Lapsus Bedah Hernia
Lapsus Bedah Hernia
Dibimbing Oleh :
dr. Shofia Agung Priyatno, SpB, MSi.Med
Disusun Oleh :
Asiah
(1320221137)
LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi Kasus
Hernia Scrotalis Dextra Irreponible
Disusun oleh :
Asiah
1320.221.137
Pembimbing
Mengesahkan :
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Bedah
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat karuniaNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Kasus yang berjudul Hernia
Scrotalis Dextra Ireponible yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit
Umum Daerah Ambarawa Periode 13 Maret 23 Mei 2015.
Dalam menyelesaikan Presentasi Kasus ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada dr. Shofia Agung P, SpB, MSi.Med sebagai dokter pembimbing. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kasus ini banyak terdapat kekurangan dan
juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca.
Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pada khususnya
dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran pada
umumnya. Amin.
Ambarawa,
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................
Anamnesa ..............................................................................................
Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 9
Diagnosis ...............................................................................................
10
...................................................................................................
16
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
Definisi ....................................................................................................
17
Klasifikasi..................................................................................................
18
Etiologi..................................................................................................
20
Patofisiologi................................................................................................... 20
Anatomi ...............................................................................................
21
26
Pemeriksaan Penunjang................................................................................ 26
Penatalaksanaan............................................................................................ 27
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan ................................................................................................... 35
4
36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hernia merupakan protusi abnormal organ, jaringan atau bagian organ melalui
struktur yang secara normal berisi bagian ini. Insiden hernia di Indonesia menempati
urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus dalam satu tahun. Di Jawa Tengah,
angka kejadian hernia terus meningkat.
Etiologi dari hernia dikarenakan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar
abdomen, dengan faktor resiko tersering seperti mengangkat beban berat, konstipasi,
batuk, atau hal lain yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdomen.
Komplikasi dari hernia dapat terjadi penjepitan usus sehingga mengakibatkan
terjadinya ileus obstruktif. Hal itu dapat mengakibatkan rasa nyeri yang hebat hingga
mengakibatkan kematian.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTITAS
Nama
: Tn. W
Umur
:84 thn
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Status
: Duda
: Rawat Darurat
: 077241
2.2. ANAMENESA
Keluhan utama
Nyeri perut sejak 5 hari SMRS
Riwayat penyakit Sekarang
Nyeri dirasakan terus menerus sejak 5 hari SMRS, nyeri dirasakan seperti
diremas, nyeri membaik jika beristirahat dan memberat dengan aktivitas, nyeri
disertai adanya mual dan muntah. Pasien mengaku muntah baru dirasakan hari ini,
muntah sudah 2 kali, isi makanan, kurang lebih seperempat aqua gelas. Pasien
juga merasa perut kembung, kentut sulit dan BAB terakhir 2 hari yang lalu.
Pasien mengaku terdapat benjolan di buah pelir kanan sudah sangat lama,
benjolan awalnya masih bisa masuk kembali jika pasien beristirahat, namun
6
: TD : 143/90 mmHg
Nadi : 68 x/menit, reguler
RR
: 22 x/menit
Suhu : 36,0oC
Rambut: distribusi pertumbuhan rambut rata, rambut beruban.
Kepala dan wajah: bentuk kepala mesocephal, wajah simetris, luka (-), warna kulit
coklat, pucat (-)
Mata
: konjungtiva warna merah muda, anemis (-/-), sklera warna putih, ikterik
(-/-), eksoftalmus (-/-), mata cowong (-/-), pupil isokor
+ +
wheezing
+ +
Abdomen :
Inspeksi
Akral dingin
Edema
- - - - Pemeriksaan Neurologik
B. Status Lokalis
Terdapat pembesaran pada scrotum kanan, konsistensi lunak, NT (+), pada
auskultasi BU (+).
8
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
13.2
9.8
4.47
41.5
92.8
29.5
31.8
12.6
209
12.2
7.9
1.5
0.5
7.9
14.9
4.7
80.4
0.165
12.5-15.5
4-10
3.8-5.4
35-47
3.8-5.4
35-47
82-98
>= 27
32-36
10-18
7-11
1.0-4.5
0.2-1.0
2-4
25-40
2-8
50-80
0.2-0.5
g/dL
Ribu
Juta
%
Mikro m3
Pg
g/dL
%
Ribu
%
Mikro m3
103/mikro
103/mikro
103/mikro
%
%
%
%
97
18
10
39.0
1.24
70-100
0-35
0-35
10-50
0.45-0.75
mg/dL
IU/dL
IU/dL
mg/dL
mg/dL
Non reaktif
Infus RL 20 tpm
Inj Cefotaxim 1x1gram
Laporan Operasi:
perdalam
Identifikasi funikulus spermatikus dan bebaskan dari kantung hernia
Buka kantung hernia, masukan isi hernia kedalam cavum abdomen
Ligasi kantong hernia lakukan herniotomi
Pasang mesh
Rawat perdarahan
Jahit lapis demi lapis
Operasi selesai
Post Operasi
Infus RL 20 tpm
Inj cefotaxim 3 x 1 gram
Inj Ketorolac 3 x 30 mg
2.7. FOLLOW UP POST OPERASI
Tanggal
30/3/2015
S
Payudara kiri
O
KU/Kes: TSS/
A
Carsinoma
P
Pro OP
terasa nyeri,
Composmentis
duktus
mastektomi tgl
mammae
1/4/2015
sinistra
panas.
Demam (-),
pusing (-), mual
(-), muntah (-).
rutin.
31/3/2015
Payudara kiri
mmHg; N. 80x/mnt;
terasa nyeri,
panas.
Demam (-),
pusing (-), mual
(-), muntah (-).
mastektomi tgl
Carsinoma
duktus
1/4/2015
Inf. RL 20 tpm
mammae
sinistra
Cefotaxim 1 gr
IV (Skin test)
Konsul SpAn
Inf. RL 20tpm
Composmentis
Payudara kiri
terasa nyeri,
panas.
1/4/2015
Pagi
Demam (-),
3x1gr IV
Carsinoma
duktus
Cefotaxim
mammae
sinistra
Lemas (+),
Siang
Composmentis
Post
mastektomi
H0 pd Ca
Ranitidin 3x1
amp
3x500 mg
mg IV
As. Traneksamat
Ketorolac 3x30
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
duktus
11
mmHg; N. 80x/mnt;
RR: 18x/mnt; S: 36,20C
3x1gr IV
post op mastektomi
Ketorolac 3x30
mammae
sinistra
mg IV
Ranitidin 3x1
amp
terbalut perban,
dipasang drainage, NT
As. Traneksamat
(+).
3x500 mg
KU/Kes: TSS/
Inf. RL 20tpm
Composmentis
Cefotaxim
TTV: TD: 115/80
3x1gr IV
mmHg; N. 80x/mnt;
Lemas (+),
1/4/2015
malam
Post
mastektomi
H0 pd Ca
duktus
mammae
post op mastektomi
sinistra
Ketorolac 3x30
mg IV
Ranitidin 3x1
amp
As. Traneksamat
terbalut perban,
3x500 mg
dipasang drainage, NT
2/4/2015
(+).
KU/Kes: TSS/
Post
Composmentis
mastektomi
H1 pd Ca
duktus
mammae
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
3x1gr IV
Ketorolac 3x30
12
sinistra
amp
As. Traneksamat
3x500 mg
terbalut perban,
dipasang drainage, NT
(+).
KU/Kes: TSS/
Inf. RL 20tpm
Composmentis
Cefotaxim
TTV: TD: 115/80
3x1gr IV
mmHg; N. 80x/mnt;
RR: 18x/mnt; S: 36,20C
3/4/2015
Post
mastektomi
H2 pd Ca
duktus
mammae
post op mastektomi
sinistra
Ketorolac 3x30
mg IV
Ranitidin 3x1
amp
As. Traneksamat
terbalut perban,
3x500 mg
dipasang drainage, NT
4/4/2015
(+).
KU/Kes: TSS/
Post
Composmentis
mastektomi
H3 pd Ca
duktus
mmHg; N. 80x/mnt;
0
mammae
sinistra
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
3x1gr IV
Ketorolac 3x30
mg IV
post op mastektomi
pada mammae sin
As. Traneksamat
terbalut perban,
3x500 mg
dipasang drainage, NT
(+).
KU/Kes: TSS/
Composmentis
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
mmHg; N. 80x/mnt;
0
3x1gr IV
Post
mastektomi
H4 pd Ca
duktus
post op mastektomi
mammae
sinistra
Ketorolac 3x30
mg IV
Ranitidin 3x1
amp
terbalut perban,
As. Traneksamat
dipasang drainage, NT
3x500 mg
(+).
6/4/2015
KU/Kes: TSS/
Post
Composmentis
mastektomi
H5 pd Ca
duktus
mmHg; N. 80x/mnt;
0
mammae
sinistra
Inf. RL 20tpm
Cefotaxim
3x1gr IV
Ketorolac 3x30
mg IV
amp
post op mastektomi
14
As. Traneksamat
dipasang drainage, NT
3x500 mg
(+).
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 84 tahun datang dengan keluhan nyeri perut dengan adanya
benjolan pada scrotum. Nyeri perut dirasakan sejak 5 hari yang lalu, sedangkan benjolan
pada scrotum dirasakan sudah lama. Nyeri perut yang dirasakan pasien bisa terjadi karena
adanya gangguan pada sistem gastrointestinal. Dalam kasus ini, pasien mengaku adanya
benjolan pada scrotum yang semakin membesar sebelum adanya keluhan nyeri perut, hal
itu bisa diakibatkan karena benjolan pada scrotum pasien berisi usus dan mungkin terjadi
pembesaran pada usus. Pasien masih dapat kentut dan BAB, berarti belum terjadi tandatanda obstruksi pada pasien.
Dari hasil pemeriksaan lokalis pada skrotum ditemukan adanya pembesaran pada
scrotum dextra, tanpa disertai perubahan warna kulit, pada perabaan didapatkan benjolan
teraba kenyal dan tidak dapat dimasukkan lagi. Pada pemeriksaan auskultasi terdapat
bising usus pada scrotum. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditarik
diagnosis sementara hernia scrotalis dextra ireponible, karena adanya penonjolan
abnormal melalui suatu dinding yang lemah pada scrotum dextra yang tidak dapat
kembali lagi.
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang
diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.1
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis.
Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya
keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang
lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke
medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak
disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan
kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. 3
Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.3
16
Tipe
Deskripsi
Hernia
Penojolan melewati
ingunalis
lateralis
biasanya merupakan
vasa
fascia spermatica
epigastrica
interna
inferior
Lateral
Ya
pada waktu
Congenital
Dan
bisa
pada
waktu dewasa.
kegagalan penutupan
cincin
Onset biasanya
ingunalis
setelah
Hernia
penurunan testis
Keluarnya langsung
ingunalis
menembus
medialis
dinding abdomen
Medial
Tidak
Dewasa
fascia
2.2. KLASIFIKASI
Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3
1. Hernia Indirek
a) hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
b) hernia inguinalis indirek sliding.
2. Hernia Direk
a) suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum
pubicum.
b) hernia divertikular di dinding posterior.
c) hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan
segitiga Hesselbach
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,
sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
- Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter <>
- Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal
yang melewati cincin interna yang berdiameter 2 cm.
- Tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter > 2 cm.
- Hernia tipe 3 sering menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.
- Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel.
Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.
18
- Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat
kantung peritoneal.
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:3
- Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
- Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
- Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
- Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
- Tipe 3c adalah hernia femoralis.
- Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
2.3. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini
ada tiga penyebab, yaitu:2
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
- Overweight
- Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
- Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
- Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
- Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema,
alergi
- Kehamilan
- Ascites
2. Adanya kelemahan jaringan /otot.
3. Tersedianya kantong.
19
Kulit (kutis).
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Peritoneum
10.
11.
Pintu hernia adalah lapisan l;paisan dinding perut dan panggul. Hernia
dinamai berdasarkan dari pintunya
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf U dan V dan
terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas
muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament
dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah
22
23
Daerah ini dibatasi oleh ligamentum inguinalis, pada bagian posterior dibatasi
oleh traktus iliopubis. Bagian medial dibatasi oleh bagian lateral musculus rectus
abdominis. Bagian superior dibatasi oleh lengkungan serabut otot abdominis transversus
dan otot obliquus internus, pada bagian lateral bebatas dengan musculus iliopsoas dan
bagian inferior oleh ligamentum cooper. Lubang ini ditembus oleh funiculus spermaticus,
dan bagian bawah oleh pembuluh darah vena dan arteri femoralis. Lubang myopectineal
dilindungi oleh aponeurosis transversus abdominis dan fascia transversalis
2.6. GEJALA DAN TANDA KLINIK
2.6.1. Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya nyeri
dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia ditemukan
pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja.
Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia
ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah
besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien
berbaring untuk menguranginya.11
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan
hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi
inkarserasi atau strangulasi.11
2.6.2. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihat.kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke
annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat
sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada
cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan
pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.9
24
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama .
hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.9
Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada
saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan
yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.9
Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia
direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui
cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati
Trigonum Hesselbachs dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya
besar maka pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9
2.7. KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
25
26
1. Retropubic
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule
Mengurangi hernia.
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien
harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia
inguinalis.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral
(seperti kaki kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjutselam proses reduksi penonjolan
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan
menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan
posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selam a20-30 menit.7
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan
saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.
Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko
infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada
gejala strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus
masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,
yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko
infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata
dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko)
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas
lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
28
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh
menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
-Anak-anak Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan
reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
- Dewasa Herniorrhaphy :
Perawatan kantung hernia dan isi hernia
Berliner repair
Incisi 1-2cm diatas ligamentum inguinal sehingga tembus searah dengan seratnya,
sayatan diperluas dari lateral ing cincin interna sampai tuberculum pubicum.
Pisahkan dan ligasi vena dari jaringan subkutan.13
Pada saat ini, aponeurosis oblikuus eksternus akan terlihat dengan serat berjalan
ke bawah ke arah medial. Incisi aponeurosis searah dengan arah seratnya,
kemudian ditarik dengan hak. Gunakan forceps untuk mengangkat dan meretraksi
ujungnya, sambil incisi diperluas melewati sayatan. Cari nervus inguinal dan
lindungi selama operasi selama operasi dengan menjauhkan dari lapangan
operasi.13
30
Perluas sayatan hingga leher kantung tepat di cincin interna, sehingga terlihat
lapisan peritoneal fat. Buka kantung diantara dua pasang forcep kecil, dan periksa
rongga abdomen dengan jari hingga membuka.13
Terus putar kantung untuk memastikan isinya kosong. Lehar diikat dengan
benang 2/0, tahan ikatannya, dan kantung diexcisi.13
Tujuan dari prosedur Bassini adalah untuk memperkuat dinding posterior. Dengan
cara menjahitkan M. transversus abdominis dan aponeurosis M. obliquus
abdominis internus atau conjoint tendon ke ligamentum inguinal. Prosedur ini
juga menyempitkan cincin interna.
Dan terakhir, tambahkan tegangan sehingga cincin interna masih bisa dilalui
ujung jari.13
Tutup aponeurosis obliquus eksterna secara kontinyus dengan chromic cat gut 0.13
Mercy
dikenal
dengan
ligasi
sederhana
dengan
diangkat
tinggi
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
2.9.2.2. Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar teknik Shouldice adalah Bassini multi layer,
Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan incisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf
ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis
sampai ke cincin interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.2
32
Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya
dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke
tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk
lapisan ke empat (gambar C). 13-
pada titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan
terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat. Hal
inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan
dibanding tehnik konvensional lainnya.13
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding
belakang kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus
cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk
33
menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar
integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan tumbuh
diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan memiliki sifat tersebut
serta mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung dengan
organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan
fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan
hernio plasty.6
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan
sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca
operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas
rutin yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan
kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen,
1999). Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar
dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari. Ismail (2000)
melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 %
diantaranya dalam 7 hari.6
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup
lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi
lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis inguinal interna.6
BAB V
KESIMPULAN
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis.
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan
melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat
terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya daerah inguinal.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
35
36