PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tembakau dan Industri Hasil Tembakau (IHT) di indonesia memiliki peranan strategis dalam
perekonomian nasional dan regional karena perannya sebagai sumber pendapatan negara, dan
pendapatan petani serta penyedia lapangan kerja di pedesaan dan perkotaan. Pada tahun 2009
penerimaan cukai sebesar Rp. 55,4 triliyun, tahun 2010 sebesar Rp. 63,3 triluin, tahun 2011 sebesar
Rp. 66,01 triliyun, tahun 2012 sebesar Rp. 95 trilyun, tahun 2013 sebesar Rp. 104 trilyun dan tahun
2014 sebesar Rp. 116,28 trilyun.
Penerimaan devisa negara melalui ekspor rokok dan tembakau lima tahun terakhir juga
mengalami peningkatan sebesar 17% sekitar U$ 508,80 juta. Demikian pula dengan pertumbuhan
Industri Hasil Tembakau (IHT) pada tahun 2009 sebesar 286 miliar batang dan tahun 2014 sebesar
346,3 miliar batang, mka dengan bertambahnya jumlah produksi maka cukai dan pajak yang diterima
oleh negara semakin besar. Tahun 2013 pendapatan negara melalui cukai dan pajak IHT sebesar 130
trilyun dan tahun 2014 besar cukai yang diterima sebesar 111,4 trilyun, ini membuktikan bahwa IHT
memiliki kontribusi besar serta mampu menyerap tenaga kerja sekitar pada off farm 6,1 juta jiwa yaitu
pada on farm sekitar 21 juta jiwa, sedang pada bidang lainnya sebanyak 1,4 juta jiwa. Perkembangan
areal dan produksi tembakau berkorelasi dengan perkembangan produksi rokok. Areal dan produksi
tembakau secara nasional pada tahun 2010 seluas 211.890 Ha, produksi 135.925 ton; tahun 2011
seluas 230.756 ton, produksi 218.556 ton; tahun 2012 seluas 270.015 Ha, 265.772 ton; tahun 2013
seluas 270.972 Ha, 174.030 ton dan tahun 2014 seluas 206.303 ha dengan produksi 222.288 ton.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku tembakau Pemerintah cq. Kementerian
Keuangan sejak tahun 2008 telah mengalokasikan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau (DBHCHT)
yang dialokasikan ke Provinsi penghasil tembakau serta penghasil cukai hasil tembakau. Disamping
itu pada tahun 2015 dialokasikan dana pengembangan tembakau pada APBN-P 2015. Penggunaan
dana bagi hasil tersebut diharapkan tepat sasaran meningkatkan kinerja pertembakauan nasional,
sehingga lebih efektif dan efisien maka perlu adanya acuan pelaksanaan berupa Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Tembakau Rajangan Tahun 2015, yang nantinya dapat menjadi acuan
dalam pelaksanaan oleh Provinsi Sumatera Barat maupun Kabupaten Lima Puluh Kota.
B. Sasaran Nasional
Sasaran nasional dari kegiatan pengembangan tembakau adalah meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman tembakau agar memenuhi standar dan kualitas yang dibutuhkan pabrikan.
C. Tujuan
Tujuan kegiatan Pengembangan Tanaman Tembakau Rajangan Tahun 2015 adalah:
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman Tembakau.
2. Memperluas kesempatan kerja dan peluang usaha di wilayah pengembangan sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani.
pH serta sifat kimia tanah sangat diperlukan karena hal tersebut mempengaruhi
pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman Tembakau.
b. Petani Sasaran
1) Petani sasaran adalah petani pemilik lahan yang dibuktikan dengan surat keterangan
tanah (sertifikat/letter C/girik, dll), umur minimal 17 tahun atau sudah berkeluarga,
berdomisili di lokasi pengembangan.
2) Petani peserta tergabung dalam kelompok tani dan mau mengikuti aturan yang
ditetapkan Pedtek/Juklak/Juknis, serta bersedia mengikuti petunjuk/bimbingan dan
ketentuan teknis dari petugas teknis lapangan/pendamping.
3) Petani peserta Pengembangan Tembakau dipilih dari petani yang berkemampuan dan
mau meningkatkan produktivitas Tembakau melalui usaha budidaya yang baik dan
benar di atas sebidang lahan yang diusahakan sendiri dan melaksanakannya secara
berkelompok serta mau memelihara tanamannya dengan bersedia melaksanakan
budidaya tembakau melalui penerapan teknis budidaya yang baik dan benar.
4) Penetapan petani/kelompok tani terpilih oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi
Sumatera Barat berdasarkan atas rekomendasi dari tim teknis kabupaten/kota.
c. Benih Tembakau
Mutu benih sangat ditentukan oleh berbagai faktor sejak dari sumber benih, pertanaman
dan panen. Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
produksi dan mutu yang tinggi. Syarat-syarat benih unggul antara lain :
-
Mempunyai kemurnian tinggi, yaitu tidak tercampuri bahan bahan asing, benih
rusak, biji gulma dan biji biji tanaman lain;
2. Prancak N-2 : produksi 0,789 + 0,238 ton/ha, indeks mutu 68,52 + 9,33, kadar
nikotin 2,00 + 0,62 %, indeks tanaman 56,07 + 19,00, ketahanan terhadap penyakit
lanas yaitu tahan. Pelepasan varietas ini sebagai varietas unggul pada tanggal 12 Mei
2004.
3. Prancak 95 : produksi 0,630 + 1,490 ton/ha, indeks mutu 54,07 + 97,03, kadar
nikotin 0,59 + 2,41 %, ketahanan terhadap penyakit lanas dan virus mosaik
tembakau (TMV) yaitu tidak tahan. Pelepasan varietas ini sebagai varietas unggul
pada tanggal 21 Juli 1997.
4. Cangkring 95 : produksi 0,505 + 0,930 ton/ha, indeks mutu 52,59 + 95,55, kadar
nikotin 1,73 + 3,32 %, ketahanan terhadap penyakit lanas dan virus mosaik
tembakau (TMV) yaitu tidak tahan. Pelepasan varietas ini sebagai varietas unggul
pada tanggal 21 Juli 1997.
5. Kemloko 1 : produksi 787,82 1.011,46 kg/ha, indeks mutu 37,34 47,18, kadar
nikotin 3,37 8,65 %, ketahanan terhadap penyakit yaitu rentan terhadap penyakit
layu bakteri. Pelepasan varietas ini sebagai varietas unggul pada tanggal 8 Februari
2001.
6. Kemloko 2 : produksi 0,704 + 0,28 ton/ha, indeks mutu 40,28 + 5,42, kadar nikotin
5,52 3,46 %, indeks tanaman 28,38 + 12,81 ketahanan terhadap penyakit yaitu
tahan terhadap bakteri P. Solanacearum dan nematoda Meloidogyne spp. Pelepasan
varietas ini sebagai varietas unggul pada tanggal 1 Agustus 2005.
7. Kemloko 3 : produksi 0,695 + 0,16 ton/ha, indeks mutu 36,01 + 7,01, kadar nikotin
6,02 + 3,72 %, indek tanaman 25,50 + 9,49, ketahanan terhadap penyakit yaitu
sangat tahan terhadap bakteri P. Solanacearum dan tahan terhadap nematoda
Meloidogyne spp. Pelepasan varietas ini sebagai varietas unggul pada tanggal 1
Agustus 2005.
8. Sindoro 1 : produksi 747,42 970,88 kg/ha, indeks mutu 43,52 52,26, kadar
nikotin 3,39 8,21 %, ketahanan terhadap penyakit yaitu moderat tahan terhadap
penyakit layu bakteri dan sangat rentan terhadap penyakit lanas. Pelepasan
9. varietas ini sebagai varietas unggul pada tanggal 8 Februari 2001.
10. Bligon 1 : produksi 1,2 1,4 ton/ha, indeks mutu 84,35, kadar nikotin 2 3 %.
Pelepasan varietas ini sebagai varietas unggul pada tanggal 20 Februari 2007.
11. Kasturi 1 : produksi 1,75 + 0,011 ton/ha, indeks mutu 81,75 + 0,98, kadar nikotin
3,21 + 0,08 %, indek tanaman 140,35 + 6,13. Pelepasan varietas ini sebagai varietas
unggul pada tanggal 20 Februari 2007.
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Tembakau Tahun 2015
12. Grompol Jatim 1 : produksi 2,9 3,2 ton/ha, indeks mutu 78 84, kadar nikotin 3
4 %, ketahanan terhadap virus yaitu tahan TMV dan CMV. Pelepasan varietas ini
sebagai varietas unggul pada tanggal 20 Februari 2007.
13. Kasturi 2 : produksi 1,77 + 0,011 ton/ha, indeks mutu 82,40 + 1,03, kadar nikotin
3,54 + 0,04 %, indek tanaman 144,23 + 5,02. Pelepasan varietas ini sebagai varietas
unggul pada tanggal 20 Februari 2007
1. Tahap sosialisasi dan asistensi oleh Pusat, Tim Teknis Provinsi, dan Tim Teknis Kabupaten.
2. Tahap persiapan operasional dan ketepatan seleksi calon kelompok sasaran penerima paket
dan calon lokasi (CP/CL) oleh Tim Teknis Kabupaten.
3. Tahap pengadaan dan penyaluran Benih yang bersertifikat dan berlabel oleh rekanan
pemenang tender yang telah mengikuti proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.
4. Tahap pengadaan dan penyaluran pupuk kepada petani/kelompok tani oleh rekanan
pemenang tender yang telah mengikuti proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Bantuan untuk pengembangan tembakau tahun 2015 berupa bantuan dana operasional kegiatan
dan bantuan bahan dengan tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang
mengacu pada pedoman teknis pelaksanaan kegiatan dari Pusat, dan mensosialisasikan
kepada Dinas Yang Membidangi Perkebunan Kabupaten;
2. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan menyusun Petunjuk Teknis (Juknis)
kegiatan;
3. Pemanfaatan belanja barang non operasional lainnya adalah sebagai berikut: belanja barang
non operasional lainnya yang sumber dananya APBN-P T.A 2015 hanya diberikan untuk
biaya pengadaan benih, pupuk dan pestisida;
4. Mekanisme pemanfaatan belanja barang adalah sebagai berikut:
Pengadaan benih, pupuk, dan pestisida dilakukan melalui proses pengadaan barang dan
jasa berdasarkan Perpres No 70 tahun 2012 berikut perubahannya.
Untuk kegiatan penanaman tembakau, penyedia wajib menyediakan benih dan pupuk
paling lambat 1 minggu sebelum waktu tanam, dan menyalurkan benih dan pupuk
sampai ke titik bagi. Waktu tanam peridoe I (Januari sampai Maret) sedangkan waktu
tanam periode II (Agustus sampai Oktober).
5. Bersama Tim Teknis di kabupaten/kota membangun kemitraan yang produktif antara petani
dan perusahaan pengelola/mitra/ koperasi.
6. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan kinerja per kabupaten kepada Tim
Pembina Pusat melalui Direktur Jenderal Perkebunan cq. Direktur Tanaman Semusim, yang
mencakup: i) lokasi penanaman (kecamatan); ii) luas areal terdaftar/terukur; iii) jumlah
petani peserta/kelompok tani; iv) penyaluran benih dan sarana produksi; v) luas tertanam;
vi) luas panen; vii) produksi/produktivitas; viii) perkembangan jumlah tabungan pada
rekening kelompok; dan ix) laporan keuangan Satker pengelola dana TP yang dibuat sesuai
sistem/peraturan yang berlaku.
C. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten/Kota dikoordasikan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di
kabupaten/ kota, bertugas :
1. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksa-naan Penanaman Tembakau Tahun 2015 yang
ada di daerahnya dengan mengacu Juklak yang dibuat oleh Dinas Perkebunan Provinsi
Sumatera Barat dan Pedoman Teknis yang dibuat Direktorat Jenderal Perkebunan. Juknis
tersebut disampaikan ke Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat dan tembusan kepada
Ditjen. Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim di Jakarta.
2. Melakukan koordinasi teknis yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat
kabupaten/kota dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan teknis
lapangan.
3. Melakukan sosialisasi kepada petani/kelompok tani sasaran.
4. Melakukan pendaftaran, seleksi dan verifikasi CP/CL, diharapkan CP/CL.
5. Bersama Tim Pelaksana Provinsi membangun kemitraan yang produktif antara petani dan
perusahaan pengelola/mitra/koperasi.
6. Melakukan bimbingan teknis, monitoring/ pengawalan/pemantauan, dan pengendalian ke
lokasi kegiatan.
7. Membantu kelompok tani peserta penanamn tembakau dalam menyusun RUK/RDKK.
8. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan kinerja per Kecamatan kepada Tim
Pelaksana Provinsi tembusan kepada Dirjen Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim,
yang mencakup: i) lokasi (desa); ii) jumlah petani peserta/kelompoktani; iii) luas areal
terdaftar/terukur; iv) penyaluran benih dan sarana produksi (pupuk dan obat-obatan); v) luas
tertanam; vi) luas panen; vii) produksi/produktivitas; viii) perkembangan jumlah modal
usaha petani pada rekening kelompok, dll; dan ix) permasalahan serta rencana tindak lanjut.
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Tembakau Tahun 2015
Pemberdayaan petani adalah rangkaian proses memfasilitasi petani melalui kegiatan sosialisasi,
pelatihan, pendampingan, dan asistensi. Kegiatan ini dilaksanakan secara sistematis, terarah dan
berkesinambungan dalam upaya mengakumulasi potensi yang dimiliki. Diharapkan potensi tersebut
menjadi suatu kekuatan dalam melakukan kerjasama menuju peningkatan kesejahteraan.
A. Tujuan
Tujuan pemberdayaan petani adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui
peningkatan kemampuan petani dalam hal teknis dan administratif. Selain itu juga membina
kebersamaan petani dan pengembangan kelembagaannya agar terbangun usahatani yang mandiri dan
berkelanjutan.
B. Sasaran
Terbentuknya kelompok tani mandiri yang selanjutnya dapat tergabung dalam gabungan
kelompok tani (Gapoktan) dan dapat membentuk koperasi yang berbadan hukum.
C. Pelaksanaan
1. Metode Pelaksanaan
Pemberdayaan petani tembakau dilaksanakan secara swakelola melalui anggaran APBN Tugas
Pembantuan (TP) Provinsi. Pemberdayaan petani difasilitasi oleh Dinas Perkebunan tingkat
Provinsi bekerjasama dengan dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten wilayah
pengembangan tembakau.
Materi pemberdayaan petani meliputi pembekalan teknis budidaya tanaman tembakau sampai
dengan panen dan pasca panen serta fasilitasi penumbuhan dan penguatan kelompok tani
melalui aspek manajerial.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan pemberdayaan petani mencakup:
a. Sosialisasi program kegiatan.
b. Inventarisasi kelompok tani peserta penanaman tembakau.
c. Penetapan calon peserta pelatihan (pengurus kelompok atau anggota yang ditunjuk
untuk mewakili).
d. Penyelenggaraan pelatihan petani tembakau.
e. Penyusunan laporan.
Waktu pelaksanaan pelatihan petani adalah sebelum petani melakukan penanaman tembakau
dan atau menjelang panen tembakau. Untuk wilayah pengembangan dengan musim tanam
awal tahun pelatihan dilaksanakan sebelum bulan Maret 2015, sedangkan untuk wilayah
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Tembakau Tahun 2015
pengembangan dengan musim tanam akhir tahun pelatihan dilaksanakan sebelum bulan
Agustus 2015.
Agar penggunaan anggaran APBN menjadi tertib sesuai dengan output kegiatan dan dapat
dipertanggung jawabkan secara administrasi, keuangan maupun fisik, maka perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan
tahapan kegiatan, yaitu (1) sebelum mulai kegiatan (ex-ante) untuk mengetahui persiapan pelaksanaan
di lapangan dan mengantisipasi potensi masalah yang mungkin timbul, (2) saat dilakukan kegiatan (on
going) untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dan memberikan solusi terhadap
permasalahan yang terjadi, dan (3) setelah dilakukan kegiatan (ex-post) untuk mengevaluasi kegiatan
berdasarkan pencapaian target yang ditetapkan.
Laporan dibuat secara berjenjang, mulai dari tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi sampai
dengan tingkat pusat di Jakarta.
VIII. PEMBIAYAAN
Kegiatan pelaksanaan Penanaman Tanaman Tembakau Tahun 2015 dibiayai dari dana APBN-P
melalui DIPA Satker Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat.
IX. PENUTUP
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun 2015 ini dibuat sebagai acuan
umum bagi setiap pihak terutama petugas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan penanaman
tembakau. Hal-hal yang belum terakomodir dalam Petunjuk Pelaksanaan ini, sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat diakomodir dalam
Juknis. Dalam penyusunan Juklak/Juknis tersebut harus memperhatikan DIPA dan Petunjuk
Operasional Kegiatannya (POK).
LAMPIRAN
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Tembakau Tahun 2015
Kabupaten
Kabupaten Lima Puluh Kota
Volume (ha)
20
No.
1.
Kabupaten
Kabupaten Lima Puluh Kota
Volume
1 Paket
No.
Kabupaten
Volume
1.
1 Paket
Kelompok
Desa/Kelurahan
Kecamatan
: .
: .
: .
Kabupaten
Provinsi
: .
: ............................
REKAPITULASI RENCANA USAHA KELOMPOK/
RENCANA USAHA BERSAMA
Kepada Yth :
Kuasa Pengguna Anggara ..........................
Provinsi/Kab/Kota
Sesuai
dengan
Surat
Keputusan*)
nomor...........tanggal..........tentang
penetapan
kelompok tani sasaran kegiatan........... sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK)/Rencana Usaha
Bersama (RUB) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai
No.
1
1.
Dst.
Kegiatan
2
Jumlah
Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama
Nomor.....tanggal....,
Menyetujui,
Ketua Kelompok,
Ketua Tim Teknis,
....................................
................................
Mengetahui/Menyetujui,
Pejabat Pembuat Komitmen
Provinsi/Kabupaten/Kota.........
.........................................
NIP...................................
Catatan : *) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk.