Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN 1

MODUL-2
Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Padjadjaran
Senin, 26 Oktober 2009

ABSTRAK
Energy dapat dipindahkan dari suatu benda ke benda lainnya atau
dari suatu system ke system yang lain. Perpindahan energy yang
disebabkan oleh perbedaan temperatur disebut kalor. Energy dapat
dipindahkan dari suatu system ke system yang lain melalui gaya yang
mengakibatkan pergeseran posisi benda. Perpindahan energy semacam ini
adalah dikenal sebagai kerja mekanik.
Dalam percobaan kali ini kita mempelajari konsep transfer energi
untuk menentukan tara mekanik panas. Pada pesawat schurholtz akan
terjadi perpindahan kalor (transfer energi). Tranfer energi terjadi pada
kalorimeter akibat gesekan antara pita nilon dengan tabung kalorimeter.
Usaha mekanik yang menghasilkan energi mekanik sebanding
dengan energi yang dihasilkan dalam bentuk panas dan akan sama dengan
jika salah satu nya dikalikan dengan sebuah pembanding. Satuan energi
mekanik Joule (J) sebanding dengan satuan energi yang dihasilkan dalam
bentuk panas, kalori (Kal). Keduanya akan menjadi sama bila salah
satunya diberikan konstanta pembanding. Disebut dengan tara mekanik
panas dengan satuan Kalori/Joule.
Kenaikan suhu yang terjadi pada pesawat schurholtz sebanding
dengan banyaknya putaran yang dilakukan. Kecepatan putaran akan
berpengaruh pada kecepatan naiknya suhu. Jumlah lilitan pada permukaan
kalorimeter sangat mempengaruhi pada banyaknya penyerapan kalor yang
dialami oleh kalorimeter, semakin banyak jumlah lilitan pada kalorimeter
semakin besar juga penyerapan kalornya dan semakin besar tenaga yang
harus dikeluarkan untuk memutar pesawat Schurholtz tersebut. Karena
nilon tersebut sangat mempengaruhi penyerapan panas sehingga harus
adanya faktor yang ditambahkan ke dalam persamaan usaha mekanik yang
menyatakan banyaknya jumlah lilitan.
I. PENDAHULUAN
I.1 MOTIVASI
Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan sifat energy yaitu
energy tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan tapi hanya dapat
berubah bentuk dari suatu bentuk energy ke bentuk energy lainnya. Selain
itu kita dapat menentukan tara mekanik panas dari alumunium dan
tembaga.
I.2 LATAR BELAKANG
Percobaan kali ini dilatarbelakangi oleh sifat transformasi energy.
Transformasi energy adalah perubahan bentuk energy,misalnya dari
energy mekanik menjadi energy panas seperti dalam praktikum kali ini.
Ada seorang ilmuan yang bisa memperlihatkan dengan eksperimennya
bahwa bila suatu kuantitas tenaga mekanis yang diberikan diubah menjadi
kalor, maka kuantitas kalor yang sama akan selalu dihasilkan. Jadi, kalor
dan kerja mekanis merupakan suatu bentuk kesetaraan tenaga. Seorang
ilmuan tersebut adalah Joule. Kemudian hal ini kembali dipertegas oleh
Helmholtz bahwa semua bentuk tenaga adalah ekuivalen dan bahwa
sejumlah tenaga yang diberikan dari sebuah sumber tidak akan lenyap,
melainkan akan berubah menjadi sejumlah tenaga yang sama dalam suatu
bentuk tenaga yang lain. Dapat disimpulkan bahwa energy tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan tapi hanya dapat berubah bentuk dari suatu
energy ke bentuk energy lainnya.
I.3 IDENTIFIKASI MASALAH
Perpindahan kalor terjadi dari suatu system yang bertemperatur
tinggi ke system yang temperaturnya rendah. Perpindahan kalor bukan
perpindahan zatnya tetapi perpindahan energynya. Dalam percobaan ini
akan dilihat bahwa dari suatu pergerakan katrol (mekanik) akan terjadi
gesekan dan menimbulkan energy panas. Agar energy mekanik menjadi
sama dengan panas maka diperlukan pembanding. Sehingga dalam
praktikum ini akan dicari pembanding (Tara Mekanik Panas).
I.4 TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan melakukan percobaan ini adalah mempelajari
konsep pertukaran energy, menentukan tara mekanik satuan panas, dan
menghitung banyaknya panas yang diserap oleh pita nilon.

II. TEORI DASAR


Transfer energy adalah perpindahan energy. Energy dapat
dipindahkan dari suatu benda ke benda lainnya atau dari suatu system ke
system yang lain. Energy dapat dipindahkan dari suatu system ke system
yang lain melalui gaya yang mengakibatkan pergeseran posisi benda.
Perpindahan energy semacam ini adalah yang dikenal sebagai kerja
mekanik. Energy adalah suatu kuantitas yang dapat berubah bentuk atau
berpindah dari suatu system ke system lainnya, tetapi jumlah
keseluruhannya adalah tetap. Perpindahan energy yang disebabkan oleh
perbedaan temperatur disebut kalor. Dalam perpindahan kalor dapat dilihat
dari proses dan system yang digunakan. Seperti yang sudah diketahui
bahwa kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan
tiga cara, yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi.
a. Konduksi
Adalah proses perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel.
Konduksi non logam adalah perpindahan dari satu partikel yang
sedang bergetar ke partikel tetangganya melalui tumbukan.
Sedangkan konduksi dalam logam adalah perpindahan kalor melalui
electron-elektron bebas.
b. Konveksi
Adalah proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul
dari satu tempat ke tempat yang lain, pergerakan molekuklnya berada
pada jarak yang besar.
c. Radiasi
Merupakan perpindahan kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik.

Kalor akan mengalir dari suatu benda atau system yang


bertemperatur lebih tinggi ke yang temperaturnya lebih rendah, jika sistem
terisolasi seluruhnya, tak ada energi yang bisa mengalir ke dalam atau ke
luar. Disini jelas terlihat bahwa prinsip kekekalan energi bekerja disini,
kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama dengan kalor yang
didapat oleh bagian yang lain. Pertukaran energi merupakan dasar kerja
dari kalorimeter, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran
kalor. Kalorimeter harus diisolasi dengan baik sehingga hanya sedikit
kalor yang ditukarkan dengan kalor di luarnya.
Disamping itu calorimeter memiliki kegunaan yaitu sebagai
penentu kalor jenis zat – zat . Prinsip kerja kalorimeter sederhana dikenal
dengan nama metoda campuran, yaitu satu sampel zat dipanaskan sampai
temperatur tinggi yang diukur menggunakan termometer , lalu
ditempatkan air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang pada sampel akan
diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan mengukur temperatur akhir
campuran tersebut, kalor jenis dapat dihitung.
Dalam suatu tara mekanika panas, praktikan dapat membandingkan
suatu energy yang dihasilkan dari suatu alat penggerak dengan energy lain
yang menimbulkan efek dari bergeraknya alat tersebut. Misalnya saja
dalam pesawat Schurholtz seperti dalam praktikum ini. Prisip kerja
pesawat Schurholtz dapat digunakan untuk menentukan tara mekanik
panas dari suatu bahan. Energi mekanik dihasilkan dari perputaran engkol
yang dihubungkan dengan kalorimeter, yang akan menghasilkan gesekkan
dengan pita nilon yang dihubungkan dengan beban .Beban disini berfungsi
agar pita nilon, menempel pada kalorimeter yang berputar, sehingga terjadi
gesekkan yang cukup menimbulkan panas. Pegas digunakan agar pita
nilon dapat bergerak bolak - balik saat engkol diputar dan menghasilkan
gesekkan dengan kalorimeter.Ketika pita nilon berputar mengikuti arah
putaran kalorimeter,pegas tertarik merenggang, pegas mempunyai gaya
pulih yang menyebabkan pita nilon akan tertarik ke arah sebaliknya ke
arah putar kalorimeter (kembali pada keseimbangannya), yaitu saat pegas
merapat. Gesekkan pita nilon dengan kalorimeter akan menghasilkan
panas pada kalorimeter, sesuai dengan asas black,bahwa kalor yang
diterima calorimeter sama dengan kalor yang dilepas oleh pita nilon. Pada
pembahasan mengenai kalor, tidak akan lepas dari kalor jenis. Kalor jenis
adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1OC.

Tara mekanik panas adalah pembanding dari suatu kalor yang


bekerja dalam tiap satuan usaha atau, didefenisikan sebagai besarnya kalor
yang setara dengan usaha yang besarnya joule. Dengan menggunakan alat
yang dinamakan Pesawat Schurholtz, kita dapat mengetahui transfer
energi, yaitu energi mekanik yang menjadi energi panas. Energi mekanik
tersebut dinyatakan dalam satuan Joule (J) dan energi panas dinyatakan
dalam satuan kalori (Kal).

Cara kerja Pesawat Schurholtz ini berdasar pada Asas Black (Hukum
Kekekalan energi,dimana kalor yang dilepaskan = kalor yang diterima ).
Hal ini dapat terjadi apabila sistem berada dalam keadaan adiabatik
(system terisolasi sangat baik atau proses yang terjadi berlangsung sangat
cepat). Pesawat Schurholtz ini terdiri dari beban dengan , engkol pemutar,
pita nilon, pegas, dan kalorimeter. Ketika engkol pemutar tersebut diputar
maka akan terjadi gaya mekanik dan gaya gesekkan. Maka akan timbul
usaha yang dilakukan, yaitu W = F . s dan sebanding dengan kalor yang
diterima oleh air. Karena baru sebanding maka perlu ditambah factor
pengali (pembanding) agar menjadi sebanding dengan kalor yang diserap
dari energy mekanik yang dilakukan oleh pesawat Schurholtz. Sehingga Q
= e. W. Kemudian secara rinci dapat dilihat dalam perumusannya sebagai
berikut;

Misalkan 1 Joule = e Kalori


Satu putaran = satu keliling tembaga = πD Kal m
W = Mg π DKal Joule
W = e Mg π DKal Kalori
Panas yang diserap kalorimeter (Q) :
Q = mKal Ct Δt Kal
Panas diserap air (Qa) :
Qa = ma Ca Δt Kal

Panas diserap seluruhnya :


Q + Qa = mKal Ct Δt + ma Ca Δt
= (mKal Ct + ma Ca ) Δt

Kondisi dianggap adiabatik, maka :


e Mg π DKal = (mKal Ct + ma Ca ) Δt

( m a c a + m kal c kal ) ΔT
e=
nMgπDkal

Dimana: = massa air (Kg)


ma
= panas jenis air (Kal/Kg°C)
ca
= massa kalorimeter (Kg)
mkal
= panas jenis kalorimeter (Kal/Kg°C)
c kal
= perbedaan suhu selama n putaran (°C)
∆T
= banyaknya putaran
n
= massa beban (Kg)
M
= percepatan gravitasi (ms-2)
g
= diameter kalorimeter (m)
Dkal

III.PERCOBAAN
III.1ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat Schurholtz
Terdiri dari bagian-bagian :
a. Beban :sebagai pemberat pita nilon agar pita nilon cukup
menempel pada calorimeter .
b. Engkol pemutar : untuk memutar pesawat Schurholtz
(memutar kalorimeter)
c. Pita nilon : Dipasang agar terjadi energi panas akibat
gesekannya dengan kalorimeter.
d. Kalorimeter : Alat utama dalam praktikum
e. Pegas pengait : membuat pita nilon dapat bergerak bolak -
balik.
2. Thermometer
Untuk mengukur suhu calorimeter
3. Neraca ohauss
Untuk menimbang massa calorimeter.
4. Sekrupmeter
Untuk mengukur diameter calorimeter.

I.1 METODE EKSPERIMEN


1. Menimbang massa calorimeter
– Aluminium Pendek
– Tembaga
– Alumunium Panjang
1. Mengukur diameter luar kalorimeter.
2. Memasang kalorimeter pada engkol yang tersedia.
3. Memasang pita nilon pada engkol yang tersedia.
4. Memasang beban 5 kg pada ujung pita nilon bagian bawah.
5. Memasukkan ujung Probe termometer ke dalam kalorimeter.
6. Mencatat kenaikkan suhu pada keadaan awal.
7. Memutar kalorimeter dengan periode yang konstan , usahakan sistem
yang ada selalu mendekati adiabatik.
8. Mencatat Kenaikkan suhu setiap 20 putaran, hingga 500 putaran.
9. Melakukan prosedur 3 s/d 10 untuk 1 lilitan dan 2 lilitan.

I. DATA PERCOBAAN
4.1 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN MASSA DAN DIAMETER
OBJEK YANG DIGUNAKAN.
Kalorimeter Massa Diameter
( + 0.05 gr) ( + 0.0005 cm)
Alumunium 439 4.8
Besar
439

438.9

439

439

Aluminium 218 4.85


Kecil
217.8
218

218

218.1

Tembaga 1020.5 4.85

1020.4

1020.5

1020.5

1020.4

4.2 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN SUHU UNTUK 2 LILITAN


ALUMINIUM BESAR
Suhu suhu
NO awal akhir per.suhu n (putaran)

1 28.1 28.9 0.8 20

2 28.1 29.1 1 40

3 28.1 29.4 1.3 60

4 28.1 29.7 1.6 80

5 28.1 30.1 2 100

6 28.1 30.4 2.3 120

7 28.1 30.8 2.7 140

8 28.1 31.1 3 160

9 28.1 31.5 3.4 180

10 28.1 31.8 3.7 200

11 28.1 32.2 4.1 220

12 28.1 32.5 4.4 240

13 28.1 32.9 4.8 260

14 28.1 33.2 5.1 280

15 28.1 33.6 5.5 300

16 28.1 33.9 5.8 320

17 28.1 34.2 6.1 340


18 28.1 34.5 6.4 360

19 28.1 34.8 6.7 380

20 28.1 34.9 6.8 400

21 28.1 35.4 7.3 420

22 28.1 35.8 7.7 440

23 28.1 36.1 8 460

24 28.1 36.4 8.3 480

25 28.1 36.8 8.7 500

e-terbaik = 0.549061 kal/j

4.2 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN SUHU UNTUK 2 LILITAN


ALUMINIUM KECIL

Suhu suhu
NO awal akhir per.suhu n(putaran)

1 28.9 29.1 0.2 20

2 28.9 29.3 0.4 40

3 28.9 29.7 0.8 60

4 28.9 30.1 1.2 80

5 28.9 30.5 1.6 100

6 28.9 31 2.1 120

7 28.9 31.5 2.6 140

8 28.9 32.1 3.2 160

9 28.9 32.6 3.7 180

10 28.9 33.1 4.2 200

11 28.9 33.7 4.8 220

12 28.9 34.2 5.3 240

13 28.9 34.6 5.7 260

14 28.9 35.2 6.3 280

15 28.9 35.7 6.8 300


16 28.9 36.2 7.3 320

17 28.9 36.7 7.8 340

18 28.9 37.2 8.3 360

19 28.9 37.9 9 380

20 28.9 38.2 9.3 400

21 28.9 38.6 9.7 420

22 28.9 39 10.1 440

23 28.9 39.5 10.6 460

24 28.9 40 11.1 480

25 28.9 40.4 11.5 500

4.2 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN SUHU UNTUK 2 LILITAN


TEMBAGA

Suhu suhu
NO awal akhir per.suhu N(putaran)

1 29.3 29.7 0.4 20

2 29.3 30.2 0.9 40

3 29.3 30.7 1.4 60

4 29.3 31.2 1.9 80

5 29.3 31.8 2.5 100

6 29.3 32.3 3 120

7 29.3 32.8 3.5 140

8 29.3 33.4 4.1 160

9 29.3 33.9 4.6 180

10 29.3 34.4 5.1 200

11 29.3 35.1 5.8 220

12 29.3 35.6 6.3 240

13 29.3 36.2 6.9 260

14 29.3 36.6 7.3 280


15 29.3 37.1 7.8 300

16 29.3 37.6 8.3 320

17 29.3 38 8.7 340

18 29.3 38.4 9.1 360

19 29.3 38.9 9.6 380

20 29.3 39.3 10 400

21 29.3 39.8 10.5 420

22 29.3 40.2 10.9 440

23 29.3 40.6 11.3 460

24 29.3 41 11.7 480

25 29.3 41.5 12.2 500

II. PERHITUNGAN DAN ANALISA


A. Menghitung tara mekanik panas
Pada percobaan yang dilakukan , calorimeter tidak diisi dengan air
maka maca=0, sehingga :
e=mkal ct ∆Tn M g π Dkal

Contoh : alumunium panjang 500 putaran dengan 1 lilitan


mkal = 0,438 kg
ct = 215 kal kg-1 °C-1
ΔT = 29,9 – 29,7 = 0,2 °C
n = 500
M = 5 Kg
Dkal = 0,0474 m
e=0.438×215×3.9500×5×9.8×3.14×0.0474=0.099 kal/j

Menghitung nilai terbaik dari tara mekanik panas ( )


e

e=
∑e
N
e=1.67625=0.067 kal/j

Membandingkan tara mekanik panas hasil percobaan dengan tara


mekanik panas literature dengan menggunakan rumus:
KSR=elit-epercelit 100%

KP=100%-KSR

KSR=0.24-0.09870.24×100%=58.87

KP=100%-58.87%=41.13%

Dengan menggunakan cara diatas maka didapatkan :

5.1 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN MASSA DAN DIAMETER


OBJEK YANG DIGUNAKAN.
Kalorimeter Massa Diameter
( + 0.05 gr) ( + 0.0005 cm)
Alumunium 439 4.93
Besar
439

438.9

439

439

Aluminium 218 4.85


Kecil
217.8

218

218

218.1

Tembaga 1020.5 4.85

1020.4

1020.5

1020.5

1020.4
4.2 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN SUHU UNTUK 2 LILITAN
ALUMINIUM BESAR
n Putara delt suh suhu sesatan
o n aT u awal Mk M Dk c e hitung e
0.99 0.049 1.123568 0.02243
1 20 0.8 28.9 28.1 1 5 3 215 3 7
0.99 0.049 0.702230 0.02118
2 40 1 29.1 28.1 1 5 3 215 2 7
0.99 0.049 0.608599 0.02003
3 60 1.3 29.4 28.1 1 5 3 215 5 4
0.99 0.049 0.561784 0.01931
4 80 1.6 29.7 28.1 1 5 3 215 1 2
0.99 0.049 0.561784 0.01868
5 100 2 30.1 28.1 1 5 3 215 1 7
0.99 0.049 0.538376 0.01836
6 120 2.3 30.4 28.1 1 5 3 215 5 1
0.99 0.049 0.541720 0.01803
7 140 2.7 30.8 28.1 1 5 3 215 4 9
0.99 0.049 0.526672 0.01785
8 160 3 31.1 28.1 1 5 3 215 6 4
0.99 0.049 0.530573 0.01765
9 180 3.4 31.5 28.1 1 5 3 215 9 8
0.99 0.049 0.519650 0.01753
10 200 3.7 31.8 28.1 1 5 3 215 3 9
0.99 0.049 0.523480 0.01740
11 220 4.1 32.2 28.1 1 5 3 215 7 7
0.99 0.049 0.514968 0.01732
12 240 4.4 32.5 28.1 1 5 3 215 8 4
0.99 0.049 0.01722
13 260 4.8 32.9 28.1 1 5 3 215 0.51857 9
0.99 0.049 0.511624 0.01716
14 280 5.1 33.2 28.1 1 5 3 215 8 8
0.99 0.049 0.514968 0.01709
15 300 5.5 33.6 28.1 1 5 3 215 8 6
0.99 0.049 0.509116 0.01704
16 320 5.8 33.9 28.1 1 5 3 215 9 9
0.99 0.049 0.503953 0.01700
17 340 6.1 34.2 28.1 1 5 3 215 4 7
0.99 0.049 0.499363 0.01696
18 360 6.4 34.5 28.1 1 5 3 215 7 9
0.99 0.049 0.495257 0.01693
19 380 6.7 34.8 28.1 1 5 3 215 1 4
0.99 0.049 0.477516 0.01692
20 400 6.8 34.9 28.1 1 5 3 215 5 3
0.99 0.049 0.488217 0.01687
21 420 7.3 35.4 28.1 1 5 3 215 2 2
0.99 0.049 0.491561 0.01683
22 440 7.7 35.8 28.1 1 5 3 215 1 7
0.99 0.049 0.488507 0.01681
23 460 8 36.1 28.1 1 5 3 215 9 2
0.99 0.049 0.485709
24 480 8.3 36.4 28.1 1 5 3 215 2 0.01679
0.99 0.049 0.488752 0.01676
25 500 8.7 36.8 28.1 1 5 3 215 2 2
e-terbaik = 0.549061 kal/j
KSR = 1.28775 %

KP=100% - KSR=100% - 1.28775%=98.71224583300000%

4.2 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN SUHU UNTUK 2 LILITAN


ALUMINIUM KECIL

Putara delta suhu sesatan


no n T suhu awal Mk M Dk c e hitung e
0.285525
1 20 0.2 29.1 28.9 0.991 5 0.0485 215 3 0.041355
0.285525
2 40 0.4 29.3 28.9 0.991 5 0.0485 215 3 0.028855
0.380700
3 60 0.8 29.7 28.9 0.991 5 0.0485 215 4 0.022605
4 80 1.2 30.1 28.9 0.991 5 0.0485 215 0.428288 0.020521
0.456840
5 100 1.6 30.5 28.9 0.991 5 0.0485 215 5 0.01948
0.499669
6 120 2.1 31 28.9 0.991 5 0.0485 215 3 0.018736
0.530261
7 140 2.6 31.5 28.9 0.991 5 0.0485 215 3 0.018278
0.571050
8 160 3.2 32.1 28.9 0.991 5 0.0485 215 7 0.017917
0.586913
9 180 3.7 32.6 28.9 0.991 5 0.0485 215 2 0.017706
0.599603
10 200 4.2 33.1 28.9 0.991 5 0.0485 215 2 0.017545
0.622964
11 220 4.8 33.7 28.9 0.991 5 0.0485 215 4 0.017396
0.630535
12 240 5.3 34.2 28.9 0.991 5 0.0485 215 1 0.017298
0.625959
13 260 5.7 34.6 28.9 0.991 5 0.0485 215 4 0.017232
14 280 6.3 35.2 28.9 0.991 5 0.0485 215 0.642432 0.017148
0.647190
15 300 6.8 35.7 28.9 0.991 5 0.0485 215 8 0.01709
0.651354
16 320 7.3 36.2 28.9 0.991 5 0.0485 215 7 0.01704
0.655028
17 340 7.8 36.7 28.9 0.991 5 0.0485 215 7 0.016996
0.658294
18 360 8.3 37.2 28.9 0.991 5 0.0485 215 5 0.016957
0.676244
19 380 9 37.9 28.9 0.991 5 0.0485 215 2 0.01691
0.663846
20 400 9.3 38.2 28.9 0.991 5 0.0485 215 4 0.016892
0.659427
21 420 9.7 38.6 28.9 0.991 5 0.0485 215 6 0.01687
0.655410
22 440 10.1 39 28.9 0.991 5 0.0485 215 4 0.01685
0.657949
23 460 10.6 39.5 28.9 0.991 5 0.0485 215 7 0.016826
0.660277
24 480 11.1 40 28.9 0.991 5 0.0485 215 3 0.016805
0.656708
25 500 11.5 40.4 28.9 0.991 5 0.0485 215 3 0.016789

e-terbaik = 0.57552003 kal/j

KSR= 1.398000126%

KP=100%-KSR=100%-1.398000126%=98.6019999%

4.3 DATA PERCOBAAN PENGUKURAN SUHU UNTUK 2 LILITAN


TEMBAGA

Putara delta suhu sesatan


no n T suhu awal Mk M Dk c e hitung e
0.048 0.244356
1 20 0.4 29.7 29.3 0.991 5 5 92 6 0.028855
0.048 0.274901
2 40 0.9 30.2 29.3 0.991 5 5 92 1 0.02191
0.048 0.285082
3 60 1.4 30.7 29.3 0.991 5 5 92 7 0.019926
0.048 0.290173
4 80 1.9 31.2 29.3 0.991 5 5 92 4 0.018986
0.048 0.305445
5 100 2.5 31.8 29.3 0.991 5 5 92 7 0.018355
0.048 0.305445
6 120 3 32.3 29.3 0.991 5 5 92 7 0.018021
0.048 0.305445
7 140 3.5 32.8 29.3 0.991 5 5 92 7 0.017783
0.048 0.313081
8 160 4.1 33.4 29.3 0.991 5 5 92 8 0.017574
9 180 4.6 33.9 29.3 0.991 5 0.048 92 0.312233 0.017442
5 4
0.048 0.311554
10 200 5.1 34.4 29.3 0.991 5 5 92 6 0.017335
0.048 0.322106
11 220 5.8 35.1 29.3 0.991 5 5 92 4 0.017217
0.048
12 240 6.3 35.6 29.3 0.991 5 5 92 0.320718 0.017148
0.048 0.324242
13 260 6.9 36.2 29.3 0.991 5 5 92 4 0.017079
0.048 0.318536
14 280 7.3 36.6 29.3 0.991 5 5 92 2 0.01704
0.048 0.317663
15 300 7.8 37.1 29.3 0.991 5 5 92 5 0.016996
0.048 0.316899
16 320 8.3 37.6 29.3 0.991 5 5 92 9 0.016957
0.048 0.312632
17 340 8.7 38 29.3 0.991 5 5 92 7 0.016929
0.048 0.308839
18 360 9.1 38.4 29.3 0.991 5 5 92 5 0.016904
0.048 0.308660
19 380 9.6 38.9 29.3 0.991 5 5 92 9 0.016876
0.048 0.305445
20 400 10 39.3 29.3 0.991 5 5 92 7 0.016855
0.048 0.305445
21 420 10.5 39.8 29.3 0.991 5 5 92 7 0.016831
0.048 0.302668
22 440 10.9 40.2 29.3 0.991 5 5 92 9 0.016813
0.048 0.300133
23 460 11.3 40.6 29.3 0.991 5 5 92 6 0.016797
0.048 0.297809
24 480 11.7 41 29.3 0.991 5 5 92 6 0.016782
0.048
25 500 12.2 41.5 29.3 0.991 5 5 92 0.298115 0.016765

e-terbaik = 0.304305553 kal/j

KSR= 0.267939805 %

KP=100%-KSR=100%-0.247364717%= 99.73206019509%

B. Menganalisa hasil perhitungan pada data-data diatas


Dari data perhitungan di atas, kita dapat melihat bahwa selisih diantara
setiap 20 putarannya hamper sama dari setiap objek yang di ujikan. Tetapi,
ada yang perlu diperhatikan pada suhu awal setiap percobaan. Pada suhu awal
dari percobaan yang diujikan dari aluminium besar ke aluminium kecil
kemudian ke tembaga, memiliki hasil suhu awal yang semakin besar. Hal ini
dikarenakan saat setelah melakukan satu percobaan oraktikan tidak
menormalkan kembali suhu yang ada pada calorimeter sehingga logam
pengantar panas yang diletakkan disekitar aluminium yang dijadikan
pengukuran suhu hanya berkurang sedikit demi sedikit karena pengaruh udara
disekitar. Jadi, saat hasil pengukuran suhu benda yang diujikan berpengaruh
pula pada suhu awal yang diberikan walaupun selisih dari setiap 20
putarannya kemungkinan akan tetap sama setiap bendanya. Didapatkan bahwa
nilai tara mekanik panas alumunium pendek berbeda jauh dengan nilai tara
mekanik panas tembaga, hal ini karena massa dan panas jenis bahan
mempengaruhi besar tara mekanik panas bahan,walaupun ukuran diameter
yang hampir sama, Dibandingkan dengan tembaga,alumunium lebih cepat
menyerap panas. Oleh karena itu kenaikan suhu pada bahan alumunium pun
lebih cepat dibandingkan tembaga. Kenaikan suhu ini tentunya berpengaruh
pada nilai tara mekanik panas yang diperoleh,oleh karena itu nilai tara
mekanik pada bahan alumunium lebih besar daripada tara mekanik panas pada
tembaga.

C. Membuat Grafik kenaikan suhu pada banyaknya putaran

i. Data 4.1
ii. Data 4.2

iii. Data 4.3

I. KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan tara mekanik
panas masing-masing bahan, e alumunium besar dengan 2 lilitan adalah
0.549061 kal/j, e alumunium kecil dengan 2 lilitan adalah 0.57552003 kal/j
dan e tembaga dengan 2 lilitan adalah 0.304305553 kal/j, dengan KSR yang
berkisar dari 0,2%-1,3%. Besarnya nilai KSR yang didapat diperkirakan
karena pada saat melakukan praktikum keadaan system tidak dalam keadaan
adiabatic sempurna. Jadi system masih dipengaruhi oleh kalor yang berasal
dari lingkungan.

Dari hasil yang diperoleh dari praktikum ini didapat bahwa apabila kita
memutar putaran pada pesawat Schurholtz dengan semakin banyak putaran
maka akan mempengaruhi suhu, suhu yang terjadi akan berpengaruh naik
dengan semakin banyak putaran yang dilakukan, semakin besar kenaikannya ,
maka suhu akan semakin besar. Jika dibandingkan aluminium pendek dengan
aluminium panjang, dimana aluminium panjang mempunyai panjang dan
massa yang lebih besar, dengan putaran 2 kali lebih banyak dari aluminium
pendek, maka dihasilkan jumlah putaranlah yang mempengaruhi kenaikkan
suhu, tetapi jika dibandingkan antara kalorimeter tembaga dengan aluminium
yang panjangnya sama, tetapi massanya berbeda, maka kalorimeter aluminium
lebih cepat menyerap panas, ini disebabkan oleh karena panas jenis bahannya
lebih besar daripada tembaga. Dan dari perbandingan tembaga dan aluminium
satu ukuran, dapat disimpulkan bahwa massa disana turut mempengaruhi tara
mekanik panas .
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli,Douglas C.2001. Fisika Jilid 1. Erlangga : Jakarta

Sutrisno. 1986 . Fisika Dasar, Mekanik dan Listrik Magnet. Bandung :


ITB

Anda mungkin juga menyukai