Disusun oleh :
Hadi Maulana
5315134493
: Hadi Maulana
NIM
: 5315134493
Mata kuliah
DASAR TEORI
Suatu logam mempunyai sifat mekanik yang tidak hanya tergantung pada komposisi
kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada struktur mikronya. Suatu paduan dengan
komposisi kimia yang sama dapat memiliki struktur mikro yang berbeda, dan sifat
mekaniknyapun akan berbeda. Ini tergantung pada proses pengerjaan dan proses laku-panas
yang diterima selama proses pengerjaan. Pengamatan struktur mikro dapat menggunakan
mikroskop, dengan prinsip seperti ditunjukkan Gambar
Baja (steel) merupakan paduan Fe dan C dengan kandungan karbon kurang dari 2,1
%. Besi murni sering disebut ferit (Gambar 5.2(a). Baja itu sendiri menurut kandungan
karbonnya terbagi menjadi yaitu baja hipotektoid dan baja eutektoid
Hipereutektoid (Gambar, (b), (c), dan (d)). Pada suhu ruang,baja hipotektoid (kandungan
karbon kurang dari 0,77%) terdiri dari butir-butir kristal ferrit clan perlit. baja hipereutektoid
berupa jaringan sementit dan perlit, sedangkan untuk baja eutektoid terdiri dari perlit
eutektoid.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui fase struktur mikro yang terdapat pada suatu bahan logam.
2. Mahasiswa mengetahui bentuk struktur mikro bahan logam yang diteliti.
3. Mahasiswa mengetahui sifat fisis dan mekanik bahan logam berdasar struktur mikronya.
Peralatan Praktikum
a. Mikroskop metalografi
b. Kain Pembersih(Kain Majun)
c. Gergaji
d. Kikir
e. Mesin Amplas dan Poleshing
f. Perata Spesimen dan Dudukan Spesimen
g. Kertas Amplas No. 120, 200, 400, 800, 1000, 1200
h. Pengering Spesimen
i. Alkohol
j. Aquades
k. Larutan HN035%
l. Autosol
2. Bahan Praktikum
Baja beton / baja rangka yang di gunakan untuk membuat konstruksi bangunan. Baja
ini dibuat dengan proses pengecoran kemudian di proses dengan proses permesinan sehingga
benghasilkan baja yang kuat dan keras
b.
sejajar.
Untuk arah pemotongan specimen yaitu arah memanjang, arah menyilang dan arah
c.
tajam. Untuk menghindari panas, benda uji dicelupkan benda uji ke wadah air secara periodic
selama proses penggerindaan.
b.
Melakukan pengampelasan kering, gunakan air untuk pendinginan benda uji sampai
didapat alur goresan segaris dan alur hasil gerinda sebelumnya hilang.
c.
Melakukan pengampelasan basah mulai dari No. 120 sampai dengan 1200 dengan
dilakukan berurutan dari kasar ke halus. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan cepat harus
diperhatikan hal-hal berikut:
o Air mengalir untuk pendingin harus cukup
o Tekan benda uji sehingga terasa memotong dan memakan bidang benda uji.
o Arah alur minimum dua kali berubah arah (pemakanan tegak lurus alur lama)
o Jika alat tidak dipakai dalam beberapa saat, biarkan air mengalir pada kertas amplas
o Sebelum ganti amplas biarkan dulu air mengalir pada kertas amplas dan benda uji
dicuci dengan air lalu keringkan.
o Kertas amplas diganti setelah alur sisa amplas sebelumnya sudah hilang.
o Jika dilakukan dengan benar dan hati-hati maka waktu yang dibutuhkan 30 menit,
setelah itu benda uji dapat dipoles.
3. Langkah-Langkah Pemolesan
a.
Melakukan polishing untuk benda uji sampai didapatkan permukaan benda uji yang rata
mengkilap, tidak ada bekas amplas. Dalam polishing yang harus diperhatikan:
o polishing dilakukan tanpa air mengalir
o media poles yang digunakan Alumina/ Autosol secukupnya
o setelah permukaan benda uji halus dan mengkilap tanpa goresan, bersihlcan
permukaan benda uji dengan alcohol atau air.
b.
Mengeringkan permukaan benda uji dengan pengering, jangan disentuh dengan tangan
karena lemak dari tangan dapat menempel/ mengotori permukaan benda uji
4. Pengetsaan Spesimen
a.
PROSEDUR PELAKSANAAN
1.
f.
g.
Mengarahkan pandangan mikroskop pada bagian benda uji yang akan diamati
dengan cara memutar posisi maju-mundur da kanan-kiri.
h.
Melakukan
pengamatan
dan
bandingkan
dengan
`Table
Metal
2.
Pemotretan Spesimen
Pemotretan menggunakan komputer yang sudah terhubung dengan mikroskop,
sehingga spesimen yang akan di foto hanya tinggal mengklik tombol foto di aplikasi
komputernya, sebelumnya diatur tingkat kecerahan dari spesimen dan perbesarannya.
3.Pengamatan Spesimen
a. Memeriksa cetakan gambar specimen dilakukan analisa.
b. Mengamatkan pembandingan gambar specimen menggunakan `Tabel Metal Handbook'.
c. Dalam menentukan struktur dari benda uji jika digunakan pembanding disesuaikan dengan
pembesaran dari pembanding tersebut.
d. Untuk memperlihatkan mikrostruktur atau memperjelas dapat digunakan pembesaran yang
lebih besar, tergantung dari kebutuhan.
4. Gambar Hasil foto
1117 baja. baja beton dinormalisasi oleh austenitizing pada 1650 F (899 C) selama 2 jam dan
pendinginan menggunakan udara. ferit kuning (bagian terang) dengan jejak ferit
Widmanstatten, perlit halus (bagian gelap) dan bulatan partikel MnS