Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HERNIA/TURUN BEROK
DI PUSKESMAS JATIROTO LUMAJANG

KELOMPOK KEPERAWATAN KELUARGA A13 A23


Oleh:
FENI YUNITASARI
NIM 12.051

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG


DINAS KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB LUMAJANG
Jalan Brigjend Katamso telp. (0334) 88262, Fax. (034) 882262 Lumajang
Juni, 2015

LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhan Ini telah disahkan
Pada tanggal

- Juni - 2015

PEMBIMBING AKADEMIK

PEMBIMBING KLINIK

(..)

(.)

MAHASISWA

(..)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Materi Penyuluhan

: Hernia

Sasaran

: Pasien dan Keluarga Pasien di Puskesmas Jatiroto

Tempat

: Puskesmas Jatiroto

Hari/Tanggal

: Kamis / 11 JUNI 2015

Waktu

: 30 menit

Penyuluh

: Feni Yunitasari

A. Analisa Situasi
1. Peserta Penyuluhan
a.

Jumlah peserta 15 orang

b.

Minat dan perhatian dalam menerima materi penyuluhan cukup baik


2. Penyuluh
a.

Mahasiswa Akademi Keperawatan Lumajang

b.

Mampu menyampaikan materi penyuluhan

3. Ruangan
a.

Ruangan cukup memadai

b.

Penerangan dan ventilasi cukup kondusif untuk kelangsungan


kegiatan penyuluhan

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien, keluarga
pasien di Ruang Rawat Inap Puskesmas Jatiroto memahami dan
mengetahui tentang hernia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pasien, keluarga pasien di
Ruang Rawat Inap Puskesmas Jatiroto dapat mengetahui :
a. Pengertian dari Hernia.
b. Penyebab terjadinya Hernia.
c. Tanda dan gejala Hernia.
d. Klasifikasi Hernia.
e. Komplikasi Hernia.
f. Penatalaksanaan Hernia.

C. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Pembukaan

Kegiatan Penyuluh
Memberi salam.
2.Memperkenalkan

Kegiatan Peserta
1.Menyambut
salam

Metode

Waktu

Ceramah

5 menit

Ceramah,

15

dan

diri
3.Menjelaskan tujuan

mendengarkan.
2.Mendengarkan.
dari penyuluhan 3.Mendengarkan
4.Melakukan kontrak
tujuan
yang
waktu
disampaikan.
5.Menyebutkan
4.Menyetujui
materi
kontrak waktu.
penyuluhan yang 5.Menyetujui
akan diberikan.

materi
penyuluhan
yang

akan

berikan.
1.Mendengarkan

Pelaksanaan 1.Menyebutkan
pengertian

dari

materi

yang Tanya

Hernia.
2.Menyebutkan

diberikan.
2.Mendengarkan

penyebab

penjelasan.
3.Mendengarkan

terjadinya
Hernia.
3.Menjelaskan tanda
dan

di

gejala

Hernia.
4.Menyebutkan
klasifikasi
Hernia.
5.Menyebutkan

menit

Jawab.

dan
menanyakan
materi

yang

belum
dimengerti.
4.Mendengarkan.
5.Mendengarkan.
6.Mendengarkan

komplikasi
Hernia.
6.Menjelaskan
Penatalaksanaan
Hernia.
Penutup

1.Mengevaluasi
pengetahuan
peserta

dengan

menanyakan

1.Menjawab

Ceramah

pertanyaan.
2.Mendengarkan

dan tanya menit

kesimpulan

jawab

10

materi

yang

sudah dijelaskan.
2.Menarik

yang dibacakan.
3.Menjawab salam.

kesimpulan.
3.Menutup
penyuluhan
(salam)
D. Media dan Alat Bantu
1. LCD
2. Proyektor
E. Metode Pengajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Materi
(terlampir)
G. Daftar Pustaka
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media
Aesculapius.
Sabiston, Hernia. 2001. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta: EGC.
Schwartz. 2000. Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip
Ilmu bedah edisi VI. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC.

MATERI
1. Pengertian Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Jong, 2004).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding
rongga dimana rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan normal
tertutup.
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu
ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju
rongga lain, dapat kongenital ataupun aquisita (Seputar kedokteran dan
inux.2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/09/hernia.html).
2. Penyebab terjadinya Hernia
a. Kongenital
Terjadi sejak lahir adanya defek pada suatu dinding rongga.
b. Didapat (akquisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas, kelemahan
umum, lansia, tekanan intra abdominal yang tinggi dan dalam waktu yang
lama misalnya batuk kronis, gangguan proses kencing, kehamilan, mengejan
saat miksi, mengejan saat defekasi, pekerjaan mengangkat benda berat
(Mansjoer, 2001).
3. Tanda dan gejala Hernia
a. Nyeri yang keras
b. Terjadinya benjolan pada lokasi hernia
c. Kadang-kadang perut kembung disertai mual atau muntah
d. Umumnya pasien mengatakan turunnya selangkangan atau kemaluan.
Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan
bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi
berdiri bisa timbul kembali (Bila otot-otot sudah mengendor, maka
benjolan mulai menghilang).
e. Keadaan umum pasien biasanya baik

4. Klasifikasi Hernia
Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:
a. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol
secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia

inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan


hernia epigastrika.
b. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding
abdomen.
c. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga
abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang
didapat.
d. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat
keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
e. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat
kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia
akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami
obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi.
f. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan
vaskularisasi.
Sedangkan berdasarkan lokasinya hernia dikalsifikasikan menjadi:

a. Hernia inguinalis
(1) Hernia inguinalis indirek (lateral)
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus
inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
anulus inguinalis eksternus.
(2) Hernia inguinalis direk (medialis)
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol
langsung ke anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial
terhadap arteri vena epigastrika inferior. Faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan hernia inguinalis direk adalah peninggian tekanan
intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach,
batuk yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan pada
perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau gangguan jaringanjaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari saraf
ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala
yang sering dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang
biasanya menjalar ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat
apabila melakukan pekerjaan yang sangat berat.
b. Hernia femoralis

Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di


bawah ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan
vena femoralis di lateral. Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian
tekanan intraabdominal yang kemudian akan mendorong lemak
preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka
jalan terjadinya hernia.
Jenis hernia yang lain-lain adalah:
a. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan
tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang.
Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya
lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis
yang masih ada pada usia 3-4 tahun.
b. Hernia paraumbilikalis.
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di
garis tengah di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi
koreksi.
c. Hernia ventralis
Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan
abnormal.

d. Hernia epigastrika
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus
dan prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak
preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.
e. Hernia perinealis
Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui
defek dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan
multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti
prostaktomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal.
5. Komplikasi
a. Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut
hernia irrepponsibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan

penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan


irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak.
Usus besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.
b. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul
gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi. Pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah dan pasien menjadi gelisah (Mansyoer, 2001).
6. Penatalaksanaan Hernia
A. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Anamnesa
Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan
lanjut dapat menetap (irreponible), kecuali pada hernia inguinalis medialis
tidak terjadi irreponibilis. Penonjolan timbul jika tekanan intraabdomen
naik. Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan
tangan (manual). Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi)
terutama pada herinia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi.
Terdapat faktor-faktor predisposisi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien
diperiksa dalam keadaan berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat
pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Ini juga dilakukan untuk membedakan dengan limfadenopati.
Benjolan yang terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia inguinalis,
sedang di bawah lipat paha menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia
yang telah terjadi incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan
terlihat eritema dan udema.
b. Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari
hernia adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika
isi hernia omentum tidak akan terdengar apa-apa.
c. Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau
kenyal tergantung dari isi hernia tersebut. Untuk membedakan hernia
inguinalis lateralis dan medialis dapat digunakan 3 cara:

(1) Finger test


Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking
pada anak dapat teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau
omentum (seperti karet). Dari skrotum maka jari telunjuk ke arah
lateral dari tuberkulum pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus
sampai ke anulus inguinalis internus. Dapat dicoba mendorong isi
hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Bila hernia menyentuh ujung jari berarti
hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia menyentuh samping ujung
jari berarti hernia inguinalis medialis.
(2) Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS
dengan tuberculum pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah,
sedang untuk bagian medialis dilakukan dengan jari telunjuk melalui
skrotum. Kemudian pasien diminta mengejan dan dilihat benjolan
timbal di annulus inguinalis lateralis atau annulus inguinalis medialis
dan annulus inguinalis femoralis.
(3) Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus
inguinalis lateralis, annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis
femoralis adalah ibu jari.
Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka akan teraba
corda yang menebal, saat mengejan, yang mudah dilakukan dengan
menggelitik anak. Maka akan teraba seperti benang sutra yang
dikumpulkan (silk sign).
(4) Diapanoskopi
Untuk melihat apakah ada cairan atau tidak, dilakukan untuk
membedakan dengan hidrocele testis. Caranya dengan menyinari
scrotum dengan senter yang diletakkan di belakang scrotum. Pada
pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil negatif karena hernia
berisi usus, omentum atau organ lainnya, bukan cairan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium

Leukosit> 10.000 18.000 / mm3, Serum elektrolit meningkat. Jika


ditemukan terjadinya infeksi.
b. Pemeriksaan radiologis
(1) Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam
posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%.
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan
hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau
penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada
pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada
bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis.
(2) CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari
adanya hernia obturator.
B. Penatalaksanaan Medis
Pada hernia inguinalis dilakukan tindakan bedah efektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi. Sebaliknya bila telah terjadi proses
stranglasi tindakan bedah harus dilakukan tindakan secepat mungkin
sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operasi pada inguinalis:
Untuk memperoleh keberhasilah maka faktor yang menimbulkan
terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki( batuk kronis, prostat, tumor,
asites, dan lain lain) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksinasi
tanpa tegangan.
a. Kasus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan
diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal
normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan
mengecilkan cincin keukuran yang semestinya. Pada kebanyakan pada
orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkontruksi cincin inguinal juga
dikecilkan. Pada wanita cincin inguinal dapat ditutup total untuk
mencegah rekurenasi dari tempat yang sama.
b. Hernia rekuren yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukkan adanya repair yang tidk adekuat. Sedangkan rekuren yang
terjadi setelah dua atau lebih cenderung disebabkan oleh timbulnya
kelemahan yang progresif pada fasia rekurensi terulang setelah repair
berhati-hati yang dilakukan oleh seorang ahli menunjukkan adanya defek
dalam sintesis kolagen. Tindakan pada hernia adalah herniorafi. Pada
bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat, dan
dilakukan Basini plasty. Atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, prinsipnya hampir sama

dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus
halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan kerongga perut, bila
tidak vital dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas
dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan
vital langsung di tutup kulit dan dirujuk ke rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai