Anda di halaman 1dari 16

Kebijakan Publik

Lemahnya Pengawasan Terhadap Pembatasan Kebebasan


dan Hak bagi Pemerintah

Nama

: Nensi Sinaga

Nim

: 07121001100

Jurusan

: Ilmu Administrasi Negara

Dosen

: Dr. Raniasa Putra M.Si

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Sriwijaya

2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa disadari di Negara Indonesia terjadi kesalahan dalam sistem pemerintahan.
Perhatian terhadap sistem pemerintahan yang berjalan saat ini harus di tingkatkan. Para
aparatur negara menyalahgunakan hak dan wewenang. Kewenangan yang mereka punya
digunakan sebagai hak kuasa penuh untuk melumpuhkan demokrasi para rakyat biasa
yang seharusnya memiliki kebebasan dalam bernegara.
Kebiasaan ini terus berlanjut karena kurangnya perhatian dan kepedulian masyakat
terhadap keberlangsungan implementasi kebijakan pemerintah terhadap masyarakat
yang belum sepenuhnya terjalankan. Hak dan kewajiban pemerintah sebagi pengayom
bagi masyarakatnya belum terlaksana secara menyeluruh.
Sistem politik yang dianut bangsa Indonesia telah jauh dari tujuan negara yang
tertera dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945 yaitu:

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Inndonesia


Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan bangsa
Melaksanakann ketertiban dunia

Tujuan negara yang tertetra di atas di abaikan oleh aparatur negara demi kepentingan
pribadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian implementasi kebijakan
2. Kebebasan yang menjadikan politik dinasti berlangsung
3. Cara mencegah keberlangsungan politik dinasti

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana pemerintah dalam menjalankan tugas
2. Untuk mengetahui apa dan bagaimana hak dan kewajiban pemerintah
3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban masyarakat dalam mengawasi cara kerja
aparatur negara

1.4 Metode Penulisan


1. Deskriftif
2. Kajian pustaka dilakukan dengan mencari dari buku buku panduan dan internet
serta media cetak lainnya.

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Implementasi


pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undangundang, namun dapat pula berbentuk perintah- perintah atau keputusan-keputusan
eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut
megidetifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur
proses implementasinya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan
suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktifitas atau
kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan
tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
Implementasi kebijakan publik atau suatu sistem yang digunakan model marille. S.
Grindle mengatakan bahwa pelaksanaan kebijakan juga harus disukung oleh sumber
daya-sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik. Dalam
hal ini sumberdaya manusia para pelaksana kebijakan harus berkualias dan kompetitif
guna dapat menjalankan tugas sbagai abdi masyarakat dengan baik.
2.2 Kebebasan yang Menjadikan Politik Dinasti Berlangsung
Undang-undang Dasar 1945 tidak melarang kerabat mencalonkan diri dalam pilkada
atau pemilu sebab setiap orang memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih.

Namun, pembatasan untuk menjamin hak dan kebebasan orang lain berdasarkan
keadilan dan norma-norma lain, seperti tercantum dalam pasal 28 J (2) yang berbuyi
dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
utntuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan normal, nilai agama,
keamanan, dan keteriban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Di sisi lain tujuan negara yang tertera dalam pembukaan UUD 19945 tidak serta
merta dijalankan secara bersamaan karena kewenangan yang dimiliki para penguasa
digunakan hanya untuk keuntungan pribadi saja. Gaji yang besar serta fasilias yag
disediakan negara belum juga mampu menyudutkan perhatian mereka terhadap
kepentingan masyarakat. Masa kepemimpinan yang memiliki batas waktu dipergunakan
untuk mengambil keunntungan dari negara. Dan apabila massa kepemimpinan telah
berakhir, maka tugas pun dilepas dengan tanpa penyelessaian yanng jelas (terlihat).
Secara kasat mata pemerintahan kita memang memiliki suatu sistem yang
berpedoman kepada pancasila dan undang-undang. Namun hal tersebut ssebagai aturan
yang tertulis yang pengaplikasiannya belum sepenuhnya terwujud. Mengapa hal itu bisa
terjadi? Hal ini dikarenakan SDM para pelaksana kebijakan tidak mendukung akan
keberlangungan kebijakan yang di formulasikan.

Sumerdaya-sumberdaya yang handal atau yang mendukung pelaksanaan kebijakan


ini berjalan dengan baik

adalah sumberdaya-sumberdaya yang berpotensi untuk

menjalakan setiap sistem pemerintahan yang berlaku, yang memiliki kepatuhan dan
respon yang baik pada kebijakan yang dijalankan. Karena kegiatan pelaksanaan
kebijakan dipegaruhi oleh isi atau onteks yang diterapkan.
Pemerintahan-pemerintahan yang terurai diatas memang jelas adanya, namun
untuk membuktian hal itu tertera kita tidak mengetahui apakah jelas tindak lanjut
mereka pada kepatuhan dan memiliki respon yang baik bagi melayani masarakat,
sebagai tugas utama mereka.
Para penguasa yang memiliki wewenang untuk membua suatu kebijakan
berorientasi pada bagaimana mereka membuat suatu kebijakan yang membuat
masyarakat nyaman dan tak mampu berkutik dengan kebijakan yang mereka jalankan.
Alhasil para penguasa tetap pada kejayaannya dan rakyat kecil menikmati
kesengsarannya.
Dalam hal ini langkah yang mereka lakukan ialah bagaimana caranya berkuasa
atas hak-hak yang seharusnya dinikmati masyarakat. Kerja cerdas daam hal ini
membuahkan hasil. Namun hasil yang berpihak kepada para pelaksana kebijakan bukan
untuk masyarakat. Pada dasarnya semua kebijakan publik dimaksudkan untuk
mempengaruhi atau mengawasi prilaku manusia dalam bebeerapa cara untuk membujuk

oorang supaya bertindak sessuai dengan aturan atau tujuan yang ditentukan oleh
pemerintah.
Azas pemanfaatan dimulai. Berdasarkan pada pemahaman tersebut pemerintah
mulai beraksi. Mereka mulai mencari simpati masyarakat dengan cara-cara yang tidak
biasa. Mereka memperhatikan masyarakat dengan memberikan bantuan bantuan yang
membuat masyarakat tertipu. Pada pelaksanaan kebijakan membeli hak-hak masyarakat
dengan bantuan yang mereka beri. Tanpa disadari para masyarakat tidak akan bisa
bersuara lagi dalam menuntut kesejahteraan mereka. Karena setiap apapun yang mereka
terima berpotensi untuk mengurangi demokrasi mereka.
Yang dimaksud dengan hal tersebut diatas adalah dimana masyarakat dengan
kata lain telah disuap secara masal

tanpa mereka sadari. Dan apabila masyarakat

menuntut para aparatur kebijakan publik maka para aparatur akan menjawab dengan
santai dan buat dengan perkataan mereka bahwa masyarakat telah menerima haknya.
Begelut dalam kesalahan ini berlama-lama membua masyarakat maka terbiasa
berdiam diri dan tidak melakukan prosess kepada pemeerintah yang telah
menyalahgunakan sistem yang sedang berjalan. Seiring dengan sistem yang berjalan
tersebut masa kepemimpinan akan berakhir. Dengan kenikmatan yag mereka ambil dari
negara, tentu saja mereka tidak akan mau melepass kekuasaan itu begitu saja. Maka
dengan demikian, mereka (aparatur negara) akan menggeser kepemimpinan mereka

kepada keluarga atau kerabat dekat mereka. Meski secara langsung pemilihan pemimpin
dilakukan secara terbuka, maka hal itu tidak akann menjadi permasalahan yang besar.
Orang-orang

yang

masa

kepemimpinannya

akan

habis

maka

akan

memperkenalkan calon-calon pemimpin yang baru kepada masyarakat. Mulai dari


memperkenalkan para calon pemimpin, mempublikasikan apa yang mereka telah
perbuat untuk masyarakat, memperkenalkan misi-misi kepada publik. Mereka yakin
dengan melakukan hal-hal tersebut akan mampu menarik simpati masyarakat lagi.
Politik diktator di negara demokrasi pun dimulai. Para pelaksana kebijakan yang
masa kepemimpinannya akan habis, maka mereka akan mencalonkan diri mereka lagi
utnuk periode berikutnya. Karena dalam peraturan perundang-undangan periode
pemerintahan bisa dilakukan sampai dua kali periode. Dalam hal tersebut, mereka akan
mencalonkan diri mereka secara bersamaan, dan siapapun yang dipilih masyarakat atau
dengan kata lain siapapun yang jadi pemenangnya itu tidak akan jatuh ketangan orang
lain.
Atau dilain kasus masa jabatan yang hanya bisa dilakukan dua periode saja
dihabiskan oleh salah satu anggota keluarga terlebih dahulu, maka untuk selaanjutnya
anggota keluarga tersebut, istri, anak, menantu, bahkan kerabat sendiri akan ditunjuk
sebagai calon pemimpin selanjutnya.
Hal ini biasa terjadi tidak hanya dipemerintahan pusat saja, bahkan sampai
kepemerintahan daerahpun politik diktator terjadi. Mendahulukan kekeluargaan tanpa

potensi yang jelas, mengambil keuntungan secara bersama sama, menomor duakan
untuk pelayanan masyarakat yang mereka pimpin.

2.3 Dampak Negatif Politik Dinasti


Apabila politik dinasti ini diteruskan, akan muncul banyak dampak negatif.
Pertama, menjadikan partai sebagai mesin politik semata yang pada gilirannya
menyumbat fungsi ideal partai sehingga tak ada target lain kecuali kekuasaan. Dalam
posisi ini, rekruitmen partai lebih didasarkan pada popularitas dan kekayaan caleg untuk
meraih kemenangan. Di sini kemudian muncul calon instan dari kalangan selebriti,
pengusaha, darah hijau atau politik dinasti yang tidak melalui proses kaderisasi.
Kedua, sebagai konsekuensi logis dari gejala pertama, tertutupnya kesempatan
masyarakat yang merupakan kader handal dan berkualitas. Sirkulasi kekuasaan hanya
berputar di lingkungan elit dan pengusaha semata sehingga sangat potensial terjadinya
negosiasi dan penyusunan konspirasi kepentingan dalam menjalankan tugas kenegaraan.
Ketiga, sulitnya mewujudkan cita-cita demokrasi karena tidak terciptanya
pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Fungsi kontrol
kekuasaan melemah dan tidak berjalan efektif sehingga kemungkinan terjadinya
penyimpangan kekuasaan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme sangat besar. Efek
negatif dari Politik Dinasti yang paling sering kita dengar adalah nepotisme dimana
hubungan keluarga membuat orang yang tidak kompeten memiliki kekuasaan. Tapi hal
sebaliknya pun bisa terjadi, dimana orang yang kompeten menjadi tidak dipakai karena
alasan masih keluarga. Di samping itu, cita-cita kenegaraan menjadi tidak terealisasikan
karena pemimpin atau pejabat negara tidak mempunyai kapabilitas dalam menjalankan
tugasnya.

2.4 Upaya Untuk Mencegah Keberlanjutan Politik Dinasti


Karena, dinasti politi ini suda bagian dari negara Indonesia sejak dulu, dari sistem
kerajaan yang ada. Namun, keberadaan dinasti ini jangan sampai berdampak negatif
dalam politik, dan juga jangan sampai terjadi perebutan dinasti yang merugikan
masyarakat dan negara. Untuk itu, dinasti politik ini sudah menjadi kultural, tetapi tetap
jangan sampai dinasti ini jadi sesuatu yang struktural dan jangan sampai hal ini
mempengaruhi pertarungan politik yang menjadi berdampak pada masyarakat banyak.
Kehidupan politik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari budaya politik. Sementara
budaya Indonesia adalah patrionase. Tidak hanya dibirokrasi ternyata tumbuh juga di
partai politik. Karena satu sisi negara telah menjalankan demokrasi tetapi disisi lain
demokrasi itu justru menyuburkan politik dinasti.
Banyak hal sebenarnya dapat kita lakukan untuk membatasi dinasti politik. Salah
satu caranya adalah mengurangi wewenng kepala daerah, terutama mengenai
penggunaan anggran atau otoritas terhadap izin-izin sperti tambang atau usaha lain.
Karena dengan hal ini akan membuat kebebasan kepala daerah dalam mengambil
keuntungan dari anggaran tersebut.
Dalam aturan RUU pilkada, juga harus memberikan ruang kepada rakyat untuk
melakukan kontrol. Disisi lain, partai politik dituntut untuk melakukan proses
rekruitmen secara serius. Dan juga pemerintah harus melakukan rumusan mengenai kata

ulang sistem pemilihan kepala daerah. Diantaranya sebagai contoh bupati atau walikota
dipilih melalui perwakilan parlementera.
Pertama, pencegahan politik dinasti bisa juga dilakukan dengan pemilu serentak.
Secara akademis, pengertian pemilu serentak adalah penggabungan pelaksanaan pemilu
legislatif dan pemilu eksekutif dalam satu hari H pemungutan suara. Sesungguhnya
konsep pemilu serentak hanya dikenal di negara-negara penganut sistem pemerintahan
presidensial. Sebab, dalam sistem ini, baik anggota legislatif maupun pejabat eksekutuif
sama-sama dipilih melalui pemilu.
Mengapa pemilu serentak mampu mengatasi poltik dinasti? Pertama, bila pemilu
legislatif atau pemilu eksekutif dilaksanakan bersamaan, setiap orang (termasuk
petahana dan kerabatnya) memiliki peluag terbatas untuk mencalonkan diri. Mereka
harus memilih salah satu jabatan yang hendak digapai: anggota legislatif atau jabatan
eksekutif. Baik yang terpilih maupun yang tidak berada dalam posisi sama dalam kurun
lima tahun kedepan. Dibandingkan dengan situasi saat ini pada pemilu legislatif, setiap
orang memburu kursi DPR, DPD, dan DPRD. Selang satu atau dua tahun kemudian
mereka yang sudah mendapat kursi parlemen maupun yang gagal bergerak ke arena
eksekutif berebut kursi kepala daerah dalam pilkada. Dengan hal ini yang berhasil akan
meninggalka kursinya untuk orang lain, yang bisa jadi adalah kerabatnya.

Kedua, penggabugan pemilu legislatif dan pemilu eksekutif memaksa partai-partai


politik membanguun koaslisasi sejak dini. Koalisasi besar menjadikan jumlah pasangan
calon terbatas, yang berarti juga membatasi gerak politik dinasti.
Dengan demikian kebobrokan politik dinasi di negara demokrasi dapat dihambat dan
mampu mengejar ketertinggalan ekonomi dan politik yang ada di Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melihat kenyataan yang sebelumnya terurai,

kita telah mengetahui bagaimana

proses dan cara kerja aparatur negara dalam menjalankan kewenangannya. Apabila di
biarkan berlangsung begitu saja maka masadepan akan sistem pemerintahan yang baik
akan buruk dan tidak dapat menjamin keberlangsungan masyarakat.

3.2 Saran
Setelah membaca karya tulis ini, semooga para pembaca atau masyarakat dapat
mengetahui akan pentingnya pengawasan dalam implementasi kebijakan pemerintah
terhadap masyarakat. Dan bisa menjalankan masyarakat demokrasi sebagaimana
mestinya.

3.3 Lampiran
Tertangkapnya adik Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, Tubagus Chaery
Wardana alias Wawan, karena diduga menyuap Ketua Mahkamah Konstitusi (nonaktif)
Akil Mochtar dalam kasus sengketa Pilkada Lebak, telah menimbulkan debat hangat
soal praktik politik dinasti dan dinasti politik.

Dinasti politik Ratu Atut disorot tajam karena dianggap melanggengkan kembali
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang telah digusur oleh reformasi. Ratu Atut
sendiri telah diperiksa oleh KPK terkait kasus suap Akil.
Namun, terlepas dari kasus hukum yang tengah dihadapi salah satu kerabat gubernur
Banten itu, kita sebaiknya jangan cepat menjatuhkan palu godam bahwa itu adalah khas
dinasti politik Ratu Atut. Sejujurnya, politik dinasti dan dinasti politik bukan hanya
fenomena Ratu Atut di Banten.
Praktik politik yang kental dengan sistem kekerabatan (kroniisme dan nepotisme),
adalah fenomena umum Indonesia sejak pemilihan umum kepala daerah (pilkada)
langsung mulai digelar pada 2005. Anak dan istri yang menggantikan ayah dan suami
mereka untuk memimpin daerah sejak lama sudah menjadi cerita umum.
Kementerian Dalam Negeri bahkan telah mencatat setidaknya ada 57 pergantian
kepala daerah petahana, yang berputar hanya dalam satu garis keturunan: dari suami ke
istri, ayah ke anak, kakak ke adik atau keponakan, dan seterusnya.
Atau, jika sang kakak atau suami berada pada posisi sebagai gubernur, sang adik atau
keponakan yang bertarung dalam pemilihan bupati akan dengan mudah meraih jabatan
tersebut. Hampir di semua ajang pilkada, bila suami sudah menyelesaikan masa
tugasnya sebagai kepala daerah, maka sang istri seolah-olah terpanggil ikut
meneruskan jejak kepemimpinan keluarga dalam politik.

Sebut saja contoh keluarga Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Ichsan Yasin Limpo, yang kini Bupati Gowa adalah adik kandung sang gubernur. Di
Sulawesi Utara, ada Wakil Bupati Minahasa Ivan SJ Sarundajang yang adalah putra
Gubernur Sulut Sinyo Harry Sarundajang. Wali Kota Padang Sidempuan, Sumatera
Utara, Andar Amin Harahap adalah anak Bupati Padang Lawas Bachrum Harahap.
Masih ada sederetan panjang daftar pimpinan daerah yang berganti kedudukan karena
pola kekerabatan yang begitu kental.
Itu pada lingkaran kekuasan eksekutif. Pada lingkaran kekuasaan legislatif, praktik
yang sama juga marak terjadi. Adalah hal umum bahwa ayah yang gubernur atau bupati
bisa dengan bersemangat mendorong sang istri atau putra-putrinya untuk bertarung dan
merebut kursi di DPR atau DPRD.
Tapi, di manakah letak persoalan sesungguhnya dan mengapa hal itu sampai terjadi?
Itulah dampak samping dari reformasi politik yang tak diimbangi oleh reformasi hukum
dan perundang-undangan. Reformasi bidang politik bergerak begitu cepat seperti meteor,
tapi sebaliknya, reformasi bidang hukum dan perundang-undangan berjalan lamban
seperti siput.
Hukum sangat lemah, tidak hanya dilihat dari sisi produk, tapi juga pengawasannya
di lapangan. Dari sisi produk, tak sedikit undang-undang yang dihasilkan pemerintah
dan DPR harus diuji-materikan di Mahkamah Konsitusi hanya karena sejumlah pasalnya

tak sinkron atau bahkan bertentangan dengan isi konstitusi. Begitu pula banyak UU yang
dihasilkan ternyata isinya bertentangan antara satu dengan lain.
Produk hukum dan perundang-undangan yang lemah ini dimanfaatkan secara cerdas
oleh mereka yang memang sudah punya syahwat kekuasaan yang besar. Kelemahan
hukum di satu sisi dan kebebasan berpolitik yang begitu luas di sisi lain, juga menjadi
celah yang dimanfaatkan dengan amat baik oleh para aktor politik yang memiliki segala
akses untuk meraih uang dan menggapai kekuasaan. Lahirlah kemudian praktik politik
dinasti yangdengan jaringannya yang kuatmenjalani politik balas budi, politik uang,
dan politik melanggengkan kekuasaan.

Daftar Pustaka
http://www.radar-bekasi.com/?p=173832
agustino, leo.2004. dasar dasar kebijakan publik. Cv. Alvabeta. Bandung

Anda mungkin juga menyukai

  • ASME
    ASME
    Dokumen6 halaman
    ASME
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Tugas BEJANA TEKAN
    Tugas BEJANA TEKAN
    Dokumen13 halaman
    Tugas BEJANA TEKAN
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Piping Systems1
    Piping Systems1
    Dokumen2 halaman
    Piping Systems1
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Kesimpulan
    Kesimpulan
    Dokumen3 halaman
    Kesimpulan
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Rotari Klin
    Rotari Klin
    Dokumen5 halaman
    Rotari Klin
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Estimasi Pengeluaran Perbulan
    Estimasi Pengeluaran Perbulan
    Dokumen3 halaman
    Estimasi Pengeluaran Perbulan
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Format Laporan LFD
    Format Laporan LFD
    Dokumen2 halaman
    Format Laporan LFD
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Alja Bar
    Alja Bar
    Dokumen26 halaman
    Alja Bar
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Analisa Tegangan USU
    Analisa Tegangan USU
    Dokumen38 halaman
    Analisa Tegangan USU
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • KELOMPOK 5 Pancasila Era Reformasi
    KELOMPOK 5 Pancasila Era Reformasi
    Dokumen25 halaman
    KELOMPOK 5 Pancasila Era Reformasi
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Surat Pengantar Unsri Judul
    Surat Pengantar Unsri Judul
    Dokumen1 halaman
    Surat Pengantar Unsri Judul
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Prinsip Kerja Separator
    Prinsip Kerja Separator
    Dokumen4 halaman
    Prinsip Kerja Separator
    James Anggi Cristopher Sitompul
    60% (5)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen12 halaman
    Bab I
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen32 halaman
    Bab Iv
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Persamaan Diferensial Eksak by Salim - 2
    Persamaan Diferensial Eksak by Salim - 2
    Dokumen1 halaman
    Persamaan Diferensial Eksak by Salim - 2
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Proses Pembuatan Baja Cor Nodular
    Proses Pembuatan Baja Cor Nodular
    Dokumen2 halaman
    Proses Pembuatan Baja Cor Nodular
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Aliran Fluida 2
    Aliran Fluida 2
    Dokumen7 halaman
    Aliran Fluida 2
    Jati Ardiyatmoko
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen1 halaman
    Soal
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Cover Umum New
    Cover Umum New
    Dokumen1 halaman
    Cover Umum New
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen25 halaman
    Bab Ii
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Logika02 PDF
    Logika02 PDF
    Dokumen11 halaman
    Logika02 PDF
    Erick Atalaya
    Belum ada peringkat
  • Idm
    Idm
    Dokumen1 halaman
    Idm
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Tugas Birokrasi (Kasus Teory Max Weber)
    Tugas Birokrasi (Kasus Teory Max Weber)
    Dokumen4 halaman
    Tugas Birokrasi (Kasus Teory Max Weber)
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Kuliah
    Jadwal Kuliah
    Dokumen7 halaman
    Jadwal Kuliah
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Saat Dunia Masih Milik Kita - Andra and The Backbone
    Saat Dunia Masih Milik Kita - Andra and The Backbone
    Dokumen1 halaman
    Saat Dunia Masih Milik Kita - Andra and The Backbone
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Logam
    Logam
    Dokumen13 halaman
    Logam
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Masih Samsons
    Masih Samsons
    Dokumen2 halaman
    Masih Samsons
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Eric Afrizal Simanungkalit
    Belum ada peringkat
  • 01 C Bab1 Anum
    01 C Bab1 Anum
    Dokumen2 halaman
    01 C Bab1 Anum
    Nabila Ezthaaea
    Belum ada peringkat