Anda di halaman 1dari 13

AKTUALISASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN KAMPUS

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan
apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam
menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui
persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang
harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.
Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang
ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka
bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.
Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan,
tolok

ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian,

paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam
kehidupan manusia.
Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami
perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal atau
peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah pancasila
seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia.
Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik di
internal para pencetusnya, hingga sekarangpun di era reformasi dan globalisasi Pancasila
masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan

Politik dan mahasiswa. Kebanyakan dari para pihak yang memperbincangkan masalah
Pancasila adalah mengenai awal dicetuskannya Pancasila tentang sila pertama.
Memang dari sejarah awal perkembangan bangsa Indonesia dapat kita lihat bahwa
komponen masyarakatnya terbentuk dari dua kelompok besar yaitu kelompok agamis
dalam hal ini didominasi oleh kelompok agama Islam dan yang kedua adalah kelompok
Nasionalis. Kedua kelompok tersebut berperan besar dalam pembuatan rancangan dasar
Negara kita tercinta ini.
Maka, setelah banyak aspek memperbincangkan pancasila sebagai dasar Negara.
Sekarang pancasilapun dijadikan bahan perbincangan sebagai prilaku yang digunakan
didalam kampus. Dimana didalam kampus tersebut akan terdidik dengan kepemimpinan
pancasilan. Baik dalam prilaku bergaul juga dalam proses belajar mengajar didalamnya.
Serta molekul-molekul yang menjadi bagiannya.
Makalah ini dibuat sebagai catatan perjalanan Pancasila dari jaman ke jaman, agar
kita senantiasa tidak melupakan sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar Negara, dan
juga dapat digunakan untuk menjadi penengah bagi pihak yang sedang berbeda pendapat
tentang dasar Negara supaya kedepan kita tetap seperti semboyan kita yaitu Bhineka
Tunggal Ika. Terutama hal tersebut dalam penerapannya dalam kehidupan kita. Termasuk
dilingkungan kampus.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara husus membahas permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang disebut pancasila sebagai dasar negara?
2. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?
3. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut di perguruan tinggi atau kampus?
1.3 Tujuan Penulisan
Setelah penulis mencoba memahami akan latar belakang serta rumusan masalah
diatas, maka tujuan kepenulisan ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai dasar negara
2. Memahami makna dari pancasila dalam prilaku sehari-hari
3. serta mengenali betul peran dan cara mengaktualisasikan pancasila sendiri dalam
kehidupan, terutama dalam lingkungan kampus

1.4 Manfaat Penulisan


Setelah penulis mencoba memahami makna dari pancasila sebagai dasar Negara,
maka penulis tersadar akan pentingnya nilai pancasila tersebut untuk diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Terutama dalam lingkungan kampus yang memang kebetulan terdiri
dari berbagai macam suku, adat serta agama.
Karena dasar pemikiran tersebutlah, maka sangat layak dan pantas makna, peran
pancasila kembali ditulis guna untuk kembali dibaca sebagai salah satu bahan penyadaran diri
setiap individu agar kembali mengintropeksi dirinya untuk berprilaku sesuai dengan makna
pancasila.
Dimana dengan berjiwa pancasila tersebut, akan terangakai kehidupan yang matang,
selaras dan akan jauh dari poermasalahan yang didasarkan karena perbedaan adapt, suku
bahkan agama tersendiri. Maka dari itu, penulis menganggap sangat perlu menulis makalah
ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara
Sebelum kita beranjak mengenali pancasila dalam lingkungan kampus. Maka terpikir
sangatlah perlu bagi kita semua untuk mengetahui posisi, fungsi atau peran pancasila sebagai
dasar negara, sebelum kita akan melanjutkan pemahaman terhadap pancasila dan
aktualisasinya dalam kampus. Karena dengan mengetahui lebih jauh dan lebih dalam
pancasila sebagai dasar Negara kita nanti akan lebih paham untuk mengaktualisasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam kampus.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang
menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan
dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966
jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang
menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
dari tertib hukum di Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara
(philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat
Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu
(le desir detre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa
Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
Maka pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman
dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan
Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi
merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam
seloka Bhinneka Tunggal Ika.

Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: Jika kita hendak
mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat
Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (Staatside) integralistik
Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga
tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi segala
golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyatnya
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai
hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: Negara Pancasila adalah suatu negara yang
didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh)
sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan
martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan
martabat kemanusiaan itu merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia
qua talis, manusia adalah manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan
keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara
hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan
menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar
satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena
itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari
Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain.
Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro melukiskan sifat
hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila Ketuhanan Yang Mahaesa sebagai

basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah
dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha esa. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: Tiaptiap orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu
yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja
dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara
sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berPersatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berPersatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang
adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, yang ber-Ketuha nan yang mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia, dan berKerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.

2.2 Aktualisasi Pancasila


Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul-betul ada, terjadi, atau
sesungguhnya, hakikatnya. Dimana pancasila memang sudah jelas berdiri di Negara
Indonesia sebagai dasar Negara dan ideologi Negara.
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat
tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan pimpinan
nasional sampai kepada rakyat biasa.
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal,
tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam
penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma hukum, kenegaraan,
maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga
Negara Indonesia.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
A. Aktualisasi objektif
Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah aktualisasi pancasila dalam berbagai
bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara antara lain, legislatif,
eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya.
Seperti politik, ekonomi, hokum terutama dalam penjabaran kedalam undang-undang, garisgaris besar haluan Negara, hankam, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
B. Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah aktualisasi pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat.
Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga Negara biasa, aparat
pentelenggara Negara, penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan
politik, maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam pancasila.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan masyarakat
yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku.

Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang
merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan
harapan masyarakat.
2.3 Tridarma Perguruan Tinggi
Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah Negara Pancasila
diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila,
membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi
pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.
Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas perguruan tingkat menengah
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi: pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan
Tinggi.
Peningkatan

peranan

Perguruan

Tinggi

sebagai

satuan

pendidikan

yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain diarahkan untuk


menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk berjiwa penuh
pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada masa depan bangsa dan Negara,
serta menggiatkan mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan
pengembangan daerah.
Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam masarakat bukanlah
merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan masyarakat, melainkan senantiasa
mengembangkan dan mengabdi kepada masarakat. Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999,
bahwa Perguruan Tinggi mempunyai 3 tugas pokok, yaitu:
1. Pendidikan tinggi
Pendidikan, merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik yang memiliki
kemampuan akademik dan atau profesional yang menerapkan, mengembangkan dan atau
menciptakan IPTEK dan seni
2. Penelitian
Penelitian, merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan empirik, teori dan
konsep metodologi, model atau informasi baru guna memperkaya IPTEK dan seni
3. Pengabdian terhadap masyarakat
Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak hanya
mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut mahasiswa akan lebih

didampingi baik secara intelektual dan emosional. Contoh umumnya adalah bagaimana cara
mahasiswa bergaul dalam sehari-hari mereka dengan berpedoman pada pancasila.
2.4 Budaya Akademik
Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang mendukungnya.
Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh masyarakat akademik yang
bersangkutan.
Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia.
Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya dijiwai oleh nilai
budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang bersangkutan. Suatu nilai budaya
yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama, santun, mencintai kemajuan
ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai seni.
Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki cirri khas
tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu perguruan tinggi
adalah insane-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu
masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan
esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. Terdapat sejumlah cirri masyarakat ilmiah
sebagai budaya akademik. Yaitu, 1. kritis 2. kreatif 3. objektif 4. analitis 5. konstruktif 6.
dinamis 7. dialogis 8. menerima kritik 9. menghargai prestasi ilmiah/akademik 10. bebas
dari prasangka 11. menghargai waktu 12. memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah 13.
berorientasi ke masadepan 14. kesejawatan/kemitraan (PPMB 1990 II-2). Masyarakat ilmiah
inilah yang harus dikembangkan dan merupakan budaya dari suatu masyarakat akademik.

2.5 Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum Dan HAM


Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-nilai luhur.
Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, di mana seluruh warganya
diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi dan dijiwai oleh
pancasila. Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan
moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan keadilan
dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Masarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan


budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa bertanggung jawab secara moral atas
kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap masarakat bangsa dan negara, serta
mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan. Oleh karena itu sikap masarakat kampus tidak
boleh tercemar oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar luhur
dan mulia.
A. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum
Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu agenda
yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah reformasi dalam bidang hukum dan
peraturan perundang- undangan. Negara indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum,
oleh karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara untuk mewujudkan masyarakat
yang demokratis maka harus menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok
untuk segera direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum.
Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis, maka harus
dilakukan pengembangan hukum positif.
Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum harus
sesuai dengan tatib hukum Indonesia. Berdasarkan tatib hukum Indonesia maka dalam
pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara merupakan sumber materi dan
sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan
juga Tap No. III/MPR/2000. namun perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan sumber
hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan perundangundangan di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai
sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai hukum
Tuhan (sila I), nilai yamh terkandung pada harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan
hak dasar (hak asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi
yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai keadilan
dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).
Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan hukum
aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan sumber materi
dalam penyusunan dan pengembangan hukum.

B. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia


Dalam penegakan hak asasi manusia tersebur, mahasiswa sebagai kekuatan moral
harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral demi harkat dan
martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama kepentingan kekuasaan politik
dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia. Perlu
kita sadari bahwa dalam penegakan hak asasi tersebut, pelanggaran hak asasi dapat dilakukan
oleh seseorang, kelompok orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik disengaja
ataupun tidak disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang adi.
Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur, banyak kekuatan yang mendesak untuk
mengusut dan mernyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional. Namun, ratusan ribu
rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso dan lainnya tidak ada kelompok
yang mau memperjuangkannya. Padahal hak asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah
kejadian serta menderitanya mereka sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.
Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari kita tujukan
pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita dan tujuan dasar dari
reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga bahwasanya kita merupakan
mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak asasi manusi masihlah belum
maksimal kinerjanya untuk hal yang disebutkan diatas. Maka, dari detik ini. Kita sebagai
generasi bangsa haruslah benar-benar menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku
kita. Dimanapun, dan pada siapapun.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pancasila sebagai paradigma pembangunan merupakan suatu sumber nilai, kerangka
piker, model, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan pembangunan. Yang meliputi
pembangunan politik, IPTEK, pengembangan bidang politik, poembangunan ekonomi,
pembangunan social budaya, pengembangan hankam, pembangunan pertahanan keamanan,
dan sebagai reformsi, baik itu reformasi hukum ataupun reformasi politik. Semuanya
ditujukan untuk membuat menjadikan bangsa yang semakin berkembang dan masyarakat
yang semakin mapan.
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau
sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif. Aktualisasi Pancasila
yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang
kenegaraan lainnya. Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap
pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa,
dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi, budaya
akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM,
yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar ada dan terjadi disekitar kita.
Terrmasuk dalam lingkungan kampus.
3.2 SARAN
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak pantas bagi
seorang mahasiswa. Marilah kita kembali pahami arti dari keberadaan pancasila itu sendiri.
Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah yang akan memegang Negara kita ini. Maka dari itu,
mulai saat ini, biasakanlah berprilaku, bertindak bahkan menganbil keputusan dengan jiwa
pancasila kita. Karena dengan itulah, akan terwujud bangsa yang makmur serta tujuan Negara
akan mudah dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
Wibisono Siswomihardjo Koento, 1985, Ilmu Filsafat dan Aktualisasinya dalam
pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Untuk Kelas 2 SMU.
http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-ParadigmaPembangunan
http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/

Anda mungkin juga menyukai