Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

BRONKOPNEUMONI
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah pneumoni mencakup setiap keadaan radang paru dimana beberapa
seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Pneumoia hingga saat ini
masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak-anak dinegara
berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian
anak didunia , lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi diafrika dan asia tenggara. Insiden
pneumonia dinegara berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak dibaawah usia 5
tahun, 16-22% per 1000 anak pada usai 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000 anak
pada anak yang lebih tua.
Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Di
Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberculosis. Menurut survei kesehatan nasional (SKN)
2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita Indonesia disebabkan
oleh penyakit system pernafasan, terutama pneumonia menduduki peringkat
keempat dari sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat pertahun. Angka
kematian pneumonia yang dirawat inap berkisar antara 20-35%.
Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernafasan yang terjadi pada
bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumoni lebih sering dijumpai
pada anak kecil dan bayi dan biasanya sering disebabkan oleh bakteri
streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada
dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian pneumonia di
Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun.

BAB 2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. S

Usia

: 2,5 bulan

Alamat

: ,RT/RW 07/03

No RM

: 914902

Tgl Masuk : 24 febuari 2014


B. Identitas Orang Tua
Ayah
Nama

: Tn. D

Umur

: 42 th

Agama

: Islam

Pendidikan : SMA
Pekerjaan

: Pedagang

Ibu
Nama

: Ny. C

Umur

: 40 th

Agama

: Islam

Pendidikan : SMA
Pekerjaan

B.

: IRT

Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa dengan orangtua pasien di bangsal


anak ruangan III.8, pada tanggal 26 febuari 2014.

a. Keluhan Utama
Batuk sejak 3 hari SMRS.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa oleh orangtuanya ke IGD pada tanggal 24 februari 2014.
Ibunya mengatakan pasien mengalami batuk. Batuk dilaporkan terus menerus
sejak 3 hari SMRS dan diserta sesak nafas. Ibu os mengeluhkan os juga
mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi dan muntah jika diberi ASI. Makan
dan minum baik. BAB dan BAK normal.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengaku menderita penyakit bronchitis sejak hamil anak ke II,
sudah berobat, tetapi tidak pernah kontrol lagi setelah obat habis.
d. Riwayat kehamilan
Paritas Gravida G2P2A2
Bayi S dalam kandungan selama 38 minggu. Ibu pasien rutin memeriksakan
kandungannya ke bidan setempat. Berat badan sebelum hamil serta kenaikan
berat badan selama kehamilan tidak diketahui.
e. Perawatan antenatal
- Ibu kontrol secara teratur ke bidan setiap bulan. Tidak ada masalah selama
kehamilan dan janin di dalam kandungan dinyatakan sehat.
-Penyakit selama kehamilan
Riwayat masalah dan penyakit selama masa kehamilan tidak ada.
-Obat-obatan yang diminum
Ibu pasien mendapatkan vitamin setiap kali melakukan pemeriksaan kehamilan.
g. Riwayat persalinan
Persalinan

: Dirumah

Penolong persalinan

: Kebidan

Cara persalinan

: Spontan pervaginam

Masa gestasi

: 9 bulan

Ketuban pecah

: pecah kira-kira 1 jam sebelum persalinan.

Berat plasenta

: Ibu tidak tahu

Ketuban

: jernih

Jumlah air ketuban

: Ibu tidak tahu

Bayi lahir pukul

: 14.00 siang

Keadaan bayi
Berat lahir

: 2,8 gram

Panjang badan

: 44 cm

Lingkar kepala

: Ibu tidak tahu

Menurut Ibu, bayinya langsung menangis dan kulit bayi berwarna merah. Tidak
ada cacat.

Riwayat Nutrisi
Pasien masih minum ASI sejak lahir sampai sekarang.

Riwayat Imunisasi
BCG
Polio
DPT
Campak
Hepatitis

: 1 x saat berumur 3 bulan


: belum dilakukan
: belum dilakukan
: belum dilakukan
: belum dilakukan

Kesan : imunisasi belum lengkap.

C. Pemeriksaan fisis

Status Generalisata pada tanggal 28 Februari 2014,


Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda Vital :
Nadi

: 138 kali/menit,

Laju Pernapasan

: 67 kali/menit

Suhu Tubuh

: 37,8C

Kepala :
Bentuk dan ukuran

: Normochepal, deformitas (-)

Rambut

: Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,.

Hidung

: Sekret -/-, napas cuping hidung (-), perdarahan (-)

Mulut

: sianosis (-)

Lidah

: Tidak kotor

Tenggorokan

: Tonsil T1/T1 tidak hiperemis.

Leher

: Tidak teraba pembesaran KGB

Thorax

Jantung
I : iktus kordis kuat angkat tidak terlihat.
P : iktus kordis kuat angkat tidak teraba.
P : redup, batas jantung tidak melebar.
A : bunyi jantung murni I dan II, tidak ditemukan gallop atau murmur.
Paru-paru

Paru (depan)
I : simetris kanan dan kiri, terlihat retraksi subcostal
P : vokal fremitus kanan dan kiri normal.
P : sonor di kedua lapang paru.
A : vesikuler normal, Ronkhi +/+, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi

: datar, tidak ada benjolan.

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Palpasi

: Supel, hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi

: Timpani dikeempat kuadran abdomen.

Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik.

D. Differential Diagnosis
o Bronkiolitis
o Bronkopneumoni
o Wheezing Infant

E. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 24 februaru 2014
1

Darah Rutin

Hemoglobin

: 8.4 g/dL

(13-17 g/dL)

Leukosit

: 13700 /L

(4000-10000 /L)

Hematokrit

: 25,8 %

( 37-43 %)

Trombosit

: 523000 / L

( 150000-450000 /L)

2 Radiologi
Thorak

: Cor tidak membesar.


Sinuses dan diafragma nomal
Pulmo :

Hilus kanan normal, kiri tertutup bayangan

jantung
Corakan bronkoveskuler bertambah.
Tampak bercak disuprahiler dan parakardial
kanan.

Kesan:
o Menyokong Bronkopneumoni
o Tak tampak kardiomegali.

F. Diagnosis Kerja
Bronkopneumoni

G. Penatalaksanaan
IVFD KAEN I B 20 tpm (mikro)
Ampicilin 4 x 125 tab
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x
Cefotaxim 3 x 200

Ottopan 3 x 0,6

FOLLOW UP PASIEN SELAMA DI RAWAT

Follow up Tanggal 2 Maret 2014


PEMERIKSAAN FISIK
A FOLLOW UP
02-03-2014
S: demam + , batuk +, sesak +, muntah +
O: TTV: Suhu : 37,8 oC
Nadi

: 136 x/menit

RR

: 68 x/menit

Kepala : UUB tidak cekung


Nafas cuping hidung Bibir sianosis Thorax : Paru : simetris, retraksi +/+, ronki+/+, wheezing -/Cor : dbn
Abdomen : dbn
A : Bronkopneumonia
P : IVFD KAEN I B 20 tpm (mikro)
Ampicilin 4 x 125 tab
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x
Cefotaxim 3 x 200
Ottopan 3 x 0,6

FOLLOW UP
03-03-2014
S: demam - , batuk +, sesak +, muntah O: TTV: Suhu : 37,3 oC
Nadi

: 130 x/menit

RR

: 58 x/menit

Kepala : UUB tidak cekung


Nafas cuping hidung Bibir sianosis Thorax : Paru : simetris, retraksi +/+, ronki +/+, wheezing -/Cor : dbn
Abdomen : dbn
A : Bronkopneumonia
P : IVFD KAEN I B 20 tpm (mikro)
Ampicilin 4 x 125 tab
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x
Cefotaxim 3 x 200
Ottopan 3 x 0,6

FOLLOW UP
04-03-2014
S: demam - , batuk +, sesak -, muntah O: TTV: Suhu : 36,7 oC
Nadi

: 128 x/menit

RR

: 46 x/menit

Kepala : UUB tidak cekung


Nafas cuping hidung -

Bibir sianosis Thorax : Paru : simetris, retraksi -/-, ronki -/-, wheezing -/Cor : dbn
Abdomen : dbn
A : Bronkopneumonia
P : IVFD KAEN I B 20 tpm (mikro)
Ampicilin 4 x 125 tab
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x
Cefotaxim 3 x 200
Ottopan 3 x 0,6

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan
atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium. Secara klinis
pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia, radiasi, aspirasi,
obat-obatan dan lain-lain. Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk. Sedang keradangan paru yang disebabkan oleh
penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan dan lain- lain) lazimnya
disebut pneumonitis.1,2
Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang
terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Saluran pernapasan tersebut
tersumbat oleh eksudat yang mukopurulen, yang membentuk bercak-bercak
konsolidasi di lobulus yang berdekatan. Penyakit ini bersifat sekunder yang
biasanya menyertai
penyakit ISPA (Infeksi Salurann Pernapasan Atas), demam infeksi
spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Sebagai infeksi
primer biasanya hanya dijumpai pada anak-anak dan orang tua. 1,2
Secara anatomis pneumonia dibagi 3, yaitu :

a pneumonia lobaris
b pneumonia intertitialis (bronkiolitis)
c

pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

WHO memberikan pedoman klasifikasi pneumonia, sebagai berikut :


1 Usia kurang dari 2 bulan
a Pneumonia berat
- Chest indrawing (subcostal retraction)
-

Bila ada napas cepat (> 60 x/menit)


b Pneumonia sangat berat

tidak bisa minum

kejang

kesadaran menurun

hipertermi / hipotermi

napas lambat / tidak teratur


2 Usia 2 bulan-5 tahun
Pneumonia

bila ada napas cepat


b Pneumonia Berat
- Chest indrawing

Napas cepat dengan laju napas


> 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun
> 40 x/menit untuk anak > 1 5 tahun
c Pneumonia sangat berat

tidak dapat minum

kejang

kesadaran menurun
Malnutrisi.9,10

ETIOLOGI
Virus merupakan penyebab tersering pneumonia pada bayi usia 1 bulan
sampai 2 tahun, . Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai
dengan distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan
penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus group B serta kuman atipik
Chlamydia pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae. 2

Umur
Neonatus

Bakteri Patogen
E. Coli, Streptococcus group B, Listeria
monocytogenes
Klebsiella sp, Enterobacteriaceae

1-3 bulan

Chlamydia trachomatis

Usia

Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma

prasekolah

pneumoniae
Haemophillus influenzae B, Streptococcus
pneumoniae
Staphylococcus aureus

Usia sekolah

Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma


pneumoniae
Streptococcus pneumoniae9

MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda klinis bervariasi tergantung kuman penyebab, usia


pasien, status imunologis pasien, dan beratnya penyakit. Manifestsi klinis bisa
sangat berbeda, bahkan pada neonatus mungkin tanpa gejala. Gejala dan tanda
pneumonia meliputi gejala infeksi pada umumnya demam, menggigil, sefalgia,
rewel, dan gelisah. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan
gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare, atau sakit perut. 2
Walaupun tanda pulmonal paling berguna, namun mungkin tanda-tanda
itu tidak muncul sejak awitan penyakit. Tanda-tanda itu meliputi nafas cuping
hidung (neonetus), takipneu, dipsneu, dan apneu. Otot bantu nafas interkosta
dan abdominal mungkin digunakan. Batuk umumnya dijumpai pada anak besar,
tapi pada neonatus bisa tanpa batuk. Tanda pneumonia berupa retraksi
(penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan
peningkatan frekuensi nafas), perkusi redup, fremitus melemah, suara nafas
melemah dan ronkhi. 1
Frekwensi nafas merupakan indeks paling sensitif untuk mengetahui
beratnya penyakit. Hal ini digunakan untuk mendukung diagnosis dan
memantau tatalaksana. Pengukuran frekwensi nafas dilakukan dalam keadaan
anak tenang atau tidur. Perkusi thorak tidak bernilai diagnostik karena
umumnya kelainan patologisnya menyebar. Suara redup pada perkusi biasanya
karena adanya efusi pleura.
WHO menetapkan kriteria takipneu berdasarkan usia, sebagai berikut :
- usia kurang dari 2 bulan

: 60 kali per menit

- usia 2 bulan -1 tahun

: 50 kali per menit

- usia 1 5 tahun

: 40 kali per menit. 2

Suara nafas yang melemah seringkali ditemukan pada auskultasi. Ronkhi


basah halus khas untuk pasien yang lebih besar, mungkin tidak terdengar pada
bayi. Pada bayi dan anak kecil karena kecilnya volume thorak biasanya suara
nafas saling berbaur dan sulit diidentifikasi.2
PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya kuman melalui inhalasi,
aspirasi, hematogen dr fokus infeksi atau penyebaran langsung. Sehingga terjadi

infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan berlubanglubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar
dari darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian alveoli yang terinfeksi
secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi disebarkan
oleh perpindahan bakteri dari alveolus ke alveolus. Kadang-kadang seluruh
lobus bahkan seluruh paru menjadi padat (consolidated) yang berarti bahwa
paru terisi cairan dan sisa-sisa sel.2
Bakteri Streptococcus pneumoniae umumnya berada di nasopharing dan
bersifat asimptomatik pada kurang lebih 50% orang sehat. Adanya infeksi virus
akan memudahkan Streptococcus pneumoniae berikatan dengan reseptor sel
epitel pernafasan. Jika Streptococcus pneumoniae sampai di alveolus akan
menginfeksi sel pneumatosit tipe II. Selanjutnya Streptococcus pneumoniae
akan mengadakan multiplikasi dan menyebabkan invasi terhadap sel epitel
alveolus. Streptococcus pneumoniae akan menyebar dari alveolus ke alveolus
melalui pori dari Kohn. Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan
reaksi radang berupa edema dari seluruh alveolus disusul dengan infiltrasi selsel PMN.2,
Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :
1 Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediatormediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama

dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler


paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2 Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3 Stadium III (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisasisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4 Stadium IV (7 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.2

Sebagian besar pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman


atau penyebaran langsung kuman dari respiratorik atas. Hanya sebagian kecil
merupakan akibat sekunder dari bakterimia atau viremia atau penyebaran dari
infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal mulai dari sublaring hingga unit
terminal adalah steril. Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan
mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk,
berkembang biak dan menimbulkan penyakit.1,2
Paru terlindung dari infeksi dengan beberapa mekanisme :
Filtrasi partikel di hidung
Pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis
Ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
Pembersihan kearah kranial oleh mukosiliar
Fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal

Drainase melalui sistem limfatik.2


DIAGNOSIS
1 Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan
infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk,
demam tinggi terus-menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil
(pada anak), kejang (pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan
gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau
kembung. Anak besar kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen
disertai muntah.2,3

2 Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok
umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding
dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar jarang
ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi,
sianosis, batuk, panas, dan iritabel.2
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(non produktif / produktif), takipneu dan dispneu yang ditandai dengan
retraksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat
dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri
kepala, dehidrasi dan letargi.2,3

3 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pneumonia umumnya didapatkan Lekositosis
hingga > 15.000/mm3 seringkali dijumpai dengan dominasi netrofil pada hitung
jenis. Lekosit > 30.000/mm3 dengan dominasi netrofil mengarah ke pneumonia

streptokokus. Trombositosis > 500.000 khas untuk pneumonia bakterial.


Trombositopenia lebih mengarah kepada infeksi virus. Biakan darah merupakan
cara yang spesifik namun hanya positif pada 10-15% kasus terutama pada anakanak kecil.2
4 Pemeriksaan Penunjang
a Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk menentukan
lokasi anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama
pada pasien bayi. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan
pada satu atau beberapa lobus. Jika difus (merata) biasanya disebabkan oleh
Staphylokokus pneumonia.3

Gambar 3 : Foto toraks PA pada pneumonia lobaris: tampak bercak-bercak


infiltrat pada paru kanan.
KRITERIA DIAGNOSIS
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna dkk tahun 1993 adalah
ditemukannya paling sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini :
a sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada

b panas badan
c Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
e Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)3
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pasien pneumonia meliputi terapi suportif dan terapi etiologik.
Terapi suportif yang diberikan pada penderita pneumonia adalah :
1 Pemberian oksigen 2-4 L/menit melalui kateter hidung atau nasofaring.
Jika penyakitnya berat dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin
diperlukan terutama dalam 24-48 jam
2 Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup.
3 Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang terjadi.
4 Mengatasi penyakit penyerta.
5 Pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer bukan merupakan tata laksana
rutin yang harus diberikan. 2

Tatalaksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun


karena berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia
diberikan antibiotik secara empiris. Walaupun sebenarnya pneumonia viral tidak
memerlukan antibiotik, tapi pasien tetap diberi antibiotik karena kesulitan
membedakan infeksi virus dengan bakteri. 2

Usia

Rawat jalan

Rawat Inap

Bakteri Patogen

0-2 minggu

1. Ampisillin +
Gentamisin
2. Ampisillin +
Cefotaksim

>2-4
minggu

1. Ampisillin +
Cefotaksim atau

- E. Coli
- Streptococcus B
- Nosokomial
enterobacteria
- E. Coli
- Nosokomial

Ceftriaxon

Enterobacteria

2. Eritromisin

- Streptococcus B
- Klebsiella
- Enterobacter
- C. trachomatis

>1-2 bulan

1. Ampisillin +

- E. Coli and other

Gentamisin

Enterobacteria

2. Cefotaksim atau
Ceftriaxon

- H. influenza
- S. pneumonia
- C. trachomatis

>2-5 bulan

1. Ampisillin

1. Ampisillin

- H. influenza

2. Sefuroksim

2. Ampisillin +

- S. pneumonia

sefiksim

Kloramfenikol
Sefuroksim
Ceftriaxon

>5 tahun

1. Penisillin A

1. Penisillin G

- S. pneumonia

2. Amoksisilin

2. Sefuroksim

- Mycoplasma 9

Eritromisin

Seftriakson
Vankomisin

Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,


dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab
pneumonia adalah S. Aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi

terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin.


Lama pengobatan untuk stafilokokkus adalah 3-4 minggu. 2
KOMPLIKASI
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis
adalah komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.

DIAGNOSA BANDING
a Bronkiolitis
b Aspirasi pneumonia
c Tb paru primer

PROGNOSIS
Pada era sebelum ada antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan anak
kecil berkisar dari 20% sampai 50% dan pada anak yang lebih tua dari 3%
sampai 5%.13 Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas
dapat diturunkan sampai kurang dari 1%, anak dalam keadaan malnutrisi energi
protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.2
PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap pneumonia dapat dicegah dengan pemberian


imunisasi/vaksinasi. saat ini sudah tersedia banyak vaksin untuk mencegah
pneumonia. Setiap vaksin mencegah infeksi bakteri/virus tertentu sesuai jenis
vaksinnya.
berikut vaksin yang sudah tersedia di Indonesia dan dapat mencegah
pneumonia :
1 vaksin PCV (imunisasi IPD) untuk mencegah infeksi pneumokokkus
(Invasive Pneumococcal diseases, IPD). vaksin PCV yang sudah tersedia
adalah PCV-7 dan PCV-10. PCV 13 belum tersedia di Indonesia
2 vaksin Hib untuk mencegah infeksi Haemophilus Influenzae tipe b
3 vaksin DPT untuk mencegah infeksi difteria dan pertusis
4 vaksin campak dan MMR untuk mencegah campak
5 vaksin influenza untuk mencegah influenza
DAFTAR PUSTAKA
1 Alberta Medical Association. 2001. Guideline for The Diagnosa and
Management
of
Community
Acquired
Pneumonia
Pediatric.
http:/www.albertadoctor.org.
2 Alsagaff, Hood dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu
Penyakit Paru dan Saluran Napas FK Unair : Surabaya.
3 Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. 2006. Pedoman Diagnosis
dan Terapi. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai

  • 8 Kehamilan DGN TB
    8 Kehamilan DGN TB
    Dokumen8 halaman
    8 Kehamilan DGN TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Ppok Responsi
    Ppok Responsi
    Dokumen9 halaman
    Ppok Responsi
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Cva Infark Lapsus
    Cva Infark Lapsus
    Dokumen14 halaman
    Cva Infark Lapsus
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • DHF Responsi
    DHF Responsi
    Dokumen15 halaman
    DHF Responsi
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • BP Lapsus
    BP Lapsus
    Dokumen37 halaman
    BP Lapsus
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Lapsus DM Hipoglikemia
    Lapsus DM Hipoglikemia
    Dokumen15 halaman
    Lapsus DM Hipoglikemia
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • 3 Kehamilan DGN TB
    3 Kehamilan DGN TB
    Dokumen16 halaman
    3 Kehamilan DGN TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Dngan TB
    Kehamilan Dngan TB
    Dokumen6 halaman
    Kehamilan Dngan TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • 7 Kehamilan Dengan TB
    7 Kehamilan Dengan TB
    Dokumen14 halaman
    7 Kehamilan Dengan TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • 4 Kehamilan Dengan TB
    4 Kehamilan Dengan TB
    Dokumen11 halaman
    4 Kehamilan Dengan TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • 5 Kehamilan DGN TB
    5 Kehamilan DGN TB
    Dokumen8 halaman
    5 Kehamilan DGN TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Bronko Pneumonia
    Bronko Pneumonia
    Dokumen6 halaman
    Bronko Pneumonia
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • 7 Kehamilan Dengan TB
    7 Kehamilan Dengan TB
    Dokumen14 halaman
    7 Kehamilan Dengan TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Dengan TB
    Kehamilan Dengan TB
    Dokumen14 halaman
    Kehamilan Dengan TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan
    Diagnosis Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan
    Dokumen7 halaman
    Diagnosis Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan
    Sugiyanto Sugiyanto
    Belum ada peringkat
  • Refrat Hyfema
    Refrat Hyfema
    Dokumen29 halaman
    Refrat Hyfema
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Dngan TB
    Kehamilan Dngan TB
    Dokumen6 halaman
    Kehamilan Dngan TB
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Jantung Bawaan1 PDF
    Penyakit Jantung Bawaan1 PDF
    Dokumen27 halaman
    Penyakit Jantung Bawaan1 PDF
    Nunis Nur Azizah
    Belum ada peringkat
  • Bronkopneumonia
    Bronkopneumonia
    Dokumen17 halaman
    Bronkopneumonia
    Seca Jadly
    100% (1)
  • Bronkopneumonia
    Bronkopneumonia
    Dokumen17 halaman
    Bronkopneumonia
    Seca Jadly
    100% (1)
  • PJB
    PJB
    Dokumen12 halaman
    PJB
    Istiqlal Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Parkinson
    Makalah Parkinson
    Dokumen38 halaman
    Makalah Parkinson
    Zae Nab
    100% (3)
  • VSD 3
    VSD 3
    Dokumen4 halaman
    VSD 3
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • VSD 6
    VSD 6
    Dokumen19 halaman
    VSD 6
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Meningitis 2
    Meningitis 2
    Dokumen29 halaman
    Meningitis 2
    Jihan Anandya Alyka Fitri
    Belum ada peringkat
  • Stroke 2
    Stroke 2
    Dokumen13 halaman
    Stroke 2
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Mengitis 2
    Mengitis 2
    Dokumen7 halaman
    Mengitis 2
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat
  • Osteoarthritis 2
    Osteoarthritis 2
    Dokumen8 halaman
    Osteoarthritis 2
    Tonie Dianta Tamrin
    Belum ada peringkat
  • Pnyakit Mata
    Pnyakit Mata
    Dokumen3 halaman
    Pnyakit Mata
    Anonymous BjuanZqR
    Belum ada peringkat