Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi cacing masih banyak terjadi di masyarakat namun
kurang mendapatkan perhatian (neglected diseases). Penyakit yang secara perlahan
mengganggu kesehatan manusia, menyebabkan kecacatan tetap, penurunan
intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula menyebabkan kematian. Salah
satunya adalah kelompok Soil Transmitted Helminth (STH), yaitu kelompok cacing
yang siklus hidupnya melalui tanah. Penyakit parasitik yang termasuk ke dalam
neglected diseases tersebut merupakan penyakit tersembunyi atau silent diseases, dan
kurang terpantau oleh petugas kesehatan (WHO, 2007).
Penyakit cacing tambang atau yang biasa disebut hook worm adalah penyakit
yang disebabkan oleh cacing tambang Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale. Cacing tambang yang lain seperti Ancylostoma braziliense, Ancylostoma
ceylanicum, Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma malayanum hospes definitifnya
adalah kucing dan anjing. Jika menginfeksi manusia hanya akan menyebabkan
Cutaneus Larva Migrans. Penyakit cacing tambang yang disebabkan oleh cacing
Necator americanus di sebut Nekatoriasis. Sedangkan penyakit cacing tambang yang
disebabkan oleh cacing Ancylostoma duodenale disebut Ankilostomiasis.
1.2 Tujuan
Memahami Pengertian cacing tambang, siklus hidup, cara penularan,
penyebab dan bagaimana cara pengobatan penderita

cacing tambang pada

umumnya. Serta berusaha sebaik mungkin untuk mencegah terinfeksi cacing


tambang

Penyakit cacing tambang

Page 1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cacing Tambang


Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan
telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran
manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar
tubuh

manusia,

yang

kemudian

masuk

kembali ke tubuh korban menembus kulit


telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki.
Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh
melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di
paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali.
Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh
tubuh, anemia dan nyeri abdomen.
Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing
dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus.
Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina
mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa
berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur
hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama
tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva
rabditiform.
Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang
dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing
tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai
Penyakit cacing tambang

Page 2

dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya


kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600
mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paruparu. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke
trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus
dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit
atau ikut tertelan bersama makanan
Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan
tingkat kebersihan yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah
Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah
tropis Afrika, Asia dan Amerika (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No:
424/MENKES/SK/VI/, 2006:10).

Penyakit cacing tambang

Page 3

Gambar : Daur Hidup Cacing Tambang (Necator americanus dan


Ancylostoma duodenale)
2.2 Siklus Hidup
Cacing tambang atau cacing cambuk adalah cacing parasit(nematoda) yang
hidup pada usus kecil, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing ataupun
manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia,
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Necator americanus banyak
ditemukan di Amerika,Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok, and
Indonesia,Ankylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara,
India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi
oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan
lembab,dgn tingkat kebersihan yg buruk.

Siklus hidup cacing tambang

Penyakit cacing tambang

Page 4

2.3 Patofisiologi
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya
pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan
kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita
mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat
menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas.
Tetapi kekurangan darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap
sebagai cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh
banyak sebab.
2.4 Penyebab
Penyebabnya adalah cacing gelang usus, yaitu Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus. Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam tinja
dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam beberapa
hari, larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah. Manusia bisa terinfeksi jika
berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia,
karena larva bisa menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru melalui pembuluh
getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran pernafasan dan tertelan.
Sekitar 1 minggu setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus. Larva
menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus
bagian atas dan mengisap darah.

(Gambar : Necator americanus)

Penyakit cacing tambang

(Ancylostoma duodenale)

Page 5

2.5 Gejala
Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan
oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan
melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri; (2) species cacing :
seekor A. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus mengisap 5x lebih
banyak darah; (3) lamanya infeksi. Terjadinya anemia tergantung pada
keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari
makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap infeksi parasit.
Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapa faktor, antaza lain
umur,"wormload," lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita. Penyakit cacing
tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :
I. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala,
walaupun penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap
penyakit lain.
Stadium larva

Ground itch: reaksi alergi kulit pada tempat penetrasi cacing.

Batuk dan pneumonitis.


Diare dan gangguan GI lain.
A. duodenale secara oral " Wakanas disease (mual, muntah, iritasi
faring, batuk, dispnea, serak).

Penyakit cacing tambang

Page 6

II. infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi
dan penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia,
lemah, fisik dan mentaI kurang baik.
Stadium dewasa
Cacing dewasa menelan darah, merusak eritrosit, dan mendegradasi Hb
menyebabkan kehilangan darah intestinal dan anemia defisiensi besi

(hipokrom mikrositer).
Malnutrisi protein.
Eosinofilia.

III. infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah
jantung dengan segala akibatnya.
Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch)
bisa muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas
mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru. Cacing
dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Anemia karena
kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi
akibat perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa
menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan pembengkakan
jaringan yang meluas pada anak-anak.
2.6 Epidemiologi
Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada
penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan,
khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya
sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah
gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang
air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam
penyebaran infeksi penyakit ini (Srisasi Gandahusada, 2000:15). Tanah yang baik
untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu 16

Penyakit cacing tambang

Page 7

optimum 32oC-38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai


sandal atau sepatu bila keluar rumah.
2.7 Diagnosa
Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan
telur cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka telur
akan mengeram dan menetaskan larva.
2.8 Pengobatan dan pencegahan
Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai
macam anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen, pirantel
pamoat dan mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan
berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfas ferrosus) per os dalam
jangka waktu panjang dibutuhkan untuk memulihkan kekurangan zat besinya. Di
samping itu keadaan gizi diperbaiki dengan diet protein tinggi
Cara pencegahan
Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama pada
tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
Masak bahan makanan sampai matang
Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang
makanan
Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.
2.9 Faktor resiko
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prevalensi infeksi cacing tambang
adalah 61,2%. Sedangakn Prevalensi infeksi cacing tambang berdasarkan
kebiasaan BAB yaitu 78,6% untuk yang BAB di sembarang tempat dan 58,4
untuk yang BAB di kakus. Prevalensi berdasarkan munum obat dalam waktu 3

Penyakit cacing tambang

Page 8

bulan terakhir yaitu 63,5% untuk yang tidak minum obat dan 28,6% untuk yang
minum obat. Prevalensi berdasarkan kebiasaan memakai alaskaki yaitu 69,7%
untuk yang tidak biasa memakai alas kaki dan 37,1% untuk yang biasa memakai
alas kaki. Besarnya faktor resiko terinfeksi berdasarkan kebiasaan memakai alas
kaki adalah 1,88 artinya kebiasaan memakai alas kaki merupakan faktor resiko
yang kuat untuk terjadinya infeksi cacing tambang.
Dari hasil tersebut diharapkan adanya upaya untuk melakukan
penyuluhan tentang pentingnya kegunaan pemakaian alas kaki/sepatu but pada
waktu bekerja dan membiasakan untuk selalu buang air besar dikakus. Untuk
penelitian lebih lanjut dapt dikembangkan dan pemeriksaan besarnya derajat
infeksi, pemeriksaan kadar Hb, pemeriksaan sampel tanah danpembiakan telur
cacing tembang untuk indentifikasi dan membedakan antara larva cacing Necato
americanus dan Ancylostoma duodenale

Penyakit cacing tambang

Page 9

BAB III
Penutup
A. Simpulan
Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus. Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di
rongga usus halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina
menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Daur hidup cacing tambang adalah
sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam
tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Infeksi paling sering
ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang
buruk. Gejalanya adalah Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar
protein di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus.penularanmelalui larva
cacing yang terdapat di tanah yangmenembus kulit, Pengobatan dengan
anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat.

Penyakit cacing tambang

Page 10

DAFTAR PUSTAKA

Penyakit cacing tambang

Page 11

Anda mungkin juga menyukai