Anda di halaman 1dari 19

BIOREMEDIASI SENYAWA HIDROKARBON OLEH BAKTERI

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten

:
:
:
:

Ria Cahya Lani


B1J012069
1
II
: Kuntum Khairu

Ummah

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan
kebutuhan

energi

hidup

hidrokarbon

manusia

dikarenakan minyak

bumi

terus

(fosil)

untuk

meningkat,

merupakan

sumber

memenuhi

hal

tersebut

energi

utama

manusia. Berbagai kegiatan eksplorasi, eksploitasi, transportasi,


penyimpanan, pengolahan, dan distribusi minyak bumi yang
berlebihan

justru

bukan

lagi

bermanfaat,

namun

justru

menimbulkan masalah lingkungan yang serius karena terjadinya


pencemaran. Pencemaran tersebut bisa berasal dari kebocoran
pipa

saluran,

kecelakaan

pengangkutan,

kebocoran

kapal

pengangkut bahan bakar, dan tempat penyimpanan yang bocor.


Pencemaran tanah oleh minyak bumi dan senyawa hidrokarbon
lainnya dapat merusak ekosistem lokal (Hafsah, 2013).
Minyak bumi mengandung 50-98% komponen hidrokarbon dan
non hidrokarbon. Terdapat empat macam hidrokarbon minimal yang
terkandung di dalam minyak bumi, yaitu n-alkana yang terdiri atas
metana (CH4), aspal yang memiliki atom karbon (C) lebih dari 25
pada rantainya, isoalkana yang hanya terdapat sedikit dalam
minyak bumi, neptena (sikloalkana) yang merupakan komponen
kedua terbanyak setelah n-alkana, dan seri aromatik. Komposisi
senyawa hidrokarbon pada minyak bumi berbeda tergantung pada
sumber penghasil minyak bumi. Salah satu contoh fraksi minyak
bumi yang diperoleh dengan cara destilasi, berwarna kuning
kecoklatan jernih, berupa cairan pada suhu rendah, dan biasa
disebut dengan gas oil adalah solar. Minyak solar mengandung 38%
n-alkana, 38% alkana rantai cabang dan sikloalkana, 3% isoprenoid,
20% senyawa aromatik, dan 1% senyawa polar. Jumlah atom
permolekulnya 15-18 dan rentang titik didihnya adalah 300-400 oC
(Pertamina, 1998).
Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik atau
non organik polutan, secara biologi dalam kondisi terkendali
dengan tujuan mengontrol atau mereduksi bahan pencemar dari
lingkungan. Bioremediasi adalah suatu teknik yang mengandalkan

reaksi mikrobiologis di alam dengan cara mengondisikan mikroba


sehingga

mampu

mendegradasi

senyawa

hidrokarbon.

Bioremediasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara in situ


dan

ex

situ.

Teknik

dilakukansecara

bioremediasi

langsung

pada

secara
lokasi

in

situ

yang

dapat

mengalami

pencemaran, sehingga cenderung lebih mudah dan murah. Teknik


bioremidiasi secara ex situ dilakukan dengan cara lahan yang
tercemar

dipindahkan

ke

dalam

penampungan

yang

lebih

terkontrol, lalu diberi perlakuan khusus dengan menggunakan


mikroba (Hafsah, 2013).
Penggunaan
melibatkan

mikroba

pengetahuan

dalam
yang

bioremediasi

mendasar

minyak

tentang

bumi

perubahan

minyak bumi yang dilakukan oleh miroba. Mikroba yang telah


diketahui memiliki kemampuan yang tinggi dalam mendegradasi
minyak

bumi

merupakan

adalah

bakteri.

pendegradasi

Beberapa

hidrokarbon

jenis

yang

bakteri
efektif

yang
adalah

Pseudomonas aeruginosa, P. Putida, Bacillus subtilis, B. Cereus, dan


B.

letrospor.

Genus

Pseudomonas

merupakan

mikroba

yang

memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi minyak bumi,


terutama fraksi alifatik, aromatik, dan resin (Ghazali, 2004).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengisolasi bakteri
pendegradasi senyawa hidrokarbon dan mengaplikasikannya untuk
bioremediasi skala laboratorium.

II. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah labu
erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, pipet ukur, jarum ose,
pembakar spritus, spektrofotometer, inkubator, dalt n shaker
orbital.
Bahan yang digunakan adalah isolat, akuades steril, media
Standard Basal Salt padat, media Standard Basal Salt cair, solar,
media Nutrient Agar, Na2CO3 , indikator PP, reagen katalase, crystal
violet, lugols iodine, etanol, safranin, dan tissue.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai
berikut :
1. Pengkayaan Kultur Bakteri
a. Isolat diinokulasi ke 100 ml media SBS cair. Ditambah 1%
solar.
b. Sediaan diinkubasi selama 7x24 jam pada suhu 37 oC di
shacker inkubator 120 rpm.
2. Pengukuran Kadar Hidrokarbon
1. Spektrofotometri
a. Inokulum hasil pengkayaan diambil 2%, 5%, dan 10%
(1; 2,5; dan 5 ml), dimasukkan ke dalam 50 ml SBS cair
ditambah 1% solar, diinkubasi 14x24 jam di shacjer
inkubator 120 rpm.

b. Kadar solar diukur setiap inkubasi hari ke-0, 7, 14, dan


21.
c. Inokulum yang telah dishacker dipindahkan 4,5 ml ke
eppendorf, disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit.
d. Supernatan diambil, kemudian di spektrofotometri pada
panjang gelombang 460 nm.
e. Hasil dicatat.
2. CO2 Bebas
a. Inokulum hasil pengkayaan diambil 2%, 5%, dan 10%
(1; 2,5; 5 ml), dimasukkan ke dalam 100 ml SBS cair
ditambah 1% solar.
b. Sediaan diinkubasi 14x24 jam dishacker inkubator 120
rpm.
3. Kadar CO2 Bebas
a. Inokulum ditambah 3-5 tetes indikator PP.
b. Dititrasi dengan Na2CO3 0,01 N sampai larutan berubah
warna menjadi merah muda.
c. Jumalh titran yang digunakan dicatat dan dimasukkan
dalam rumus :
Kadar CO2 bebas = 1000/100 x p x q x 22
P = jumlah Na2CO3 0,01 N yang digunakan dalam titrasi
Q = normalitas larutan (0,01 N)
22 = bobot setara dengan CO2
4. Total Hidrokarbon Petroleum
a. Inokulum pada 50 ml SBS cair ditambah 1% solar
diinokulasi ke media padat ditambah solar 1% dengan
cara streak kontinyu.
b. Diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37oC.
3. Pembuatan Stok
a. Kultur bakteri pada media SBS padat diinokulasi ke media
NA padat.
b. Diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37oC.

4. Karakterisasi Isolat
1. Uji Pewarnaan Gram
a. Isolat bakteri pada pembuatan stok diulas ke object
glass, ditambahkan sedikit akuades, kemudian difiksasi
2-3 kali.
b. Sediaan ditetesi crystal violet, didiamkan 60 detik,
dicuci kering anginkan.
c. Sediaan ditetesi lugols iodine, didiamkan 60 detik,
dicuci kering anginkan.
d. Sediaan ditetesi etanol sampai jernih, dicuci kering
anginkan.
e. Sediaan ditetesi safranin, didiamkan 45 detik, dicuci
kering anginkan.
f. Sediaan diamati sel yang terwarnai, dan bentuk sel.
2. Uji Katalase
a. Isolat bakteri pada pembuatan stok diulas ke object
glass.
b. Ditetesi H2O2.
c. Diamati dibawah mikroskop.
3. Uji Oksidase
a. Isolat bakteri pada pembuatan stok diulas ke object
glass,
b. Ditutup dengan kertas tissue.
c. Ditetesi D-phenylene diamine dihydrochloride.
d. Diamati perubahan warna.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Bakteri Tahan Asam
Rombongan 2
Kelompok
Hari ke-0

1
2
3
4
5
6
7

0,013
0,047
0,107
0,067
0,048
0,078
0,057

Absorbansi Solar
Hari ke-7
Hari ke14
0,193
0,150
0,089
0,121
0,099
0,130
0,118

0,080
0,151
0,076
0,206
0,103
0,227
0,062

Hari ke21
0,147
-0,069
0,721
0,048
-0,062
0,029
0,089

Kadar
CO2
bebas
(mg/L)
99
110
111,1
110
99
138,6
94,6

Tabel 3.2. Hasil Uji Biokimiawi Rombongan 2


Kelompok

Gram
+

1
2
3
4
5
6
7

(coccus
)
(batang
)
(batang
)
(batang
)
(batang
)
(coccus
)
(batang
)

Oksidase

Katalase

SBSA

Perhitungan Kadar CO2 bebas :


=

1000 x p x qx 22
100

1000 x 4,5 x 0,1 x 22


100

99 mg/L

Gambar 3.1. Uji Katalase


Gambar 3.2. Uji Oksidae (+)

(+)

Gambar 3.3. Media NA Streak Kontinyu


3.4. Media SBSA Streak Kontinyu

Gambar 3.5. Media SBSA Streak Kuadran


Kadar CO2 Bebas

Gambar 3.7. Pewarnaan Gram

Gambar

Gambar 3.6. Uji

B. Pembahasan
Pencemaran lingkungan yang terjadi karena minyak bumi
dapat menganggu eksosistem bahkan makhluk hidup yang berada
di

sekitar

daerah

yang

tercemar.

Hal

tersebut

dikarenakan

hidrokarbon yang terdapat didalam minyak bumi bersifat rekalsitan


terhadap biodegradasi, dan juga bersifat karsinogenik. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka dapat dilakukan remediasi
dengan beberapa metode yaitu metode fisik dengan isolasi dan
pewadahan ke suatu tempat cemaran, metode kimia dengan
solidifikasi dan ekstraksi kimia, dan metode biologi dengan biofilter
dan bioventing. Remediasi adalah proses perbaikan dari kondisi
lingkungan

terkontaminasi

Remediasi

dengan

cemaran,

metode

biologi

menjadi

kondisi

acuan.

dikenal

dengan

istilah

bioremediasi. Bioremediasi adalah proses pemulihan lingkungan


yang tercemar dengan penggunaan agen biologi, seperti mikroba.
Aktivitas mikroba dapat mengakibatkan tranformasi struktur suatu

senyawa

sehingga

terjadi

perubahan

integritas

molekul

dan

toksisitas senyawa tersebut berkurang atau bahkan tidak toksik


sama sekali (Nasikhin, 2013).
Bioremediasi hidrokarbon adalah penggunaan mikroorganisme
untuk

menghilangkan

atau

mendetoksifikasi

pencemaran

lingkungan yang disebabkan senyawa hidrokarbon. Mikroorganisme


tersebut

mampu

memecah

dan

menggunakan

senyawa

hidrokarbon untuk sumber nutrisi dan energi untuk pertumbuhan


dan reproduksi. Senyawa hidrokarbon yang kompleks tersebut akan
dirubah menjadi senyawa organik yang sederhana dan tidak toksik
seperti CO2 dan H2O. Bioremediasi hirokarbon dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu memenfaatkan mikroorganisme alami yang
berada

pada

sekitar

lingkungan

yang

tercemar

dan

menginokulasikan mikroorganisme pendegradasi polutan pada


daerah yang tercemar hidrokarbon (Priadie, 2012).
Mikroorganisme yang menggunakan senyawa hidrokarbon
sebagai sumber karbon dan energi ada yang bersifat aerob dan ada
yang anaerob. Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang
bersifat

aerob.

Mikroorganisme

mendegradasi secara

yang

bersifat

aerob

akan

beruntun senyawa hidrokarbon dengan

menggunakan enzim dan oksigen bertindak sebagai akseptor


eksternal. Tahap degradasi alkana melibatkan oksidasi alkana
menjadi alkohol dengan bantuan enzim monooksigenase yang
selanjutnya
dehidrogenasi

terjadi
dengan

pembentukan
bantuan

aldehid

enzim

alkoho

melalui

reaksi

dehidroginase.

Senyawa aldehid yang terbentuk akan dioksidasi dengan bantuan


enzi aldehid dehidroginase menjadi asam lemak atau asam
karboksilat yang bila dioksidasi lebih lanjut akan membentuk asetilKoA (Mubarok, 2011).
Menurut Munahak (2011), minyak bumi adalah senyawa
kompleks hidrokarbon yang memiliki ribuan variasi senyawa.
Minyak bumi memiliki komposisi yang tersusun atas karbon 8487%, hidrogen 11-14%, oksigen 0-2%, nitrogen 0-1%, dan belerang

0-3%. Senyawa hidrokarbon biasanya ditemukan dalam minyak


bumi berupa alkana, sikloalkana, maupun aromatis. Senyawa
hidrokarbon dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Hidrokarbon jenuh, yang termasuk dalam kelas ini adalah
alkana. Hidrokarbon jenuh ini merupakan kandungan terbesar
dalam minyak bumi. Contohnya adalah n-oktan.
b. Hidrokarbon aromatik, yang termasuk dalam kelas ini adalah
monosiklik

aromatik

(BTEX)

dan

polisiklik

aromatik

hidrokarbon (PAH : naftalen, antresen, dan fenantren).


c. Resin, yang termasuk dalam kelas ini adalah senyawa polar
berkandungan nitrogen, sulfur, oksigen (piridin dan tiopen),
sehingga disebut pula sebagai senyawa NSO.
d. Aspal, yang termasuk dalam kelas ini adalah senyawa dengan
berat molekul besar dan logam berat nikel, vanadium, dan
besi.
Bakteri Pseudomonas dapat digunakan sebagai agen biologi
yang dapat digunakan untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon.
Salah satu faktor yang sering menghambat keberhasilan degradasi
adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit mencapai sel
bakteri. Untungnya bakteri Pseudomonas dapat memproduksi
biosurfaktan. Terdapat dua macam biosurfaktan yang dihasilkan,
yaitu :
1. Surfaktan dengan berat molekul rendah yang terdiri dari
molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini bersifat aktif
permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan
permukaan medium cair.
2. Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan
biomulsifier

polisakarida

amfifatik.

Dalam

medium

cair,

bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta


kestabilannya tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan
permukaan medium.
Bakteri yang memiliki kemampuan mendegradasi senyawa
hidrokarbon untuk keperluan metabolismenya disebut dengan

bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri hidrokarbonoklastik yang telah


diketahui adalah Pseudomonas aeruginosa, P. putida, Bacillus
subtilis, B.cereus, dan B. laterospor (Carvalho, 2005). Bakteri
Bacillus memiliki kemampuan dalam mendegradasi minyak bumi,
dimana bakteri ini menggunakan minyak bumi sebagai umber
karbon untuk menghasilkan energi. Pada konsentrasi yang rendah,
bakteri ini dapat merombak hidrokarbon minyak bumi dengan
cepat.

Bakteri

menghasilkan

Pseudomonas

rhamnolipid

aeruginosa

sebagai

diketahui

biosurfaktan

yang

dapat
dapat

mendegradasi senyawa hidrokarbon (Yani, 1994). Biodegradasi


senyawa hidrokarbon n-alkana dapat dilakukan oleh bakteri seperti
Arthrobacter,

Burkholderia,

Mycobacterium,

Pseudomonas,

Sphingomonas, dan Rhodococus. Sedangkan sembilan strain yang


dapat

mendegradasi

minyak

bumi

adalah

Pseudomonas

aeruginosa, P. flourecens, Bacillus subtilis, Bacillus sp. , Alcaligens


sp. , Acinetobacter lwofi, Flavobacterium sp. , Micrococcus roseus,
dan Corynebacterium sp (Das dan Chandran, 2010).
Bakteri Pseudomonas aeruginosa memiliki bentuk batang atau
coccus dengan ukuran sekitar 0,6x2 m. Bakteri ini terlihat sebagai
bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai
yang pendek. P. aeruginosa merupakan bakteri gram negatif,
bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, dan tidak mampu
memfermentasi

namun

dapat

mengoksidasi

glukosa

atau

karbohidrat. Selain itu, bakteri P. aeruginosa tidak memiliki spora


tidak memilki selubung atau sheat, dan memiliki flagel monotrik.
Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 42oC dan mampu
membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat
membentuk

koloni.

P.

aeruginosa

mampu

menghasilkan

biosurfaktan berupa rhamnolipid yang terdiri dari senyawa kimia


dan terdiri dari dua molekul yaitu amfifilik dan hidrofilik. Molekul
amfifilik terdiri dari dua gugus, dan molekul hidrofobik terdiri dari
lapisan lemak yang memproses residu asam lemak (Nie, 2010).

Pertumbuhan

bakteri

pendegradasi

senyawa

hidrokarbon

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :


1. Suhu
Viskositas minyak bumi meningkat dan volalitas senyawa
toksik menurun apabila nerada pada suhu rendah, sehingga
dapat menghambat proses biodegradasi (Atlas dan Bartha,
1981). Hidrokarbon rantai pendek seperti alkana lebih mudah
larut dalam suhu rendah, tetapi senyawa aromatik justru
mudah larut dalam suhu tinggi. Secara umum penaiikan suhu
sampai

batas

optimum

maka

akan

mempercepat

laju

biodegradasi. Laju biodegradasi laut dicapai pada suhu 1520o C, laju biodegradasi tanah dicapai pada suhu 30-40 oC,
dan air tawar pada suhu 20-30oC (Dhas dan Chandran, 2010).
2. pH
Bakteri pada umumnya memliki pH optimum pada pH alkalin,
namun saat proses degradasi bakteri akan menghasilkan
metabolit-metabolit

asam

dari

proses

metabolismenya

(Notodarmojo, 2005).
3. Nutrisi
Peningkatan jumlah dan reaksi metabolisme mikroorganisme
dapat dilakukan dengan penambahan nutrien. Bakteri dapat
mendegradasi senyawa hidrokarbon dengan laju yang lebih
maksimum apabila dilakukan penambahan nutrisi organik
seperti nitrogen, karbon, dan fosfor (Odu, 1978).
4. Ketersediaan oksigen
Ketersediaan

oksigen

sangat

dibutuhkan

oleh

mikroorganisme aerob dalam proses biodegradasi senyawa


hidrokarbon jenuh dan aromatik. Namun mikroorganisme
anaerob

tanapa

oksigen

di

air

tanah

tetap

mampu

mendegradasi senyawa benzena, toluena, etilbenzena, dan


xylene (Johnson, 2003).
Menurut Cookson (1995) bioremediasi dapat dilakukan untuk
membersihkan

lahan

yang

tekontaminasi

bahan-bahan

kimia

berbahaya. Produk akhir bioremediasi berupa karbon dioksida, air,


dan massa sel mikroorganisme. Kelebihan dari teknik bioremediasi
adalah

dapat

mebersihkan

pencemar

hidrokarbon

secara

permanen, sementara teknik lainnya hanya memnidahkan saja;


dapat dilakukan dilokasi tanah yang tercemar; proses yang terjadi
merupakan proses alamiah; ramah lingkungan; dan relatif lebih
murah. Menurut Zhang et al., (2012), bioremidiasi menggunakan
menggunakan mikroba memiliki manfaat yang lebih baik jika
dibandingkan secara fisika atau kimia. Kelebihan yang didapat
antara lain harganya lebih murah, lebih efisien, dan tidak merusak
lingkungan. Kekurangan teknik bioremidiasi adalah hasilnya sulit
untuk diduga karena banyak faktor yang mempengaruhi; prosesnya
lambat; hanya dapat dilakukan pada pencemar yang bersifat
biodegradable;

dan

sulit

menciptakan

kondisi

ideal

untuk

pertumbuhan mikroorganisme.
Menurut Munawar (2012) terdapat dua teknik bioremediasi
yaitu :
1. Bioremediasi

in

situ,

dimana

pencemar

dan

media

tercemarnya tetap berada pada tempat aslinya saat dilakukan


proses bioremediasi.
2. Bioremediasi

ex

situ,

dimana

pencemar

dan

media

tercemarnya dipindahkan dari tempat aslinya ke tempat lain


dimana proses bioremediasi dapat dilakukan.
Sedangkan berdasarkan metode pengkayaannya, ada dua
teknik bioremediasi yaitu :
1. Bioremediasi augmentasi, dimana bioremediasi dilaksanakan
dengan menggunakan mikroba khusus yang didatangkan dari
tempat lain dan biasanya disertai dengan penambahan enzim.
2. Bioremediasi simulasi, dimana bioremediasi dilakukan dengan
mengandalkan

mikroba

asli

tanah

yang

distimulasi

metabolismenya (Munawar, 2012).


Mikroorganisme yang menggunakan senyawa hidrokarbon
sebagai sumber karbon dan energi ada yang bersifat aerob dan

anaerob. Mikroorganisme aerob lebih cepat dan efektif dalam


mendegradasi
memerlukan

senyawa
lebih

hidrokarbon

sedikit

energi

karena

bebas

reaksi

untuk

aerob

inisiasi

dan

menghasilkan lebih banyak energi. Secara aerob, hidrokarbon akan


didegradasi secara beruntum
sebagai

akseptor

eksternal.

oleh enzim, oksigen bertindak


Adapun

degradasi

alkana

akan

melibatkan pembentukan alkohol, aldehid, dan asam lemak. Asam


lemak dipecah, CO2 dilepaskan dan membentuk asam lemak baru
yang merupakan dua unti karbon yang lebih pendek dari molekul
induk, proses ini dikenal sebagai beta oksidasi (Hamme, 2003).
Degradasi senyawa hidrokarbon secara anaerob berbeda
dengan aerob. Diketahui bahwa benzena, toluena, etil benzena,
dan xylena dapat didegradasi tanpa O2. Xylena akan dirubah
menjadi metilsuksinat, n-hexane dirubah menjadi 1-metilpentil
suksinat, etil benzen akan dirubah menjadi 1-fenilmetil suksinat
atau 1-fenoletanol, naftalen akan dirubah menjadi 2-naftoat. Pada
reaksi aerob reseptor elektron dapat berupa NO 3- , NO2- , SO42- , dan
CO2 (Munawar, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa kelompok 1
dan 6 memiliki bentuk sel bakteri berupa coccus, sedangkan
kelompok 2, 3, 4, 5, dan 7 berbentuk batang. Hasil uji oksidase
didapatkan bahwa kelompok 3 dan 5 adalah negatif, sedangkan
kelompok 1, 2, 4, 6, dan 7 adalah positif. Hasil uji katalase dan
SBSA

menunjukkan bahwa semua kelompok memberikan hasil

positif. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Nie (2010) bahwa


bentuk atau morfologi bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah
batang

atau

coccus,

oksidase

positif,

dan

katalase

positif.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa semua kelompok


memiliki hasil absorbansi yang fluktuatif, hal ini tidak sesuai
dengan Cooney et al., (1985) yang menyatakan bahwa senyawa
hidrokarbon merupakan sumber C yang mampu didegradasi oleh
bakteri-bakteri hidrokarbonoklastik yangb berasal dari lingkungan
tercemar. Ktidakberhasilan proses degradasi senyawa hidrokarbon

juga dapat disebabkan oleh faktor seperti temperatur, nutrisi, dan


senyawa-senyawa yang terlarut dalam media.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Bakteri

Pseudomonas

aeruginosa

merupakan

bakteri

hidrokarbonoklastik, dimana bakteri ini mampu mendegradasi


senyawa hidrokarbon dengan cara menghasilkan biosurfaktan.
2. Pengaplikasian

dalam

skala

laboratorium,

bakteri

Pseudomonas aeruginosa mampu mendegradasi solar yang


dapat mencemari lingkungan.

B. Saran
Praktikum

sudah

berjalan

dengan

baik,

namun

waktu

pengamatan lebih diatur lagi sehingga semua bisa mengamati.

DAFTAR REFERENSI
Carvalho. 2005. Degradation of Hydrocarbons and Alkohols at
Different Suhues and Salinitiesby Rhodococcus erythropolis
DCL14. FEMS Microbiology Ecology Vol 5(1) : 389-399.
Cooney, J. J. 1985. Factors Influencing Hydrocarbon Degradation In
Three Freshwater Lakes. Microbial Ecology Vol 11 (2): 127-137.
Cookson, J. T. 1995. Bioremediation Engineering : Design and
Application. McGraw-Hill Inc, Toronto.
Das, N. dan Preethy, C. 2010. Microbial Degradation of Petroleum
Hydrocarbon Contaminants : An Overview. VIT University,
India.
Ghazali, M. F. 2004. Biodegradation of Hidrocarbons in Soil by
Microbial
Consortium.
International
Biodeteration
and
Biodegradation Vol 5(4) : 61-67.
Hamme, D. J. 2003. Recent Advances in Petrolum Microbiology.
Microbilogy and Molecular Biology Reviews Vol 6(7) : 503-548.
Mubarok, Z. R. 2011. Pengaruh Penambahan Mn dan Mg pada
Media Stone Mineral Salt Solution Extract Yeast Terhadap

Kinerja Isolat BAKTERI DM-5. Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah, Jakarta.
Hafsah. 2013. Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak Bumi Dari
Pelabuhan Paotere Makassar. Fakultas Sains dan Teknologi UIN,
Makassar.
Johnson, J. S. Woolhouse J.K. 2003. Contribution of Anaerobic
Microbial Activity to Natural Attenuation of Benzene in
Groundwater. Engineering Geology Vol 70 : 343-349.
Munawar, Ali. 2012. Tinjauan Proses Bioremediasi Melalui Pengujian
Tanah Tercemar Minyak. UPN Press, Surabaya.
Nasikhin, R. Maya, S. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Pendegradasi Solar dan Bensin dari Perairan Pelabuhan Gresik.
Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol 2 (2): 2337-3520.
Nie, M. 2010. Novel Rhamnolipid Biosurfactants Prodeced By A
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Degrading Bacterum
Pseudomonas Aeruginosa Starin NY3. Agricultural University,
China.
Notodarmojo. 2005.
Bandung.

Pencemaran

Air

dan

Tanah.

ITB

Press,

Odu, C. T. I. 1978. The Effects of Nutrient Application and Aeration


on Oil Degradation in Soil. Environ, Pollut Vol 15 : 235-240.
Pertamina, Direktorat PPDN. 1998. Spesifikasi Bahan Bakar dan
Gas.
Priadie, B. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam
Upaya Pengendalian Pencemaran. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol
10 (1): 38-48.
Yani, Mohammad. 1994. Proses Biodegradasi Minyak Diesel Oleh
Campuran Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon. Jurnal Teknologi
Indonesia Vol 19 (1): 40-44.
Zhang, X. Dejun, Xu. Chunyan, Z.Tserenyam, L. Dan Kerstin, E.
2012. Isolation and Identification of Biosurfactant Producing
and Crude Oil Degrading Pseudomonas aeruginosa strains.
Journal Chemical Engineering 209: 138-146.

Anda mungkin juga menyukai