MODUL-2
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran
Senin, 26 Oktober 2009
ABSTRAK
Energy dapat dipindahkan dari suatu benda ke benda lainnya atau
dari suatu system ke system yang lain. Perpindahan energy yang
disebabkan oleh perbedaan temperatur disebut kalor. Energy dapat
dipindahkan dari suatu system ke system yang lain melalui gaya yang
mengakibatkan pergeseran posisi benda. Perpindahan energy semacam ini
adalah dikenal sebagai kerja mekanik.
Dalam percobaan kali ini kita mempelajari konsep transfer energi
untuk menentukan tara mekanik panas. Pada pesawat schurholtz akan
terjadi perpindahan kalor (transfer energi). Tranfer energi terjadi pada
kalorimeter akibat gesekan antara pita nilon dengan tabung kalorimeter.
Usaha mekanik yang menghasilkan energi mekanik sebanding
dengan energi yang dihasilkan dalam bentuk panas dan akan sama dengan
jika salah satu nya dikalikan dengan sebuah pembanding. Satuan energi
mekanik Joule (J) sebanding dengan satuan energi yang dihasilkan dalam
bentuk panas, kalori (Kal). Keduanya akan menjadi sama bila salah
satunya diberikan konstanta pembanding. Disebut dengan tara mekanik
panas dengan satuan Kalori/Joule.
Kenaikan suhu yang terjadi pada pesawat schurholtz sebanding
dengan banyaknya putaran yang dilakukan. Kecepatan putaran akan
berpengaruh pada kecepatan naiknya suhu. Jumlah lilitan pada permukaan
kalorimeter sangat mempengaruhi pada banyaknya penyerapan kalor yang
dialami oleh kalorimeter, semakin banyak jumlah lilitan pada kalorimeter
semakin besar juga penyerapan kalornya dan semakin besar tenaga yang
harus dikeluarkan untuk memutar pesawat Schurholtz tersebut. Karena
nilon tersebut sangat mempengaruhi penyerapan panas sehingga harus
adanya faktor yang ditambahkan ke dalam persamaan usaha mekanik yang
menyatakan banyaknya jumlah lilitan.
I. PENDAHULUAN
I.1 MOTIVASI
Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan sifat energy yaitu
energy tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan tapi hanya dapat
berubah bentuk dari suatu bentuk energy ke bentuk energy lainnya. Selain
itu kita dapat menentukan tara mekanik panas dari alumunium dan
tembaga.
I.2 LATAR BELAKANG
Percobaan kali ini dilatarbelakangi oleh sifat transformasi energy.
Transformasi energy adalah perubahan bentuk energy,misalnya dari
energy mekanik menjadi energy panas seperti dalam praktikum kali ini.
Ada seorang ilmuan yang bisa memperlihatkan dengan eksperimennya
bahwa bila suatu kuantitas tenaga mekanis yang diberikan diubah menjadi
kalor, maka kuantitas kalor yang sama akan selalu dihasilkan. Jadi, kalor
dan kerja mekanis merupakan suatu bentuk kesetaraan tenaga. Seorang
ilmuan tersebut adalah Joule. Kemudian hal ini kembali dipertegas oleh
Helmholtz bahwa semua bentuk tenaga adalah ekuivalen dan bahwa
sejumlah tenaga yang diberikan dari sebuah sumber tidak akan lenyap,
melainkan akan berubah menjadi sejumlah tenaga yang sama dalam suatu
bentuk tenaga yang lain. Dapat disimpulkan bahwa energy tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan tapi hanya dapat berubah bentuk dari suatu
energy ke bentuk energy lainnya.
I.3 IDENTIFIKASI MASALAH
Perpindahan kalor terjadi dari suatu system yang bertemperatur
tinggi ke system yang temperaturnya rendah. Perpindahan kalor bukan
perpindahan zatnya tetapi perpindahan energynya. Dalam percobaan ini
akan dilihat bahwa dari suatu pergerakan katrol (mekanik) akan terjadi
gesekan dan menimbulkan energy panas. Agar energy mekanik menjadi
sama dengan panas maka diperlukan pembanding. Sehingga dalam
praktikum ini akan dicari pembanding (Tara Mekanik Panas).
I.4 TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan melakukan percobaan ini adalah mempelajari
konsep pertukaran energy, menentukan tara mekanik satuan panas, dan
menghitung banyaknya panas yang diserap oleh pita nilon.
Cara kerja Pesawat Schurholtz ini berdasar pada Asas Black (Hukum
Kekekalan energi,dimana kalor yang dilepaskan = kalor yang diterima ).
Hal ini dapat terjadi apabila sistem berada dalam keadaan adiabatik
(system terisolasi sangat baik atau proses yang terjadi berlangsung sangat
cepat). Pesawat Schurholtz ini terdiri dari beban dengan , engkol pemutar,
pita nilon, pegas, dan kalorimeter. Ketika engkol pemutar tersebut diputar
maka akan terjadi gaya mekanik dan gaya gesekkan. Maka akan timbul
usaha yang dilakukan, yaitu W = F . s dan sebanding dengan kalor yang
diterima oleh air. Karena baru sebanding maka perlu ditambah factor
pengali (pembanding) agar menjadi sebanding dengan kalor yang diserap
dari energy mekanik yang dilakukan oleh pesawat Schurholtz. Sehingga Q
= e. W. Kemudian secara rinci dapat dilihat dalam perumusannya sebagai
berikut;
( m a c a + m kal c kal ) ΔT
e=
nMgπDkal
III.PERCOBAAN
III.1ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat Schurholtz
Terdiri dari bagian-bagian :
a. Beban :sebagai pemberat pita nilon agar pita nilon cukup
menempel pada calorimeter .
b. Engkol pemutar : untuk memutar pesawat Schurholtz
(memutar kalorimeter)
c. Pita nilon : Dipasang agar terjadi energi panas akibat
gesekannya dengan kalorimeter.
d. Kalorimeter : Alat utama dalam praktikum
e. Pegas pengait : membuat pita nilon dapat bergerak bolak -
balik.
2. Thermometer
Untuk mengukur suhu calorimeter
3. Neraca ohauss
Untuk menimbang massa calorimeter.
4. Sekrupmeter
Untuk mengukur diameter calorimeter.
I. DATA PERCOBAAN
4.1 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN MASSA DAN DIAMETER
OBJEK YANG DIGUNAKAN.
Kalorimeter Massa Diameter
( + 0.05 gr) ( + 0.0005 cm)
Alumunium 439 4.8
Besar
439
438.9
439
439
218
218.1
1020.4
1020.5
1020.5
1020.4
2 28.1 29.1 1 40
Suhu suhu
NO awal akhir per.suhu n(putaran)
Suhu suhu
NO awal akhir per.suhu N(putaran)
e=
∑e
N
e=1.67625=0.067 kal/j
KP=100%-KSR
KSR=0.24-0.09870.24×100%=58.87
KP=100%-58.87%=41.13%
438.9
439
439
218
218
218.1
1020.4
1020.5
1020.5
1020.4
4.2 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN SUHU UNTUK 2 LILITAN
ALUMINIUM BESAR
n Putara delt suh suhu sesatan
o n aT u awal Mk M Dk c e hitung e
0.99 0.049 1.123568 0.02243
1 20 0.8 28.9 28.1 1 5 3 215 3 7
0.99 0.049 0.702230 0.02118
2 40 1 29.1 28.1 1 5 3 215 2 7
0.99 0.049 0.608599 0.02003
3 60 1.3 29.4 28.1 1 5 3 215 5 4
0.99 0.049 0.561784 0.01931
4 80 1.6 29.7 28.1 1 5 3 215 1 2
0.99 0.049 0.561784 0.01868
5 100 2 30.1 28.1 1 5 3 215 1 7
0.99 0.049 0.538376 0.01836
6 120 2.3 30.4 28.1 1 5 3 215 5 1
0.99 0.049 0.541720 0.01803
7 140 2.7 30.8 28.1 1 5 3 215 4 9
0.99 0.049 0.526672 0.01785
8 160 3 31.1 28.1 1 5 3 215 6 4
0.99 0.049 0.530573 0.01765
9 180 3.4 31.5 28.1 1 5 3 215 9 8
0.99 0.049 0.519650 0.01753
10 200 3.7 31.8 28.1 1 5 3 215 3 9
0.99 0.049 0.523480 0.01740
11 220 4.1 32.2 28.1 1 5 3 215 7 7
0.99 0.049 0.514968 0.01732
12 240 4.4 32.5 28.1 1 5 3 215 8 4
0.99 0.049 0.01722
13 260 4.8 32.9 28.1 1 5 3 215 0.51857 9
0.99 0.049 0.511624 0.01716
14 280 5.1 33.2 28.1 1 5 3 215 8 8
0.99 0.049 0.514968 0.01709
15 300 5.5 33.6 28.1 1 5 3 215 8 6
0.99 0.049 0.509116 0.01704
16 320 5.8 33.9 28.1 1 5 3 215 9 9
0.99 0.049 0.503953 0.01700
17 340 6.1 34.2 28.1 1 5 3 215 4 7
0.99 0.049 0.499363 0.01696
18 360 6.4 34.5 28.1 1 5 3 215 7 9
0.99 0.049 0.495257 0.01693
19 380 6.7 34.8 28.1 1 5 3 215 1 4
0.99 0.049 0.477516 0.01692
20 400 6.8 34.9 28.1 1 5 3 215 5 3
0.99 0.049 0.488217 0.01687
21 420 7.3 35.4 28.1 1 5 3 215 2 2
0.99 0.049 0.491561 0.01683
22 440 7.7 35.8 28.1 1 5 3 215 1 7
0.99 0.049 0.488507 0.01681
23 460 8 36.1 28.1 1 5 3 215 9 2
0.99 0.049 0.485709
24 480 8.3 36.4 28.1 1 5 3 215 2 0.01679
0.99 0.049 0.488752 0.01676
25 500 8.7 36.8 28.1 1 5 3 215 2 2
e-terbaik = 0.549061 kal/j
KSR = 1.28775 %
KSR= 1.398000126%
KP=100%-KSR=100%-1.398000126%=98.6019999%
KSR= 0.267939805 %
KP=100%-KSR=100%-0.247364717%= 99.73206019509%
i. Data 4.1
ii. Data 4.2
I. KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan tara mekanik
panas masing-masing bahan, e alumunium besar dengan 2 lilitan adalah
0.549061 kal/j, e alumunium kecil dengan 2 lilitan adalah 0.57552003 kal/j
dan e tembaga dengan 2 lilitan adalah 0.304305553 kal/j, dengan KSR yang
berkisar dari 0,2%-1,3%. Besarnya nilai KSR yang didapat diperkirakan
karena pada saat melakukan praktikum keadaan system tidak dalam keadaan
adiabatic sempurna. Jadi system masih dipengaruhi oleh kalor yang berasal
dari lingkungan.
Dari hasil yang diperoleh dari praktikum ini didapat bahwa apabila kita
memutar putaran pada pesawat Schurholtz dengan semakin banyak putaran
maka akan mempengaruhi suhu, suhu yang terjadi akan berpengaruh naik
dengan semakin banyak putaran yang dilakukan, semakin besar kenaikannya ,
maka suhu akan semakin besar. Jika dibandingkan aluminium pendek dengan
aluminium panjang, dimana aluminium panjang mempunyai panjang dan
massa yang lebih besar, dengan putaran 2 kali lebih banyak dari aluminium
pendek, maka dihasilkan jumlah putaranlah yang mempengaruhi kenaikkan
suhu, tetapi jika dibandingkan antara kalorimeter tembaga dengan aluminium
yang panjangnya sama, tetapi massanya berbeda, maka kalorimeter aluminium
lebih cepat menyerap panas, ini disebabkan oleh karena panas jenis bahannya
lebih besar daripada tembaga. Dan dari perbandingan tembaga dan aluminium
satu ukuran, dapat disimpulkan bahwa massa disana turut mempengaruhi tara
mekanik panas .
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli,Douglas C.2001. Fisika Jilid 1. Erlangga : Jakarta