TINJAUAN PUSTAKA
A. PATIENT SAFETY
1. Pengertian Patient Safety
Indonesia memulai gerakan keselamatan pasien pada tahun 2005 yaitu
dengan didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh
Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dan telah menerbitkan
Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien. Panduan ini dibuat
sebagai dasar implementasi keselamatan pasien di rumah sakit.
Dalam perkembangannya, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Departemen Kesehatan telah pula menyusun Standar Keselamatan Pasien
Rumah Sakit dalam instrumen Standar Akreditasi Rumah Sakit. Tujuan
dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
2. Tujuan Patient Safety
Tujuan Patient safety adalah
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
program-program
pencegahan
shg
tidak
terjadi
pengulangan KTD.
3. Pelaksanan Patient Safety
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting
dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien
rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di
Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan
mengacu pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh
Joint Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada
tahun 2002 yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di
Indonesia. Penilaian keselamatan yang dipakai Indonesia saat ini dilakukan
dengan menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang dikeluarkan
oleh KARS.
Pelaksanaan Patient safety meliputi
1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre
for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names)
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
1)
2)
3)
2.
3.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
2)
3)
4)
4.
Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
1)
2)
3)
4)
5.
2)
Pimpinan
menjamin
berlangsungnya
program
proaktif
10
3)
4)
5)
Kriterianya adalah
1)
Terdapat
tim
antar
disiplin
untuk
mengelola
program
keselamatan pasien.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
11
9)
Tersedia
sasaran
terukur,
dan
pengumpulan
informasi
2)
RS
menyelenggarakan
pendidikan
&
pelatihan
yang
2)
3)
7.
12
1)
2)
Kriterianya adalah
1)
2)
Tersedia
mekanisme
identifikasi
masalah
dan
kendala
13
dibuat
secara
terbuka
dan
terjadi
proses
3.
14
15
5.
Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan caracara komunikasi yg terbuka dengan pasien.
Bagi Rumah Sakit
a) Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien &
keluarga
b) Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
c) Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar
selalu terbuka kpd pasien & kel. (dlm seluruh proses
asuhan pasien
Bagi Tim:
a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi
insiden
b) Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi
insiden
c) Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien,
dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah utk
belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
Bagi Rumah Sakit:
a) Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi
sebab
b) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah
(Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects
Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup
16
17
b) Telaah
perubahan
yg
dibuat
tim
&
pastikan
pelaksanaannya
c) Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg
dilaporkan
4.
Di Rumah Sakit
1) Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut:
Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat,
tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
2) Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi
pencatatan dan pelaporan internal tentang insiden
3) Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien
rumah sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit.
5) Rumah sakit pendidikan mengembangkan
standar
2)
sakit di wilayahnya
Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan
3)
Di Pusat
18
uji
coba
program
keselamatanpasien.
Selain itu, menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang
bisa dilakukan untuk mengembangkan budaya Patient safety ini
1. Put the focus back on safety
Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik
dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini
bisa dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan dukungan,
patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit
atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang
terlibat dalam safer patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa
tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan
dan mereka memegang peran kunci dalam membangun dan
mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.
2. Think small and make the right thing easy to do
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin
membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi
dengan memecah kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah
yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang
lebih nyata.
3. Encourage open reporting
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah
pengalaman yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer
RS harus membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat
tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya
dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien.
19
dan
dukungan
untuk
kurikulum
kedokteran
dan
keperawatan,
sehingga
masih
kecil,
tetapi
akan
terus
berkembang.
20
b.
c.
Pasal 58 UU No.36/2009
21
dan/atau
penyelenggara
kesehatan
yang
pelayanan
kesehatan
yang
aman,
bermutu,
Pasal 46 UU No.44/2009
Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di RS.
c.
3.
22
4.
Hak Pasien
a.
b.
c.
d.
5.
23
bertanggung
jawab
mengeluarkan
kebijakan
tentang
Assessment risiko
b.
c.
d.
e.
24
25
dicari
jalan
untuk
mengurangi
dampaknya.
26
cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh
komunikasi yang efektif.
4. Risk transfer
Akhirnya apabila risiko itu terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka
diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada pihak yang
sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem asuransi.
6. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Patien Safety
a.
Di Rumah Sakit
1) Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah
disediakan oleh rumah sakit.
2) Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh
rumah sakit.
3) Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab
masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja
4) Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan
Pasien Rumah Sakit merekomendasikan solusi pemecahan dan
mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan
rumah sakit.
5) Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah
ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) setiap
27
c.
Di Pusat
1) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) merekapitulasi
laporan dari rumah sakit untuk menjaga kerahasiaannya
2) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan
analisis yang telah dilakukan oleh rumah sakit
3) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan
analisis laporan insiden
Di Rumah sakit
Pimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan
pasien di unit kerja
28
b. Di propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien
Rumah Sakit di wilayah kerjanya
c.
Di Pusat
1) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di
rumah sakit-rumah sakit
2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahan satu kali.
Nosokomial
adalah
infeksi
yang
didapat
penderita
29
30
31
kesadaran
dan
pemahaman
tentang
risiko
infeksi
penderita
dan
keluarga
dengan
memberikan
32