensi peratamnya

sekresi insulin karena insulin

selama

penurunan kehamilan

gangguan autoimun , progresif sekresi insulin dan - pada wanita yang tidak
infeksi

firus

atau kelenjar pancreas , produksi menderita diabetes sebelum

keadaan idiopatik yang glukosa yang berlebih oleh kehamilannya.


menghancurkan sel beta hati,
pancreas
-

hiperglikemia

dan -Hiperglikemia

obesitas pada tipe ini

Gajalannya:

polyuria, - sukar terjadi ketoasidosis

polydipsia,

selama

terjadi

kehamilan

sekresi

hormon-hormon

penurunan - tidak harus dengan insulin plasenta.

berat badan, polifagia atau tidak tergantung isulin

- terjadi karena pankreas

dengan penurunan berat Dominan gemuk pada tipe bayi

yang

normal

telah

badan, keluhan mudah ini

mengsekresikan

insulin

lelah atau fatigue dan

untuk mengimbangi keadaan

ganggguan penglihatan,

hiperglikemia ibu.

gangguan
pertumbuhan

kerentanan

terhadap

infeksi tertentu
-

akibat

Rencana

manjemen

memasukan

tindakan

monitoring

mandiri

insulin,

monitoring
7

kadar

glukosa,

diet

aktvitas

fisik,

modifikasi gaya hidup


dan edukasi gizi
-

Memulai terapi insulin


yang intensif diantara
nya terapi basal bolus
dalam bentuk preparat
kombinasi

regular

insulin

atau

preparat

insulin

rapid

acting

bersamaaan saat makan


dan pompa insulin
-

Indikasi untuk pompa


insulin : kontol gula
darah yang tidak biasa
dicapai dengan suntikan
insulin yang multiple,
riwayat
yang

hipoglikrmia
sering

riwayat

terjadi

komplikasi

termasuk

neuropati,

retinopati pasien yang


tidak

patuh

pada

suntikan perhari
-

Mengecek
keton

hasil

jika

tes
kadar

glukosa > 250 mg/dl

E. Manifestasi DM

MenurutSmeltzer & Bare, (2002) dan walker & Rodgers, (2008) tanda dan
gejalanya adalah :
1. Tipe I (IDDM) : nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas
berbau aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan
kesadaran, koma bahkan kematian.
2. Tipe II (NIDDM) : kelelahan, poliuri, polidipsi, polifagia, luka pada
kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi kandungan kemih dan vagina,
atau pandangan yang kabur jika kadar glukosanya yang sangat tinggi.
Menurut Corwin, (2001) gejala yang biasa terjadi pada penderita
diabetes melitus adalah :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Hal ini disebabkan oleh karena glukosa dalam darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh kencing banyak.
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus berlebihan)
Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang
menyebabkan dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel
karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan
gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat).
Dehidrasi

intrasel

merangsang

pengeluaran

ADH

dan

menimbulkan rasa haus.


c. Polifagia
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel sehingga
mengalami starvasi (lapar). Selain itu akibat keadaan pasca absortif
yang kronik, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif
sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.
d. Rasa leleh, kelemahaan otot, dan berat badan menurun
Akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel menggunakan glukosa sebagian energi Peningkatan angka
infeksi
Akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus,
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita
diabetis kronik.

e. Penglihatan kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena innsufisiensi insulin.Akibatnya
terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
F. Patofisiologi
Diabetes tipe I, pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel betapankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap lagi semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin. Ketika glukosa yang disekresikan kedalam
urin, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat
dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta dari
substansi lainnya, namun pada penderita defisiensi insulin proses ini dapat
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkanhiperglikemia.
Di samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan

10

peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk sampingan


pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak
ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut
dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidodid. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II, pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II di sertai pada penurunan
reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, yang merupakan ciri
khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton
yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian diabetes tipe II, yang tidak terkontrol
dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang
berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang

11

berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka diabetes


tipe II dapat terjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala
tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi
vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya jangat tinggi).
Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%). Penyakit diabetes tipe II
yang di deritanya ditemukan secara tidak sengaja. Salah satu
konsekuensinya tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama bertahuntahun.
Diabetes gestasional pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum
kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi
hormon-hormon plasenta. Semua wanita hamil harus menjalani sikrining
pada usia kehamilan 24 hingga 27 minggu untuk mendeteksi kemungkinan
diabetes. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal. Oleh karena itu
semua wanita yang menderita diabetes gestasional harus mendapatkan
konseling guna mempertahankan berat badan idealnya dan melakukan
latihan secara teratur sebagai upaya untuk menghindari awitan diabetes
tipe II. Diabetes dan kehamilan, diabetes yang terjadi pada kehamilan.
Wanita yang menderita diabetes harus mengendalikan penyakitnya dengan
baik sebelum konsepsi terjadi sepanjang kehamilannya. Diabetes yang
tidak terkontrol pada saat melahirkan akan disertai dengan peningkatan
insidensi makrosomia janin (bayi yang sangat besar) persalinan dan
kelahiran yang sulit bedah sesar serta kelahiran mati. Selain itu bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita hiperglikemia dapat mengalami
hipoglikemia pada saat lahir. Keadaan ini dapat terjadi karena pankreas
bayi yang normal telah mengsekresikan insulin untuk mengimbangi
keadaan hiperglikemia ibu. Bayi ini membutuhkan pemantauan yang ketat
kamar bayi dan kadar glukosa darahnya harus sering diukur.

12

G. Komplikasi Akut Diabetes


Ada tiga komlikasi akut pada diabetes yang penting dan
berhubungan denga ganguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka
pendek.komplikasi

pada

diabetes

terbagi

tiga

adalah

hipoglikemia,ketoasidosis diabetic.
1. Hipoglikemia ( reakis insulin )
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah ) terjadi
kalau kadar glukosa dalam darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7
hingga 3,3 mmoL). Keadan ini dapat terjadi akibat pemeberian insulin atau
prepart oral yang berlebiha,konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau
karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat
pada siang atau malam hari,kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan.
Gejala dari hipoglikemia dapat dikelompokan menjadi dua katagori yaitu
gejala adrenergik dan gejala sistem syaraf pusat.
Hipoglikemia ringan ketika kadar glukosan darah menurun sistem
syaaf simpatik akan teransang,pelimpahan adernalin kedalam darah
menyebabkan gejala aspirasi,tremoer,takikardi,palpitasi,kegelisahan dan
rasa lapar.
Hipoglikemia sedang penurunan kadar glukosa darah menyebabkan
sel-sel tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja degnan baik
tanda-tanda ganua fugsi pada sistem saraf mencangkup ketidak mampua
berkonsentasi,sakit keala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, mati rasa
di daerah bibr dan lidah dan berbicara pelo.
Hipoglikemia berat yaitu fungsi sistem saraf pusat mengalami ganguan
yang sangat berat sehinga pasien memerlukan pertolongan dari orang lain
untuk mengatasi hipoglikemia yang di derita nya gejala dapat mencangkup
perilaku

yang

dapat

megalami

disorientasi,serangan

kejang,sulit
13

dibangunkan dari tempat btidur atau bahkan kehilangan kesadaran.


Penanganan pada hipoglikemia berat yaitu bagi pasien yang tidak sadar
diri,tidak mampu menelan atau menolak terapi,prepart glukagon 1 mg
dapat di suntikan secara subkutan atau intramuskuier.
2. Diabetes katoasidosis
Diabetes katoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukup nya jumlah insulin yang nyata.
Ketoasidosis diabetik adalah keadaan dekompensasi metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Ketoasidosis dan hipoglikemia
merupakan komplikasi yang fatal pada diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik,
ketoasidosis biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai
menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi
diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat
insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada
diabetes ketergantungan insulin
Keadan

ini

mengakibatkan

ganguan

pada

metabolisme

karbohidrat,protein,dan lemak ada tiga gambaran klinis yang penting pada


diabetes katoasidosis :

Dehidrasi

Kehilangan elektrolit

Asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang,jumlah glukosa yang memasuki sel


akan berkurang pula,di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi

14

tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemia.


Hiperglikemia pada katoasidosis diabetik akan menimbulkan polouria dan
polidipsia ( meningkatkan rasa haus). Disamping itu pasien akan
mengalami pengelihatan yang kabur, kelemahan,dan sakit kepala. Katosos
dan asidosis yang
merupakan

cirikas

diabetes,

katosidosis

menimbulkan

gejala

gastrointestinal,seperti anoreksia, mual,muntah,nyeri abdomen.


Ada tiga penyebab utama diabetes ketoasisosis:

Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi

Keadaan sakit atau infeksi

Manofestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis


dan tidak diobati.

H. Komplikasi jangka panjang diabetes


Angka kematian yangberkaitan dengan ketoasidosis dan infeksi pada
pasien-pasien diabetes tampak terus menerus menurun. Komplikasi jangka
panjang diabetes dapat menyerang semua system organ dalam tubuh.
Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim digunakan adalah:
Komplikasi makrovaskular
1. Penyakit arteri coroner
Perubahan aterosklerosis dalam pembuluh arteri coroner
menyebabkan peningkatan insidensi infark miokard pada penderita
diabetes dua kali lebih sering pada penderita laki-laki dan tiga kali
lebih sering di derita pada wanita. Salah satu ciri untuk penyakit arteri
coroner pada diabetes adalah mengalami infark miokard asimtomatik
dimana keluhan sakit dada atau gejala khas lainnya tidak di alami nya.
2. Penyakit serebrovaskuler
Perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah
yang
kemudian terbawa aliran darah sehingga trjepit dalam pembuluh darah
serebral dapat enimbulan seranganiskemia sepintas. Gejala tersebut
15

mencakup keluhan pusing atau vertigo, gangguanpenglihatan bicara


pelo dan kelemahan.
3. Penyakit vaskuler perifer
Perubahan stersolerosis dalam pembuluh darah besar

pada

ekstermitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insidensi dua


atau tiga kali lebih tinggi disbanding pada pasien nondiabetes. Tanda
dan gejala pada pasien penyakit vaskuler adalah berkurang ya denyut
nadi dan nyeri pada pantat dan bejalan
Komplikasi mikrovaskular
1. Retinopati diabetic
Kelainan patologis yang di sebut retinopati diabetic di
sebabkam oleh perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina
mata
2. Kelainan patologis
I. Pemeriksaan Diagnostik (Pemeriksaan Penunjang)
a. Pemeriksaan gula darah intravena
1) Glukosa Plasma Sewaktu/Random/GDS
>200mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa Plasma Puasa/Nucter
<140mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa Plasma dari Sample
Diambil 2 jam setelah makan 75 gram karbohidrat, 2 jam post
Prandial/PP >200mg/dl (7,8 mmol/L)
b. Tes toleransi glukosa
Tes toleransi glukosa merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif
dibandingkan pemeriksaan gula darah intravena. Tes toleransi
dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat (150-300 gram)
selama 3 jam sebelum tes dilakukan. Sesudah berpuasa pada
malam hari keesokan harinya sampel darah diambil.Kemudian
karbohidrat sebanyak 75 gram yang biasanya dalam bentuk
minuman. Pasien diberitahukan untuk duduk diam selama tes
dilaksanakan dan menghindari latihan, rokok, kopi serta makanan
lain kecuali air putih.
c. Urine

16

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan


dilakukan dengan cara Benedict (redukasi). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ) dan merah bata ( ++++ ).
d. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
(Brunner & Suddart, 2002)
J. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes melitus
adalah untuk mengatur gula darah dan mencegah timbulnya
komplikasi akut dan kronis. Jika klien berhasil mengatasi diabetes
yang dideritanya, ia akan terhindar dari hiperglikemia dan
hipoglikemia. Penatalaksanaan diabetes melitus tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor, yaitu :
1. Aktivitas fisik.
Diabetes melitus akan terawat baik apabila terdapat keseimbangan
yang baik antara diet, latihan fisik yang teratur setiap hari dan kerja
insulin. Dengan latihan teratur setiap hari dapat memperbaiki
metabolisme glukosa, asam lemak dan keton bodies (dengan
demikian dapat mengurangi kebutuhan insulin dan merangsang
sintesa glukosa). Semua klien diabetes melitus dianjurkan latihan
fisik ringan, teratur setiap hari pada satu atau setengah jam sesudah
makan, termasuk klien yang dirawat di RS.
2. Diet.
Pada konsensus perkumpulan endokrinologi Indonesia (Perkeni),
telah ditetapkan bahwa standart yang dianjurkan adalah santapan
dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60 % 70 %),
protein (10 % 15 %), dan lemak (20 % 25 %). Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, usia, status gizi, stress akut dan
kesehatan jasmani, untuk 300 mg/hr, jumlahmencapai BB ideal.

17

Jumlah kandungan kolesterol 25 gr/hr, diutamakan jenis serat


larut, konsumsi garamkandungan serat dibatasi jika terdapat
hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya. Penyakit diabetes
melitus dapat pula mengakibatkan pula terjadinya berbagai
komplikasi. Makanan yang dikonsumsi oleh klien DM sehari-hari
disusun agar tujuan diet dapat tercapai.
Rekomendasi diet diabetes:
Nutrient
Energi

Rekomendasi
1. a) dibatasi pada pasien diabetes yang
obesitas
b) tidak boleh melampaui kecukupan
kalori bagi pasien diabetes dengan
berat badan normal
2. paling sedikit separuh dari

total

masukan kalori berupa hidratarang


Hidratarang

1. mendorong penggunaan makanan yang


mengandung serat terlarut maupun tak
terlarut
2. a) hidratarang sebaiknya dalam bentuk
polisakarida dan bukan gula biasa
b) gula hanya boleh digunakan dalam
keadaan sakit dan hipoglikemia

Lemak

1. lemak harus memberikan total masukan

Protein

energi paling banyak 35%


2. konsumsi lemak jenuh harus dikurangi
Seperti halnya diet yang normal dan seimbang
dan sumber-sumber hewani dan nabati

Garam

Diet

diabetes

tidak

boleh

Produk pangan khusus

peningkatan masukan garam


Produk pangan kalori-rendah dapat membantu

18

menyebabkan

penurunan berat badan pemanis buatan dapat


digunakan sebagai pengganti gula
3. Intervensi farmakologi dengan preparat hipoglikemik oral atau insulin.
Pendidikan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu
klien mengatasi kondisi kronis ini. Intervensi yang direncanakan untuk
diabetes melitus harus individual; ini berarti intervensi tersebut harus
berdasarkan pada tujuan, usia, gaya hidup, kebutuhan nutrisi, maturasi,
tingkat aktivitas, pekerjaan, tipe diabetes klien dan kemampuan untuk
secara mandiri melakukan keterampilan yang dibutuhkan oleh
penatalaksanaan.pengaturan aspek psikososial kedalam rencana
keseluruhan adalah vital.
Tujuan awal untuk klien yang baru didiagnosa diabetes melitus atau klien
dengan kontrol buruk diabetes melitus harus difokuskan pada yang berikut
ini:
1. Eliminasi ketosis, jika terdapat.
2. Pencapaian berat badan yang diinginkan.
3. Pencegahan manifestasi hiperglikemia.
4. Pemeliharaan toleransi latihan.
5. Pemeliharaan kesejahteraan psikososial
3. PEMBERIAN INSULIN
1. Untuk DM tipe I :
Pemberian terapi insulin karena tidak ada insulin endogen yang
dihasilkan
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin /
CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk
asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin,
Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan,

19

mencapai puncak setelah 1 3 Jam dan efeknya dapat bertahan


samapai 8 jam.
b. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn
(NPH),Monotard, Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5
2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 15 jam dan efeknya dapat
bertahan sampai dengan 24 jam.
c. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan
lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan
cukup lam, yaitu sekitar 24 36 jam. Preparat: Protamine Zinc
Insulin ( PZI ), Ultratard
d. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah.
Preparatnya: Mixtard 30 / 40
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu :
a) Gula darah < 60 mg % = 0 unit
b) Gula darah < 200 mg % = 5 8 unit
c) Gula darah 200 250 mg% = 10 12 unit
d) Gula darah 250 - 300 mg% = 15 16 unit
e) Gula darah 300 350 mg% = 20 unit
f) Gula darah > 350 mg% = 20 24 unit
Efek metabolik terapi insulin:
a) Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa.
b) Supresi produksi glukosa oleh hati.
c) Stimulasi utilisasi glukosa perifer.
d) Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot.
e) Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal.
f) Mengurangi glucose toxicity.
g) Perbaiki kemampuan sekresi endogen.
h) Mengurangi Glicosilated end product.

20

Cara pemberian insulin :


Insulin kerja singkat :
1. IV, IM, SC
2. Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
3. Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )
Insulin kerja menengah / panjang :
4. Jangan IV karena bahaya emboli.
Saat ini juga tersedia insulin campuran (premixed) kerja cepat
dan kerja menengah.
Cara penyuntikan insulin :
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit
(subkutan). Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau
intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan tunggal
(satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja
panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat
dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap
insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
harian.

Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian


pulamengenai rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh
sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dan jarumnya
dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus
21

diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan


semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap.

Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang


kemudian diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila
disuntikan secara intramuskular dalam maka penyerapan akan
terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat. Kegiatan
jasmani

yang

dilakukan

segera setelah penyuntikan

akan

mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja.


Efek samping penggunaan insulin :
1. Hipoglikemia
2. Lipoatrofi
3. Lipohipertrofi
4. Alergi sistemik atau lokal
5. Resistensi insulin
6. Edema insulin
7. Sepsis
2. Untuk DM tipe II :
Nutrisi, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan pola makan
yang sesuai dengan diet untuk penderita DM yaitu
a. Edukasi, memberikan pendidikan kesehatan mengenai diabetes
Melitus dan pengelolaannya serta mengajarkan klien serta
keluarganya untuk penerapan pola hidup sehat.
b. Latihan jasmani, berupa olahraga atau aktivitas pelatihan fisik
yang dilakukan secara teratur, terencana dan berimbang dengan
modifikasi diet.

22

c. Intervensi farmakologis dengan pemberian Obat Hipoglikemik


Oral (OHO) dan atau terapi insulin. (Baradero, Mary : 2009)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) merupakan obat penurun kadar
glukosa pada darah yang diresepkan oleh dokter khusus bagi
diabetesei.
Jenis OHO
OHO saat ini terbagi dalam 2 kelompok:
1. Obat yang memperbaiki kerja insulin
2. Obat yang meningkatkan produksi insulin.
Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose-adalah
obat-obatan kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot dan
jaringan lemak, usus. Singkatnya mereka bekerja di tempat dimana
terdapat insulin yang mengatur glukosa darah. Sulfonil, Repaglinid,
Nateglinid dan insulin yang disuntikkan adalah obat-obatan
kelompok kedua. Sulfonil, Repaglinid, Nateglinid meningkatkan
penglepasan insulin yang disuntikkan menambah kadar insulin di
sirkuliasi darah. Mekanisme kerja dari obat-obat tersebut diatas
berbeda, oleh karena itu marilah kita coba bahas satu persatu.
DOSIS PEMBERIAN OHO ( obat hiperglikemi oral )
Setelah obat tertentu dipilih untuk penyandang diabetes, biasanya
pemberian obat dimulai dari dosis terendah. Dosis kemudian
dinaikkan secara bertahap setiap 1-2 minggu, hingga mencapai
kadar glukosa darah yang memuaskan atau dosis hampir maksimal.
Jika dosis hampir maksimal namun tidak menghasilkan kontrol
kadar glukosa darah yang memadai, maka dipertimbangkan untuk
diberikan obat kombinasi atau insulin

23

4. Perawatan luka lembab


Kondisi kurang lembab / kering menyebabkan kematian sel, dan
tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matrik. Terlalu basah
menyebabkan eksudat menghambat proloferasi sel dan menyebabkan
rusaknya matrik komponen. Moisture balance memfasilitasi proses
penyembuhan luka dijaga dengan memilih jenis balutan yang sesuai
sehingga luka terjaga kelembabannya. Menciptakan suasana lembab
konvensional, kasa dan Na Cl prinsip wet to moist, luka dikompres kasa
lembab, kasa diganti sebelum kering, memerlukan penggantian kasa yang
sering. Perawatan luka merawat luka dengan tehnik lembab, dimana
bahwa tehnik perawatan luka dengan tehnik lembab mempunyai banyak
kelebihan diantaranya adalah: 1. Laju epitelisasi pada luka yg ditutup oleh
poly-etylen 2 kali lebih cepat sembuh disbanding dengan luka yg dibiarkan
kering, 2. Merawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi (hanya
2,5%) dibandung dengan meteode perawatan kering (9%). hingga saat ini
telah berkembang balutan luka yang mampu menjaga kelembaban luka a
berfungsi menjaga kelembaban luka dan diharapkan ketika luka dalam
kondisi lembab maka proses penyembuhan luka akan berjalan lebih baik.
Beberapa cara dapat digunakan untuk mengklasifikasikan luka diabtese. Berikut
ini klasifikasi luka diabetes :
Stage
A

Grade 0
Sebelum
sesudah

Grade 1
Grade 2
Grade 3
atau Luka superfisial Luka mengenai Luka mengenai
terjadi tidak mengenai tendon

ulseratif

pada tendon, kapsula kapsula

kaki

yang atau tulang

atau tulang
pada

sendi

beresiko terjadi
B

luka
Terdeapat

Terdapat infeksi

infeksi
Terdapat

Terdapat iskemia Terdapat

iskemia

Terdapat infeksi

iskemia

Terdapat infeksi
Terdapat
iskemia

24

Terdapat infeksi Terdapat infeksi Terdapat infeksi Terdapat infeksi


dan iskemia

dan iskemia

dan iskemia

dan iskemia

Klasifikasi lain yang dapat digunakan adalah klasifikasi wagner sebagai berikut :
1. Grade 0 , tidak terdapat lesi terbuka, mungkin hanya deformitas dan
2.
3.
4.
5.
6.

selulitis.
Grade 1, ulser superfisialis.
Grade 2, ulser dalam samapi tendon, atau tulang.
Grade 3, ulser dengan abses, osteomelitis dan infeksi persendian.
Grade 4, gangren lokal kaki depan kaki atau tumit.
Grade 5, gangren pada seluruh kaki yang memerlukan amputasi.

5. Senam kaki
Panduan dan gerakan senam kaki untuk penderita diabetes melitus yang
dapat dilakukan oleh pasien penderita diabetes melitus secara teratur
dengan sendiri atau bersama-sama :

25

1. Posisikan klien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh


lantai
2. Dengan meletakan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan keatas lalu dibengkokan kembali kebawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali
3. Dengan meletakan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak
kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakan dilantai
dengan tumit kaki diangkat ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan
pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan di ulangi sebanyak
10 kali
4. Tumit kaki diletakan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas
dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan
kaki sebanyak 10 kali
5. Jari-jari diletakan di lantai. Tumit di angkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali
6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari
kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan kekanan.
Ulangi sebanyak 10 kali
7. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki
tersebut dan gerakan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan
kembali kelantai
8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun
gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali
9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut.
Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang
10. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian
11. Letakan sehelai koran dilantai . bentuk kertas itu menjadi seperti
bola dengan kedua belah kaki

26

Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula


menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali
saja

Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian


koran

Sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan


kedua kaki

Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan


kedua kaki lalu letakan sobekan kertas pada bagian kertas
yang utuh

Bungkus semua dengan menggunakan kaki menjadi bentuk


bola

K. Tinjauan Asuhan Keperawatan


Pengkajian
A. Anamnesa
1. Kapan diabetes mellitus mulai timbul ?
2. Obat apa yang sudah digunakan untuk mengobati diabetes mellitus ?

27

3. Apakah keluarga mempunyai riwayat penyakit sama ?


4. Bagaimana pola aktivitas selama sakit ?
5. Apakah pasien tahu diet yang diperlukan untuk diabetes mellitus ?
6. Bagaimana cairan yang dikonsumsi pasien ?
7. Bagaimana pola eliminiasi selama sakit ?
B. Pemeriksaan Fisik
1. Aktifitas / istirahat
Gejala

: Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,


tonus otot menurun,

gangguan tidur

Tanda : Takikardia dan takipnea, penurunan kekuatan otot


2.

Sirkulasi
Gejala : Ada riwayat HT, kesemutan pada ekstremitas
Tanda

Takikardia, hipertensi, nadi yang menurun, bola mata

cekung, kulit panas


3.

Integritas ego
Gejala : Stress tergantung pada orang lain
Tanda : Ansietas, peka rangsang

4. Eliminasi
Gejala

: Perubahan pola berkemih (poliuria), kesulitan berkemih,


nyeri tekan abdomen, diare

Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuria, bising usus menurun


5.

Makanan dan cairan


Gejala : Hilang nafsu makan, mual dan muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan pemasukan glukosa atau karbohidrat, BB menurun
Tanda : Kulit kering, distensi abdomen, nafas bau aceton

6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, kebas, potensial, gangguan penglihatan
Tanda : Mengamuk, letargi, stupor, reflek tendon menurun
7. Pernafasan
Gejala

: Merasa kekurangan oksigen, batuk

28

Tanda

: Lapar udara, batuk dengan atau tanpa sputum

8. Nyeri atau kenyamanan


Gejala

: Abdomen yang tegang atau nyeri

Tanda

: Wajah meringis dengan palpitasi tampak sangat berhati-

hati
9.

Keamanan
Gejala

: Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda

: Demam, kulit rusak, penurunan kekuatan umum, paralysis

otot
10. Seksualitas
Gejala

: Masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita
L. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 :
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan yang ditandao
dengan pasien mengatakan kelingking jari kaki sebelah kiri terasa nyeri yang
ditandai dengan pasien tampak pucat, pasien sering menyeringai, pasien nampak
lemas.
1. Tujuan :
-

Dalam 2 x 24 jam pasien dapat melaporkan nyeri berkurang


Nyeri dapat berkurang dengan skala nyeri berkurang antara 0
3

Pasien nampak rileks

2. Intervensi dan Rasional


-

Kaji vital sign


R : Acuan untuk mengetahui kondisi pasien

Kaji tingkat dan lokasi nyeri


R : Mengetahui keadaan dan perkembanganumum dari pada
pasien

Beri tehnik distraksi

29

R : Mengalihkan focus perhatian sehingga perhatian terhadap


nyeri dapat
-

berkurang.

Beri tehnik relaksasi


R :Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan
membantu pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman
secara lebih efektif.

Beri lingkungan yang nyaman


R : Menciptakan lingkungan yang nyaman agar pasien dapat
beristirahat dengan tenang

Beri kompres hangat


R : Melancarkan peredaran darah sehingga mengurangi rasa
nyeri.

Konsultasi dengan dokter dalam pemberian analgesik


R : Untuk mengurangi nyeri

Atur posisi pasien senyaman mungkin


R : Pasien merasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri

Ajak pasien berkomunikasi tentang keadaan sakit


R :Mengurangi ketegangan dan mengalihkan perhatian pasien
akan nyeri.

(10) Beri health education : anjurkan pasien mengurangi aktivitas


R:

Membatasi dan menghindari terjadinya nyeri.

1.2.2.2 Diagnosa Keperawatan 2 :


Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
sekunder yang diakibatkan / disebabkan oleh hilangnya salah satu anggota tubuh
yang ditandai dengan: pasien sering berdiam, diri, pasien tampak malu dengan
keadaan yang saat ini, pasien sering menutup diri apabila ditanya oleh perawat.
1)

Tujuan : Pasien dapat menerima keadaan yang saat ini dialami keluarganya

2)

Intervensi dan Rasional :

30

(1)
R:

Kembangkan bakat pasien


Memberikan pengertian kepada klien bahwa dengan keadaan kondisinya saat ini
klien masih bisa / dapat melakukan aktivitasnya semaksimal mungkin.

(2)
R:

Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien


Dengan membina hubungan saling percaya maka pasien dapat mengungkapkan
keluh kesahnya kepada perawat.

(3)
R:

Jaga privasi klien


Dengan menjaga privasi klien maka secra tidak ;angsung kita memberikan
penghormatan kepada klien, sehingga klien juga tidak merasa cemas apabila
bercerita dengan perawat.

(4)
R:

Kolaborasi dengan Team Rohani / Departemen rohani


Departemen rohani dapat membantu

klien dalam support secara psikososial

sehinga klien dapat menerima dengan lapang dada dengan keadaan yang saat ini.
1.2.2.3 Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tempat
masuknya organisme sekunder akibat pembedahan.
1)

Tujuan
Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi menurun dengan kriteria hasil tidak ada
tanda-tanda infeksi dan peradangan setalah dilakukan pembedahan.

2)
(1)

Intervensi dan Rasional :


Observasi tanda infeksi dan peradangan
R:

Mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi kepada klien

(2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan


R:
(3)

Pertahankan tehnik aseptic dengan cara cuci tangan


R:

(4)

Kadar glucose yang tinggi terhadap media pertumbuhan kuman

Berikan antibiotik yang sesuai


R:

(5)

Mencegah infeksi

Penanganan awal untuk mencegah sepsis

Berikan antibiotik yang sesuai


R:

Penanganan awal untuk mencegah sepsis.

31

1.2.2.4 Diagnosa Keperawatan 4 :


Kekurangan volume berhubungan dengan deuresis osmotic dengan
kelemahan haus, membran mukosa kering, turgor kulit buruk .
1)

Tujuan :
Kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil, ada peningkatan energi,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

2)

Intervensi dan rasional :

(1) Observasi suhu warna kulit dan kelembapannya


R:

Auskultasi keseimbangan cairan dapat menurunkan motilitas lambung.


(2) Pantau makanan dan pengeluaran, catat berat jenis urine

R:

Memberi perkiraan kebutuhan cairan pengganti


(3) Observasi perasaan kelalahan yang meningkat

R:

Pemberian cairan berpotensi menimbulkan gejala klinis


(4) Berikan terapi cairamm (RL) sesuai indikasi

R:

Tipe dan jumlah cairan tergantung pada tingkat kekurangan cairan

1.2.2.5 Diagnosa Keperawatan 5 :


Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan interupsi
mekanis pada kulit / jaringan perubahan status metabolisme yang ditandai dengan
gangguan pada lapisan kulit dan jaringan.
1)

Tujuan :
Mencapai penyembuhan luka dengan criteria hasil luka dapat sembuh dalam
waktu yang ditentukan.

2)

Intervensi dan rasional :

(1) Gunakan tehnik septic dalam perawatan


R:

Mencegah cross infection


(2) Gunakan perekat halus untuk penggantian balutan yang sering
R:

Menurunkan resiko terjadinya trauma kulit

(3) Periksa luka secara teratur dan catat karakteristik dan integritas kulit.
R:

Mencegah kegagalan proses penyembuhan dan komplikasi

32

(4) Ingatkan pasien agar tidak menyentuh luka


R:

Mencegah kontaminasi
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi

yang

sudah

dilakukan

dan

bagaimana

respon

pasien.

E.EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat
mempunyai

tiga

alternatif

dalam

menentukan

sejauh

mana

tujuan

tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan

di

tujuan.

2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang


ditentukan

dalam

pernyataan

tujuan.

3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan

33

Anda mungkin juga menyukai

  • SAP
    SAP
    Dokumen8 halaman
    SAP
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen9 halaman
    Bab Ii
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENDAHULUAN Keluarga
    LAPORAN PENDAHULUAN Keluarga
    Dokumen4 halaman
    LAPORAN PENDAHULUAN Keluarga
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • ANEMIA
    ANEMIA
    Dokumen3 halaman
    ANEMIA
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii Tinjauan Teori
    Bab Ii Tinjauan Teori
    Dokumen16 halaman
    Bab Ii Tinjauan Teori
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Tumbuh Kembang
    Tumbuh Kembang
    Dokumen15 halaman
    Tumbuh Kembang
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Anakk
    Anakk
    Dokumen12 halaman
    Anakk
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Proskep Jiwa Hanik
    Proskep Jiwa Hanik
    Dokumen49 halaman
    Proskep Jiwa Hanik
    Tis Bek
    Belum ada peringkat
  • Sap CHF
    Sap CHF
    Dokumen10 halaman
    Sap CHF
    RizkiChoirunnisa
    Belum ada peringkat