Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN

RENCANA PEMULANGAN PASIEN

RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA


JL. AHMAD YANI 149 TELP. (0334) 881791 – 891325 – 894410
LUMAJANG – 67316

1
KATA PENGANTAR

Bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan pasien dilakukan dengan memperhatikan


akses pelayanan kerumah sakit dan kontinuitas pelayanan, sehingga dalam rangka
meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit, maka diperlukan upaya-upaya untuk memberikan
pelayanan yang dapat mempermudah pasien dalam mengakses rumah sakit guna mendapatkan
pelayanan yang prima mulai awal masuk rumah sakit hingga keluar dari RS Wijaya Kusuma
Lumajang. Untuk itu dibuat Panduan Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan di
Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang, salah satunya tentang proses rencana pemulangan
pasien.

Buku panduan ini disusun sebagai panduan untuk memberikan pelayanan bagi pasien
rawat jalan maupun rawat inap sehingga pasien merasa lebih nyaman dan terpenuhi
kebutuhan atas pelayanan kesehatan.

Sebagai langkah awal, buku ini tentu saja masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kepada berbagai kalangan baik pengguna maupun peminat, kami harapkan berbagai saran
perbaikan untuk penyempurnaan buku ini.

Hormat kami,

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman
Cover.................................................................................................................1

Kata Penmgantar...............................................................................................2

Daftar Isi ..........................................................................................................3

Tim Penyusun...................................................................................................4

Peraturan Direktur............................................................................................5

Lampiran I

BAB I DEFINISI ........................................................................................7

BAB II RUANGLINGKUP .........................................................................8

BAB III TATA LAKSANA............................................................................14

BAB IV DOKUMENTASI ...........................................................................28

3
TIM PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR

Penanggung jawab :
dr. Koeswandono,M.Kes (Direktur Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang)
Pengarah :
dr. Ika Sari Ramatina, M. Kes (Ketua Tim Akreditasi)
Editor :
Evita Kusmawati, Amd.,Kep
Konstributor :
Ernawati, Amd.,Kep
Diterbitkan Oleh :
Tim Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan
Buku ini, termasuk ilustrasinya, bisa dipelajari dan digandakan dengan syarat
Diketahui
Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan
dan tidak diperjualbelikan.

Informasi lebih lanjut hubungi


Sekretariat Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan
Jalan A.Yani 149 Lumajang.
Telp. 0334.891325

4
RUMAH SAKIT
WIJAYA KUSUMA
JL. A. YANI 149 TELP. (0334) 881791 – 891325 – 894410
LUMAJANG 67316

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA LUMAJANG


NOMOR : 19/PERDIR/YANMED/RSWK/I/2018
TENTANG
PANDUAN PEMULANGAN PASIEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA LUMAJANG

Menimbang : 1. Bahwa rumah sakit memulangkan pasien berdasarkan atas status kesehatan
dan kebutuhan pelayanan selanjutnya.
2. Bahwa untuk pelaksanaannya perlu dituangkan dalam Peraturan Direktur
Rumah Sakit Wijaya Kusuma Lumajang.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 920 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
7. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

5
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA


LUMAJANG TENTANG PANDUAN PEMULANGAN PASIEN.
Kesatu : Memberlakukan Panduan Pemulangan Pasien tahun 2018 Rumah Sakit
Wijaya Kusuma Lumajang sebagaimana terlampir dalam Peraturan Direktur
ini.
Kedua : Mengamanatkan kepada seluruh tenaga kesehatan Rumah Sakit Wijaya
Kusuma untuk pelaksanaannya.
Ketiga : Perubahan pedoman ini harus dibahas sekurang kurangnya 3(tiga) tahun
sekali dan apabila dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan
yang ada.
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hariterdapat kesalahan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :Lumajang
Pada tanggal : Januari 2018

DIREKTUR
RS. WIJAYA KUSUMA LUMAJANG

dr. H. Koeswandono, M.Kes

BAB I

6
DEFINISI

Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning) adalah suatu proses dimana


mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan
perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat
kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge
Planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan tim atau memiliki
tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya.
(RCP, 2001).
Pemulangan pasien :
Pengertian secara umum adalah menyerahkan pasien kembali kepada keluarga setelah
keluar dari rumah sakit dimana pasien itu dirawat.
a. Doenges & Moorhouse (94-95) menyatakan bahwa discharge planning
merupakan komponen sistem pelayanan kesehatan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah
dengan baik, saat yang tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang
terjangkau.
b. Kozier (1004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kesehatan
kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.
c. Jackson dalam The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa
discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dalam
perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi kelanjutan suatu pelayanan
kesehatan dan suatu lingkungan ke lingkungan lain.
d. Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning adalah suatu bentuk
kegiatan untuk merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dilakukan
sehubungan dengan kondisi/penyakitnva disaat yang tepat dan sumber daya yang
tepat dengan harga yang terjangkau.

BAB II
RUANG LINGKUP

Keuntungan Discharge Planning


1. Bagi Pasien
7
a. Dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pasien
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan, sebagai
individu yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya
d. Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa saja yang dapat
dihubunginya
g. Mengurangi hari atau lamanya pasien dirawat
h. Mencegah kekambuhan
i. Mengetahui perkembangan kondisi kesehatan pasien
j. Menunrunkan beban perawatan pada keluarga
2. Bagi Pemberi Layanan Keperawatan Pasien
a. Merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses pemulangan pasien
b. Merasa bahwa pengetahuan mereka dapat digunakan dengan optimal
c. Sadar akan hak mereka untuk dipenuhi kebutuhannya
d. Merasa percaya diri dalam melakukan perawatan pasien dan memperoleh
dukungan dalam pelaksanaannya
e. Mempunyai informasi yang lengkap dan dapat memberikan saran untuk
membantu perawatan pasien
f. Diberikan pilihan dalam hal melakukan perawatan pasien
g. Memahami apa yang terjadi pada pasien dan mengetahui siapa yang dapat
dihubungi
3. Bagi Petugas Kesehatan
a. Merasakan bahwa keahliannya diterima dan digunakan dengan efektif
b. Menerima informasi kesehatan pasien setiap waktu
c. Memahami perannya dalam sistem perawatan pasien yang berkesinambungan
d. Dapat mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam situasi yang berbeda
f. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan penelitian
kesehatan
4. Bagi Rumah Sakit
a. Optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada
b. Jasa pelayanan dihargai oleh masyarakat umum
c. Petugas merasa dihargai sehingga secara tidak langsung terjadi peningkatan
rekruitmen
d. Memenuhi target dalam jasa pelayanan pasien
e. Lebih sedikit menerima komplain
f. Terjalin hubungan kerjasama yang baik dengan penyedia layanan, layanan
soaial, dan jasa perawatan lainnya
g. Terhindar dari tuduhan dan pertikaian mengenai siapa yang bertanggung
jawab jika ada keterlambatan pelayanan.
1.1 Tujuan Penyusunan Panduan Discharge Planning
Panduan perencanaan pemulangan pasien atau Discharge Planning ini
disusun dengan tujuan :
a. Terlaksananya prosedur perencanaan pasien pulang dengan benar

8
b. Meningkatkan kesadaran akan peraturan dan regulasi yang menyusun dan
mendasari proses pembuatan dan pendokumentasian perencanaan pasien pulang
atau Discharge Planning.
c. Membantu profesional kesehatan yang terlibat dalam keperawatan pasien untuk
menyusun perencanaan pasien pulang atau Discharge Planning yang optimal dan
profesional bagi pasien.
d. Meningkatkan kontinuitas dan kualitas perawatan
e. Memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan

e. Doenges & Moorhouse (94-95) menyatakan bahwa discharge planning


merupakan komponen sistem pelayanan kesehatan yang diperlukan klien secara
berkelanjutan dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah
dengan baik, saat yang tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang
terjangkau.
f. Kozier (1004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kesehatan
kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan
umum.
g. Jackson dalam The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa
discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dalam
perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi kelanjutan suatu pelayanan
kesehatan dan suatu lingkungan ke lingkungan lain.
h. Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning adalah suatu bentuk
kegiatan untuk merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dilakukan
sehubungan dengan kondisi/penyakitnva disaat yang tepat dan sumber daya yang
tepat dengan harga yang terjangkau.
Discharge Planning
a. Discharge Planning adalah sekelompok profesional kesehatan dan tenaga
pendukung yang bekerja bersama-sama untuk memberikan pelayanan kesehatan.
b. Dokter, perawat, fisioterapis, terapis oktipasional, petugas farrnasi, ahli gizi dan
tenaga kesehatan lainnya disebut profesional kesehatan.
c. Carer adalah seseorang yang bersedia merawat pasien dengan sukarela biasanya
keluarga atau teman baik) atau juga mendapat uang jasa yang biasa disebut
penjaga pasien.
d. Perawat adalah salah satu anggota Tim Discharge Planner dan berperan paling
penting dalam proses perawatan pasien, bertugas:
1) Mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang
relevan untuk mengidentifikasi masalah aktual dan potensial
9
2) Menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga
3) Memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara
individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien
secara optimal
4) Mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
e. Perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk merencanakan,
melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga
membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat
kesehatannya.

Jenis pasien pulang


a. Jenis pasien pulang di Rumah Sakit Wijaya Kusuma adalah sebagai berikut :
1.1.1 Pulang sembuh, yaitu penghentian layanan kesehatan yang diberikan
rumah sakit karena pasien telah dinyatakan sembuh oleh dokter, sehingga
pasien layak untuk dipulangkan.
1.1.2 Pulang paksa adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
pasien yang menolak perawatan yang diajukan pihak rumah sakit dengan
berbagai alasan. Alasan. yang paling sering dikemukakan adalah karena
tidak ada biaya.
1.1.3 Pulang meninggal adalah penghentian semua jenis layanan kesehatan
yang diperlukan pasien karena pasien sudah meninggal.
1.1.4 Pulang karena dirujuk. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
(2008) rujukan adalah sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap
satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit
yang lebih mampu menangani), atau secara horisontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur
darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan
tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.

b. Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut :


1) Pemulangan sementara atau cuti (Conditioning Discharge)
Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2) Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge)
Cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabila klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali.
10
3) Pulang paksa (Judicial Discharge)
Kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang karena atas keinginannya sendiri, tetapi pasien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas
terdekat.

Prinsip Discharge Planning


a. Hindari terjadinya rawat inap pasien yang tidak perlu (tidak sesuai indikasi).
Dilakukan saat skrining pasien.
b. Gunakan pendekatan sistem secara menyeluruh untuk menyusun rencana
pemulangan pasien yang efektif.
c. Adanya keterlibatan dan partisipasi aktif pasien dan keluarganya penting dalam
merencanakan pemulangan pasien yang efektif dan sukses.
d. Rencana pemulangan pasien harus sudah dimulai sejak awal pasien masuk rumah
sakit.
e. Tim kesehatan yang terlibat harus bekerjasama di dalam suatu kerangka konsep
yang terintegrasi untuk mengelola semua aspek yang relevan dengan proses
pemulangan pasien.
f. Assesmen dan rencana pemulangan pasien sebaiknya terorganisir sehingga setiap
pasien memahami akan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan,
mengetahui hak mereka, menerima saran dan informasi yang rnemungkinkan
mereka untuk membuat keputusan mengenai perawatan mereka di masa
mendatang.

Keterlambatan Pemulangan Pasien


Beberapa masalah yang sering timbul mengenai pemulangan pasien dari rumah sakit
adalah :
a. Pasien dipulangkan terlalu cepat atau sebelum waktunya.
b. Pemulangan pasien terlambat atau tertunda.
c. Pemulangan pasien kurang terorganisir dari sudut pandang pasien atau keluarga
d. Lingkungan tempat perawatan pasien selanjutnya dianggap kurang sesuai atau
kurang aman atau kurang lengkap.
Terdapat beragam penyebab terjadinya masalah-masalah di atas, antara lain:
a. Faktor internal rumah sakit
1) Waktu yang dihabiskan menunggu visite oleh dokter atau dokter spesialis.
2) Menunggu keluarnya hasil pemeriksaan laboratorium atau radiologi
3) Manajemen dan kesiapan obat-obatan pasien untuk di rumah yang disiapkan
oleh petugas farmasi.
4) Ketersediaan transportasi yang akan dipakai.
b. Masalah koordinasi atau kolaborasi
Perbedaan persepsi kelayakan keluar rumah sakit antar praktisi kesehatan.
11
c. Faktor eksternal rumah sakit.
1) Kurangnya kerjasama antara pasien dan keluarganya dalam pengambilan
keputusan mengenai perawatan pasien
2) Terbatasnya ketersediaan pilihan jenis keperawatan diluar rumah sakit pilihan
pasien.
3) Keterlambatan dalam memutuskan perawatan dirumah untuk pasien
4) Ketersediaan jasa perawatan yang diinginkan pasien untuk dirumah

BAB III
TATA LAKSANA

A. Pendekatan secara menyeluruh saat memulangkan pasien sangat diperlukan untuk


upaya optimalisasi pelaksanaan prosedur.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pendekatan pada sistem ini adalah :
1. Pendekatan yang berpusat kepada pasien dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien

12
2. Dalam menyusun rencana pemulangan, haruslah mempertimbangkan rencana untuk
memfasilitasi transfer pasien dari rumah sakit menuju tempat perawatan selanjutnya
yang sesuai.
3. Pasien dan keluarga harus terlibat dalam setiap tahapan perencanaan dan selalu
diberitahukan mengenai perkembangan terbaru rencana perawatan mereka.
4. Terdapat tiga area utama yang terintegrasi dalam sistem ini, yaitu:
a. Perencanaan layanan lanjutan.
Kerjasama antara Rumah Sakit Wijaya Kusuma dengan layanan yang lain untuk
memastikan bahwa terdapat optimalisasi perawatan atau layanan setelah pasien
pulang, yaitu.
1. Rumah sakit swasta lain atau pemerintah atau PUSKESMAS
2. Layanan kesehatan individu atau panti rehabilitasi
3. Jasa atau layanan transportasi
4. Perawatan di rumah
5. Persemayaman jenasah
Optimalisasi ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya rawat inap pasien yang
tidak perlu dan mendukung pemulangan pasien lebih lancar dan terorganisir.

b. Peninjauan kemampuan petugas


1. Target nasional adalah mengurangi penundaan atau keterlambatan transfer
perawatan pasien.
2. Lakukan kajian mengenai performa kerja dokter atau petugas lain yang
terlibat dalam perawatan pasien, dan pendapat pasien dari sudut
pandangannya. Berhubungan dengan ketentuan rumah sakit tentang
kredensial petugas
c. Kebijakan mengenai Pemulangan Pasien dari Rumah sakit dan
Penerapannya
1. Kerjasama antara layanan kesehatan adalah penting dalam mewujudkan
terciptanva discharge planning yang efektif.
2. Di dalam kebijakan, tercakup mengenai Standart Operasional Prosedur
sebagai langkah-langkah yang harus diambil untuk proses discharge planning
serta hubungan kontinuitas perawatan lanjutan setelah pasien dipulangkan
3. Di dalam kebijakan tercakup koordinator rencana pemulangan pasien dan
petugas yang mendokumentasikan perencanaan pasien pulang (discharge
planning)
4. Dilakukan peninjauan) sebagai evaluasi dan revisi bila diperlukan perbaikan
untuk peningkatan kwalitas pelayanan.

B. Panduan Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)


a. Koordinator pemulangan pasien adalah DPJP atau dokter atau dokter spesialis.

13
Koordinator discharge planning bertugas merencanakan, mengkoordinasi,
mernantau, memberikan tindakan, dan melaksanakan kelanjutan perawatan pasien.
Perawat melengkapi dokumentasi discharge planning dan disetujui oleh perawat
kepala ruang, perawat PJ shift atau perawat ketua tim.
b. Perencanaan pasien pulang atau discharge planning merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dan harus sudah direncanakan sejak pasien masuk ke rumah sakit.
Langkah-langkah melakukan discharge planning adalah sebagai berikut :
a) Lakukan asesmen atau pengkajian
a. Lengkapi asesmen pasien (pengkajian awal) pada RM 17
b. Lakukan perencanaan pasien pulang (discharge planning) pada pengkajian
perencanaan pulang RM 17 (poin A) yang diisi maksimal 24 jam setelah pasien
MRS, meliputi
a) Koordinator pemulangan
b) Orang yang membantu perawatan setelah dirumah
c) Tempat perawatan setelah pulang dari rumah sakit
d) Kemampuan fungsi atau aktifitas sebelum di rumah sakit
e) Pembiayaan paska pemulangan
f) Alat bantu yang diperlukan paska pemulangan
g) Pelayanan kesehatan lanjutan
h) Masalah perawatan diri paska pemulangan
c. Libatkanlah pasien dan keluarga dalam perencanaan discharge planning (karena
pasien yang paling tahu mengenai apa yang dirasakannya dan ingin dirawat oleh
siapa)
d. Gunakanlah bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya
e. Kaji apakah pasien termasuk risiko tinggi sehingga membutuhkan discharge
planning kritis.
Kriteria pasien risiko tinggi atau kondisi kritis :
1) Usia
a. Usia > 65 tahun (geriatri)
b. Bayi premature/ neonatus
2) Karena kesulitan mobilitas sehingga membutuhkan bantuan aktifitas hidup
sehari-hari
a. Stroke
b. Trauma multiple
3) Membutuhkan pelayanan medis, misalnya :
a. Serangan jantung
b. Gagal jantung kongestif, atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa
lainnya
c. Dirawat kembali dalam tujuh hari dengan diagnosa yang sama
d. Mengalami dementia atau amnesia
4) Membutuhkan pelayanan dan pemantauan keperawatan berkelanjutan
a. Pasien berasal dari panti jompo
b. Pasien yang membutuhkan pelayanan di panti rehabilitasi
c. Pasien dengan percobaan bunuh diri
d. Pasien tidak dikenal atau tidak ada identitas

14
e. Korban dari kasus kriminal atau kekerasan dalam rumah tangga
f. Diskusi pilihan perawatan apa yang tersedia untuk pasien
g. Verifikasi kelayakan tempat perawatan pasien setelah pulang dari rumah sakit.
h. Memberi informasi dan edukasi yank dibutuhkan pasien atau keluarga atau
penjaga pasien.
2) Materi edukasi pada ceklis terbagi menjadi
a. Informasi kesehatan
b. Edukasi kesehatan
c. Persiapan pemulangan pasien
3) Ceklis discharge planning dilsi dengan tanda centang ( √ ) oleh perawat
dan ditandatangani oleh perawat kepala ruang atau yang mewakili apabila
perawat kepala ruang sedang tidak ada ditempat.
4) Ceklis disimpan menjadi satu dengan rekam medis pasien

b) Perhatikan hal-hal yang perlu diketahui saat pasien di ruang rawat inap :
i. Tetapkan prioritas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga.
ii. Gunakan pendekatan dengan tim multidisiplin yang terlibat perencanaan dan
tatalaksana pasien.
Yang dimaksud tim mutidisiplin ini adalah para professional kesehatan dari
disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti perawat, terapis, dokter, ahligizi.
iii. Koordinator perawatan di ruangan harus memastikan pasien memperoleh
perawatan yang sesuai dan adekuat serta proses discharge planning berjalan
lancar.
iv. Kordinator perawatan haruslah seorang yang berpengalaman, terlatih, dan
memahami mengenai discharge planning. Biasanya adalah seorang Kepala
Ruang.
v. Tugas koordinator perawatan pada proses discharge planning:
1) Mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk discharge planning,
asesmen awal, dan pengkajian ulang atau re-asesmen
2) Memastikan semua rencana berjalan dengan lancar dan terkoordinir.
3) Mengambil tindakan bila terdapat masalah.
4) Identifikasi, melibatkan, dan menginformasikan pasien mengenai rencana
keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan khusus pasien dapat
terpenuhi
5) Mencatat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien
6) Konfirmasi pada pasien dan keluarga atau penjaga pasien
vi. Penjelasan tentang kebutuhan yang diperlukan pasien saat pulang dari rumah
sakit :
1) Peralatan
a. Peralatan yang portabel dan sederhana : mudah digunakan, instruksi
penggunaan minimal. Contoh,: tongkat, toilet duduk, kasur dekubitas,
walker, kursi roda dan lain-lain.
b. Peralatan yang membutuhkan pelatihan mengenai cara menggunakannya.
Contoh oksigen, nebulaiser, glucotest, dan lain-lain.
15
2) Obat-obatan
a. lnjeksi insulin (cara penyimpanan, cara penggunaan, dan lain-lain.)
b. Obat untuk nebulaiser
3) Pilihan transportasi yang dapat digunakan saat pemulangan
a. Ambulan
b. Mobil pribadi atau sepeda motor pribadi
c. Taksi atau angkutan umum
vii. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi discharge planning,
perawat harus memberitahukan pada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
viii. Kebanyakan pasien akan memilih dirawat oleh anggota keluarganya.
Apabila yang diinginkan adalah penjaga pasien atau profesional kesehatan, maka
sampaikan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk merawat
pasien. Identifikasi dan latihlah penjaga pasien atau professional kesehatan yang
akan merawat pasien. Pastikan penjaga pasien atau profesional kesehatan
mendapat informasi mengenai kondisi pasien, yaitu :
1) Rencana pemulangan pasien (tertulis atau lisan) dan pemberitahuan
mengenai kapan pasien akan dipulangkan
2) Kondisi pasien.
3) Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan pasien
4) Keuntungan yang didapat atau dampak finansial yang diperoleh
5) Akses penerjemah untuk memungkinkan komunikasi dan pemahaman yang
efektif dengan pasien
6) Pengaturan transportasi
7) Cara menggunakan peralatan tertentu sebelum pasien dipulangkan.
8) Jadual dan cara pemberian obat.
9) Jadual kontrol kesehatan pasien
10) Kapan dan bagaimana mendapatkan pelayanan mendesak

c) Lakukan persiapan saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit :


a. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya
dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai
b. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemulangan pasien
c. Lakukan penilalan pasien (tanda-tanda vital, nutrisi, eliminasi dan keadaan
melahirkan, keadaan luka operasi)
d. Pertimbangkan aspek budaya, ethic, dan financial pasien (lihat pada asesmen
awal) jika ternyata akan berpengaruh pada proses discharge planning
e. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari rumah
sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat
ini dilakukan oleh tim Discharge Planners dan disetujui pasien atau keluarganya.
Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan dan kebutuhan yang
diperlukan :
1) Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan tambahan untuk
menunjang perawatan pasien

16
2) Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus
3) Perawatan di rumah dengan didampingi oleh perawat atau penjaga pasien
4) Rumah sakit atau fasilitas perawatan lain
5) Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan sebagainya
f. Identifikasi kebutuhan pasien yang memerlukan perawatan khusus atau ekstra
seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, social, dan sebagainya. Usahakan
untuk memenuhi kebutuhan pasien dan berikan dukungan tambahan.
g. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.
h. Pastikan bahwa pasien dan keluarga atau penjaga pasien telah memperoleh dan
memahami informasi yang adekuat.
i. Hak pasien sebelum dipulangkan:
a. Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, assesmen medis,
rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi, dan informasi
relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan tatalaksana selanjutnya.
b. Terlibat sepenuhnya dalam Discharge Planning dirinya, bersama dengan
keluarga atau penjaga pasien.
c. Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan jangka panjang,
termasuk dampak finansialnya.
d. Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang
diperoleh (RM 21 B)
e. Menghubungi tim discharge planner yang bersedia mernbantu dan
memberikan saran untuk pasien serta informasi tentang kapan dan bagaimana
mendapatkan pelayanan mendesak.
j. Dokurnentasi perencanaan pasien pulang pasien di rekam medis.
Dokumentasi resume pasien pulang rawat inap ada dua (2), yaitu :
1) RM 22 (Ringkasan Keluar / Resume)
a) Dilengkapi sebelum pasien pulang dari rumah sakit oleh DPJP/ dokter
/dokter spesialis.
b) Berisi :
1. alasan dirawat,
2. diagnosa waktu masuk,
3. diagnosa utama,
4. diagnosa sekunder,
5. ringkasan penemuan fisik penting,
6. tindakan diagnostik yang sudah dilakukan,
7. tindakan medis yang sudah dilakukan,
8. keadan pasien, pengobatan, kesimpulan pada saat keluar rumah sakit
dan prognosa.
9. rencana follow up / intruksi tindak lanjut
c) Disimpan dalam berkas rekam medis pasien
2) RM 21 poin B (petunjuk pasien pulang)
a) Diisi saat akan memulangkan pasien oleh perawat/ bidan dan legalisasi
oleh kepala ruang/ Perawat PJ Shift/ Perawat Ketua Tim.
b) Dibuat rangkap 2 (dua)

17
c) Gunakan bahasa awam yang mudah dimengerti oleh pasien dan
keluarganya pada saat memberikan informasi/ penjelasan / intruksi dan
edukasi
d) Berisi :
1. Alasan dirawat
2. Tanda-Tanda Vital (TTV)
3. Kondisi saat dipulangkan
4. Pasien post partum (Khusus Kebidanan)
5. Jadwal pemberian obat saat di rumah
6. Dokumen yang diserahkan
7. Rencana pemeriksaan / kontrol selanjutnya.
8. Catatan khusus untuk pasien diisi untuk hal-hal khusus dan penting
untuk diketahui pasien atau keluarganya, yaitu kapan dan bagaimana
mendapatkan pelayanan mendesak.

d) Kriteria pasien dipulangkan


Kriteria atau indikasi pasien yang siap dipulangkan adalah :
1. Pasien dinyatakan sembuh dari sakitnya.
2. Pasien bisa melanjutkan pelayanan dengan rawat jalan. Umumnya pada kasus
bedah hal ini sering dilakukan karena memerlukan perawatan luka.
3. Tidak ada keadaan yang mengkhawatirkan dan tidak diperlukan alat-alat khusus
yang hanya ada di rumah sakit.
4. Faktor resiko sudah dapat dikendalikan
5. Kondisi penderita secara umum telah membaik. Ini menyangkut fungsi
pernafasan, keadaan system peredaran darah dan suhu tubuh kearah yang baik
(tanda vital stabil)
6. Tidak ada komplikasi yang mengancam dan tidak terdapat keluhan yang
mengganggu pasien.
7. Pemeriksaan penunjang (laboratories, radiologis, EKG dan lain-lain)
menunjukkan nilai normal atau perbaikan sesuai dengan kasus/ diagnose medis.

e) Kondisi lain sehingga pasien boleh keluar rumah sakit atau dinyatakan keluar dari
rumah sakit adalah :
a. Pasien yang pulang dengan keinginannya sendiri atau paksa atau menolak
tindakan medis (di mana bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya)
1) Yang termasuk kelompok ini adalah :
a) Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
b) Pasien tidak memahami risiko pulang paksa, dikarenakan kondisi medis
atau gangguan jiwa
2) Apabila pasien mempunyai keluarga tenaga medis (dokter, perawat, bidan)
atau petugas kesehatan lain, maka akan lebih mudah Informasi dari Edukasi
dilakukan. Tetapi dalam pelaksanaannya Rumah Sakit Wijaya Kusuma harus

18
mengikuti sesuai peraturan dan hukum yang berlaku sesuai panduan tentang
hak pasien dan keluarga/ privacy pasien.
3) Alasan pasien pulang paksa, antara lain :
a) Tidak punya biaya (paling banyak)
c) Belum atau tidak setuju dilakukan tindakan medis setelah mendapat
penjelasan yang cukup
d) Ingin dirawat di tempat lain.
e) Merasa sudah sembuh
f) Tidak puas dengan dokter
4) Evaluasi dan tindak lanjut pada pasien pulang paksa :
a) Lakukan pencatatan sebagai indikator mutu Instalasi Rawat inap rumah
sakit tentang kejadian pulang paksa
b) Berikan pengulangan edukasi sampai pasien atau keluarganya memahami
maksud dan tujuan perawatan atau tindakan medis yang diberikan. Bila
keputusan yang diambil pasien/ keluarga tetap menolak perawatan atau
tindakan medis dokumentasikan pada lembar penolakan tindakan medis
(model B) dan surat pernyataan pulang paksa
c) Sarankan untuk tetap menjalankan program terapi/ kontrol pada dokter
rumah sakit yang telah disepakati.
b. Pasien meninggal
c. Pasien harus ditransfer ke rumah sakit lain/ rujuk
d. Pasien Ijin Pulang Sementara.
a) Beberapa alasan akan membuat pasien minta diberikan ijin keluar rumah
sakit untuk sementara waktu. Untuk itu Rumah Sakit Wijaya Kusuma
menyusun prosedur pemberian ijin pulang sementara.
b) Didokumentasikan pada form Surat Keterangan Ijin Pulang (SKIP)
c) SKIP dibuat rangkap 2 (dua), lembar pertama disimpan pada rekam medis
pasien, salinan kedua diberikan pada pasien/ keluarga
d) SKIP dibuat oleh perawat ruangan dengan sepengetahuan DPJP dan petugas
adtninistrasi.
e) Saat pasien keluar dari rumah sakit, maka perawat diharuskan melepas
gelang, identitas dan akan dipasangkan kembali saat pasien kembali ke rumah
sakit

C. Discharge Planning untuk Pasien One Day Care ( ODC ) tindakan bedah/ bedah
rawat jalan.
1. Program bedah rawat jalan yang sukses tergantung pada pemulangan pasien yang
tepat waktu setelah anestesi.
2. Kriteria yang telah dibuat untuk menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan
menggunakan PADSS (Post Anesthesia Disharge Scoring System) yang telah
dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan di RS Wijaya Kusuma Lumajang.

19
PADSS merupakan suatu sistem skoring yang secara objektif menilai kondisi pasien
yang siap untuk dipulangkan setelah mendapatkan general anastesi.
Modifilasi PADSS berdasarkan 5 kriteria, yaitu :
a. Tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, temperature)
b. Ambulasi
c. Mual/muntah
d. Nyeri
e. Perdarahan akibat pembedahan

Tabel
Kriteria Skor
1. Tanda vital
 2 = sekitar 20% dari nilai prabedah
 1 = 20 – 40% dari nilai prabedah
 0 = 40% dari nilai prabedah
2. Pergerakan/ambulasi
 2 = mampu berdiri / tidak ada pusing
 1 = dengan bantuan
 0 = tidak ada pergerakan / pusing
3. Mual/muntah
 2 = minimal / tidak muntah
 1 = sedang
 0 = berat
4. Nyeri
 2 = minimal
 1 = sedang
 0 = berat
5. Perdarahan
 2 = minimal
 1 = sedang
 0 = berat

3. Tuntutan bahwa pasien harus kencing / voiding memperlambat pemulangan pasien.


Pasien bedah rawat jalan yang tidak berisiko terhadap retensi urin aman untuk
dipulangkan sebelum mereka mampu untuk kencing. Yang termasuk faktor resiko
terjadinya retensi urin pascabedah adalah :
a. Riwayat retensi urin pascabedah
b. Anestesi spinal / epidural
c. Pembedahan pelvis/urologi
d. Kateterisasi perioperatif
4. Menunggu pasien untuk bisa minum tanpa terjadi muntah juga memperlambat
pemulangan pasien. Penelitian mengenai masalah ini membuktikan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kejadian PONY (Post Operative Nausea
and Vomiting) pada pasien yang telah memiliki toleransi untuk minum dengan yang
tidak sebelum pasien dipulangkan.
20
5. Pemulangan pasien setelah anestesi regional
a. Sejumlah teknik anestesi regional dapat dipakai untuk bedah rawat jalan, mulai
dari anestesi spinal sampai ke blok ekstremitas. Pasien yang dilakukan anestesi
regional mempunyai kriteria pemulangan yang sama dengan pasien yang di
anestesi umum.
b. Anestesi regional memiliki keuntungan pada bedah rawat jalan Pemulangan
pasien dengan regional anestesi lebih cepat daripada anestesi umum.
c. Anestesi spinal merupakan teknik yang simpel dan reliable dipergunakan secara
luas saat ini. Karena short-acting lidokain sering dipakai pada bedah rawat jalan
untuk anestesi spinal.
d. Sebelum pemulangan pasien bedah rawat jalan dengan anestesi spinal harus
yakin bahwa blok sensorik, motorik, dan simpatik telah mengalami pemulihan.
Kriteria yang dapat dipakai untuk menilai hal tersebut termasuk : sensasi normal
perianal (S4-5), fleksi plantar, propriosepsi pada ibu jari kaki.
6. Faktor yang memperlambat pemulangan pasien bedah rawat jalan
a. Usia. Meningkatnya usia banyak sekali dihubungkan dengan lambatnya
pemulihan kondisi umum.
b. Penyakit penyerta yang kronis merupakan prediktor prabedah yang penting
sehingga menjadi proses lambatnya pemulangan.
c. Perawat pada ruang pemulihan, merupakan faktor paling penting dalam
menentukan waktu pemulangan setelah bedah rawat jalan dengan jenis anestesi
apapun. Pelatihan perawat yang adekuat, standarisasi tugas perawat, akan
membawa pengaruh besar dalam menurunkan waktu pemulangan pasien.
d. Ketersediaan dan kemampuan keluarga untuk mendampingi saat pasien boleh
pulang.
e. Pengaruh anestesi termasuk pengelolaan nyeri, mual dan muntah serta
drowsiness / rasa mengantuk.
f. Pemilihan teknik dan obat-obatan anestesi juga mempunyai pengaruh besar
dalam menurunkan waktu pemulangan yang disesuaikan dengan jenis operasi dan
jenis kelamin pasien
7. Kombinasi discharge planning pasien ODC tindakan bedah dengan
8. Dokumentasi pasien ODC tindakan bedah
a. Check list operasi
diisi oleh perawat IKO pada kolom instalasi kamar operasi, form ini
digunakan juga sebagai dokumentasi skrening pasien ODC tindakan bedah
b. Form inestesi
1. Lembar depan diisi oleh dokter anestesi
2. Lembar tengah diisi oleh dokter anestesi dan asisten anestesi
3. Lembar akhir (observasi pasca operasi) diisi oleh perawat ruang pulih
Observasi meliputi :
a) Tanda vital :
- tekanan darah

21
- pernafasan, SpO2
- suhu badan
b) skor nyeri
c) APGAR :
- Aktif
- Pernafasam
- Sirkulasi
- Kesadaran
- Warna kulit
d) Terapi yang diberikan / terapi cairan
e) Perdarahan pasca operasi :
- Pembalut luka
- Drainage
f) Muntah
g) Urine (jumlah, warna, kemampuan, berkemih)
h) Hasil monitor selama di ruang pulih dilaporkan ke dokter anestesi untuk
memberikan rekomendasi pasien boleh pulang
c. RM. 19.b (laporan operasi) diisi oleh dokter bedah
d. Ceklist discharge planning diisi oleh perawat IKO dan ditandatangani oleh
perawat kepala instalasi kamar operasi
e. Informasi kesehatan saat memulangkan pasien diberikan oleh tenaga kesehatan
yaitu dokter bedah, dokter anastesi, perawat anastesi, perawat IKO

9. Standar Prosedur Operasional/SPO perawatan pasca bedah (ODC)


a. Observasi pasien sampai pasien sadar betul, bebas atau berkurang dari efek
anestesi, tulis hasil observasi di status pasien
b. Tanyakan pada pasien apakah bisa latihan duduk ditempat tidur.
c. Ajari pasien untuk duduk ditempat tidur, lakukan evaluasi lanjutan.
d. Ajari pasien untuk minum sedikit-sedikit, lakukan evaluasi lanjutan.
e. Latih pasien untuk jalan sekitar tempat tidur dalam ruang sadar pulih.
f. Bila bebas dari keluhan, infus dilepas.
g. Ganti baju pasien dengan baju pribadi.
h. Jelaskan pada pasien atau keluarga efek daru anestesi (ngantuk).
i. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang :
1. Sementara istirahat untuk beberapa jam bila tiba dirumah.
2. Perawatan dirumah (luka tidak boleh basah, tidak boleh ditekan atau
digaruk).
3. Jaga kebersihan sekitar verban atau pembungkus luka operasi
4. Kontrol sesuai instruksi dokter.
5. Minum obat antibiotik sesuai resep dokter (cara minum obat antibiotic harus
kontinju tidak boleh berhenti sebelum habis) minum dengan air biasa
6. Bila ada reaksi terhadap obat antibiotik, berhenti minum obat, hubungi dokter
atau bila tidak bisa mengatasi datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Panti
Nirmala atau klinik terdekat.
j. Untuk obat anti nyeri diminium bila nyeri.
k. Konfirmasi apakah pasien sudah paham tentang penjelasan yang diberikan
l. Minta pasien atau keluarga konfirmasi ulang pesanan dan tanda tangan
22
m. Pasien diantar dengan kursi roda sampai di depan rumah sakit (kendaraan)
D. Discharge planning pasien ODC tindakan curettage.
a. Koordinator discharge planning pasien ODC tindakan curettage di ruang kebidanan
adalah dokter spesialis kandungan dan atau dokter anastesi
b. Resume/ringkasan keluar diisi oleh dikter soesialis kandungan. Rekam pemulangan
pasien (discharge planning) dilengkapi oleh bidan
c. Informasi kesehatan saat memulangkan pasien diberikan oleh tenaga kesehatan yaitu
dokter spesialis kandungan, bidan.
d. Kriteria memulangkan pasien ODC curettage dengan bius dilakukan sama seperti
ODC bedah.
e. Dokumentasi

E. Discharge planning pasien rawat jalan


a. Setelah melalui screening akan diputuskan pasien akan dirujuk, masuk rumah sakit
atau dipulangkan. Keputusan tersebut dilakukan oleh dokter/ dokter spesialis yang
memeriksa pasien.
b. Edukasi tentang penyakit, pengobatan dan kapan kembali untuk kontrol diberikan
oleh dokter yang memeriksa pasien.
c. Dokumentasi resume pasien rawat jalan diisi oleh dokter/ perawat.
d. Resume pasien rawat jalan diisi pada setiap kali kunjungan di poliklinik
e. Dokumen resume pasien rawat jalan berisi :
1. Diagnosa
2. Alergi obat
3. Terapi
4. Prosedur bedah yang lalu
5. Riwayat perawatan yang lalu

F. Evaluasi dan tindak lanjut :


Dilakukan sebagai monitor kelayakan rencana pemulangan pasien, dilakukan dengan cara
:
1. Peninjauan ulang rekam medis atau catatan pasien pulang
2. Gunakan checklist untuk menilai perkembangan dan kemajuan discharge planning
3. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan

23
BAB IV
DOKUMENTASI

Perencanaan pasien pulang didokumentasikan pada status list pasien, yaitu


1. RM 21.b, yaitu petunjuk pasien pulang.
2. RM 22, yaitu ringkasan pasien pulang yang diisi oleh dokter penanggung jawab.
3. RM 10, yaitu catatan pelayanan.
4. RM 20 dan 21.a, yaitu perencanaan pasien pulang (discharge planning).
5. Formulir pernyataan pasien pulang paksa.
6. Form kematian
7. Surat Keterangan Ijin Pulang (SKIP)

24

Anda mungkin juga menyukai