Anda di halaman 1dari 21

AFTER CARE PATIENT

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

Disusun Oleh :
Dessy Krissyena

1320221128

Pembimbing :
dr. Shofia Agung Priyanto, Sp.B, Msi.Med

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
PERIODE 16 Maret 2015 22 Mei 2015

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR


KEPANITERAAN ILMU BEDAH

After Care Patients


Benign Prostatic Hyperplasia

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Ambarawa

Disusun Oleh :
Dessy Krissyena

1320.221.128

Telah disetujui oleh Pembimbing


Nama Pembimbing

Tanda Tangan

dr. Shofia Agung P, Sp.B, Msi.Med

Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Bedah

dr. Hery Unggul W, Sp.B

KATA PENGANTAR
2

Tanggal

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan After Care Patient yang berjudul Benign Prostatic
Hyperplasia. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan
Klinik Bagian Ilmu Bedah di RSUD Ambarawa. Penulis berterimakasih kepada yang sebesarbesarnya kepada :
1. dr. Hery Unggul W, Sp.B atas bimbingan dan kesabarannya selama penulis
menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
2. dr. Shofia Agung P, Sp.B, Msi.Med atas kesabaran dan bimbingannya selama penulis
menempuh pendidikan di kepaniteraan klinik.
3. Para staf medis dan non-medis yang bertugas di Bagian Ilmu Bedah di RSUD
Ambarawa atas bantuannya untuk penulis.
4. Teman-teman seperjuangan di kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di
RSUD Ambarawa.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini kedepannya sangat penulis harapkan
demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis.

Ambarawa,

Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Y

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................3
DAFTAR IS
BAB I LAPORAN KASUS....................................................................................5
I.1 ANAMNESIS..........................................................................................5
I.2 PEMERIKSAAN FISIK.........................................................................6
I.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................7
I.4 RESUME................................................................................................9
I.5 DIAGNOSA KERJA...............................................................................9
I.6 PENATALAKSANAAN.........................................................................9
I.7 PROGNOSIS........................................................................................10
BAB II BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA ............................................ 11
II.1 DEFINISI.............................................................................................11
II.2 ANATOMI PROSTAT.........................................................................11
II.3 EPIDEMIOLOGI.................................................................................12
II.4 ETIOLOGI...........................................................................................12
II.5 PATOFISIOLOGI................................................................................13
II.6 MANIFESTASI KLINIS.....................................................................13
II.7 PENATALAKSANAAN.....................................................................16
BAB III AFTER CARE PATIENT ........................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama

: Ny. S

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 55 tahun

Pekerjaan

: Karyawan

Alamat

: Ambarawa

Tgl. Masuk RS

: 20 April 2015

1. ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal 20 April 2015
Keluhan Utama
Pasien sulit BAK sejak 3 hari terakhir.
Keluhan Tambahan
Saat pasien mengedan BAK keluar darah segar dari anus.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki, berusia 55 tahun, datang ke Poli Bedah RSUD Ambarawa dengan keluhan
tidak bisa BAK sejak 3 hari SMRS, jika pasien ingin BAK harus mengedan (+), kencing
tidak lampias (+), nyeri di abdomen bawah (+), mual (-), muntah (-), BAB (+) normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi

Disangkal

Asma

Disangkal

Diabetes mellitus :
Alergi

Disangkal
:

Disangkal

Pasien menyangkal pernah kencing keluar pasir (-), kencing panas (-), kencing keluar
darah (hematuri) disangkal (-), riwayat susah BAK 2 tahun lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami hal yang serupa
dengan pasien.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum/Kesadaran : sakit ringan/compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 155/100 mmHg
Nadi
: 83 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu
: 36.9 C
Kepala
: Normocephale, rambut hitam dengan distribusi yang merata
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Mulut
Leher
Thoraks
Cor : Inspeksi
Palpasi
Perkusi

:
:
:
:
:
:

dan tidak mudah dicabut.


Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, eksophtalmus -/Bentuk normal, liang lapang, serumen (-), sekret (-).
Bentuk normal, sekret -/-, deviasi septum (-), edema konka -/Faring tidak hiperemis, T1-T2 tenang.
Bentuk normal, sianosis (-).
Lihat status lokalis

: Iktus kordis tidak terlihat


: Iktus kordis tidak kuat angkat
: Batas kanan jantung pada sela iga IV linea parasternalis
dekstra.

Batas

kiri

jantung

pada

sela

iga

V linea

midklavikularis sinistra. Batas atas jantung pada sela iga II


linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, nyeri tekan (-), krepitasi (-),

Abdomen

Ekstremitas

massa (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru depan dan belakang
Auskultasi :Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/: Inspeksi : pembesaran pada perut bagian bawah
Auskultasi :Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak hati (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada suprapubis, nyeri lepas (-), defans
muskuler (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
+ +

: Akral hangat ++ , edema , tremor

Status Lokalis
Pemeriksaan RT

: TSA baik, AR normal, prostat sedikit membesar,


pada handscoen, darah (-), feses (-)

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 20 April 2015
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Trombosit
PDW
MPV
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit%
Monosit%
Granulosit%
PCT
Golongan Darah
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
HbsAg
GDS

Hasil
13.5
7.3
4.74
40.2
84.8
28.5
33.6
12.8
180
15.3
9.7
2.1
0.5
4.7 (H)
28.7
5.8
64.5
0.155
O
19
17
24.8
0.39 (L)
Non Reactive
109 (H)

Nilai normal
13.5-17.5 g/dL
4-10
4.5-5.8
40-50
82-98
>=27
32-36
10-16
150-400
10-18
7-11
1.0-4.5
0.2-1.0
2-4
25-40
2-8
50-80
0.2-0.5
0-50
0-50
10-50
0.62-1.1
70-100

USG ABDOMEN

Gambar 1. USG Abdomen


Ket :
-

Nefrolitiasis kanan kiri


Hipertrofi prostat secara sonografi (volume 49.19 ml)

4. RESUME
Pasien laki-laki, 55 tahun, datang ke Poli Bedah dengan keluhan keluhan tidak
bisa BAK sejak 3 hari SMRS, jika pasien ingin BAK harus mengedan (+), kencing
tidak lampias (+), nyeri di abdomen bawah (+), mual (-), muntah (-), BAB (+) normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, status lokalis pada ileal kanan, suprapubik, dan ileal kiri
tampak distensi (+), pada pemeriksaan RT didapatkan TSA baik, AR normal, prostatn
sedikit membesar.
Pada pemeriksaan penunjang, USG abdomen didapatkan nefrolitiasisi kanan dan
kiri, serta hipertrofi prostat secara sonografi.
5. DIAGNOSIS KERJA
Hiperplasia prostat suspek benigna + nefrolitiasis sinistra et dextra
6. PENATALAKSANAAN
Pasang DC untuk mengeluarkan urinnya
Infus RL 20 tpm
Inj. Ketorolac 3x1 ampul
Op. Prostatektomy
Laporan Pembedahan
Tanggal
: 22 April 2015 (11.15 -12.00 WIB)
Ahli anestesi : dr. Heru S, Sp.An
Ahli bedah : dr. Shofia Agung P, Sp.B
OS terlentang dengan Spinal Anestesi
Desinfeksi, lalu tutup dengan duk steril
Insisi suprapubik, lakukan prostatektomi, ditemukan bladder neck sklerosis
Pasang 3 ways
Jahit vesika urinaria
Pasang drain
Jahit luka lapis demi lapis sampai dengan kulit
Operasi selesai
9

Diagnosa post operatif : BPH + Bladder Neck Sklerosis


Instruksi port operasi :

Infus RL 20tpm
Injeksi Cefotaxim 3x1g
Injeksi Ketoroloc 3x30mg
Tranexamic acid 3x500mg
Traksi
Spool NACl
Boleh makan/minum

7. PROGNOSIS
Quo ad vitam
:
Quo ad functionam :
Quo ad sanationam :
Quo ad cosmeticum :

bonam
bonam
bonam
bonam

BAB II
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

2.1

DEFINISI
Benign Prostat Hyperplasia (BPH) adalah suatu pembesaran prostat yang bersifat

jinak.1
2.2

ANATOMI PROSTAT
Prostat adalah organ genital yang hanya di temukan pada pria karena merupakan

penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria.


Prostat berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung kelenjar.
Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjang 1,25 inchi atau kira kira 3 cm,
mengelilingi uretra pria.

10

Gambar 2. Prostat
Dalam hubungannya dengan organ lain, batas atas prostat bersambung dengan leher
bladder atau kandung kemih. Prostat memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan
kapsul. Kapsul ini terdiri dari 2 lapisan yaitu :
1. True capsule : lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
2. False capsule : lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti bladder
atau kandung kemih. Sedangkan Fascia Denonvilliers berada pada bagian belakang.
2.3

EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia BPH merupakan penyakit tersering kedua di klinik urologi setelah batu

saluran kemih. BPH ditemukan 20 % pada laki-laki dengan usia 60 tahun dan 43% pada usia
80 tahun. 2,3
2.4

ETIOLOGI
Penyebab pasti BPH belum diketahui, namun ada beberapa hipotesis mengenai

penyebab BPH.

2,3,4

Teori tersebut adalah : 4

1. Teori Dihidrotestoteron
Pertumbuhan dari kelenjar prostat tergantung pada hormon testosteron. Hormon ini
akan diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan dengan
bantuan enzim 5 reduktase. DHT tersebut secara langsung memicu mRNA di dalam selsel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan
prostat. Pada berbagai penelitian, aktivitas 5 reduktase dan jumlah reseptor androgen

11

lebih banyak pada BPH. Hal tersebut menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif
terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak daripada prostat normal.
2.

Ketidakseimbangan Antara Estrogen Testosteron


Kadar testosteron menurun pada usia yang semakin tua, sedangkan kadar estrogen
tetap. Sehingga kadar estrogen lebih tinggi dibandingkan testosteron. Estrogen berperan
dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan meningkatkan sensitivitas selsel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor
androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat. Akibatnya, dengan testosteron
yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat telah ada
mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.

3. Interaksi Stroma-Epitel
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel
epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sell stroma
tersebut dan menyebabkan proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.
4. Berkurangnya Kematian Sel Prostat
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Berkurangnya sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat
secara keseluruhan makin meningkat sehingga menambah massa prostat. Diduga hormon
androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel.
5. Teori Stem Cell
Dalam kelenjar prostat dikenal suatu stem sel, yaitu sel yang mempunyai kemampuan
berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung hormon androgen, dimana
jika kadarnya menurun, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel
pada BPH, diduga sebagai akibat ketidaktepatan aktivitas stem sel sehingga terjadi
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
2.5

PATOFISIOLOGI
Pembesaran

Penyempitan lumen uretra pars


prostatika
Aliran urin
Refluks
vesikoureter

Tekanan
intra vesika
Terjadi perubahan
Buli-buli
anatomik buli
berkontraksi
lebih

Hipertrofi otot destrusor


12

Trabekulasi
Terbentuk selula dan

Tekanan
muara ureter

Divertikel buli

2.6

MANIFESTASI KLINIS

Anmnesis
Hal ini timbul akibat peningkatan intrauretra yang akhirnya dapat menyebabkan

sumbatan aliran urin secara bertahap, biasanya LUTS (Lower Urinary Track Syndrome).
Keluhan LUTS terdiri atas obstruksi dan iritatif. Gejala obstruktyif meliputi hesitansi,
pancaran miksi lemah, intermitensi, miksi tidak puas, dan menetes setelah miksi. Sedangkan
gejala iritatif meliputi frekuensi, nokturia, urgensi, dan disuri. 4
Untuk menilai keparahan, WHO menyarankan International Prostatic Symtom Score
(IPSS) yang terdiri dari 7 pertanyaan berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan
mengenai kualitas hidup pasien.

13

Tabel 1. Skor IPSS


Terdapat 3 derajat berdasarkan skor tersebut, yaitu :4,5
Ringan : skor 0-7
Sedang : skor 8-19
Berat

: skor 20-35

Gejala pada saluran kemih atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (hidronefrosis), dan demam (infeksi, urosepsis).4
Gejala disaluran kemih bisa berupa hernia inguinalis atau hemoroid yang timbul
akibat sering mengejan saat miksi sehingga terjadi penigkatan tekanan intraabdominal.4
-

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli yang penuh dan teraba massa kistik

di supra simpisis akibat retensi urin. Pemeriksaan colok dubur merupakan pemeriksaan fisik
yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran

14

prostat, dan kecurigaan adanya keganasan. Pada pemeriksaan ini dapat menilai besarnya
prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi, dan ada tidaknya nodul. 4,5
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada
karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus
prostat tidak simetri.4

Gambar 3. Pemeriksaan Colok Dubur


-

Pemeriksaan labotarorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau

inflamasi pada saluran kemih. Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih
sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis menyebabkan
infeksi dan urolithiasis. 4,5
Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan
bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific.
Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal ini jika
kadar PSA tinggi berarti:
- Pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
- Keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek,
- Lebih mudah terjadinya retensi urine akut
-

Pencitraan

15

Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, Batu
atau kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin, yang
merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :1
-

kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)


memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan indentasi prostat
(pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter bagian distal yang berbentuk
seperti mata kail (hooked fish)
penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-

buli
Pemeriksaan USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk
mengetahui besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna
sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urin
dan mencari kelainan lain pada buli-buli. 4,5
-

Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur 4,5

residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan

ultrasonografi setelah miksi


pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya
miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri

2.7

PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi :4
- memperbaiki keluhan miksi
- meningkatkan kualitas hidup
- mengurangi obstruksi infravesika
- mengembalikan fungsi ginjal
- mengurangi volume residu urin setelah miksi
- mencegah progressivitas penyakit

1.

Watchful waiting
Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan ringan

yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan edukasi mengenai hal-hal
yang dapat memperburuk keluhan :4
- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol
- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)
16

- Kurangi makanan pedas atau asin


- Jangan menahan kencing terlalu lama
2. Medikamentosa
Tujuan: 4
-

mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik blocker


mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testosteron melalui
penghambat 5-reduktase

3. Operasi
Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan : 4
-

Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa


Mengalami retensi urin
Infeksi Saluran Kemih berulang
Hematuri
Gagal ginjal
Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih
bagian bawah

Jenis pembedahan yang dapat dilakukan : 4,5


-

Pembedahan terbuka (prostatektomi terbuka)


Paling invasif dan dianjurkan untuk prostat yang sangat besar (100 gram).

Pembedahan endourologi
Operasi terhadap prostat dapat berupa reseksi (Trans Urethral Resection of the
Prostat/TURP), Insisi (Trans Urethral Incision of the Prostate/TUIP) atau
evaporasi.

17

Gambar 4. Trans Urethral Resection of the Prostat (TURP)


Selain tindakan invasif tersebut diatas, sekarang dikembangkan tindakan invasif
minimal, terutama yang mempunya resiko tinggi terhadap pembedahan. Tindakan tersebut
antara lain: termoterapi, Trans Urethral Needle Ablation of the Prostat/TUNA, pemasangan
stent, High Intensity Focused Ultrasound/HIFU serta dilatasi dengan balon (Transuethral
Ballon Dilatation/TUBD).

18

BAB III
AFTER CARE PATIENT
III.1 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
III.1.1 Fungsi Biologik
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 55 tahun mengalami penyakit benign prostat
hyperplasi dengan gejala nyeri sulit untuk BAK.
III.1.2 Fungsi Psikologik
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 55 tahun. Pasien post TVP, tidak memiliki
gangguan pada fungsi psikologiknya. Hubungan pasien dengan keluarga dan
lingkungan sekitarnya baik.
III.1.4 Fungsi Ekonomi
Pasien adalah seorang petani. Penghasilan keluarga pasien berasal dari pasien yang
bekerja sebagai petani. Kondisi ekonomi pasien termasuk golongan menengah.
III.1.5 Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Dasar.
III.1.6 Fungsi Religius
Pasien dan keluarganya adalah seorang muslim, dan menjalankan ibadah sesuai
dengan agamanya.
III.1.7 Fungsi Sosial dan Budaya
Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai warga negara yang
baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya.
III.1.8 Pola Konsumsi Makanan Pasien
Frekuensi makan pasien dan keluarga sehari-hari, cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi. Pasien tidak memiliki masalah dalam mencukupi kebutuhan gizi dirinya seharihari.
III.2 Rencana Pembinaan Keluarga
III.2.1 Terhadap Pasien
a. Edukasi pasien tentang penyakitnya yaitu BPH, prostatektomi (pengangkatan
prostat yang membesar) dan perawatan jahitan pasca operasi.
b. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana untuk melihat
perkembangan kesembuhan pasien.
III.2.2 Terhadap Keluarga
a. Memberikan motivasi dan edukasi

mengenai

BPH,

prostatektomi

(pengangkatan prostat yang membesar) dan perawatan jahitan pasca operasi


sehingga seluruh keluarga dapat mengerti sepenuhnya dan dapat saling
mengingatkan.
19

III.3.
Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Pasien
III.3.1 Faktor Perilaku
Pasien sudah cukup memahami mengenai perawatan jahitan pasca operasi.
Setelah pulang, pasien melakukan follow up ke RSUD Ambarawa sebanyak 3
kali, selama ketiga follow up, luka jahitan pasien tidak bernanah, tidak berbau,
tidak terbuka, serta luka jahitan pasien sudah kering sempurna.
Pasien meminum obat yang diberikan oleh dokter, sesuai dengan waktunya.
Pasien juga rajin kontrol sesuai saran dokter, untuk mendapatkan obat dan kontrol
keadaan pasien pasca operasi.
III.3.2 Faktor Non-Perilaku
Sarana kesehatan cukup mudah dijangkau oleh pasien. Akses transportasi untuk
mencapai tempat-tempat tertentu dinilai mudah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Isaacs, S.The James Buchanan Brady Urological Institute. Benign Prostatic


Hyperplasia.

John

Hopkins

School

of

Medicine.

Available

at

http://urology.jhu.edu/prostate/pdf/benign_prostate_hyperplasia.pdf [ diakses tanggal


14 Desember 2014]
2. Birowo dan Raharjo Dalam Citra, B. D. 2009. Benign Prostat Hyperplasia. University
of

Riau

faculty

of
20

Medicine.

Available

at:

http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/06/bph_files_of_drsmed_fkur.pdf
[ diakses tanggal 14 Desember 2014]
3. Resette, J. D. L., Alivizatos, G., Madersbacher, S., Sanz, C. R., Nordling, J.,
Emberton, M., Graves, S., Michel, M. C., Oelke, M. 2006. European Association of
Urology.

Guidelines

on

Benign

Prostatic

Hyperplasia.

Available

http://www.uroweb.org/fileadmin/user_upload/Guidelines/11%20BPH.pdf

[diakses

tanggal 14 Desember 2014]


4. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi Ed. 2. Jakarta: CV. Sagung Seto. 2007. pp. 69-85
5. Sjamjuhidayat dan De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. 2005. pp. 782-6

21

at:

Anda mungkin juga menyukai