PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dini
<72 jam
Jalan lahir
Lambat
>72 jam
Lingkungan
(nosokomial)
dapat melalui lintas ini adalah toksoplasmosis, malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi
tranplasenta biasanya selain skrining untuk sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).4
2.4.2. Infeksi Intranatal
Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi asendens yaitu infeksi yang berasal
dari vagina dan serviks. Karena ketuban pecah dini maka kuman dari serviks dan vagina
menjalar ke atas menyebabkan korionitis dan amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi
menjalar terus melalui umbilikus dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan
amnionitis dan liquor amnion yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus
digestivus janin sehingga menyebabkan infeksi disana.4
Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal meliputi faktor risiko mayor yaitu
ktuban pecah dini (KPD) > 18 jam, ibu demam intrapartum > 38C, korioamnionitis,
ketuban berbau, denyut jantung janin (DJJ) >160x/menit. Faktor risiko minor terdiri dari
KPD >12 jam, demam intrapartum >37,5C, skor APGAR rendah (menit 1 skor <5 dan
Referat Diagnosis dan Tatalaksana Sepsis Neonatorum
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia
5
menit 5 skor <7), BBLSR (<1500 gram), kembar, usia kehamilan <37 minggu, keputihan
yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK). Seorang bayi memiliki
risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor ditambah dua
kriteria minor.1,4
2.5 Daya Pertahanan Tubuh
Lemahnya pertahanan tubuh pada bayi kurang bulan atau pada bayi cukup bulan risiko
tinggi disebabkan oleh :3,4
1. Sistem Imunitas Seluler
Sel polimorfonuklear mempunyai kemampuan kemotaksis terbatas, menurunnya
mobilisasi reseptor permukaan sel, kemampuan bakterisidal yang amat terbatas, dan
fagositosis normal.
Semua komponen komplemen kurang, terutama pada bayi kurang bulan juga,
sewaktu antenatal.
Sel limfosit B dalam makrofag membelah menjadi sel memori atau menjadi
sel plasma yang menghasilkan antibodi.
merupakan faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial pada masa neonatal, terutama
untuk bayi berat lahir sangat rendah atau bayi kurang bulan.
2.6 Diagnosis
Manifestasi klinik
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi diberikan tanpa
menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak spesifik dengan diagnosis
banding yang sangat luas, termasuk gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit
hematologik, penyakit susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi
lainnya (misalnya infeksi TORCH = toksoplasma, rubela, sitomegalo virus, herpes).5,6
Bayi yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala:5,6
Letargi, iritabel,
Tampak sakit,
Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit bintik-
Hematologi
Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan
hitung jenis, trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/ml,
trombositopeni <150.000/ml (spesifisitas tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil muda
meningkat >1500/ml, rasio neutrofil imatur : total >0,2. Adanya reaktan fase akut
yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri, kenaikan sedang
didapatkan
pada
kondisi
infeksi
kronik),
LED,
GCSF
(granulocyte
colonystimulating factor), sitokin IL-1, IL-6 dan TNF (tumour necrosis factor).
Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi,
pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang
menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur
darah positip.
Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin.
Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).
terjadi
meningitis
untuk
umur
0-7
hari
100-200mg/kg/
24jam
3
4
time
memanjang,
BAB III
KESIMPULAN
Sepsis neonatorum sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang
pelayanan dan perawatan neonatus. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis
dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan.
Jenis kuman sangat menentukan tatalaksana sepsis. Pemilihan antibiotik akan memberikan
hasil optimal apabila sesuai dengan kuman penyebab. Di negara maju kuman yang tersering
ditemukan pada infeksi awitan dini adalah kelompok kuman B Streptococcus (GBS),
Eschericia coli, Haemophilus influenzae, dan Listeria monocytogenes.
Referat Diagnosis dan Tatalaksana Sepsis Neonatorum
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia
9
Diagnosis dan tatalaksana sepsis pada neonatus tergantung pada modifikasi prinsipprinsip ilmiah dari seni dan pengalaman dokter tersebut. Berikut dibawah ini merupakan
konsep yang berhubungan dengan sepsis neonatus:
1. Sepsis neonatus merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian.
2. Uji diagnostik untuk sepsis onset cepat (selain dari kultur darah atau LCS)
sangatlah penting untuk mengidentifikasi kemungkinan rendah untuk bayi tersebut
terkena sepsis tetapi bukan untuk mengidentifikasi bahwa bayi tersebut mungkin
terinfeksi.
3. Satu mililiter darah yang diambil sebelum memulai terapi antibiotik diperlukan
untuk mendeteksi bakteriemia secara adekuat jika menggunakan botol kultur
pediatrik.
4. Pungsi lumbal tidak dibutuhkan pada semua bayi yang dicurigai terkena sepsis
(terutama yang terlihat sehat) tetapi harus dilakukan jika pada pemeriksaan
laboratorium sudah ditemukan tanda-tanda bakteriemia, dan pada bayi yang tidak
respon terhadap antibiotik tertentu.
5. Terapi optimal pada sepsis onset cepat adalah dengan antibiotik spektrum luas
(ampicillin dan aminoglikosida). Saat kuman patogen sudah ditemukan, terapi
akan diganti menjadi lebih spesifik.
6. Terapi antibiotik harus dihentikan dalam waktu 48 jam jika keadaan klinis tidak