TIM REDAKSI
Jurnal Ilmiah Forum Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Palangka Raya
Tim Penyunting :
Penanggung Jawab
Redaktur
Editor
Pelaksana TU
2.
Prof. Rr. Tutik Sri Hariyanti, S.Kp., MARS Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
3.
Alamat Redaksi :
Unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Jalan George Obos No. 32 Palangka Raya 73111- Kalimantan Tengah
Telepon/Fax : 0536 3230730, 3221768
Email
: poltekkespalangkaraya@gmail.com, forumkesehatanpky@gmail.com
Website : www.poltekkes-palangkaraya.ac.id
Terbit 2 (dua) kali setahun.
PENGANTAR REDAKSI
Salah satu tugas utama dari lembaga pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam
Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan penelitian. Agar hasil-hasil penelitian
dan karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh civitas akademika Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palangka Raya lebih bermanfaat dan dapat dibaca oleh masyarakat, maka
diperlukan suatu media publikasi yang resmi dan berkesinambungan.
FORUM KESEHATAN merupakan Jurnal Ilmiah sebagai Media Informasi yang
menyajikan kajian hasil-hasil penelitian, gagasan dan opini serta komunikasi singkat maupun
informasi lainnya dalam bidang ilmu khususnya keperawatan, kebidanan, gizi, dan umumnya
bidang ilmu yang berhubungan dengan kesehatan.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya
berkat bimbingan dan petunjuk-Nyalah upaya untuk mewujudkan media publikasi ilmiah
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang diberi nama FORUM KESEHATAN
volume kedua nomor keempat ini dapat terlaksana. Dengan tekat yang kuat dan kokoh, kami
akan terus lebih memacu diri untuk senantiasa meningkatkan kualitas tulisan yang akan
muncul pada penerbitan penerbitan selanjutnya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palangka Raya sebagai Penanggung Jawab serta Dewan Pembina yang telah memberikan
kepercayaan dan petunjuk kepada redaktur hingga terbitnya FORUM KESEHATAN Volume
III Nomor 5, Pebruari 2013 ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga disampaikan
kepada Dewan Redaksi dan Tim Mitra Bestari yang telah meluangkan waktunya untuk
mengkaji kelayakan beberapa naskah hasil penelitian/karya ilmiah yang telah
disampaikan kepada redaksi.
Kepada para penulis yang telah menyampaikan naskah tulisannya disampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan selalu diharapkan partisipasinya untuk mengirimkan
naskah tulisannya secara berkala dan berkesinambungan demi lancarnya penerbitan FORUM
KESEHATAN ini selanjutnya.
Akhirnya, semoga artikel-artikel yang dimuat dalam FORUM KESEHATAN volume
kedua nomor keempat ini dapat menambah wawasan dan memberikan pencerahan bagai
lentera yang tak kunjung padam. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan penerbitan selanjutnya.
Tim Redaksi
DAFTAR ISI
Hal.
Partisipasi Masyarakat Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Melalui Pendekatan
Mpa-Phast Di Kabupaten Pulang Pisau
Tri Widodo, Suharman, Widodo Hariyono ..................................................................
12
20
29
38
48
56
62
ARTIKEL PENELITIAN
Dinas Kesehatan Pulang Pisau, Kalteng, 2..Rural and Regional Research Center, UGM
FKM, Universitas Ahmad Dahlan
Abstrak. Kemiskinan, kebersihan lingkungan dan sanitasi dapat membawa dampak buruk bagi
kesehatan masyarakat. Untuk mencegah beberapa upaya perbaikan harus dibuat. Upaya yang telah
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau untuk meningkatkan PHBS adalah dengan
melibatkan masyarakat untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan sanitasi. Di Kabupaten
Pulang Pisau persentase PHBS masih relatif rendah (17%). Melalui proyek pelayanan air bersih
(CWSHP) melalui pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan pendekatan MPA PHAST-. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
keluarga di desa yang berpartisipasi dalam MPA PHAST-dan mereka yang tidak menerima MPA
PHAST di Kecamatan Pandih Batu dan Maliku Kabupaten Pulang Pisau. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dan eksperimen semi post test dengan
membandingkan group design. Sampel terdiri dari 294 kepala keluarga diambil dengan teknik
proportional random sampling dari delapan desa, empat desa mendapat MPA-PHAST di Kecamatan
Pandih Batu (Talio Muara, Talio Hulu), Kecamatan Maliku (Tahai Jaya, Tahai Baru) dan empat desa
yang tidak mendapatkan MPA-PHAST di Kecamatan Pandih Batu (Pangkoh Sari, Pangkoh Hilir),
Kecamatan Maliku (Buntoi, Maliku). Tidak ada perbedaan pengetahuan tentang PHBS dan perilaku
cuci tangan keluarga di desa yang mendapat MPA PHAST-dan mereka yang tidak MPA PHASTdengan p> 0,05 (0,536 dan 0,050). Ada perbedaan perilaku penyediaan air bersih dan penggunaan,
toileting di tempat yang tepat, sanitasi lingkungan, dan pengetahuan tentang sanitasi lingkungan
keluarga di desa yang mendapat MPA PHAST-dan mereka yang tidak MPA PHAST-dengan p <0,05
(0,000; 0,001, 0,000, dan 0,000). Para keluarga di desa yang mendapat pemberdayaan melalui MPAPHAST umumnya lebih baik daripada keluarga yang tidak.
Kata kunci: kebersihan, sanitasi lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat, tokoh masyarakat,
MPA-PHAST
Abstract. Poor environmental hygiene and sanitation can bring bad impact to public health. In order
to that prevent that efforts for improvement have to be made. An effort that has been made by Pulang
Pisau District of Health Office to improve PHBS is involving the community to increase
environmental hygiene and sanitation. At District of Pulang Pisau the percentage of PHBS is still
relatively low (17%). Through the project of community water services and health (CWSHP)
community empowerment is undertaken using MPA-PHAST approach. The objective of the study
was to identify the difference in PHBS of the family in the village that participated in MPA-PHAST
and those that did not receive MPA-PHAST at Sibdistrict of Pandih Batu and Maliku District of
Pulang Pisau. The study used quantitative-qualitative approach and quasi experiment post test with
compare group design. Samples consisted of 294 heads of the family taken with proportional
random sampling technique from eight villages; four villages got MPA-PHAST at Subdistrict of
Pandih Batu (Talio Muara, Talio Hulu), Subdistrict of Maliku (Tahai Jaya, Tahai Baru) and four
villages that did not get MPA-PHAST at Subdistrict of Pandih Batu (Pangkoh Sari, Pangkoh Hilir),
Subdistrict of Maliku (Buntoi, Maliku). There was no difference in knowledge on PHBS and
behavior of handwashing of the family at the village that got MPA-PHAST and those without MPA1
PHAST with p > 0.05 (0.536 and 0.050). There was difference in behavior of clean water provision
and use, toileting in the proper place, environmental sanitation, and knowledge about environmental
sanitation of the family in the village that got MPA-PHAST and those without MPA-PHAST with p
< 0.05 (0.000; 0.001; 0.000; and 0.000). The of family in the village that got empowerment through
MPA-PHAST generally better than the family that did not.
Keywords: hygiene, environmental sanitation, hygienic and healthy behavior, community
empowerment, MPA-PHAST
Pendahuluan
Data dari World Health Organization
(WHO)(1), menunjukkan bahwa kira-kira 3,1%
kematian (1,7 juta) dan 3,7% disability adjusted
life years (DALYs) (54,2 juta) disebabkan oleh
air yang tidak layak konsumsi, sanitasi dan
hygiene. Di Afrika dan negara berkembang di
Asia Tenggara, 4-8% penyakit disebabkan oleh
faktor tersebut. Lebih dari 99,8% kematian juga
disebabkan oleh faktor tersebut ,dan 90% nya
yang meninggal adalah anak-anak.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia melalui Program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) mengajak masyarakat
agar menyadari akan pentingnya berperilaku
hidup sehat(2). Perilaku hidup bersih dan sehat
di Kalimantan Tengah masih di bawah nasional
(38,7%) yaitu sebesar 33,0%(3).
Melalui Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (P2
dan PL Depkes RI) tahun 2003 dibentuklah
proyek Community Water Services and Health
Project
(CWSHP)(4).
Kabupaten
Pulang
Pisau
merupakan salah satu daerah yang ikut dalam
CWSHP. Proyek CWSHP Pulang Pisau ini
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
Methodology for Participatory AssessmentParticipatory
Hygiene
and
Sanitation
Transformation (MPA-PHAST)(5,6). Sebagai
tahap awal pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
dengan MPA-PHAST dilakukan di 4 desa dalam
2 kecamatan yang telah menyetujui persyaratan
yang diberikan oleh proyek.
Masyarakat yang ikut kegiatan ini adalah
keluarga yang termasuk dalam ekonomi
golongan menengah ke bawah. Dipilihnya
kelompok tersebut karena keluarga yang
berperilaku tidak sehat dalam
hygiene dan sanitasi lingkungan terbanyak
(83%) adalah keluarga ekonomi menengah ke
bawah(7). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Tabel 1.
Karakteristik RespondenYang Mendapatkan MPA-PHAST dan Tidak Mendapatkan MPA-PHAST di
Kecamatan Pandih batu dan Maliku Tahun 2010
Jumlah KK Desa
Karekteristik Responden
Umur
< 36 tahun
36 55 tahun
Persentase
(%)
Tidak
mendapatkan
MPA-PHAST
Mendapatkan
MPA-PHAST
27.2
22.4
24,8
48.3
53.7
51
> 55 tahun
24.5
23.8
24,1
Jenis Kelamin
Laki-laki
71.4
88.4
79,9
Perempuan
28.6
11.6
20,1
Tabel 1. Karakteristik RespondenYang Mendapatkan MPA-PHAST dan Tidak Mendapatkan MPAPHAST di Kecamatan Pandih batu dan Maliku Tahun 2010
Jumlah KK Desa
Karekteristik Responden
Tidak
mendapatkan
MPA-PHAST
Pendidikan
Tidak Sekolah
Persentase
(%)
Mendapatkan
MPA-PHAST
8.2
12.9
10,5
Tamat SD
25.9
40.8
33,3
Tamat SMP
26.5
25.2
25,9
Tamat SMA
32.7
14.3
23,5
PT
6.8
6.8
6,8
Pekerjaan
Petani
50.3
74.8
62,6
Nelayan
2.0
0.7
1,4
Pedagang
8.8
4.1
6,5
Buruh
17.7
8.2
12,9
PNS
17.0
9.5
13,3
Lain-Lain
4.1
2.7
3,4
Pendapatan
< Rp 400.000,-
19.7
50.3
35
Rp 400.000,- - Rp 800.000,-
51.0
32.0
41,5
> Rp 800.000,-
29.3
17.7
23,5
Variabel
Baik %
71 (51.1%)
76 (49%)
Mendapatkan MPA-PHAST
68 (48,9%)
79 (51%)
Md
14
0.536
Desa
Tabel 3. Analisis perbedaan perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun,
antara keluarga di desa yang mendapatkan MPA-PHAST dan
tidak mendapatkan MPA-PHAST
Variabel
Baik %
57 (43.5%)
90 (55,2%)
Mendapatkan MPA-PHAST
74 (56.5%)
73 (44.8%)
Md
16
0.050
Desa
Tabel 4.
Analisis perbedaan tingkat pengetahuan sanitasi lingkungan desa yang mendapatkan MPA-PHAST
dan tidak mendapatkan MPA-PHAST
Variabel
Kurang %
Baik %
60 (58,6%)
87 (45,3%)
15.05
42 (41,2%)
105 (54,7%)
16.88
Nilai p
(95% CI)
Desa
-
Tidak mendapatkan
MPA-PHAST
Mendapatkan MPAPHAST
0.000
-2.100-(-1.032)
Tabel 5. Analisis perbedaan perilaku BAB di jamban desa dan perilaku penyediaan dan penggunaan
air bersih terhadap desa yang mendapatkan MPA-PHAST
dan tidak mendapatkan MPA-PHAST
Perilaku BAB di jamban
Variabel
Confidence Interval
95%
Kurang %
Baik
%
59 (62.8%)
88 (44%)
12.24
0.001
-2.08- (-0.586)
35 (37.2%)
112 (56%)
13.57
Confidence Interval
95%
Desa
-
Tidak mendapatkan
MPA-PHAST
Mendapatkan MPAPHAST
Variabel
Baik %
Desa
-
Tidak mendapatkan
MPA-PHAST
Mendapatkan MPAPHAST
77 (68.8%)
35 (31.3%)
Perbedaan
perilaku
penyediaan
dan
penggunaan sarana air bersih antara
keluarga yang mendapatkan MPA-PHAST
dengan keluarga yang tidak mendapatkan
Tabel 5 menyatakan bahwa jumlah
keluarga dengan perilaku penyediaan dan
penggunaan sarana air bersih, di desa yang
mendapatkanMPA-PHAST berkategori baik
jumlahnya lebih banyak (61,5%), daripada yang
tidak mendapatkan (112 KK dan 70 KK).
Ada perbedaan perilaku penyediaan dan
penggunaan air bersih antara keluarga yang
mendapatkan MPA-PHAST dengan keluarga
-2.713 - (-1.205)
Tabel 6. Analisis perbedaan perilaku dan ketersediaan sarana dan prasarana berkaitan
dengan sanitasi lingkungan desa yang mendapatkan MPA-PHAST
dan tidak mendapatkan MPA-PHAST
Variabel
Perilaku berkaitan dg
sanitasi lingkungan
Baik
Kurang %
%
Nilai p
(95% CI)
Desa
-
Tidak mendapatkan
MPA-PHAST
Mendapatkan MPAPHAST
Variabel
83 (80.6%)
64 (33.5%)
10.01
20 (19.4%)
127 (66.5%)
13.57
Kurang %
Baik %
83 (65.4%)
64 (38.3%)
7.93
44 (38.3%)
103 (61.7%)
11.44
0.000
-4.343 - (-2.786)
Nilai p
(95% CI)
Desa
-
Tidak mendapatkan
MPA-PHAST
Mendapatkan MPAPHAST
0.000
-4.528 - (-2.493)
2.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
RI. No. 1114/Menkes /SK/VIII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah, Jakarta; 2006a
3. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan,
Riset
Kesehatan Dasar 2007,Laporan Nasional
2007:2008b
4. Asian Developing Bank (ADB).Water for
All: The Water Policy of the Asian
Development Bank .Manila;2000.
5. Dayal, R., Wijk, C. van, Mukherje, N.
Methodology for Participatory Assessments
with Communities Institution and Policy
Makers Linking Sustainability with
Demand, Gender and Poverty, Water and
Sanitation Programme, World Bank;2000.
6. World Health Organization, 1997, The
PHAST Initiative, Participatory Hygiene
and Sanitation Transformation, A New
Approach to Working with Communities,
UNDP-World Bank, Geneva;1997
7. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia., Lembar Catatan dan Skoring
Tahap I CWSHP Pulang Pisau Kalimantan
Tengah, Dirjen P2 dan PL;2007.
8. Sander, M.A. 2005. Hubungan Faktor
Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu
Sidoarjo. Jurnal MedikaI. Vol 2.No.2. JuliDesember 2005: 163-193.
9. DinasKesehatan
Propinsi
Kalimantan
Tengah. 2008. Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2007. Palangka
Raya.
10. Daud, R.K. Hubungan antara Tingkat
Pendidikan, Pendapatan, dan Perilaku
Masyarakat dengan Kualitas Sanitasi
Lingkungan di Pesisir Pantai Desa
Huangobatu Kecamatan Kabila Kabupaten
Gorontalo, Tesis, Program Pascasarjana
Universitas
Gadjah
Mada
Yogyakarta;2000.
11. Hastono, PS. 1997. Hubungan Faktor
Sosial Demografi Ibu dengan Pemanfaatan
Penolong Persalinan di Kabupaten Cianjur
1995. Jurnal Penelitian UI.Makaro no I
seri A.
12. Wijk, C. van, and Murre, T.,1994.
Mechanisms of Change Motivating Better
Hygiene Behaviour :Importance for Public
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
11
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak. Dampak yaang ditimbulkan dari penyakit stroke adalah kecacatan, sehigga
mengakibatkan ketergantungan klien kepada keluarganya. Upaya yang dilakukan adalah
memberikan pelayanan rehabiltasi fisik melalui peran keluarga dengan harapan ketergantungan
klien kepad aorang lain menjadi minimal dan klien mampu mandiri.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran keluarga dalam melakukan rehabilitasi fisik di rumah terhadap kemandirian
aktifitas fisik sehari-hari klien pasca stroke. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre-pos tes
dengan kelompok kontrol. Besar sampel adalah 27 responden kelompok kontrol dan 27 responden
kelompok intervensi. Cara pemilihan sampel adalah non probability sampling jenis consecutive
sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji beda dua mean dependent sample test paired t
test, uji beda dua mean independent sample t test dan ANOVA. Hasil penelitian penelitian
menunjukkan bahwa kelompok intervensi menunjukkan peningkatan kemandirian dibandingkan
kelompok kontrol (p=0.000). Peningkatan kemandirian klien pasca stroke dipengaruhi oleh posisi
di dalam keluarga dan pendidikan (p=0,000). Diharapkan perawat mengembangkan potensi yang
dimiliki keluarga dan klien untuk meningkatkan kemandirian aktifitas sehari-hari.
Kata Kunci : Peran keluarga, rehabilitasi fisik, kemandirian aktifitas sehari-hari, klien pasca stroke
Abstract : One of the apparent impacts resulting from stroke is disability which may cause the
client to be dependent on the family. An effort which can be done to cope with this problem is
providing physical rehabilitation service through the role of familiy. The purpose is to reduce
clients independecy at the end and the clients can live independently or self care. The purpose of
tthis research is to find out an role in carrying out physical rehabilitation on daily activity
independence of post stroke clients at home in Palangka Raya city. This research used the design of
quasi experimental pre test-post test with control group. The sample covered, 27 respondents in
control group and 27 respondents in the intervention group. The sample was drawn using non
probability sampling method of consecutive sampling type. The statiscal test used here was the
mean dependent samples test paired, mean independent sample t test and ANOVA. The results
showed that intervention group to increase independency compared to the to the control group.
(p=0,000). Independency to increase of post stroke client was ifluence by client education and
family in positions (p=0,000). Recommended for nurses should be developed further so that
potensials of clients and family can be increased and exlored well
Key words : Family role, physical rehabilitation, activity independence, post stroke client
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2007)2, di
di Indonesia
Pendahuluan
Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan
gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal
atau global yang dapat menimbulkan kematian
atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam,
tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular
(WHO, 1983 dalam Mulyatsih, 2007)1.
Datak, Kusnaningsih, Sylvia, Peran Keluarga dalam Rehabilitasi Fisik Paska Stroke
Hasil
Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini
meliputi jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
dan usia pada kelompok kontrol serta kelompok
kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin
anggota keluarga yang merawat klien pasca
stroke pada penelitian ini paling banyak adalah
perempuan, yaitu 40 orang dengan rincian pada
kelompok kontrol 18 orang (66,6%) dan
kelompok intervensi 22 orang ( 81,4%).
Berdasarkan latar belakang pendidikan,
terlihat bahwa keluarga yang merawat klien
sebagian besar berpendidikan SLTA yaitu 26
orang,
dengan 9 orang
(33,3%) pada
kelompok kontrol dan 17 orang (63,0%) pada
kelompok intervensi. Keluarga klien yang
berpendidikan SLTP adalah 13 orang, dengan 9
orang (33,3%) pada kelompok kontrol dan 4
orang (14,8%) pada kelompok intervensi.
Keluarga klien yang berpendidikan SD adalah
11 orang, dengan 6 orang (22,2%) pada
kelompok kontrol dan 5 orang (18,5%) pada
kelompok intervensi, sedangkan keluarga klien
yang berpendidikan perguruan tinggi adalah 4
orang, dengan 3 orang (11,1%) pada kelompok
kontrol dan 41 orang (3,7%) pada kelompok
intervensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keluarga yang merawat klien pasca stroke yang
tidak bekerja adalah 28 orang, dimana paling
banyak pada kelompok intervensi 16 orang
(59,3%) sedangkan pada kelompok kontrol
yaitu 12 orang (44,4% ). Pada keluarga yang
merawat klien pasca stroke yang bekerja
sebanyak 26 orang, 15 orang (55,6%) pada
kelompok kontrol dan 11 orang (40,7%) pada
kelompok intervensi.
Berdasarkan posisi di dalam keluarga
dalam merawat klien pasca stroke dapat dilihat
bahwa sebagian besar klien dirawat oleh anak
dan istri. Klien pasca stroke yang dirawat oleh
anak dan yang lainnya adalah 23 orang, 12
orang (44,4%) pada kelompok kontrol dan 11
orang (40,7%) pada kelompok intervensi.
Selanjutnya klien pasca stroke yang dirawat
oleh istri sebanyak 22 orang, 8 orang (29,6%)
pada kelompok kontrol dan 13 orang (48,2%)
pada kelompok intervensi. Suami juga berperan
dalam merawat istri yang stroke, yaitu 7 orang
Kelompok
Kontrol
Intervensi
p
value
9 (33,3%)
18 (66,7%)
5 (18,6%)
22 (81,4%)
0,352
6 (22,2%)
9 (33,3%)
9 (33,3%)
3 (11,1%)
5 (18,5%)
4 (14,8%)
17 (63,0%)
1 (3,7%)
0,140
12 (44,4%)
15 (55,6%)
16 (59,3%)
11 (40,7%)
0,414
7(26,0%)
8 (29,6%)
12 (44,4%)
3 (11,1%)
13 (48, 2%)
11 (40,7%)
0,242
45,19
47
12,41
24-65
40,28-50,09
41,59
45
13,06
19-70
36,43-46,76
0,262
Tabel
2
memperlihatkan
rata-rata
kemandirian aktifitas fisik sehari hari klien
pasca stroke pada kelompok kontrol sebelum
dilakukan intervensi adalah 34,07 (SD=14,28)
Tabel 2. Analisis Rata-rata Kemandirian Aktifitas Klien Pasca Stroke Di Kota Palangka RayaPeriode
Juli-Desember Tahun 2011 (n=34)
Kemandiran
Aktifitas
Sehari hari
Kelompok Kontrol
Pre test
Post test
Kelompok Intervensi
Pre test
Post test
Peningkatan
Kemandirian
Kelompok Kontrol
Kelompok Intervensi
Mean
SD
SE
p
value
34,07
64,26
14,28
17,53
2,75
3,37
0,000
39,63
83,70
14,00
16,68
2,97
3,68
0,000
30,19
44,26
8,38
10,44
2,01
1,61
0,000
15
Datak, Kusnaningsih, Sylvia, Peran Keluarga dalam Rehabilitasi Fisik Paska Stroke
16
Karakteristik Keluarga
Usia
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
PT
Posisi Keluarga
Suami
Istri
Anak dan lainnya
Koef.Regresi
0,107
R=0.117
Beta
0,117
R=0,014
T
0,850
p value
0,399
Mean
SD
95% CI
p value
38,93
36,63
9,42
12,53
33,48-44,38
32,62-40,63
0,533
40,36
33,83
11,78
10,98
35,79-44,38
29,41-38,28
0,041
24,55
31,15
45,19
40,00
6,50
6,81
9,21
10,00
20,18-28,92
27,03-35,27
41,47-48,92
24,09-55,91
0,000
38,50
42,38
31,96
9,44
10,44
11,94
31,75-45,25
37,63-47,13
26,79-37,12
0,010
Pembahasan
Kemandirian Aktifitas Sehari-hari Klien
Pasca Setelah Dilakukan Rehabilitasi Fisik
di Rumah
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini
disimpulkan rehabilitasi fisik dapat lebih
meningkatkan kemandirian aktifitas fisik
sehari-hari pada pasien pasca stroke pada
kelompok intervensi dibandingkan kelompok
kontrol (p=0,000). Peningkatan kemandirian
aktifitas sehari-hari klien pasca stroke dapt
terjadi karena adnya faktor pemulihan secara
alammiah dari dalam tubuh dengan adanya
perbaikan fungsional atau kesembuhan yang
terjadi.8
Selain dari proses penyembuhan alamiah,
juga dapat dihasilkan dari pengaruh pengobatan
yang dapat mengurangi perluasan stroke atau
intervensi lain seperti rehabilitasi fisi yang
dilakukan
untuk
mempertinggi
fungsi
neurologis sehingga klien menunjukkan kontrol
motorik yang baik.4
Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian sebelumnya oleh Gilbertson, et al
(2000)9 bahwa rehabilitasi fisik di rumah klien
pasca stroke yang pulang dari rumah sakit
sebanyak 8 kali dengan waktu selama 30-45
menit selama 8 minggu menunjukkan hasil
yang bermakna pada kelompok perlakuan
dibandingkan kelompok kontrol (p=0,001).
Penelitian yang lain dilakukan Weiss, et al
(2005)10 menyebutkan bahwa klien yang
dilakukan rehabilitasi fisik di rumah terkait
aktifitas fisik sehari-hari, pergerakan sendi,
tonus dan koordinasi serta sensasi yang
dilakukan 6 minggu sampai 8 minggu
menunjukkan hasil
kemampuan berjalan
Datak, Kusnaningsih, Sylvia, Peran Keluarga dalam Rehabilitasi Fisik Paska Stroke
19
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak. Tindakan suction bertujuan untuk mengeluarkan sputum dari rongga mulut, trakhea,
dan bronchus sehingga jalan napas tidak terganggu, akan tetapi ada dampak lain yang
ditimbulkan dari tindakan tersebut yaitu adanya hipoksemia yang ditandai penurunan saturasi
oksigen, dan salah satu cara untuk mengatasi hipoksemia adalah dengan pemberian
preoksigenasi sebelum dilakukan tindakan suction endotrakheal. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian preoksigenasi O2 100 % untuk suction
endotrakheal terhadap saturasi oksigen di ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.Metode penelitian menggunakan pre eksperimental design dengan desain one group
pra test-post test design. Alat yang digunakan adalah Pulse Oksimetri dan lembar observasi.
Sampel yang diperoleh 17 responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini
nilai rata-rata saturasi oksigen setelah suction endotrakheal tanpa preoksigenasi O2 100 %
adalah 97,2941 % dan nilai rata-rata saturasi oksigen setelah suction endotrakheal dengan
preoksigenasi O2 100 % adalah 99,7647 %, dari analisa statistik dengan t-test dependent
didapat p = 0.000 (<0.05), sehingga kesimpulannya terdapat pengaruh peningkatan yang
signifikan pemberian preoksigenasi sebelum dilakukan tindakan suction endotrakheal terhadap
saturasi oksigen.
Kata Kunci : Suction, pre oksigenasi, saturasi oksigen
Abstract. Mucus suction aimed to release sputum of mouth cavity, trachea, and bronchus, so
that the airway is not obstructed. However there is an impact from those suction ie : the
existence of hypoxemia which is marked by degradation of saturation oxygen .One of the ways
to overcome hypoxemia is by giving pre oxygenation before conducting Endo tracheal suction.
The aim of this research is to know the influence of giving pre oxygenation for Endo tracheal
suction toward oxygen saturation in ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. This
research has been conducted from 15 August until 14 September 2008. The research method
was pre experimental with design one group pre test-post test. The instruments used were Pulse
oxymetri and observation sheet. The obtained samples were 17 respondents by using purposive
sampling technique. The result of this research revealed that average value of oxygen saturation
after suction without O2 pre oxygenation 100 % was 97, 2941 % and the average value of
oxygen saturation after suction with O2 pre oxygenation 100 % was 99,7647 %. The statistical
analysis with dependent t-test showed p = 0.000 (< 0.05), so that it was concluded that there was
significance influence from delivering pre oxygenation toward oxygen saturation before Endo
tracheal suction has been conducted.
Keyword : Suction, pre oxygenation, oxygen saturation
20
Pendahuluan
Beberapa kondisi pasien yang memerlukan
pelayanan intensif adalah pasien dengan
gangguan sistem penapasan. Salah satu bentuk
gangguan pernapasan diantaranya adalah
obstruksi saluran pernapasan yang bisa
diakibatkan oleh adanya penumpukan sekret /
cairan ataupun benda yang menghalangi saluran
pernapasan. Apabila benda tersebut tidak dapat
dikeluarkan maka akan berakibat sangat fatal
bagi kelangsungan hidup. Obstruksi jalan napas
adalah resiko yang dihadapi pasien tidak sadar
karena epiglotis dan lidah mungkin rileks, yang
menyumbat orofaring, atau pasien mungkin
muntah atau sekresi nasofaring.1
Salah satu intervensi yang dilakukan oleh
perawat di pelayanan intensif adalah
pelaksanaan suction / suction saluran
pernapasan. Ada 3 macam bentuk penghisapan
yaitu penghisapan orofaring dan penghisapan
nasofaring, penghisapan orotrakhea dan
nasotrakhea, dan penghisapan napas buatan.2
Tujuan dari tindakan keperawatan suction ini
adalah untuk mengeluarkan sputum dari rongga
mulut, trakhea, dan bronchus sehingga jalan
napas tidak terganggu, akan tetapi ada dampak
lain yang ditimbulkan dari tindakan tersebut
yaitu hipoksemia yang ditandai dengan
penurunan saturasi dan peningkatan frekuensi
pernapasan jika dilakukan dengan teknik yang
kurang tepat.3
Menurut Baun (1984), Judson (1994),
Lookinland (1991), Mancinelli-Van (1992),
Peruzzi (1995) yang dikutip oleh Wynne R,
Botti M, Paratz J (2004)4 Preoksigenasi
direkomendasikan
pada
suction/suction
endotrakheal untuk mencegah hipoksemia.
Adapun salah satu bentuk teknik preoksigenasi
yaitu hiperoksigenasi dengan meningkatkan
pemberian oksigen pada saat inspirasi. Menurut
Bresler (1998)5 untuk mencegah terjadinya
hipoksemia
adalah
dengan
melakukan
preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik
sampai 3 menit.
Pengukuran saturasi oksigen kapiler yang
kontinu dapat dilakukan dengan menggunakan
oksimetri kutaneus. Saturasi oksigen adalah
persentase hemoglobin yang
disaturasi
oksigen. Menurut Whitney (1990) dikutip oleh
Potter dan Perry (2005)2 keuntungan
pengukuran oksimetri transkutaneus yaitu
mudah dilakukan, tidak invasif, dan dengan
mudah diperoleh. Oksimetri yang paling umum
21
Pra
Perlakuan
O1
Time 1
I
Time 2
1
Paska Test
O2
Time 3
Keterangan:
K : Subyek (Pasien dengan terpasang endotrakheal)
O1
O2
: Observasi saturasi oksigen (SaO2) setelah dilakukan suction/suction tanpa preoksigenasi O2 100%.
: Intervensi pemberian preoksigenasi O2 100% sebelum tindakan suction/suction.
: Observasi saturasi oksigen (SaO2) setelah dilakukan suction/suction dengan preoksigenasi O2 100%.
22
Etika Penelitian
Peneliti atau enumerator memberikan lembar
persetujuan (Informed Consent) yang
merupakan cara persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian, hal ini bertujuan
agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian,
mengetahui
dampak
dari
penelitian, jika bersedia maka subyek diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan
yang telah disediakan, apabila responden
menolak maka peneliti akan menghormati hak
pasien dan tidak akan melakukan pemaksaan
kehendak. Pada lembar pengumpulan data
nama responden tidak dicantumkan, hanya
dituliskan kode pada lembar alat ukurnya
yaitu menggunakan nomor 1 sampai 17.
Confidentiality (kerahasiaan). Pelaporan hasil
riset hanya kelompok data tertentu yang dapat
mewakili, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti.
Metode Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan Data.
Hasil dari pengumpulan data merupakan data
kasar, kemudian diolah agar data kasar dapat
diorganisir, disajikan dan dianalisa hingga
bisa ditarik kesimpulan, ini merupakan proses
penataan data.
Editing. Tujuan dari editing adalah agar
kesalahan atau kekurangan data yang
ditemukan dengan segera dapat dilakukan
perbaikan dengan cara mengoreksi data yang
meliputi kelengkapan pengisian dan hasil
pengamatan, koreksi ini dilakukan dilapangan
setelah pengukuran saturasi oksigen (SaO2)
dan pengisian chek list selesai.
Koding. Setelah editing data selesai maka
dilakukan pemberian kode atau tanda tertentu
terhadap hasil tindakan dan pengamatan yang
diperoleh untuk mempermudah penyusunan
tabel.
Tabulasi
Guna
memudahkan
dalam
menganalisa data maka dilakukan kegiatan
memasukkan data-data hasil penelitian ke
dalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria
tertentu.
Pengolahan data.Untuk mengetahui pengaruh
preoksigenasi O2 100% untuk tindakan
suction terhadap nilai saturasi oksigen (SaO2)
dengan cara menghitung selisih nilai SaO2
tindakan suction dengan preoksigenasi O2
23
Frekuensi (n)
Prof. Dr.
Persentase (%)
11
6
64,7
35,3
17
100,0
Table 2. Karakteristik responden menurut umur di ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto (n=17)
Karakteristik
Umur
a.
b.
c.
13-44 tahun
45-60 tahun
> 60 Tahun
Frekuensi (n)
Persentase (%)
10
5
2
58,8
29,4
11,8
17
100,0
24
Tabel 3. Hasil pengukuran nilai SaO2 setelah tindakan suction/suction endotrakheal tanpa
preoksigenasi O2 100% di ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
N
17
Mean
(%)
Maksimal
97,2941
(%)
Minimal
(%)
Standart Deviasi
95
1,57181
100
Tabel 4. Hasil pengukuran nilai SaO2 setelah tindakan suction/suction endotrakheal dengan
preoksigenasi O2 100% di ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Mean
(%)
Maksimal
(%)
Minimal
(%)
Standart Deviasi
17
99,7647
100
99
0,43724
Tanpa O2
X
( %)
97,2
SD
1,5
0,4
- 6,769
Dengan O2
99,7
P
value
Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas mengenai
karakteristik responden, hasil pengukuran
saturasi oksigen (SaO2) setelah dilakukan
tindakan suction/suction endotrakheal tanpa
preoksigenasi O2 100%, hasil pengukuran
SaO2
setelah
dilakukan
tindakan
suction/suction
endotrakheal
dengan
preoksigenasi
O2
100%,
menganalisa
pengaruh pemberian preoksigenasi O2 100%
untuk suction/suction endotrakheal terhadap
saturasi oksigen di ruang ICU RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto yang telah
selesai diteliti.
0,000
Karakteristik Responden.
Hasil penelitian dari 17 responden yang
memenuhi syarat inklusi didapatkan bahwa
proporsi responden antara laki-laki dan
perempuan adalah lebih besar laki-laki yaitu
11 orang (64,7 %) dibandingkan perempuan
yaitu 6 orang (35,3 %) pada pasien yang
dilakukan
tindakan
suction/suction
endotrakheal dengan terpasang ventilator.
Sedangkan karakteristik sampel menurut umur
pada penelitian ini jumlah sampel terbanyak
pada rentang usia 13-44 tahun yaitu 10 orang
(58,8 %) kemudian usia 45-60 tahun sebanyak
25
26
27
Daftar Pustaka
1. Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah, (terjemahan), Edisi 8
volume 3, Jakarta: EGC.
2. Perry & Potter. 2005. Buku saku
ketrampilan
dan
prosedur
dasar,
(terjemahan), Jakarta: EGC.
3. Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis,
(terjemahan), Jakarta,EGC.
4. Wynne R, Botti M, Paratz J. 2004.
Preoxygenation for tracheal suctioning in
ventilated
adults,diakses
dari
doi.wiley.com/10.1002/14651858.Cd
005142, tanggal 14 mei 2008 jam 11.00
WIB.
5. Bressler, M. 1998. Buku saku: Penuntun
Kedaruratan medis (terjemahan) ,Edisi V,
Jakarta: EGC.
28
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak. Perawat sebagai ujung tombak rumah sakit akan selalu menghadapi secara langsung
baik pasien maupun keluarga, selalu berinteraksi selama 24 jam sehingga lebih banyak
memiliki waktu dan jumlah kontak,juga dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan
profesional,merupakan salah satu indikator dalam menciptakan kepuasan dan loyalitas pasien.
Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi
manajerial kepala ruangan terhadap pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat
inap RSUD Dr. Doris Sylavanus Palangka Raya. Desain penelitian merupakan studi crosssectional,unit analisis akan dilakukan kepada responden yaitu perawat pelaksana dengan
pengukuran melalui kuesioner persepsi perawat pelaksana tentang fungsi manajerial kepala ruang
dan pengukuran manajemen asuhan keperawatan melalui penilaian 5 dokumen keperawatan
pasien yang sudah dinyatakan pulang pada masing-masing ruangan. Hasil analisis univariat
tentang pelaksanaan penerapan standar asuhan keperawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus
menunjukan bahwa hasil askep yang dinilai dan pencapaian rata-rata dalam asuhan keperawatan
kategori cukup (68,6%), persepsi perawat terhadap fungsi perencanaan kepala ruangan yaitu
73,3% baik,fungsi pengorganisasian kepala ruangan 66,7% baik, fungsi pengarahan kepala
ruangan 66,7% baik, fungsi pengawasan kepala ruangan 50% baik. Hasil analisis bivariat
menunjukkan tidak ada hubungan antara persepsi perawat pelaksana tentang fungsi perencanaan
dan pengorganisasian kepala ruang dengan pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan,
sedangkan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi pengarahan dan pengawasan menunjukkan
ada hubungan yakni p<0,05.
Kata kunci: fungsi manajerial, kepala ruang, asuhan keperawatan, rumah sakit
Abstract. Nurses as the spearhead of the hospital will always face directly either the patient or
the family, always interacting for 24 hours so that more have the time and the number of
contacts, are also required to provide health care professionals, is one of the indicators in creating
patient satisfaction and loyalty. The effort is very important in improving the quality of nursing
services one of which is to improve human resources management and nursing. The research
objective was to analyze the relationship nurse's perception of managerial functions chief
executive room on the implementation of nursing care management in the inpatient hospital Dr.
Doris Sylavanus Palangkaraya.
Method. The study design was cross-sectional study, the unit of analysis will be done to the
respondent that the nurse practitioner through a questionnaire measuring perceptions of the nurse
practitioner on managerial functions and measurement of head space management nursing care
through assessment document five nursing home patients who had been declared in each room.
The results of univariate analysis of implementation of the standards of nursing care in hospitals
dr. Doris Sylvanus showed that nursing outcomes were assessed and the average achievement in
nursing care enough category (68.6%), the perception of the head nurse of the planning function
29
room which is 73.3% better, the head of the organizing function rooms 66.7% good, function
direction of head room 66.7% good, room monitoring function heads 50% good. The results of
bivariate analysis showed no association between nurse executive perceptions about the
functions of planning and organizing head space with the implementation of nursing care
management ie p> 0.05, while the nurse executive perceptions about the direction and
controlfunctions
show
no
relationship
that
is
p
<0.05.
Keywords: managerial functions, the head of the room, nursing care, hospital
Pendahuluan
Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan
pemberi jasa layanan kesehatan, dimana rumah
sakit dituntut
harus mampu dan mau
menyediakan berbagai jenis pelayanan kesehatan
yang bermutu bagi pelanggan/pasien. Salah satu
tuntutan
yang
harus diperhatikan
adalah
pelayanan prima yang tidak hanya memberikan
pelayanan sesuai standar tetapi mengedepankan
kepuasan pelanggan/pasien. Perawat sebagai
ujung tombak rumah sakit secara langsung
berinteraksi dengan pelanggan baik pasien
maupun keluarga,
juga selalu berinteraksi
dengan pasiennya selama 24 jam, sehingga lebih
banyak memiliki waktu kontak dan jumlah
kontak, dengan demikian memiliki kontribusi
yang besar dalam upaya meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan.1Perawat juga dituntut
untuk memberikan pelayanan yang profesional
sebagai salah satu indikator dalam menciptakan
kepuasan dan loyalitas pelanggan. Salah satu
upaya yang sangat penting dalam meningkatkan
mutu
pelayanan
keperawatan
adalah
meningkatkan sumber daya manusia dan
manajemen keperawatan.2Melihat pentingnya
peran seorang pemimpin khususnya kepala
ruangan dalam memimpin terutama melakukan
fungsi manajerial dalam memberikan pelayanan
kepada pasien dan penting mengetahui persepsi
perawat pelaksana terhadap fungsi manajerial
kepala ruangan agar bisa tercapainya pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar praktek
keperawatan, maka penelitian ini penting
dilakukan.
Menurut Sarlito persepsi adalah kemampuan
untuk membeda-bedakan, mengelompokkan dan
memfokuskan perhatian terhadap suatu objek ,
sehingga setiap orang akan berlainan dalam
mempersepsikan suatu objek, dan menurut
Menurut Walgito (2001) Cit Sunaryo persepsi
adalah
proses
pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap rangsang yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga
merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
variabel
dependen
tentang
pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatan, sehingga
diketahui variabel independen mana yang secara
bermakna berhubungan dan layak untuk diuji
secara bersama-sama (multivariat). Apabila hasil
uji Chi-squares () nilai p<0.05, maka dapat
disimpulkan ada hubungan atau assosiasi antara
variabel independen dan dependen.c. Analisis
Multivariat; digunakan regresi logistik (logistic
regression) karena skala pengukuran pada
variabel dependen berskala nominal dikotom dan
skala pengukuran pada variabel independen juga
berskala numerik dan nominal. Disini diuji
apakah probabilitas terjadinya variabel dependen
dapat
diprediksi
dengan
variabel
independennya.Karena dalam penelitian ini
diteliti variabel independen persepsi perawat
pelaksana tentang fungsi manajerial kepala ruang
yang diukur dengan skala nominal berpengaruh
terhadap variabel dependen tentang pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatan yang juga
berskala nominal.
Hasil
Karakteristik responden penelitian kepala
ruangan adalah 1) berdasarkan tingkat
pendidikan kepala ruangan di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya paling banyak
berpendidikan D3 Keperawatan (93,3%) dan S1
keperawatan sebanyak 6,7%. 2) berdasarkan
umur kepala ruangan berumur 26-30 tahun
sebanyak 50%, yang berumur 31-35 tahun
sebanyak 33%, dan berumur 21-24 tahun
sebanyak 16,7%. Sebagian besar kepala ruangan
adalah perempuan (86,7%), laki-laki berjumlah
13,3 %. kepala ruanganyang sudah menikah
sebanyak 70% dan 30% belum menikah.
Pelaksanaan Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus
Pada tabel 1.menunjukan bahwa hasil askep
yang dinilai dan pencapaian rata-rata dalam
asuhan keperawatan di RSUD dr. Doris
Sylvanus, Palangka Raya, 2011 di kategori
cukup (68,6%). Hal ini dapat dilihat pada nilai
pengkajian keperawatan 74,2%, diagnose
keperawatan 63,3%, perencanaan keperawatan
93,3%, evaluasi keperawatan 91,7%, dan catatan
askep 88,7%.(Lihat tabel1).
31
Tabel 1. Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Standar Askep di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya, 2011
No
Askep
Jumlah
1
Pengkajian
2
Diagnose
3
Perencanaan
4
Tindakan
5
Evaluasi
6
Catatan Askep
Total
Pencapaian Rata-rata
89
57
168
99
55
133
Nilai
seharusnya
120
90
180
120
60
150
Rata-Rata
(%)
74,2
63,3
93,3
82,5
91,7
88,7
493,7
68,6
Persepsi Perawat tentang Fungsi Manajerial perencanaan terdiri dari 8 pertanyaan, fungsi
dan PelaksanaanManajemen Askep di Ruang pengorganisasian terdiri dari 7 pertanyaan,
Rawat Inap RSUD dr. Doris Sylvanus
fungsi pengarahan 4 pertanyaan, fungsi
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariate Fungsi Manajerial Kepala Ruangan terhadap Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan di RSBLUD dr. Doris Sylvanus, 2011
Variabel
Perencanaan
Tidak baik
Baik
Manajemen
Askep
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Tidak
baik
Baik
4
50.0%
11
50.0%
3
30.0%
12
60.0%
4
50.0%
11
50.0%
7
70.0%
8
40.0%
Total
OR
95% CI
Nilai P
8
100.0%
22
100.0%
10
100.0%
20
100.0%
0,198-5,045
1,000
0,29
0,056-1,446
0,121
32
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariate Fungsi Manajerial Kepala Ruangan terhadap Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan di RSBLUD dr. Doris Sylvanus, 2011
Variabel
Pengarahan
Tidak
baik
Baik
Pengawasan
Tidak
baik
Baik
Manajemen
Askep
Total
OR
95% CI
Nilai P
Jumlah
Tidak
baik
7
Baik
3
10
2,5
1,092-7,714
0,002
%
Jumlah
%
Jumlah
70.0%
8
40.0%
6
30.0%
12
60.0%
5
100.0%
20
100.0%
11
2,3
2,130-5,915
0,009
%
Jumlah
%
54.5%
9
47.4%
45.5%
10
52.6%
100.0%
19
100.0%
Model
akhir
multivariat
terdapat
hubungan antara pengarahan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat Inap RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya. Terlihat bahwa Fungsi
pengarahan dengan nilai p=0,014 (p<0,05) dan
OR=3,4, menunjukkan persepsi perawat
tentang fungsi pengarahan kepala ruang tidak
baik,
mempunyai
pengaruh
terhadap
manajemen asuhan keperawatan tidak baik 3,4
kali lebih besar dibandingkan dengan persepsi
perawat pelaksana tentang fungsi pengarahan
kepala ruang baik,danfungsi pengawasan
Tabel 3. Model Akhir Regresi Logistik Fungsi Manajerial Kepala Ruangan terhadap Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan di RSBLUD dr. Doris Sylvanus, 2011
Fungsi Manajerial
Pengarahan
Pengawasan
Konstanta
R2 = 0,601
Koefisien
OR
95% CI
Nilai P
1,304
-0,144
-1,952
3,46
1,19
1,73 5,60
1,09 4,37
0,014
0,044
Pembahasan
Pelaksanaan penerapan standar Askep di
RSUD Dr.Doris SylvanusPalangka Raya
Nopember 2011 khususnya pada ruangan A,
B, D, E dan F serta ruang kelas utama yang
dijadikan sampel penelitian, menunjukan hasil
bahwa asuhan keperawatan yang dinilai dan
pencapaian
rata-rata
dalam
asuhan
keperawatan di RSUD Dr.Doris Sylvanus di
kategorikan cukup baik (68,6%), hal ini dapat
36
Daftar Pustaka
1. Nursalam. Manajemen Keperawatan
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional Edisi ke-2. Jakarta : Salemba
Medika, 2009.
2. Gomes C.F. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi ke-1. Yogyakarta : Andi
Offset, 2001.
3. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan.
Jakarta : EGC, 2004
4. Suarti. S, Bahtiar Y. Manajemen
Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga 2002.
5. Kountur R. Metode Penelitian untuk
penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta :
PPM, 2005.
6. Warsito B.E. Pengaruh Persepsi Perawat
Pelaksana tentang Fungsi Manajerial
Kepala Ruang Terhadap Pelaksanaan
Manajemen Asuhan Keperawatan di
RSJD
Dr.Amino
Gondohutomo
Semarang, Tesis. Semarang : 2006
37
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak. Prinsip enam tepat merupakan prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam
pemberian obat untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan keberhasilan pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran dan melihat hubungan antara karakteristik
perawat meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja serta tingkat pengetahuan perawat
dengan tingkat penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat di Ruang Rawat Inap RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya. Disain yang digunakan adalah cross sectional. Responden pada
penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap yang berperan dalam pemberian obat. Pengambilan
sampel dengan cara purposive sampling berjumlah 50 orang dari 10 ruang rawat inap di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuisioner untuk
memperoleh data deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penerapan prinsip
enam tepat oleh perawat secara umum baik. Urutan tingkat penerapan masing-masing komponen
adalah tepat klien, tepat waktu, tepat obat, tepat rute atau cara, tepat dokumentasi dan tepat dosis.
Namun tingkat penerapan prinsip umum yang berkaitan dengan aspek keamanan bagi perawat masih
rendah. Faktor internal yang mempengaruhi tingkat penerapan ini adalah karakteristik responden
dan tingkat pengetahuan. Upaya mempertahankan dan meningkatkan tingkat penerapan prinsip ini
dapat dilakukan dengan meningkatkan pelaksanaan pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Kata Kunci: prinsip enam tepat, kesalahan pemberian obat
Abstract. The purpose of this study was to identify the relationship between nurses knowledge with
the level of application of six rights principles in medication at ward. Six rights principles were the
principles that must be attention by nurses in medication to avoid errors medication and to take a
successful of medication. The design of this study was cross-sectional with purposive sampling.
Fifty (50) nurses who gived medication from 10 (ten) wards were participated as respondens in this
study. The study has been conducted in RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya by distributed a
set of quisioner to get data about the relation ship between the level of nurses knowledge with the
level of application and factors influencing in application of six rights principles in medication. The
result revealed that most nurses has good level of application of six rights principles such as right
patient, right time, right drug, right route, right documentation and right dose. This study also
revealed that most nurses has poor implementation in level of application of universal precaution.
The internal factors that influence in application of six rights principles were respondens
characteristics and level of knowledge. To maintain and increase of level of application should be
done by increasing nurse education.
Key words: six rights principles, error in drug administration
38
Sulistyowati, Mansyah, Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Prinsip Enam Tepat
Latar Belakang
Obat merupakan salah satu bagian terpenting
dalam proses penyembuhan penyakit, pemulihan
kesehatan dan juga pencegahan terhadap suatu
penyakit. Penentuan obat untuk pasien adalah
wewenang dari dokter, tetapi para perawat pun
dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam
pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan
obat sesuai order dokter, menyimpan dan
meracik obat sesuai order hingga memberikan
obat pada pasien. Memastikan bahwa obat
tersebut aman bagi pasien dan mengawasi akan
terjadinya efek dari pemberian obat tersebut pada
pasien. Karena hal tersebut maka perawat dalam
menjalankan perannya harus dibekali dengan
ilmu keperawatan (UU No.23 th. 23 th. 1992
pasal 32 ayat (3). Dalam pemberian obat yang
aman, perawat perlu memperhatikan prinsip lima
tepat (five rights) yang kemudian berkembang
menjadi six rights atau enam benar pemberian
obat.
Istilah lima benar1 yaitu : pasien yang benar,
obat yang benar, dosis yang benar, cara/rute
pemberian yang benar, dan waktu yang benar.
Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan
dengan
akurat
oleh
perawat.
Perawat
menggunakan Lima Benar pemberian obat
untuk menjamin pemberian obat yang aman
(Benar Obat, Benar Dosis, Benar Klien, Benar
Rute Pemberian, dan Benar Waktu)2. Kemudian
berkembang menjadi prinsip 6 benar dalam
pemberian obat yang dianggap lebih tepat untuk
perawat. Joyce (1996) Prinsip enam benar
yaitu: klien yang benar, obat yang benar, dosis
yang benar, waktu yang benar, rute yang benar
dan ditambah dengan dokumentasi yang benar.
Six Rights Of medication Administration are :
Right Medication, Right Dose, Right Time, Right
Role, Right Client and Right Documentation3.
Mengingat di ruang rawat inap seorang
perawat harus memberikan berbagai macam obat
kepada beberapa pasien yang berbeda. Data
tentang kesalahan pemberian obat (medication
error) yang dilakukan terutama oleh perawat di
Indonesia belum dapat ditemukan. Darmansjah,
ahli farmakologi FKUI menyatakan bahwa kasus
pemberian obat yang tidak benar maupun
tindakan medis yang berlebihan (tidak perlu
dilakukan tetapi dilakukan) sering terjadi di
Indonesia, hanya saja tidak terekspos media
massa4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dari Auburn University di 36 rumah
sakit dan nursing home di Colorado dan Georgia,
39
Sulistyowati, Mansyah, Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Prinsip Enam Tepat
40
39
Karakteristik
Umur
a. 33 tahun
b. > 33 tahun
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Wanita
Pendidikan
a. DIII Keperawatan
b. SPR/SPK/D1 bidan
Masa Kerja
a. < 5 tahun (pendek)
b. 5 tahun (lama)
Jumlah
44
6
90%
10%
5
45
6%
94%
44
6
88%
12%
24
26
48%
52%
Baik
42%
Buruk
58%
Pengetahuan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
responden, digunakan 20 pertanyaan tentang
pemberian obat. Penilaian untuk tiap butir
pertanyaan diberikan nilai 5 bila responden
menjawab benar dan nilai 0 bila menjawab
salah. Tingkat pengetahuan dibagi dalam 2
kategori dengan cut of point median. Nilai
pengetahuan berkisar yang terendah 30 dan
nilai tertinggi 100 dengan nilai median 75.
Tingkat
pengetahuan
responden
dikategorikan tinggi bila nilai 75 dan
rendah bila < 75.
Tabel 2. Komponen Enam Tepat dalam Pemberian Obat oleh Perawat di Ruang Rawat
Inap RSU BLUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya (n=50), 2011
No.
I
1
2
3
II
1
2
3
III
1
selalu
sering
kadang
htp
tp
42
84%
25
50%
34
68%
33
66%
21
42%
23
46%
14
28%
8
16%
17
34%
8
16%
17
34%
16
32%
17
34%
8
16%
0
0%
8
16%
8
16%
0
0%
21
42%
10
20%
18
36%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
4
8%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
6
12%
50
100%
42
84%
45
90%
0
0%
2
4%
5
10%
0
0%
6
12%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
45
2
41
90%
29
58%
10%
16
32%
0%
5
10%
0%
0
0%
0%
0
0%
2
42
Tabel 3. Hasil Uji Chi Square Hubungan antara Karakteristik dan Pengetahuan Perawat dengan
Pemberian Obat oleh Perawat di Ruang Rawat Inap RSU BLUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
(n=50), 2011
Penerapan
Baik
Buruk
Umur
Nilai p
OR
95% CI
4,166
0,041
3,9
(1 15,2)
1,518
0,218
0,234
(0,02-2,8)
33 tahun
Jumlah
%
28
73.7%
10
26.3%
38
100.0%
>33 tahun
Jumlah
12
41.7%
58.3%
100.0%
1
33.3%
32
68.1%
2
66.7%
15
31.9%
3
100.0%
47
100.0%
%
Jenis Kelamin laki-laki
Jumlah
%
perempuan Jumlah
%
Pendidikan
SPK/SPR/
D1 bidan
D3
Jumlah
%
Jumlah
%
5
83.3%
28
63.6%
Masa Kerja
5 tahun
Jumlah
%
Jumlah
%
16
61.5%
17
70.8%
10
38.5%
Jumlah
%
Jumlah
%
20
69.0%
13
61.9%
9
31.0%
8
38.1%
<5 tahun
Pengetahuan
Total
baik
buruk
1
16.7%
16
36.4%
7
29.2%
6
100.0%
44
100.0%
0,913
0,339
2,857
(0,306-26,655)
26
100.0%
24
100.0%
0,480
0,488
0,659
(0,202 2,150)
29
100.0%
21
100.0%
0,271
0,603
1,4
(0,420 4,455)
2
43
2
44
Sulistyowati, Mansyah, Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Prinsip Enam Tepat
39
45
5.
6.
7.
8.
Saran
Perlu diadakan kegiatan seminar, pelatihan
9.
atau workshop secara kontinyu mengenai
pentingnya prinsip enam tepat dalam
pemberian obat untuk meningkatkan mutu
pelayanan dibidang keperawatan mengingat
semakin ketatnya persaingan antar rumah sakit
dalam memberikan pelayanan yang terbaik 40
Sulistyowati, Mansyah, Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap Prinsip Enam Tepat
2000.
Pharmacology: A Nursing Process
Approach, 3rd Ed. Philadelphia: WB
Saunders Co.
11. Abrams, A.C. 1995. Clinical Drug
Therapy: Rationales For Nursing
Practice, 4th Ed Philadelphia: J.B.
Lippincott Co.
12. Gibson, J.H. 1987. Fundamentals of
Management. Chicago: Irwin.
13. Notoadmojo.
2002.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
39
47
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari
250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika
Serikat. Estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan dan
kanker leher rahim sebesar 16 per 100.000 perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan penggunaan metode kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker payudara
Jenis penelitian yang dilaksanakan menggunakan rancangan cross sectional study melalui
pendekatan kuantitatif sampel 115 ibu. Analisa data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu analisis
(
) dan RR sedangkan
univariabel, analisis bivariabel dengan menggunakan uji
untuk analisis multivariat secara regresi logistic. Hasil analisis bivariabel menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara penggunaan metode kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker
payudara.Beberapa variabel yang berhubungan adalah genetik dan paritas. Hasil multivariabel
dengan permodelan menunjukkan hubungan yang bermakna antara penggunaam metode
kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker payudara dengan mengontrol variabel genetik dan
paritas dapat memberikan kontribusi sebesar 17%.Terdapat hubungan yang bermakna antara
metode kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker payudara, variabel lain yang mempengaruhi
kejadian kanker payudara adalah paritas dan genetik dan yang tidak berpengaruh terhadap kejadian
kanker payudara adalah umur, pendidikan dan pekerjaan.
Kata Kunci: Kontrasepsi hormonal, Kontrasepsi non hormonal dan kanker payudara
Abstract. According to the WHO 8-9% of women will develop breast cancer. This makes breast
cancer as the type of the most common cancer in women. Each year more than 250,000 new cases
of breast cancer diagnosed in Europe and approximately 175.000 in the United States. According to
WHO, in 2000 an estimated 1.2 million women diagnosed with breast cancer and more than
700,000 die from it. There are no accurate statistics in Indonesia, but the data collected from
hospitals showed that breast cancer ranked first among other cancers in women breast cancer is the
leading cause of cancer death in women. Each year, in the United States 44.000 patients died of the
disease while in Europe, more than 165.000. This study was aim to know the relationship of use of
hormonal contraceptive methods with the incidenceof breast cancer. The design conducted using
cross sectional design study with a quantitative approach to sample 115 mothers. Quantitative data
analysis carried out in three stages, namely analysis univariabel, bivariabel analysis using an 2
(Chi square) and RR, while for the multivariate logistic regression analysis. The analysis showed
bivariabel there was a significant association between use of hormonal contraceptive methods with
the incidence of breast cancer (RR = 2.4, 95% CI = 1.13 to 4.93). Several variables related to the
genetic (RR = 1.39 95% CI = 1.1 to 1.7) and parity (RR = 2.85, 95% CI = 1.01 to 8.04). The results
of the multivariable modeling demonstrated a significant association between use of hormonal
contraceptive methods with the incidence of breast cancer (RR = 7.41, 95% CI = 2.05 to 26.73) to
48
control the genetic variables and parity can contribute by 17% for events breast cancer in addition
there are many other risk factors that cause increased incidence of breast cancer.
Conclusion: Breast cancer in users of hormonal contraceptive methods was more pronounced, as
many as 71 people (73.2%) compared with those not using hormonal contraception methods were
26 men (26.8%). There is a significant association between hormonal contraceptive method with
the incidence of breast cancer. Another variable affecting the incidence of breast cancer is the
parity (number of children) and genetic (family history of breast cancer). Another factor that has no
effect on the incidence of breast cancer are age, education and employment ..
Keywords: hormonal contraceptives, non-hormonal contraceptives and breast cancer
Pendahuluan
Menurut WHO 8-9% wanita akan
mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang
paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih
175,000 di Amerika Serikat. Masih menurut
WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita
terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari
700,000 meninggal karenanya. Belum ada data
statistik yang akurat di Indonesia, namun data
yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan
bahwa kanker payudara menduduki ranking
pertama diantara kanker lainnya pada wanita(1).
Kanker payudara merupakan penyebab utama
kematian pada wanita akibat kanker. Setiap
tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien
meninggal karena penyakit ini sedangkan di
Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani
perawatan, sekitar 50% pasien mengalami
kanker payudara stadium akhir dan hanya
bertahan hidup 18 30 bulan(2). Penyakit
kanker merupakan penyebab kematianke5 di
Indonesia. Kanker tertinggi di Indonesia adalah
kanker payudara. Sudah lebih dari 30 tahun
kanker payudara menjadi suatu penyakit yang
paling ditakuti oleh wanita. Insiden kanker di
Indonesia masih belum diketahui secara pasti
karena belum ada registrasi kanker berbasis
populasi yang dilaksanakan(3).
Penyebab pasti kanker payudara tidak
diketahui. Ada sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko pada individu tertentu,
yang meliputi:Jenis kelamin perempuan, Umur,
Genetik, Mutasi genetik dari kanker ovarium,
riwayat keluarga, mempunyai peluang besar
menderita kanker payudara dari hasil
mammography, hasil biopsi memperlihatkan
adanya hyperplasia, riwayat terkena radiasi
pada usia muda, tidak pernah punya anak,
mempunyai anak pada umur diatas 35 tahun,
tingginya kadar androgen dan estrogen dalam
49
Ariniati, Legawati, Noordiati, Hubungan Penggunaan Metoda Kontrseptif Hormonal dengan Kanker Payudara
Frekuensi
n=106
Persentase
(%)
Ya
Tidak
78
37
67,8
32,2
Penggunaan Kontrasepsi
Hormonal
Non Hormonal
97
18
84,4
15,6
78
37
67,9
32,1
73
42
63,5
36,5
18
97
15,7
84,3
Primipara
Multipara
34
81
29,6
70,4
Bekerja
Tidak Bekerja
22
93
19,1
80,9
Kanker Payudara
Umur
20-35 tahun
>35 tahun
Pendidikan
Menengah
Tinggi
Genetik
Ya
Tidak
Paritas
Pekerjaan
50
Tabel 2. Analisis Chi Square (2) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kanker Payudara, RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, 2011 (n=106)
Variabel
Penggunaan kontrasepsi
Hormonal
Non Hormonal
Umur
20-35 tahun
>35 tahun
Pendidikan Ibu
Menengah
Tinggi
Genetik
Ya
Tidak
Paritas
Primipara
Multipara
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja
Bekerja
Kanker Payudara
Ya
Tidak
%
N
%
x2
RR
95% CI
71
7
73,2
38,9
26
11
26,8
61,1
8,19
2,4
1,13-4,93
23
55
62,2
70,5
14
23
37,8
29,5
0,93
0,68
0,87-1,53
49
29
67,1
69,1
24
13
32,9
30,9
1,4
0,91
0,82-2,03
12
62
66,7
63,9
6
35
33,3
36,1
4,3
1,39
1,1-1,7
25
53
73,5
65,4
9
28
26,5
34,6
5,57
2,85
1,01-8,04
64
14
68,8
63,6
29
8
31,2
36,4
0,21
0,92
0,66-1,31
Keterangan:
RR (95% CI) = Risk Ratio (95% Confidence Interval)
Tabel 3. Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kanker Payudara,
RSUD DR Doris Sylvanus Palangka Raya, 2011 (n=106)
Variabel
Penggunaan Metode
Kontrasepsi
Hormonal
Non Hormonal
Genetik
Ya
Tidak
Model 1
RR
95% CI
Model 2
RR
95% CI
Model 3
RR
95% CI
Model 4
RR
95% CI
6,18
(1,96-19,47)
7,69
(2,19-27,04)
6,04
(1,83-19,93)
7,41
(2,05-26,73)
6,45
(1,25-32,24)
6,22
(1,09-35-32)
51
Ariniati, Legawati, Noordiati, Hubungan Penggunaan Metoda Kontrseptif Hormonal dengan Kanker Payudara
Tabel 3. Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kanker Payudara,
RSUD DR Doris Sylvanus Palangka Raya, 2011 (n=106)
Variabel
Paritas
Primipara
Multipara
N
R2
Deviance
Model 1
RR
95% CI
115
0,07
133,8
Model 2
RR
95% CI
Model 3
RR
95% CI
Model 4
RR
95% CI
115
0,12
126,9
4,08
(1,41-11,74)
115
0,13
125,9
3,80
(1,29-11,13)
115
0,17
120,04
Pembahasan
Penelitian ini secara umum bertujuan
untuk mengetahui hubungan penggunaan
metode kontrasepsi hormonal dengan kejadian
kanker payudara dan melihat beberapa variabel
lain yang juga mempengaruhi meliputi: umur,
pendidikan, genetik, paritas dan pekerjaan.
Hubungan Kejadian Kanker Payudara
dengan penggunaan Metode Kontrasepsi
Hormonal
Berdasarkan hasil analisis multivariat
kontrasepsi hormonal dapat memberikan
kontribusi kejadian kanker payudara sebesar
17% setelah dilakukan pengontrolan pada
variabel genetik dan paritas. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan
oleh Penelitian lain (3) yang menyatakan bahwa
penggunaan metode kontrasepsi hormonal
kombinasi
(estrogen
dan
progesteron)
meningkatkan kejadian kanker payudara 1,864
kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang
bukan pengguna metode kontrasepsi hormonal
kombinasi (OR=1,864; p =0,118). Dari nilai p
value = 0,118 yang lebih besar dari p>=0,05
maka dapat dikatakan bahwa meskipun nilai
OR=1,864 atau kemungkinan pengguna
kontrasepsi hormonal kombinasi memiliki
peluang lebih besar 1,864 kali lebih besar
dibandingkan dengan yang bukan pengguna
metode kontrasepsi hormonal non kombinasi
akan tetapi kontrasepsi hormonal kombinasi
bukan faktor risiko yang signifikan dapat
meningkatkan kejadian kanker payudara.
Non Hormonal Kontrasepsi harus digunakan
sebagai pilihan pertama pada penderita kanker
yang survival. Sterilisasi dan pemasangan IUD
non hormonal
dapat merupakan pilihan
52
Penelitian
lain
yang
dilakukan(1)
didapatkan bahwa status pendidikan adalah
pada pendidikan menengah sebanyak 34 orang
(54%) dibandingkan pendidikan rendah
sebanyak 4 orang (6,3%). Setelah dilakukan
analisis bivariabel ditemukan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna dan
signifikan antara pendidikan dengan kejadian
kanker payudara
Penelitian berbeda dilakukan oleh (2) yang
menyatakan
bahwa
pendidikan
akan
meningkatkan kewaspadaan tentang kesehatan,
pemeriksaan sadari dan pemeriksaan klinisi
untuk penyakit kanker payudara. Dengan
pendidikan yang tinggi dapat memudahkan
kerjasama dalam memberikan pengobatan atau
penanganan apabila ditemukan/ terdeteksi awal
menderita kanker payudara.
Hubungan Kejadian Kanker Payudara
dengan Pekerjaan Responden
Pekerjaan bukan merupakan salah satu
faktor
yang
bisa
meningkatkan
atau
menurunkan kejadian kanker payudara).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
lain yang dilakukan (1)yang menunjukkan
bahwa angka kejadian kanker payudara paling
banyak diderita oleh ibu rumah tangga
sebanyak 48 orang (76,2%) dibandingkan
dengan wanita pekerja. Walaupun demikian
tidak terdapat hubungan antara pekerjaan
dengan kejadian kanker payudara.
(4)
Penelitian
berbeda
dilakukan
menemukan bahwa paparan radiasi pada umur
muda
yang
berlangsung
lama
akan
meningkatkan risiko kejadian kanker payudara.
Paparan radiasi yang lama dan kontinyu
merupakan salah satu faktor predisposisi
kejadian kanker payudara karena dapat
meningkatkan perkembangan sel baru yang
sifatnya abnormal atau adanya mutasi genetik
dari pertumbuhan sel baru tersebut sehingga
terjadi pertumbuhan sel kanker. Ini banyak
ditemukan pada kelompok wanita yang terkena
radiasi pada umur yang sangat muda.
Hubungan Kejadian Kanker Payudara
dengan Paritas responden
Terdapat hubungan yang bermakna antara
paritas dengan kejadian kanker payudara (RR=
2,85, dan p= 0,01; dimana kejadian kanker
payudara
meningkat
dengan
semakin
53
Ariniati, Legawati, Noordiati, Hubungan Penggunaan Metoda Kontrseptif Hormonal dengan Kanker Payudara
54
4.
5.
6.
7.
Mangunkusumo.
Majalah
Ilmu
Kefarmasian. II(1): 84-99.
Susan G. Facts For Life Breast Cancer Risk
Factors. Health Communication Research
Laboratory at Saint Louise University
2012
Klein, RL., Brown, AR., Castro, CMG.,
Chambers, SK., Cragun, JM., Le Beu, LG.,
Long, JI. Ovarian Cancer Metastatic to the
Breast Presenting as Inflammatory Breast
Cancer: A Case Report and Literature
Review. Journal of Cancer. 2010
June;1:27-31.
Lanfranchi, A. The Reasons Hormonal
Contraceptives and Induced Abortion
Increase Breast Cancer Risk, Agust
2009.76(3):236-249
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T.
Basic Epidemiology. 2nd ed. Geneva:
WHO; 2006.
8.
55
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Relaksasi
Progresif Pada Ibu Hamil Dengan Hipertensi Di Puskesmas sekota Palangka Raya.Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre
dan post test, tekanan darah diukur sebelum dan setelah pemberian relaksasi progresif. Data
karakteristik ibu hamil dikumpulkan melalui kuisoner. Uji statitistik ada 2 tahap yaitu univariate
dan bivariate. Terdapat 10 orang dengan hasil sistoliknya lebih rendah setelah relaksasi daripada
sebelum relaksasi, 16 orang tetap, dan 0 orang mempunyai sistolik yang tinggi dari sebelum
relaksasi. Test statistics menunjukkan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai P <0,05, dengan
demikian disimpulkan terdapat perbedaan rerata sistolik antara sebelum relaksasi dan sesudah
relaksasi.Jika dilihat dari perbedaan rerata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah relaksasi
yaitu sebesar 5 mmHg Sedangkan tekanan diastolic sebelum dan sesudah relaksasi tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,06). Hal tersebut juga terlihat dari perbedaan rerata
diastolic antara sebelum dan sesudah relaksasi yaitu nol. Secara deskriptif, terdapat 4 orang
dengan hasil diastoliknya lebih rendah setelah relaksasi daripada sebelum relaksasi, 22 orang
tetap, dan 0 orang mempunyai diastolik yang tinggi dari sebelum relaksasi.Kesimpulan ada
penurunan tekanan darah sistolik setelah dilakukan relaksasi progresif. Sedangkan tekanan
diastolik tidak ada penurunan yang signifikan dengan dilakukan relaksasi progresif. Tidak terjadi
penurunan tekanan darah yang signifikan terutama tekanan darah diastolik hal ini dapat
disebabkan waktu pemberian atau latihan relaksasi yang singkat yaitu 1 bulan.
Kata Kunci : Relaksasi Progresif, hipertensi pada ibu hamil
Abstract. Hypertension is one of the complication in the pregnancy. Hypertension was defined
as systolic and diastolic pressure increased until it reaches or exceeds140/90 mmHg. Hypertensice
disease in pregnancy plays a major role in morbidity and maternal mortality and perinatal,
complications of hypertension is estimated to be approximately 7-10% of all pregnancies. One of
the measure for hypetension in pregnant women is the relaxation. Relaxation is one way that can
be done by individuals to reduce stress, and reduces blood pressure due to relaxation training can
be by achieved a relaxed state, the general decline in the level of tension and increase comfort.
Purpose research to knowing in purpose of effectiveness research provision progressive
relaxation in pregnant women with hypertension the public health service in Palangka Raya.
Method used in this study was quasi experemental approach to pre and post test, blood pressure
was measured before and after administration of progresive relaxation. Maternal characteristics
data collected throught questionnaires. The are 2 test statistic univariate and bivariate stages.
There are 10 people with lower systolic outcomes after relaxation than before relaxation, 16
people remain, and 10 people have high systolic relaxation than before. Test stastics show the
result obtained by the Wilcoxon test P< 0,05, thus there is a difference rerata sistolic concluded
between the before and after relaxation. It seen from the diffrence in mean systolic blood pressure
56
before and after the relaxation is equal to 5 mmHg, while diastolic pressure before and after
relaxation showed significant diffrence (P>0,06). It is also evident from the mean diastolic
difference between before and after relaxation is zero. Discriptively, the are 4 people with lower
diastolic result after relaxation than before relaxation, 22 people remain, and o people have high
distolic relaxation of before. There is a decrease in systolic blood pressure after progresive
relaxation while the diastolic pressure there was no significant decrease with progressive
relaxation cone.
Keywords :Progressive relaxation, hypertension in pregnance women
Pendahuluan
Pada masa kehamilan ibu harus
mempersiapkan diri sebaik-baiknya, karena
ibusehatakanmelahirkanbayi yang sehat,
begitu pula sebaliknya. Faktor kesehatan ibu
sangat menentukan dalam menentukan
kemampuan melahirkan bayi yang sehat.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan kemampuan dalam
melahirkan bayi yang sehat adalah ibu hamil
dengan penyakit hipertensi.
Penyakit hipertensi pada kehamilan
berperan besar dalam morbiditas dan
mortalitas maternal dan parinteral, hipertensi
diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7-10
% seluruh kehamilan. Di dunia yaitu berkisar
5-8% disebabkan oleh hipetensi dalam
kehamilan. Di Amerika Serikat, kematian ibu
disebabkan
hipetensi dalam kehamilan,
preeklampsia dan eklampsia kurang dari 1%
dan kematian janin sekitar 12%. Di negara
berkembang Kematian ibu yang disebabkan
oleh
Hipetensi dalam kehamilan dan
Preeklampsia Berat (PEB) masih tinggi,
sekitar 5 10 %, dan kematian janin sekitar
40 %. Dari seluruh ibu yang mengalami
hipertensi selama masa hamil, setengah
sampai dua pertiganya didiagnosa mengalami
preeklamsi
atau
eklamsi.
Prevalansi
kehamilan pada wanita dengan penyakit ginjal
kronis atau penyakit pembuluh darah seperti
hipertensi esential, diabetus mellitus dan lopus
eritematosus meningkat sampai 20-40%.1
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
saat ini masih tinggi dibandingkan dengan
AKI negara-negara ASEAN lainnya. Angka
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2006
sebanyak 255 per 100.000 kelahiran hidup,
tahun 2007 sebanyak 228 per 100.000
kelahiran hidup, dan pada tahun 2008
sebanyak 248 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu yang paling besar
adalah
perdarahan
28%,
keracunan
Tinse, Kusnaningsih, Theresia, Efek Pemberan Relaksasi pada Ibu Hamil dengan Hipertensi
terapirelaksasitelahmengurangitingkatstrespad
aibuhamil
pertama
dengan
dengan hipertensi yaitu rata-rata Score
prarelaksasi 17,4, dan postrelaksasi 7,17.
Berdasarkan hal itu maka penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahuiEfektifitas
Pemberian Relaksasi Progresif Pada Ibu
Hamil Dengan Hipertensi.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan
quasi eksperimen dengan pendekatan pre dan
post test yaitu tekanan darah ibu diukur
sebelum dan setelah diberikan relaksasi
progresif. Prosedur yang dilakukan yaitu pada
awal penelitian tekanan darah ibu diukur,
bagi ibu dengan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg diberikan relaksasi progresif
dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu
selama 1 bulan, dan terakhir dilakukan
pengukuran tekanan darah kembali.Penelitian
dilakukan di Puskesmas Sekota Palangka
Raya dengan waktu Penelitian dilaksanakan
selama 6 bulan yaitu dari bulan Juni sampai
dengan Desember 2011.Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan
hipertensi di Puskesmas sekota Palangka
Raya.Sampel penelitian ini adalah semua ibu
hamil yang ada di puskesmas sekota Palangka
Raya dengan hipertensi (tekanan darah di
atas 140/90 mmHg) . Besar sampel dalam
penelitian ini adalah sesuai kriteria subyek
penelitian yang dibatasi oleh lamanya waktu
penelitian yaitu berjumlah 26 orang dengan
kriteria inklusi ibu hamil dengan hipertensi
tanpa melihat usia kehamilan dan berapa
jumlah kehamilan, kesadaran kompos mentis,
dan kriteria inklusi ibu hamil dengan diabetes
mellitus, gangguan perdarahan, ibu hamil
dengan
riwayat
penyakit
hati,
dan
ginjal.Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen
dan
dependen.
Variabel
independen yaitu relaksasi progresif dan
variabel dependen penurunan tekanan darah.
58
Rerata
SD
Min-Max
Sistoliksebelum (mmHg)
150
8,9
140-170
Sistoliksesudah (mmHg)
145
9,5
130-160
Dstoliksebelum (mmHg)
90
4,7
90-100
Diastoliksesudah (mmHg)
90
5,5
80 - 100
Analisis
bivariate
yang
digunakanyaituujihipotesis non parametric
Wilcoxon (uji alternative dependent Ttest).Uji ini digunakan karena setelah
dilakukan transformasi data untuk upaya
distribusi data menjadi normal tidak berhasil.
Tabel2.memperlihatkan hasil uji analisis
Wilcoxon. Terdapat 10 orang dengan hasil
sistoliknya lebih rendah setelah relaksasi
daripada sebelum relaksasi, 16 orang tetap,
dan 0 orang mempunyai sistolik yang tinggi
dari sebelum relaksasi. Test statistics
menunjukkan hasil uji Wilcoxon diperoleh
nilai P <0,05, dengan demikian disimpulkan
terdapat perbedaan rerata sistolik antara
Tabel 2. Analisis Non Parametrik Wilcoxon Tekanan Darah Sistolik dan Distolik Sebelum dan
Sesudah Relaksasi (n=26)
N
Sistoliksesudahrelaksasi
sistoliksebelumrelaksasi
Diastoliksesudahrelaksasi
diastolicsebelumrelaksasi
Statistik
Negative Ranks
10a
Positive Ranks
0b
Ties
16c
Total
26
Negative Ranks
4a
Positive Ranks
-2,84
0,005
-1,890
0,06
Ties
22c
Total
26
a. after<before
b. after>before
c. after =before
59
Tinse, Kusnaningsih, Theresia, Efek Pemberan Relaksasi pada Ibu Hamil dengan Hipertensi
2. Manuaba
Ida
Bagus.
1993.
PenuntunKepanitraanKlinikObstetridanG
inekologi. Jakarta : EGC
3. PedomanPengelolaanHipertensiDalamKe
hamilan di Indonesia,
Edisi 2.
HimpunanKedokteranFetomaternal
.
POGI 2005
4. Jones Richard Nelson. 2011, Teori dan
Praktik Konseling dan Terapi Yogyakarta
Pustaka Belajar
60
On
Mild
Hypertension
Pregnancy
incuded
61
UNIT PPM