Ringkasan Eksekutif
Tahap 1: Inisiasi
1.
2.
3.
4.
7.
Tahap 4: Implementasi
11. Mengimplementasikan tindakan dan
melanjutkan kerja sama lintas
departemen
12. Memastikan adanya pemantauan dari
berbagai pemangku kepentingan
Tahap 5: Pembaruan
13. Mengevaluasi dampak RAN sebelumnya
dan mengidentifikasi kesenjangan
14. Berkonsultasi dengan pemangku
kepentingan dan menentukan area
prioritas
15. Merancang RAN yang diperbarui,
kemudian mengonsultasikan,
menyelesaikan, dan meluncurkannya
ii
merekomendasikan agar
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif
ii
1.
Pendahuluan
Latar belakang
Manfaat Rencana Aksi Nasional tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia
Tujuan panduan ini
Susunan Panduan
1
1
1
2
3
3
4
4
Tahap 1: Inisiasi
Tahap 2: Penilaian dan konsultasi
Tahap 3: Merancang RAN awal
Tahap 4: Implementasi
Tahap 5: Pembaruan
5
6
8
9
9
11
2.
3.
4.
11
12
5. Kesimpulan
13
Lampiran
I:
Lampiran
II:
Lampiran
III:
14
15
16
1. Pendahuluan
dari RAN.
Latar belakang
komprehensif.
ksi Nasional
(RAN) tentang bisnis dan hak asasi manusia
dapat menjadi media yang penting untuk
menggerakkan
implementasi UNGP.
A/HRC/17/31
Susunan Panduan
Panduan ini disusun seperti berikut ini. Bab 2
menjelaskan definisi RAN dan empat kriteria
penting untuk mewujudkan proses RAN yang
efektif menurut UNWG. Bab 3 memberikan
panduan untuk proses perumusan RAN. Proses
RAN terbagi menjadi lima tahap dan, untuk setiap
tahap, panduan ini memberikan sejumlah
rekomendasi langkah praktis. Bagian 4
memberikan rekomendasi umum terkait hal-hal
yang harus disertakan dalam RAN. Lampiran I
berisi contoh daftar isi RAN lengkap dengan
keterangannya. Lampiran II menampilkan struktur
kompilasi titik aksi dan modalitas
implementasinya. Lampiran III berisi daftar yang
masih dapat dilengkapi mengenai tindakan yang
dapat dipertimbangkan saat merumuskan RAN.
3. Panduan
tentang
proses RAN
Tahap 1: Inisiasi
Tahap pertama mencakup langkah-langkah awal
memulai proses RAN. Di sejumlah negara,
organisasi masyarakat sipil atau entitas
pemerintahan tertentu mendorong dirumuskannya
RAN. Kemudian, biasanya sejumlah kecil entitas
pemerintahan dan/atau non-pemerintahan
memimpin pengumpulan dukungan awal untuk
perumusan RAN.
Pada akhir tahap pertama, modalitas dasar untuk
perumusan RAN awal harus dipastikan dan
dipublikasikan. Kebersediaan dari entitas
Pemerintahan terkait harus seluas mungkin dan
harus ada pemahaman bersama tentang
pekerjaan yang akan dihadapi. Pemangku
kepentingan non-pemerintah terkait harus
mengetahui apa yang diharapkan Pemerintah
dari mereka dan apa yang dapat mereka
harapkan dari Pemerintah.
Rekomendasi langkah:
1) Mengupayakan komitmen formal
Pemerintah untuk terlibat dalam proses RAN
Sebagai langkah pertama dalam proses RAN,
harus diperoleh komitmen formal dari Pemerintah
untuk terlibat dalam proses RAN yang terbuka.
Untuk melakukan hal tersebut, perwakilan dari
pemangku kepentingan pemerintah atau nonpemerintah yang tertarik untuk memulai proses
RAN di negaranya harus menentukan
departemen dan entitas terkait dalam Pemerintah
untuk dimasukkan dalam proses tersebut. Entitas
terkait dapat termasuk pihak-pihak yang aktif
dalam permasalahan HAM, tanggung jawab
sosial perusahaan, tenaga kerja, pengembangan,
atau sosial.
Setelah ditentukan, pengetahuan dan
pemahaman tentang permasalahan bisnis dan
hak asasi manusia pada perwakilan departemen
dan lembaga pemerintah terkait harus
ditingkatkan. Ini dapat mencakup upaya oleh
organisasi masyarakat sipil atau NHRI untuk
mengidentifikasi dan mempublikasikan bukti
tentang tantangan dan kesenjangan bisnis dan
hak asasi manusia dalam implementasi kewajiban
Negara berdasarkan hukum HAM internasional.
Terkait entitas Pemerintah yang tertarik untuk
memulai proses RAN, kegiatan yang dapat
dipertimbangkan antara lain melaksanakan
diskusi atau pelatihan internal dalam
Pemerintahan, mendukung penelitian yang
relevan, atau mengadakan konferensi publik
tentang permasalahan bisnis dan hak asasi
manusia, termasuk tentang perumusan RAN.
UNWG akan mengapresiasi bila mendapat
informasi tentang keputusan untuk memulai
5
proses RAN.
2) Membuat format kerja sama lintas
departemen dan menunjuk pemimpinnya
Setelah berkomitmen secara formal untuk terlibat
dalam proses RAN, Pemerintah (atau
kementerian tertentu, bergantung pada
situasinya) harus menyusun format kerja sama
dan komunikasi secara berkala dengan entitas-
Informasi dapat dikirim melalui email ke wgbusiness@ohchr.org. Dalam resolusinya 26/22, Dewan
HAM PBB mendorong Negara-negara untuk menyerahkan
informasi tentang RAN mereka beserta laporan tentang
implementasi komitmen tersebut, dan mengundang semua
pemangku kepentingan terkait untuk menyerahkan
informasi yang relevan ke Kelompok Kerja.
Rekomendasi langkah:
5) Memahami dengan baik dampak merugikan
bagi hak asasi manusia oleh perusahaan
Langkah pertama untuk penetapan prioritas
berbasis bukti adalah identifikasi dampak
merugikan bagi hak asasi manusia terkait
perusahaan. Hal ini mencakup dampak yang
terjadi di teritori Negara, serta di luar negeri,
dengan keterlibatan perusahaan yang berdomisili
di negara tersebut. Termasuk juga di dalamnya
adalah potensi dampak di masa mendatang dan
dampak yang terjadi pada saat penilaian.
Latihan pemetaan tersebut dapat dikembangkan,
misalnya, melalui pelatihan sejumlah pemangku
kepentingan atau dapat berupa hasil penilaian
oleh NHRI atau ahli eksternal lainnya. Pemangku
kepentingan terkait harus selalu diundang untuk
berpartisipasi dan memberikan masukan. Untuk
dampak yang terjadi di luar teritori, hal ini berarti
bekerja sama dengan NHRI atau organisasi
masyarakat sipil setempat. Pemerintah harus
mempublikasikan hasil penilaian tersebut.
6) Mengidentifikasi kesenjangan dalam
implementasi UNGP oleh Negara dan bisnis
Dengan mempertimbangkan tantangan aktual
bisnis dan hak asasi manusia, kesenjangan
dalam implementasi UNGP oleh Negara dan
perusahaan bisnis harus diidentifikasi. Dalam
proses untuk melakukan hal tersebut, Pemerintah
harus menjabarkan berbagai undang-undang,
regulasi, dan kebijakan yang dimilikinya terkait
setiap Prinsip-prinsip Panduan yang membahas
Negara dalam pilar I dan III (Prinsip-prinsip
Panduan 1-10, 25-28, 30 dan 31), serta
mengidentifikasi kesenjangan perlindungan
terkait.
Hal yang sama harus dilakukan terkait
perusahaan bisnis yang aktif atau yang berbasis
di teritori negara tersebut beserta kinerjanya
sehubungan dengan pilar II dan III (Prinsipprinsip Panduan 11-24 dan 28-31). Hal ini
mencakup penilaian sejauh mana perusahaan
bisnis melakukan uji tuntas hak asasi manusia
dan memberikan pemulihan yang efektif melalui
mekanisme pengaduan pada level operasional.
Sebagai bagian dari penilaian ini, pemangku
kepentingan terkait harus diundang untuk
berpartisipasi dan memberikan masukan. Agar
penilaian untuk menghasilkan informasi paling
tepercaya menjadi dasar untuk perumusan RAN
lebih lanjut, UNWG mendorong Pemerintah untuk
mempertimbangkan bekerja sama dengan NHRI-
penilaian tersebut.
Rekomendasi langkah:
Tahap 4: Implementasi
Tahap 4 menjabarkan rekomendasi UNWG
tentang proses dan pengaturan institusional untuk
implementasi dan pengawasan RAN. Modalitas
proses ini harus dinyatakan secara transparan
dalam RAN.
Tujuannya adalah bahwa setelah tahap 4,
tindakan yang ditentukan untuk rentang waktu
RAN terkait akan diimplementasikan. Pemangku
kepentingan non-pemerintah harus dapat
mengawasi proses ini, dan komentar dan
rekomendasi mereka harus diperhitungkan
secara berkala.
Rekomendasi langkah:
11) Mengimplementasikan aksi yang
dinyatakan dalam RAN dan melanjutkan kerja
sama lintas departemen
RAN sama efektifnya dengan implementasi
komitmen oleh Pemerintah.
Implementasi RAN akan terfasilitasi jika, untuk
setiap aksi yang dijabarkan dalam RAN, telah
dijelaskan tujuan, tanggung jawab, dan jadwal
yang jelas (lihat Lampiran II) dan bila perlu,
tersedia sumber daya finansial yang penting.
Kerja sama antara berbagai cabang
Pemerintahan yang dipimpin oleh entitas kepala
yang berdedikasi penting bagi implementasi aksiaksi khusus dan RAN secara menyeluruh dan
koheren. Aktor Pemerintah harus memastikan
berlanjutnya kerja sama lintas departemen dan
dapat mempertimbangkan memeriksa dan,
apabila perlu, menyempurnakan format untuk
pengaturan kerja sama lintas departemen sesuai
tahap 2.
12) Membentuk kelompok pengawasan
berbagai pemangku kepentingan dan
menentukan modalitas pengawasan
Guna memastikan berlanjutnya keterlibatan
berbagai pemangku kepentingan dalam, dan
pengawasan, implementasi RAN, Pemerintah
harus mempertimbangkan untuk membentuk
kelompok pengawasan berbagai pemangku
kepentingan yang independen. Kelompok
tersebut harus terdiri dari perwakilan yang sah
dari semua kelompok pemangku kepentingan
terkait, dan didasarkan pada kelompok yang
dibuat di tahap 3.
Pengawasan yang efektif memerlukan
transparansi terkait dengan kegiatan Pemerintah.
Maka, Pemerintah harus mempertimbangkan
Tahap 5: Pembaruan
Tahap 5 menjelaskan proses evaluasi dan
pembaruan RAN yang berulang. Terdapat
dalam rekomendasi adalah panduan yang
tersedia untuk tahap 1 hingga 3 pada
perumusan RAN awal. Tanggal untuk evaluasi
dan pembaruan RAN berikutnya harus
dicantumkan dalam RAN.
Setelah tahap 5, versi RAN yang diperbarui
sudah harus dirumuskan. Versi baru ini harus
menangani kesenjangan tata kelola yang masih
ada dan paling relevan, serta
mempertimbangkan kemajuan yang dialami
selama periode implementasi RAN sebelumnya,
serta konteks nasional dan internasional yang
berubah.
Rekomendasi langkah:
13) Mengevaluasi dampak RAN
sebelumnya dan mengidentifikasi
kesenjangan tata kelola
Setiap pembaruan RAN harus didasarkan pada
evaluasi keefektifan RAN sebelumnya secara
saksama tentang dampak aktualnya dalam
hubungannya dengan pencegahan,
pengurangan, dan pemulihan dampak
merugikan bagi HAM oleh perusahaan.
Pengevaluasi harus merujuk pada indikator
performa yang ditetapkan oleh Pemerintah
dalam RAN sebagai salah satu tolok ukur untuk
evaluasi (lihat Lampiran II). Evaluasi ini harus
dilakukan oleh entitas independen seperti NHRI,
atau ahli lainnya, dan harus menyertakan
konsultasi dengan pemangku kepentingan
terkait.
10
5. Kesimpulan
Lampiran I:
Model daftar isi RAN
I. Pernyataan komitmen
Komitmen terbuka Pemerintah untuk melindungi
dan melakukan pemulihan terhadap dampak
merugikan HAM, menegaskan harapan Negara
akan perusahaan menghormati HAM, dan
merujuk pada UNGP sebagai dokumen otoritatif
yang mendasari RAN yang ditandatangani oleh
Pemimpin Negara atau Pejabat Pemerintah
terkait.
Prinsip
Panduan
1
Menegaskan
komitmen
Pemerintah
berjalan
dan
komitmen masa depan Pemerintah dalam
setiap Prinsip Panduan yang relevan
i. Naskah Prinsip Panduan
Menyampaikan naskah prinsip panduan
dalam bahasa-bahasa yang relevan
Lampiran II:
Model Struktur RAN Bagian
III.C (Kompilasi pokok-pokok
aksi dan model-model
implementasi)
Prinsip Panduan 1
Tujuan
Kegiatan
Institusi
Pemerintah
Terkait
Tenggat
Penyelesaian
Indikator
Kinerja
Institusi
Pemerintah
Terkait
Tenggat
Penyelesaian
Indikator
Kinerja
Prinsip Panduan 2
Tujuan
Kegiatan
(Struktur yang sama harus diterapkan untuk setiap Prinsip-prinsip Panduan (Guiding Principles) yang khusus
ditujukan pada Negara yaitu Prinsip Panduan 1 10, 25- 28, 30 dan 31).
Lampiran III:
Daftar terbuka isu yang dapat
disertakan dalam RAN
Gambar 1: Ulasan tantangan-tantangan yang diberikan UNGP dan Prinsip Panduan kepada Negara dan
bisnis
Prinsip operasional
Komitmen kebijakan (GP
16)
Uji tuntas HAM (GP 17
21)
Prinsip-prinsip
operasional
Mekanisme yudisial
berbasis Negara (GP 26)
Mekanisme non-yudisial
berbasis Negara (GP 27)
Mekanisme keluhan
berbasis negara (GP 28)
Mekanisme keluhan nonnegara (GP 29)
Inisiatif forum multi pihak
(GP 30)
Kriteria efektifitas (GP
31)
Catatan:
Cetak Biru: Prinsip-prinsip yang ditujukan pada Negara
Cetak Hitam: Prinsip yang ditujukan pada perusahaan
*Prinsip 30 dan 31 ditujukan pada perusahaan dan Negara
Pilar I
A. Prinsip-prinsip dasar
Prinsip Panduan 1:
Negara harus melindungi dari tindak pelanggaran
HAM di dalam wilayah geografis dan wilayah
hukum mereka yang dilakukan oleh pihak ketiga
termasuk badan usaha. Perlindungan ini
mempersyaratkan Negara untuk mengambil
langkah-langkah yang tepat dalam rangka
mencegah, menyelidiki, menghukum dan
melakukan pemulihan atas pelanggaran HAM
tersebut melalui kebijakan yang efektif,
legislasi/peraturan perundangan, peraturan dan
mediasi.
Prinsip Panduan 1 adalah prinsip dasar kunci
dalam kewajiban Negara untuk melindungi.
Prinsip ini menegaskan kembali kewajiban
Negara untuk memberikan perlindungan dari
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh badan
usaha dalam wilayah hukum Negara tersebut.
Prinsip Panduan 1 ini memberikan dasar
terhadap prinsip-prinsip berikutnya yang ditujukan
kepada Negara yang menjelaskan secara rinci,
cara-cara penerapan kewajiban hukum tersebut.
Upaya-upaya yang dapat dipertimbangkan
berkaitan dengan Prinsip Panduan 1 terkait
langsung dengan komitmen Negara atas
instrumen HAM Internasional dan Regional.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan:
Menandatangani dan meratifikasi instrumen
HAM Internasional dan Regional
Kewajiban Negara untuk melindungi merujuk
pada kewajiban yang dalam berbagai traktat yang
disepakati dan diratifikasi oleh Negara tersebut.
Berkaitan dengan hal ini, Pemerintah harus
mempertimbangkan untuk:
-
Prinsip Panduan 2:
Negara harus menegaskan kepada para pelaku
bisnis yang berdomisili di wilayah hukumnya
untuk dapat menghormati HAM dalam
menjalankan usaha mereka.
Prinsip Panduan 2 merujuk pada isu ekstra
teritorial dan menekankan pentingnya negara
untuk menetapkan dan memaparkan secara jelas
tentang harapan mereka terhadap korporasi.
Penjelasan Prinsip Panduan 2 menerangkan
bahwa meskipun sebagian traktat mulai
memperkenalkan kewajiban ekstra-teritorial bagi
Badan Usaha, namun Hukum Hak Asasi Manusia
Internasional tidak mewajibkan Negara untuk
menerbitkan peraturan tentang kegiatan ekstrateritorial badan usaha yang berdomisili di wilayah
hukum negara tersebut. Negara juga tidak
dilarang untuk menetapkan peraturan demikian.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan:
Menerapkan upaya yang memiliki dampak
ekstra-teritorial
Salah satu cara pemerintah tuan rumah untuk
mengatasi persoalan dampak ekstra-teritorial
perusahaan adalah dengan menetapkan
peraturan dalam negeri yang memiliki dampak
ekstra-teritorial atau mendorong penegakan
peraturan perundangan ekstra-teritorial.
Berkaitan dengan hal ini, Pemerintah harus
mempertimbangkan untuk:
-
B. Prinsip-prinsip Operasional
Fungsi umum peraturan Negara
dan kebijakan
Prinsip Panduan 3:
Dalam memenuhi tugasnya untuk
melindungi, Negara harus:
(a) Menegakkan hukum yang bertujuan pada
atau memiliki dampak pada mewajibkan
perusahaan untuk menghormati HAM dan
hat:
http://www.ohchr.org/documents/publications/hr.pub.12.2
_ en.pdf.
8 Li
hat: CRC/C/GC/16
9 Li
Poros Bisnis-Negara
Prinsip Panduan 4:
Negara harus mengambil langkah-langkah
tambahan dalam perlindungan melawan
pelanggaran HAM oleh perusahaan yang
dimiliki negara atau dikontrol oleh negara atau
perusahaan yang mendapatkan dukungan dan
layanan dari Negara seperti kredit ekspor dan
investasi resmi, dengan mempersyaratkan
perusahaan tersebut untuk melakukan uji
tuntas HAM.
Prinsip panduan 4 merujuk pada situasi di
mana negara memiliki badan usaha atau badan
usaha tersebut mendapatkan dukungan yang
besar dari negara. Dalam situasi demikian
negara dapat memiliki pengaruh langsung
terhadap perilaku perusahaan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan:
Memastikan penerapan UNGP oleh BUMN
BUMN memiliki kewajiban yang sama untuk
menghormati HAM seperti tercantum pada
pilar II. Terlebih lagi keterikatan BUMN pada
Prinsip Panduan 5:
Negara seharusnya melakukan pengawasan
yang memadai dalam rangka untuk memenuhi
hak asasi manusia internasional mereka
sehingga kewajiban mereka dalam melakukan
perjanjian, atau mengatur perusahaan bisnis
untuk memberikan layanan yang dapat
berdampak pada pemenuhan hak asasi manusia.
Prinsip Panduan 6:
Negara harus menjunjung tinggi terhadap hak
asasi manusia oleh perusahaan bisnis dengan
mereka melakukan transaksi komersial.
Prinsip Panduan 6 meminta Negara secara
individual dan kolektif memanfaatkan
kesempatan untuk menjunjung tinggi hak asasi
manusia oleh perusahaan bisnis dengan cara
melakukan transaksi yang bersifat komersial.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan:
Memperkenalkan persyaratan HAM di
pengadaan publik
Petunjuk utama pemerintah yang melakukan
transaksi komersial dengan usaha bisnis adalah
dengan pengadaan publik. Berkaitan dengan hal
ini, Pemerintah harus mempertimbangkan
untuk:
-
Mendukung
penghormatan
bisnis terhadap HAM di daerah
terdampak konflik
Prinsip Panduan 7:
Karena risiko pelanggaran hak asasi manusia
meningkat di daerah-daerah yang terkena
dampak konflik, Negara seharusnya membantu
menjamin bahwa perusahaan bisnis beroperasi
di konteks tersebut tidak terlibat dengan
pelanggaran tersebut, termasuk dengan:
(a) Terlibat pada kemungkinan tahap awal
dengan perusahaan bisnis untuk
membantu mereka mengidentifikasi,
mencegah dan mengurangi risiko terkait
dengan hak asasi manusia dari
kegiatan dan hubungan bisnis mereka;
(b) Memberikan bantuan yang memadai
untuk perusahaan bisnis untuk menilai
dan menunjukkan risiko tinggi
pelanggaran,memperhatikan secara
khusus berdasarkan jenis kelamin
kekerasan seksual;
(c) Menolak akses dukungan publik dan
jasa untuk perusahaan bisnis yang
terlibat dengan pelanggaran hak asasi
manusia dan menolak untuk bekerja
sama dalam mengatasi situasi;
(d) Memastikan bahwa kebijakan mereka
saat ini, undang-undang, langkahlangkah peraturan dan penegakan yang
efektif dalam mengatasi risiko
keterlibatan bisnis dalam pelanggaran
hak asasi manusia.
Prinsip Panduan 7 secara khusus mengakui
tantangan khusus untuk menghormati hak asasi
11 Li
hat:
http://www.ohchr.org/Documents/Issues/TransCorporatio
n s/A.HRC.17.32.pdf
Prinsip Panduan 9:
Negara harus mempertahankan ruang kebijakan
dalam negeri yang memadai untuk memenuhi
kewajiban hak asasi manusia merekaketika
mengejar tujuan kebijakan yang terkait dengan
bisnis dengan negara lain atau perusahaan
bisnis, untuk misalnya melalui perjanjian
investasi atau kontrak.
12
A/HRC/17/31/Add.3, 2011
Pilar III
A. Prinsip dasar
Prinsip Panduan 25:
Sebagai bagian dari kewajiban mereka untuk
melindungi dari pelanggaran HAM terkait bisnis,
Negara harus melakukan tindakan yang tepat
untuk menjamin, melalui perangkat yudisial,
administratif, legislatif, atau lainnya yang tepat,
sehingga saat pelanggaran tersebut terjadi dalam
teritori dan/atau yurisdiksinya, pihak yang
terdampak memliki akses ke pemulihan yang
efektif.
Prinsip Panduan 25 menegaskan kewajiban
hukum Negara untuk menjamin akses ke
pemulihan yang efektif sebagai bagian dari
kewjiban mereka untuk melindungi. Bentuk
tindakan pemulihan tersebut dapat beragam,
seperti permintaan maaf, restitusi, rehabilitasi,
kompensasi finansial dan non-finansial, sanksi
hukuman, serta pencegahan pelanggaran
melalui, misalnya perintah pengadilan atau
jaminan tidak terulangnya pelanggaran.
Potensi tindakan:
Menjamin keefektifan kombinasi berbagai
instrumen untuk mengakses pemulihan
Akses menuju pemulihan dapat disediakan
dengan berbasis negara dan non-negara, serta
mekanisme yudisial dan non-yudisial (lihat Prinsip
Panduan 26-31) Negara harus menjamin bahwa
kombinasi tindakan yang tersedia tersebut
memungkinkan pemulihan yang efektif. Dalam hal
ini, Pemerintah harus mempertimbangkan untuk:
-
13
Lihat:
http://www.ohchr.org/Documents/Issues/Defenders/Decl
ar ation/declaration.pdf
B. Prinsip-prinsip
Operasional Mekanisme
yudisial berbasis Negara Prinsip
Panduan 26:
Negara harus melakukan tindakan yang tepat
untuk menjamin keefektifan mekanisme yudisial
dalam negeri saat menangani pelanggaran HAM
terkait bisnis, termasuk menimbang cara untuk
mengurangi hambatan hukum, praktik, dan
hambatan relevan lainnya yang dapat menolak
akses ke pemulihan.
Prinsip Panduan 26 menekankan bahwa langkah
yudisial yang integral dan tidak memihak
berdasarkan proses yang adil adalah kunci untuk
menjamin akses ke pemulihan. Negara harus
memastikan bahwa mereka tidak menghambat
kasus yang sah untuk diproses di pengadilan di
negara asal dan/atau tuan rumah. Negara juga
diminta untuk mengurangi hambatan hukum dan
praktis serta praktis dan prosedural untuk
mengakses pemulihan yudisial.
Potensi tindakan:
Memperkuat sistem yudisial independen
Sistem yudisial independen penting untuk akses
yang efektif menuju pemulihan. Dalam hal ini,
Pemerintah harus mempertimbangkan untuk:
-
pelanggaran HAM terkait bisnis, seperti anakanak, perempuan, penduduk pribumi, etnis
minoritas, dan penyandang disabilitas.
Potensi tindakan:
Memperkuat
keefektifan
mekanisme
pengaduan non-yudisial berbasis Negara
Sejumlah negara telah memiliki mekanisme
pengaduan non-yudisial dengan beragam
tingkat keefektifan. Dalam hal ini, Pemerintah
harus mempertimbangkan untuk:
-
Mekanisme pengaduan
berbasis non-negara
Prinsip Panduan 28:
Negara harus mempertimbangkan cara untuk
memfasilitasi akses ke mekanisme pengaduan
berbasis non-Negara yang efektif terkait
pelanggaran HAM terkait bisnis
Prinsip Panduan 28 memberikan peran bagi
Negara untuk mendukung mekanisme pengaduan
berbasis non-Negara yang efektif. Termasuk di
dalamnya adalah mekanisme yang dikelola hanya
oleh perusahaan bisnis atau dengan pemangku
kepentingan, asosiasi industri atau kelompok
sejumlah pemangku kepentingan, serta
mekanisme yang dikelola oleh lembaga HAM
regional dan internasional.
Potensi tindakan:
Mendukung perumusan mekanisme
pengaduan berbasis bisnis
Negara dapat membantu meningkatkan akses ke
pemulihan untuk pelanggaran HAM terkait bisnis
dengan mendukung perusahaan bisnis dalam
memenuhi tanggung jawabnya untuk
Prinsip Panduan 30
Prakarsa oleh industri, berbagai pemangku
kepentingan, dan prakarsa lainnya yang
didasarkan pada penghormatan terhadap
standar HAM harus memastikan ketersediaan
mekanisme pengaduan yang efektif.
Prinsip Panduan 30 membahas peran Negara
sebagai peserta dalam prakarsa berbagai
pemangku kepentingan.
Negara harus memperkuat ketersediaan
mekanisme yang efektif yang dapat digunakan
pihak-pihak yang terdampak, atau
perwakilannya yang sah, untuk mengajukan
permasalahan mereka jika mereka meyakini
bahwa komitmen yang sedang dibahas belum
dipenuhi.
Potensi tindakan:
Mendukung perumusan mekanisme
pengaduan melalui prakarsa berbagai
pemangku kepentingan
Prakarsa berbagai pemangku kepentingan
dapat menjadi alat yang efektif untuk
publik yang
dipertaruhkan;
(f) Sesuai dengan hak: menjamin bahwa
pemulihan dan hasilnya sesuai dengan
HAM yang diakui secara internasional;
(g) Sebagai sumber pembelajaran yang
berkelanjutan: melakukan tindakan yang
relevan untuk mengidentifikasi hikmah guna
menyempurnakan mekanisme dan
mencegah pengaduan dan pelanggaran di
masa mendatang;
Mekanisme pada level operasional juga harus:
(h) Didasarkan pada keterlibatan dan dialog:
berkonsultasi dengan kelompok pemangku
kepentingan yang menjadi tujuan
penggunaan mekanisme ini tentang
rancangan dan kinerjanya, dan berfokus
pada dialog sebagai cara untuk menangani
dan menyelesaikan pengaduan.
Prinsip Panduan 31 menjabarkan serangkaian
kriteria keefektifan mekanisme pengaduan nonyudisial. Orang-orang yang menjadi sasaran
mekanisme tersebut harus mengetahui,
mempercayai, dan dapat menggunakannya.
Potensi tindakan:
Memastikan bahwa semua tindakan
pengaduan non-yudisial memenuhi kriteria ini
Negara dapat meningkatkan keefektifan
mekanisme pengaduan non-yudisial dengan
memastikan bahwa mekanisme tersebut
mencerminkan kriteria yang diuraikan dalam
Prinsip Panduan 31. Dalam hal ini, Pemerintah
harus mempertimbangkan untuk:
-