Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai
jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi diIndonesia adalah dibidang
kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan
penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju
pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (Depkes RI, 2010).
Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang,
sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan
kehamilan mengunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan
dan pengendalian penduduk (BKKBN, 2007).
Pendapat Malthus yang dikutip oleh Manuaba (1998) mengemukakan
bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam
laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia
laksana deret ukur, sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu
menampung pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan.
Berdasarkan pendapat di atas, diharapkan setiap keluarga memperhatikan
dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan berkenaan dengan hal
tersebut. Paradigma baru Program KB Nasional telah diubah visinya dari
1

mewujudkan

NKKBS

menjadi

Keluarga

berkualitas

2015

untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju,


mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung
jawab, Harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sarwono,
2007 ).
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Sugiri Syarief mengatakan, bahwa jumlah peserta (akseptor) baru
program KB pada tahun 2009 sekitar 6 juta pasangan usia subur (PUS), pada
tahun 2010 meningkat menjadi 7,1 juta PUS dan pada 2011 ditargetkan 7,7
juta PUS, sedangkan peserta KB aktif mencapai 61 persen dari sekitar 45 juta
PUS di seluruh Indonesia (BKKBN, 2013).
Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan
peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri.
Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena
pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini kegiatan Keluarga
Berencana masih kurangnya dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP). Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat
dikatakan bahwa 51,21 % akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat
kontrasepsi, 40,02 % memilih Pil, 4,93 % memilih Implant 2,72 % memilih
IUD dan lainnya 1,11 %. Pada umumnya masyarakat memilih metode non
MKJP. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD).
(www. bkkbn. go. id, 2014).
Di sulawesi tenggara pada tahun 2013, jumlah pasangan usia subur
(PUS) tercatat sebanyak 392.536 orang, dengan jumlah peserta KB aktif

sebanyak 298.236 orang (75,98%) dan jumlah peserta KB baru tercatat


sebanyak 84.293 orang (21,62%). Dengan perincian sebagai berikut : Pil
104.247 orang (34,95%), suntik 115.753 orang (38,8%), implant 42.717 orang
(14,32%) IUD 11.990 orang (4,2%), MOW 6.053 orang (2,03%), MOP 167
orang (0,54%), dan kondom sebanyak 15,854 orang (5,32%). (BKKBN Sultra,
2013).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten konawe tahun 2013
jumlah pasangan usia subur (PUS) adalah 47.513 orang, sedangkan yang
menjadi peserta KB aktif adalah 36.574 orang (76,98%). Dengan perincian
sebagai berikut : Pil 3.522 orang (43,39%), Suntik 1.399 orang (44,9%),
Implant 1.975 orang (57,50%), IUD 239 orang (9,84%), Kondom 416 orang
(5,8%), MOP 0 orang dan MOW 33 orang (1,34%). (Dinkes Kabupaten
Konawe, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari buku Register Keluarga Berencana
di Puskesmas Wawotobi tahun 2015 mencapai 2.499 peserta PUS dengan
proporsi peserta KB, yaitu suntik sebanyak 978 akseptor, Pil 987 akseptor,
Implan 432 akseptor, Kondom 6 akseptor , MOW 54 akseptor, IUD 27
akseptor, dan MOP 15 akseptor.
Berdasarkan prasurvey di Puskesmas Wawotobi bahwa pengguna alat
kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang khususnya IUD dipengaruhi
oleh beberapa faktor-faktor misalnya faktor tingkat pengetahuan, sikap, dan
motivasi. Pada umumnya PUS (Pasangan Usia Subur) yang telah menjadi
akseptor KB lebih banyak menggunakan pil, suntik dan kondom. Namun pada
akhir-akhir ini akseptor lebih dianjurkan untuk menggunakan program Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), yaitu alat kontrasepsi spiral (IUD),


susuk (Implant) dan kontap. Intra uterine device (IUD) Metode ini lebih
ditekankan karena MKJP dianggap lebih efektif dan lebih mantap
dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom maupun suntikan
(www.bkkbn.go.id,2007). Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk
melakukan penelitian mengenai

Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya

Penggunaan alat Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi


Tahun 2015.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis ingin
mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya penggunaan Alat
Kontrasepsi IUD di Puskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe Tahun 2015 ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan dapat memberikan data yang akurat tentang Rendahnya
pengguna alat kontrasepsi IUD di Puskesmas Wawotobi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap
penggunaan Alat Kontrasepsi IUD di Puskesmas Wawotobi Kabupaten
Konawe Tahun 2015.
b. Untuk memperoleh gambaran tingkat Sikap ibu terhadap penggunaan
Alat Kontrasepsi IUD di Puskesmas Wawotobi Kabupaten Konawe
Tahun 2015.

c. Untuk memperoleh gambaran berdasarkan Motivasi ibu terhadap


penggunaan Alat Kontrasepsi IUD di Puskesmas Wawotobi Kabupaten
Konawe Tahun 2015.
E. Manfaat Penulisan
1. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan atau bidan dalam bekerja sesuai dengan standart
pelayanan dan dapat mengembangkan ilmu dan menambah wawasan serta
pengalaman.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dapat memberikan keterampilan melalui bimbingan pengetahuan
kepada mahasiswa yang akan menjadi tenaga kesehatan nantinya.
b. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan menambah buku
referensi tentang keluarga berencana di perpustakaan.
3. Bagi Mahasiswi
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek
tentang alat kontrasepsi IUD.
4. Bagi Ibu
Meningkatkan pengetahuan tentang alat kontrasepsi IUD dan dapat
memilih alat kontrasepsi yang tinkat keeftifannya tinggi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang IUD (Intra Uterine Device)
1. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan
sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut
(Hartanto, 2010 : 17).
Intra Uterine Device (IUD) / Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa(baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya),diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,
menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus
(Hidayati, 2009 : 29).
IUD adalah alat kontrasepsi yang dumasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline). Ada yang
dililit tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada pula yang dililit tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang di batangnya berisi
hormon progesterone (Suratun, 2008 : 87).
IUD adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan
untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk, yang dipasangkan ke
dalam rahim untuk menghasilkan efek kontraseptif .
7

2. Tipe-tipe IUD
a. Tipe yang secara kimiawi bersifat lengai (tidak menimbulkan reaksi
kimia apapun) terbuat dari baha yang tidak bisa diserap, yakni
paling sering terbuat dari polyethylene yang diimpregnasi oleh barium
sulfat untuk memberikan radiopasitas (contohnya, spiral/lippes loop).
b. Tipe yang kurang lebih akan mengahasilkan elusi dari alat
dengan substansi kimia yang aktif, seperti alat yang mengandung
unsur tembaga atau preparat progestasional (contoh progestasert
berbentuk huruf T yang melepaskan kurang lebih 65 g progesteron
per hari melalui batang vertikal yang terbuat dari kopolimer vinil
asetat, seperti Copper T). (Wiknjosastro, 2007).
3. Mekanisme kerja IUD
Sampai saat ini mekanisme kerja IUD belum diketahui secara pasti.
Kini pendapat yang terbanyak menyatakan bahwa IUD dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan setempat (endometrium) yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau
sperma. Pemeriksaan cairan uterus pada akseptor IUD seringkali dijumpai
pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa (Hidayati,
2009 : 31).
Sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
akseptor IUD, yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam
uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Sering ditemukan terjadinya
kontraksi uterus pada pemakai IUD, sehingga dapat mengahalangi
proses nidasi, kontraksi ini terjadi diduga karena adanya peningkatan
kadar prostaglandin dalam uterus wanita tersebut (Hidayati, 2009 : 32).

Pendapat

lain

mengatakan

bahwa

IUD

bioaktif

mekanisme

kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga


dapat menimbulkan pengaruh terhadap sperma (ion logam atau bahan
lain pada IUD berpengaruh terhadap sperma). Logam-logam tertentu,
khususnya tembaga, sangat meningkatkan kerja kontrasepsi. Menurut
Alvarez, et al. (1998), sebagian IUD juga dapat mencegah terjadinya
fertilisasi (Hidayati, 2009 : 32).
Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam
tembaga (Cu). Tembaga (Cu) juga menghambat khasiat anhidrase karbon
dan fosfatase alkali, memblok bersatunya sperma-ovum, mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tuba falopii, dan menginaktifkan sperma
(Hidayati, 2009 :32).
Mekanisme kerja IUD secara kimiawi belum dapat ditentukan dengan
tepat. Intra Uterine Device (IUD) yang mengeluarkan hormon juga
menebalkan lendir serviks hingga menghalangi pergerakan ssperma
untuk masuk melewati serviks (Hidayati, 2009 :33).
Kesimpulannya, secara umum mekanisme kerja IUD adalah dengan
menghambat

implantasi

blastokista

dalam

endometrium

dan

ini

tampaknya merupakan mekanisme kerja yang paling menonjol dari jenis


kontrasepsi ini, hambatan nidasi tersebut terjadi karena adanya respon
inflamasi setempat (pada area terdapatnya IUD, endometrium) yang
selanjutnya mengakibatkan terpacunya kerja lisosom pada blastokista dan
mungkin pula fagositosis spermatozoa (Hidayati, 2009 : 33).

Keberadaan alat dalam rongga uterus memungkinkan untuk mencegah


implantasi telur dalam uterus, menjadikan sperma sulit masuk ke dalam
alat reproduksi dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
(Hidayati, 2009 : 33).
4. Jenis-jenis IUD yang beredar
a. IUD Generasi pertama : disebut Lippesloop, berbentuk spiral atau
huruf S ganda, terbuat dari plastik (poyethyline).
b. IUD Generasi kedua
1) Cu T 200 B; berbentuk T yang batangnya dililit tembaga (Cu)
dengan kandungan tembaga.
2) Cu 7; berbentuk angka 7 yang batangnya dililit tembaga.
3) ML Cu 250; berbentuk 3/3 lingkaran elips yang bergerigi yang
batangnya dililit tembaga. (Suratun, 2008 : 87)
c. IUD Generasi ketiga
1) Cu T 380 A: berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang lebih
banyak dan perak.
2) Ml Cu 375 : batangnya dililit tembaga berlapis perak.
3) Nova T.Cu 200 A; batang dan lengannya dililit tembaga.
d. IUD Generasi keempat
Ginefix, merupakan AKDR tanpa rangka, terdiri

dari

benang polipropilen monofilamen dengan enam butir tembaga.


5. Keuntungan dan Kerugian IUD
a. Keuntungan
1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi.
Sangat efektif 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama(1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan
tidak perlu diganti).
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. (5)

Tidak

mempengaruhi hubungan seksual.


5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.

10

6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)


7) Tidak memepengaruhi kualitas dan volume ASI.
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
9) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah
haid terakhir).
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. (12) Membantu mencegah
kehamilan ektopik. (Saifuddin, 2008 : MK-75)
b. Kerugian
1) Efek samping yang umum terjadi :
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan).
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
d) Saat haid lebih sakit.
2) Komplikasi lain :
a. Merasakan sakit dan kejang setelah selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan.
b. Perdarahan berat pada

waktu

haid

yang memungkinkan penyebab anemia.


c. Perforasi
dinding
uterus
(sangat

atau

diantaranya

jarang

apabila

pemasangannya benar).
d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
f. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.
g. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan
dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama
pemasangan.
h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 2 hari.

11

i. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas


kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.
j. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).
k. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi
AKDR untuk mencegha kehamilan normal.
l. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari
waktu

ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus

memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan


tidak mau melakukan ini (Saifuddin, 2008 : 75).
6. Akseptor KB
a. Pengertian
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang salah seorang
dari padanya menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi
dengan tujuan untuk pencegahan kehamilan baik melalui program
maupun non program. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
indonesia (2001) dal Setiawan dan Saryono (2010) akseptor adalah
orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan program
keluarga berencana.
b. Jenis-jenis Akseptor KB
Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut : (1)
Akseptor KB Baru Akseptor KB Baru adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang pertama kali menggunakan kontrasepsi setelah
mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau
kelahiran.
c. Akseptor KB Lama

12

Akseptor KB Lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang


melakukan kunjungan ulang termasuk pasangan usia subur yang
menggunakan alat kontrasepsi kemudian pindah atau ganti ke cara
atau ke alat yang lain atau mereka yang pindah klinik baik
mnggunakan cara yang sama atau cara (alat) yang berbeda.
d. Akseptor KB Aktif
Akseptor KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada
saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.
e. Akseptor KB Aktif Kembali
Akseptor KB Aktif Kembali adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang telah berhenti menggunakan selama tiga bulan atau lebih yang
tidak diselingi

oleh

suatu

kehalmilan

dan

kembali

menggunakan alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun


berganti cara setelah berhenti atau istirahat paling kurang tiga bulan
berturut-turut dan bukan karena hamil.
7. Akseptor yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi IUD
a. Usia reproduktif.
b. Keadaan nulipara.
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
g. Risiko rendah dari IMS.
h. Tidak menghendaki metode hormonal.
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama
(Saifuddin, 2008 : MK-76).
Pandapat

lain

untuk

akseptor

yang

dapat

kontrasepsi IUD diantaranya :


a.Perokok.
b. Pascaabortus.
c.Sedang memakai obat antibiotik dan antikejang.

menggunakan

13

d. Pasien obesitas/kurus.
e.Sedang menyusui.
f. Penderita tumor jinak payudara.
g. Penderita Ca payudara.
h. Pusing-ousing/nyeri kepala.
i. Varises kaki dan vulva.
j. Pernah menderita penyakit seperti stroke, DM, liver, dan empedu.
k. Menderita hipertensi, jantung, malaria, skistosomiasis (tanpa
anemia), penyakit tiroid, epilepsi atau TBC nonpelvis.
l. Pasca KET.
m. Pasca pembedahan pelvis. (Hidayati, 2009 : 37)

B. Faktor yang mempengaruhi akseptor KB IUD


1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh

pengetahuan.

Apabila

penerimaan

perilaku

didasari

oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka perilaku tersebut bersifat


langgeng (log lasting) sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari
pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,
2007).

14

Berdasarkan Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang mencakup di


dalamnya domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau

menghubungkan

bagian-bagian

di

dalam

suatu

bentuk

keseluruhan.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
pemikiran terhadap suatu materi atau obyek.
2. Sikap
Sikap

terdiri

Notoatmojo, 2007:126) :

dari

berbagai

tingkatan

yakni

(Soekidjo

15

1) Menerima (receiving)
Menerima

diartikan

bahwa

orang

(subyek)

mau

dan

mengerjakan

dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


2) Merespon (responding)
Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap


karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain
(tetangga,

saudaranya,

dsb) untuk menimbang anaknya ke

posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti


bahwa si ibu telah mempunyai sikap, positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunyai sikap, yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
a. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri

16

Purwanto, 1998:63) diunduh dari creasoft.files.wordpress.com pada


tanggal 10 Juli 2010.
a. Sikap

positif

kecenderungan

tindakan

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.


b. Sikap negatif terdapat kecenderungan

adalah

mendekati,

untuk

menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyuk objek tertentu.


b. Ciri-Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap (Heri Purwanto, 1998:63) diunduh dari creasoft.files.
wordpress.com pada tanggal 10 Juli 2010, adalah:
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang

perkembangan

objeknya. Sifat

ini

itu

dalam

membedakannya

hubungan

dengan

sifat

dengan
motif-

motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.


2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari
dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaankeadaan dan syarat-syarat tertentu yang memper-mudah sikap
pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri

sendiri,

tetapi senantiasa

mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu
terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan
suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat
juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah

yang membedakan

sikap dan kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan pengetahuan yang dimiliki orang.


c. Cara Pengukuran Sikap

17

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan


sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan

sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang

positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung


atau

memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin


pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak
mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti
ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala
sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan
favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian
ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,
2007).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap
objek sikap antara lain :
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

18

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap


akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah
sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakatnya,

karena kebudayaanlah

memberi

individu-individu

corak

pengalaman

yang

masyarakat

asuhannya.
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama

sangat

menentukan

sistem

kepercayaan

tidaklah

19

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut


mempengaruhi sikap.
6) Faktor Emosional
Kadangkala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego
(Azwar, 2008:31-36). Sikap akseptor KB IUD terhadap kunjungan
ulang pasca pemasangan IUD adalah respon, pandangan, atau
perasaan akseptor terhadap kunjungan ulang pasca pemasangan
IUD yang dinyatakan dalam tindakan mendukung atau tidak
mendukung.
3. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuki melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal
dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/mendesak (Reksohadiprojo dan Handoko 2006 : 37).
Menurut Mc. Donald dalam (Sadirman 2011 : 20), motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

20

munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya


tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini
mengandung tiga elemen penting :
1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi
pada diri setiap individu manusia. Karena menyangkut perubahan
energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri
manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalanpersoalan

kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan

tingkah laku manusia.


3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni
tujuan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan motivasi itu
sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri

manusia,

sehingga akan bergantung dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan


dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

b. Pembagian Motivasi
1) Motivasi intrinsik

21

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif


atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. (Siagian, 2007:
138).
c. Teori Motivasi
1) Teori kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor
kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak
dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan
perhatian pada faktor-faktor
menguatkan,

mengarahkan,

dalam
mendukung

diri
dan

orang

yang

menghentikan

perilakunya.
2) Teori proses
Teori motivasi proses ini pada dasarnya berusaha untuk
menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan, mengarahkan,
memelihara dan menghentikan perilaku individu. (Abraham H.
Maslow 2006).

C. Kerangka Konsep

22

Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini menggunakan


kerangka teori yang menguraikan lebih lanjut Gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi akseptor KB IUD sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

PENGETAHUAN

SIKAP
MOTIVASI

Pengguna Alat Kontrasepsi


IUD

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep

23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini bersifat survey deskripsi dengan pendekatan
Cross Sectional, dimana variabel bebas (Independen Variabel) dan dari
variabel terikat (Dependen Variabel) dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wawotobi Kecamatan
Wawotobi Kabupaten Konawe. Penelitian di lakukan pada tanggal 20
Februari sampai 27 Maret 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua Pasangan Usia Subur
(PUS) yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Wawotobi Tahun 2015,
yaitu sebanyak 2.499 akseptor.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2010).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan Accidental
Sampling, yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada pada saat penelitian dilakukan. Jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah jumlah semua ibu yang menggunakan alat

24

kontrasepsi IUD di Puskesmas Wawotobi pada bulan Februari sampai


Maret 2015.
D. Jenis dan Pengumpulan Data
1. Data primer, yaitu data yang diambil dan diperoleh dengan cara
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada seluruh
responden yang diteliti (akseptor KB).
26

2. Data sekunder, yaitu data yang diambil melalui register KB di Puskesmas


Wawotobi yang berhubungan dengan penelitian ini.
E. Instrumen Penelitian
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan penelitian, maka instrument
yang digunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang diperuntukkan
untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan
diteliti.
F. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian di olah secara
manual dengan menggunakan Kalkulator dan dikerjakan melalui beberapa
proses dengan tahap sebagai berikut :
a. Koding
Langkah awal memberi kode pada jawaban ditepi kanan lembar
pertanyaan. Pengisian berdasarkan jawaban dari responden tersebut.
b. Editing
Setelah dilakukan pengkodean selanjutnya dilakukan editing
untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang susah di isi, editing

25

meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi


dari setiap jawaban.
c. Tabulasi data
Tabulasi data merupakan kelanjutan dari pengkodean pada proses
pengolahan. Dalam hal ini setelah data tersebut di koding kemudian di
tabulasi menggunakan tabel.
2. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta
dinarasikan dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian.
G. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara analisis deskriptif berupa distribusi
frekuensi dengan menggunakan tabel untuk memberi gambaran tentang
variabel-variabel yang diteliti.
Rumus yang digunakan dalam analisis data ini adalah :
n
X=

x 100%

Keterangan :
X = Variabel yang diteliti
n

= Jumlah variabel yang diteliti

= Jumlah Keseluruhan dari sampel


(Natsir. M, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN Sultra, 2013. Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan
Kontrasepsi IUD. Diakses:
15
Februari
2014:
http://www.bkkbn.go. id/litbang/pusna/Data/PB_b%20Diah_edit. Pdf

26

Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.


Hartonto SP, 2010. Analisis Data Kesehatan FKM Universitas Indonesia. Jakarta.
Hidayati, R. 2009 Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.
Maryati H, 2005. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi KB Bagi Wanita, http: //
www.tempo.co.id / Medika / Arsip / 032002 / Pus 1.htm.diakses tanggal
12 Februari 2012 jam 15.30 Wita.
Notoatmodjo, S. 2007 Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta
, 2010 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta.
Nova, D. 2012. Pengertian Keluarga Berencana (KB).Diakses
:
10
Februari
2012
:
http://dedew-nova.
blogspot.
com/2012/01/pengertian-keluarga-berencana-kb. Html
Sadirman A.M. 2011 Interaksi & Motivasi. Jakarta : Penerbit Rajawali Pers
Saifuddin, A. 2008 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Siagian, Sondang P. 2007. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulistyawati, A. 2011 Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika
Suparyanto, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan IUD. Diakses
:
10
Februari
2012
:
http://dr-suparyanto.
blogspot.
com/2012/02/konsep-iud. html
Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Penerbit Trans Info Media.
Wiknjosastro H, 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai