Anda di halaman 1dari 3

ABSES OTAK

Darto Saharso

BATASAN
Proses pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak, baik disertai pembentukan kapsul
atau tidak.
PATOFISIOLOGI
Penyebab terbanyak adalah bakteri anaerobik (70%). Bakteri lain yang jadi penyebab adalah
Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Bacteriodes fragilis.
Pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh Proteus sp, E coli, Group B Streptococcus.
Abses otak dapat terjadi karena :
1. Penyebaran langsung dari fokus infeksi yang berdekatan dengan otak, misalnya infeksi
telinga tengah, sinusitis paranasalis dan mastoiditis
2. Penyebaran dari fokus infeksi yang jauh secara hematogen
3. Infeksi akibat trauma tembus kepala
4. Infeksi pasca operasi kepala
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri (misalnya pada Tetralogy of
Fallot), terutama pada anak berusia lebih dari 2 tahun, merupakan faktor predisposisi terjadinya
abses otak
Terjadinya abses otak melalui 4 stadium, yaitu :
1. Stadium serebritis dini (hari ke 1-3)
2. Stadium serebritis lambat (hari ke 4-9)
3. Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10-14)
4. Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14)
GEJALA KLINIS

Tidak ada satupun gejala klinis khas untuk abses otak.

Gambaran klasik yang sering dijumpai berupa sakit kepala, panas, defisit
neurologis fokal, kejang dan gangguan kesadaran.

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Anamnesis :
Sakit kepala merupakan keluhan dini yang paling sering dijumpai (70-90%). Terkadang
juga didapatkan mual, muntah dan kaku kuduk (25%).

Pemeriksaan fisik :
Panas tidak terlalu tinggi. Defisit neurologis fokal menunjukkan adanya edema di sekitar
abses. Kejang biasanya bersifat fokal. Gangguan kesadaran mulai dari perubahan

PDT Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya

207

kepribadian, apatis sampai koma. Apabila dijumpai papil edema menunjukkan bahwa
proses sudah berjalan lanjut. Dapat dijumpai hemiparese dan disfagia.

Pemeriksaan laboratorium :
o Darah : jarang dapat memastikan diagnosis. Biasanya lekosit sedikit meningkat
dan laju endap darah meningkat pada 60% kasus
o Cairan Serebro Spinal (CSS) : dilakukan bila tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intra kranial (TIK) oleh karena dikhawatirkan terjadi herniasi

Pemeriksaan radiologi:
CT Scan: CT scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk memastikan diagnosis.
Pada stadium awal (1 dan 2) hanya didapatkan daerah hipodens dan daerah irreguler yang
tidak menyerap kontras. Pada stadium lanjut (3 dan 4) didapatkan daerah hipodens
dikelilingi cincin yang menyerap kontras

DIAGNOSIS BANDING

Tumor di daerah serebropontin

Abses ekstradural

Empiema subdural

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medikamentosa dengan atau tanpa aspirasi dilakukan pada stadium serebritis,
abses multipel dan abses yang didapatkan pada daerah kritis
Pada penatalaksanaan medikamentosa diberikan:
1. Cefotaxime 200-300 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 6 minggu atau
Kombinasi Ampicillin 200 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 6 dosis + Chloramphenicol
100 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis.
2. Metronidazole 15 mg/KgBB/dosis IV kemudian dilanjutkan dengan 7,5 mg/KgBB/dosis
IV/PO setiap 6 jam selama 7 hari (maksimal 4 g/hari).
3. Apabila didapatkan peningkatan TIK dapat diberikan:
a. Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian dilanjutkan 0,25-0,5
mg/KgBB IV setiap 4-6 jam
b. Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan
0,5 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 3 dosis atau
Methylprednisolone dosis awal 1-2 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis
rumatan 0,5 mg/KgBB/dosis setiap 6 jam
Pengurangan dosis (tappering off) dimulai pada hari ke 5

PDT Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya

208

Perhatian: Steroid dapat menghambat penetrasi antibiotik pada abses dan


menghambat pembentukan dinding abses yang berakibat abses mudah pecah
dan terjadi meningitis.
KOMPLIKASI

Herniasi unkal atau tonsiler karena kenaikan TIK

Ventrikulitis karena pecahnya abses di ventrikel

Perdarahan abses

PROGNOSIS
Prognosis baik bila usia muda, tidak didapatkan gangguan neurologis berat dan tidak ada
penyakit yang mendasari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Osenbach RK, Loftus CM: Diagnosis and management of brain abscess. Neurosurg Clin N
Am, 1992, Apr.; 3(2) : 403-20.
2. Saez-Liorens X: Brain abscess in children. Semin Pediatr Infect Dis 2003, 2003; 14 (2) :
108-14.
3. Sennaroglu L., Sozeri B: Otogenic brain abscess : review of 41 cases. Otolaryngol Head
Neck Surg 2000, Dec.; 123 (6) : 751-5.
4. Seydoux C, Francioli P: Bacterial brain abscesses : Factors influencing mortality and
sequellae. Clin Infect Dis, 1992; 15 (3) : 394-401.
5. Ucapan terima kasih kepada : dr. Erny, Sp.A atas bantuan dalam penyusunan pedoman
diagnosis & terapi Neurologi anak.

PDT Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya

209

Anda mungkin juga menyukai