Anda di halaman 1dari 121

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON

AKTIF DARI BIJI KELOR (Moringa oleifera. Lamk)


DENGAN NaCl SEBAGAI BAHAN PENGAKTIF

SKRIPSI

Oleh:
Siti Mujizah
NIM. 05530007

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON


AKTIF DARI BIJI KELOR (Moringa oleifera. Lamk)
DENGAN NaCl SEBAGAI BAHAN PENGAKTIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh:
Siti Mujizah
NIM. 05530007

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt, penguasa dan sang
kholik seluruh alam raya, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi sebagai prasyarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S. Si) dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita, Baginda
Nabi Besar Muhammad saw., seluruh keluarga, istri, anak, kerabat, sahabat, dan
umat beliau Rosulullah saw. yang telah membawa manusia dari kehidupan yang
penuh dengan kebiadaban menuju kehidupan yang penuh dengan peradaban,
yakni Agama Islam.
Penulis menyusun skripsi ini dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan sebagai wujud pengamalan ilmu yang telah diperoleh penulis selama
ada di bangku perkuliahan sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pribadi, dan
juga bagi mahasiswa dan masyarakat pada umunya.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan rasa
terima kasih, khususnya kepada yang terhormat:
1. Untuk Ibuku, terima kasih atas kucuran keringat dan darahnya selama ini.
Surga Allah swt sedang menanti, Ayah semoga beliau selalu dalam surgaNya.
Untuk semua keluargaku, baik yang dekat ataupun yang jauh, Allah swt maha

mengetahui dan akan selalu menolong hamba-Nya selama mau menolong


hambanya yang lain. Kebaikan akan dinanti dengan kebaikan.
2. Bapak Anton Prasetyo, M. Si, Bapak Ach. Nashihuddin, MA dan Ibu Eny
Yulianty,M.Si selaku dosen pembimbing kami. Sukron katsiron penulis
haturkan atas waktu yang telah beliau limpahkan untuk bimbingan, arahan,
serta motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga beliau
beserta seluruh keluarga besar, selalu mendapatkan Rahmat dan Hidayah
Allah swt. serta dimudahkan, diberi keikhlasan dan kesabaran dalam
menjalani kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.
3. Ibu Elok Kamilah Hayati, M. Si dan Ibu Akyunul Jannah selaku penguji kami.
Terima kasih atas waktu, arahan dan bimbingan beliau selama ini. semoga
Allah memberikan kesehatan bagi beliau sekeluarga.
4. Ibu Rini Nafsiati Astuti, M. Pd, selaku dosen wali penulis selama menempuh
kuliah di Jurusan Kimia Fakultas Saintek Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Terima kasih kami haturkan kepada beliau yang telah
memberikan bimbingan, saran, serta motivasi selama menempuh perkuliahan.
Penulisan laporan ini tidak luput dari bantuan semua pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maliki Malang

2.

Bapak Prof. Sutiman Bambang Sumitro, SU. DSc selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi, UIN Maliki Malang.

3.

Ibu Diana Candra Dewi, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia, UIN Maliki
Malang yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis.

4.

Segenap Dosen kimia Fakultas Saintek Universitas Islam Negeri Maulana


Malik Ibrahim Malang yang telah menyampaikan pengajaran, mendidik,
membimbing, serta mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Semoga Allah swt
memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada beliau semua.

5.

Guru-guru ku terima kasih atas ilmu yang engkau berikan, semoga Allah
melimpahkan rahmat pada beliau semua.

6.

Keluarga besar PSG UIN MALIKI Malang, bu ilfi, bu rini, bu erfa, bu


jamilah, bu yuli, bu ulfah, mbak leli terima kasih atas motivasi, masukan dan
kepercayaannya selama ini. Semoga ilmu dan pengalaman yang penulis
peroleh bermanfaat di kehidupan penulis kelak.

7.

Staf laboratorium dan administrasi Jurusan Kimia Fakultas Saintek


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (mas abi, mbak
ana, mbak nia, mbak rika n mas taufik), penulis ucapkan terima kasih atas
partisipasinya dalam penyelesaian skripsi ini.

8.

Sahabat-sahabat PMII Komisariat Universitas Islam Negeri Maulana Malik


Ibrahim Malang, khususnya Rayon Galileo. Terima kasih atas motivasi dan
persaudaraannya selama ini.

9.

Semua sahabat-sahabat ku masit, wardah, lailis, fajar, H5, ais, umi, asri, nely,
nur, dedi, agus, helmi. Kalian telah memberikan segudang pengalaman bagi
penulis semoga kita mampu menjalani kehidupan nyata setelah keluar dari
sini.kenangan bersama kalian tak ternilai harganya. Terima kasih atas

kebersamaannya selama ini. Fajar makasih banyak atas bantuannya selama


inisemoga silaturrahim kita tetap terjaga selamanya..
10. Mas Sony terima kasih doa n motivasinya, anas suwon benerin komputer n
buatin posterny, firi thaks pinjaman monitornya, nana semangat S2nya, abid,
ifa ayo semangat!!! Aim n adi suwon doanya.
11. Teman2 HMJ kimia maupun teman2 kimia dari angkatan 2003 sampai 2009
terima kasih motivasi dan masukannya. Yudi n Mita selamat melanjutkan
penelitian tentang karbon.
12. Teman-teman kos atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama
proses penyusunan skripsi.
13. Kepada semua pihak yang ikut terlibat dan berpartisipasi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan oleh penulis
satu-persatu.
Semoga apa yang telah penulis peroleh selama kuliah di Fakultas Saintek
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini bermanfaat. Karya
tulis ini bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya bagi penulis pribadi. Disini
penulis sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan dosa,
menyadari bahwasannya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengaharap kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 24 Juni 2010
Penulis,

Siti Mujizah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
ABSTRAK .................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Kelor........................................................................................................ 6
2.2 Karbon Aktif .................................. 9
2.3 Karbonisasi. ............................................................................................. 11
2.4 Aktivasi. .................................................................................................. 14
2.4.1 Aktivasi secara Kimia ........................................................................... 14
2.4.2 Aktivasi secara Fisika............................................................................ 16
2.5 Kelor sebagai Karbon Aktif...................................................................... 17
2.6 Karakterisasi Karbon Aktif....................................................................... 18
2.6.1 Berat Jenis Karbon Aktif ....................................................................... 18
2.6.2 Kadar Air Karbon Aktif ........................................................................ 18
2.6.3 Kadar Abu Karbon Aktif ....................................................................... 19
2.6.4 Daya Serap Karbon Aktif Terhadap Larutan Iodin................................. 19
2.7 Adsorpsi................................................................................................... 20
2.8 Fluidized bed reaktor................................................................................ 22
2.9 Anova (Analysis Of Variance) .................................................................. 23
2.10 Anjuran Memikirkan Tumbuhan dalam Al-Quran ................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 30
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 30
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 30
3.2.1 Alat ....................................................................................................... 30
3.2.2 Bahan .................................................................................................... 30
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................... 31
3.4 Tahapan Penelitian ................................................................................... 31
3.5 Cara Kerja................................................................................................ 31
3.5.1 Preparasi Sampel ................................................................................... 31
3.5.2 Aktivasi Kimia ..................................................................................... 32

3.5.3 Karbonisasi ........................................................................................... 32


3.5.4 Aktivasi Fisika ...................................................................................... 32
3.5.5 Karakterisasi ......................................................................................... 33
3.5.5.1 Penentuan Berat Jenis Karbon Aktif ................................................... 33
3.5.5.2 Penentuan Angka Iodin Karbon Aktif ................................................. 33
3.5.5.3 Penentuan Kadar Air Karbon Aktif..................................................... 34
3.5.5.4 Penentuan Kadar Abu Karbon Aktif ................................................... 35
3.6 Analisa Data ............................................................................................ 36
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 37
4.1 Preparasi Sampel...................................................................................... 37
4.2 Aktivasi Kimia ......................................................................................... 37
4.3 Karbonisasi .............................................................................................. 39
4.4 Aktivasi Fisika ......................................................................................... 40
4.5 Karakterisasi Karbon Aktif....................................................................... 42
4.5.1 Bilangan Iodin....................................................................................... 42
4.5.2 Berat Jenis............................................................................................. 46
4.5.3 Kadar Air .............................................................................................. 49
4.5.4 Kadar Abu............................................................................................. 52
4.6 Sampel Terbaik ........................................................................................ 54
4.7 pembuatan Karbon Aktif dari Biji Kelor (Moringa oleifera. Lamk)
Perspektif Islam ...................................................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 58
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 58
5.2 Saran........................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................. 63

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Biji Kelor ......................................................... 9
Tabel 2.2 Syarat Mutu Karbon Aktif Standart Industri Indonesia .................. 11
Tabel 2.3 Luas permukaan spesifik dari karbon dengan menggunakan metode
Giles and Nakhwa, dan metode langmuir ....................................... 17
Tabel 2.4 Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia ............................................... 21
Tabel 4.1 Bilangan Iodin karbon aktif ............................................................ 44
Tabel 4.2 Berat jenis karbon aktif .................................................................. 47
Tabel 4.3 Kadar air karbon aktif..................................................................... 50
Tabel 4.4 Kadar abu karbon aktif ................................................................... 53
Tabel 4.5 Sampel Terbaik .............................................................................. 54

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Kelor ........................................................................... 8
Gambar 2.2 Fluidized Bed Reaktor ................................................................ 23
Gambar 4.1 Grafik angka iodin karbon aktif .................................................. 44
Gambar 4.2 Grafik berat jenis karbon aktif .................................................... 48
Gambar 4.3 Grafik kadar air karbon aktif ....................................................... 51
Gambar 4.4 Grafik kadar abu karbon aktif ..................................................... 53

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Diagram Alir ................................................................................ 63
Lampiran 2 Skema Kerja ............................................................................... 64
Lampiran 3 Pembuatan Reagen kimia ............................................................ 68
Lampiran 4 Data Penelitian ............................................................................ 75
Lampiran 5 Analisa Statistik .......................................................................... 88
Lampiran 6 Foto Penelitian ............................................................................ 105

ABSTRAK
Mujizah, S. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Biji
Kelor (Moringa oleifera. Lamk) dengan NaCl sebagai Bahan
Pengaktif Pembimbing I: Anton Prasetyo, M. Si; Pembimbing Agama:
Ach. Nasichuddin, MA
Kata Kunci: Biji Kelor, dehidrasi, karbonisasi, aktivasi
Permintaan karbon aktif di dunia setiap tahun meningkat sekitar 5%
pertahun, diperkirakan kebutuhan karbon aktif tahun 2010 sekitar 1.200.000 ton.
Oleh karena itu banyak dilakukan usaha-usaha penelitian tentang bahan alternatif
yang bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Penelitian
Muallifah menunjukkan bahwa karbon aktif dari biji kelor dapat digunakan untuk
memurnikan minyak goreng bekas, namun karbon aktif biji kelor yang digunakan
belum dilengkapi data karakterisasi karbon aktif sesuai Standar Industri Indonesia
(SII) maka penelitian tentang karakterisasi karbon aktif dari biji kelor perlu
dilakukan. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian tentang pengaruh
konsentrasi NaCl pada proses karbonisasi terhadap karakterisasi karbon aktif dan
pengaruh aktivasi fisika terhadap karakterisasi karbon aktif.
Proses pembuatan karbon aktif melalui 3 tahapan yaitu dehidrasi biji kelor
pada suhu 105 C selama 24 jam, kemudian perendaman biji kelor dalam larutan
NaCl 15 %, 20 %, 25 %, 30 %, 35%, dan 40 % selama 5 jam, proses karboniasi
pada suhu 500 C selama 120 menit dan karbon aktif biji kelor di ayak 120 250
mesh kemudian diaktivasi fisika pada suhu 650 C dalam medium nitrogen selama
120 menit. Karakterisasi yang dilakukan meliputi berat jenis, bilangan iodin,
kadar air dan kadar abu karbon aktif.
Hasil penelitian menunjukkan variasi konsentrasi NaCl dan aktivasi fisika
berpengaruh terhadap hasil karakterisasi karbon aktif berdasarkan hasil analisa
statistik uji F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan program Minitab 14
diketahui berbeda nyata (signifikasi < 0,01). Karbon aktif yang melalui
perendaman NaCl 30% dengan aktivasi fisika mempunyai karakteristik terbaik
yakni angka iodin 646 mg/g, berat jenis karbon aktif 0,8917 g/mL, kadar air 1 %
dan kadar abu 5,8 %.

ABSTRACT
Mujizah, S. 2010. Preparation and Characterization of Activated Carbon
from Bean (Moringa oleifera. Lamk) with NaCl as an activator
Materials Pembimbing I: Anton Prasetyo, M. Si; Pembimbing Agama:
Ach. Nasichuddin, MA
Keywords: Seed kelor, dehydration, carbonization, activation
Activated carbon demand in the world each year increased by
approximately 5% per year, estimated that the demand of activated carbon of
about 1.2 million tons in 2010. Therefore many efforts carried out research into
alternative materials that could be used as raw material for making activated
carbon. Muallifah research shows that activated carbon from Moringa seeds can
be used to purify used frying oil, but the activated carbon used Moringa seeds
have not completed the characterization of activated carbon according to data
Indonesian Industrial Standard (SII), the research on the characterization of
activated carbon from Moringa oleifera seed needs to be done. In this research
study will be conducted on the effect of NaCl concentration on the process of
carbonization of the characterization of activated carbon and the influence of
physical activation of the characterization of activated carbon.
The process of making activated carbon through the three stages of
Moringa oleifera seed dehydration at 105 C for 24 hours, then oleifera seed
soaking in a solution of NaCl 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, and 40% for five
hours, the process karboniasi at 500 C for 120 minutes and the activated carbon
in the sifter M. oleifera 120-250 mesh and then activated with physics at a
temperature 650 C in the medium of nitrogen for 120 minutes. The
characterization was conducted on the specific gravity, iodine number, water
content and ash content of activated carbon.
The results showed variation of NaCl concentration and activation of
physics affect the results of characterization of activated carbon based on the
results of statistical analysis, F test and LSD 1% continued using the program
Minitab 14 known different (significance <0.01). Activated carbon is through
immersion NaCl 30% with activation of physics have the best characteristics of
the iodine number 646 mg / g, density of 0.8917 g of activated carbon / mL, the
water content of 1% and 5.8% ash content.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan
dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan
dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas
permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan
dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat
sebagai adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaan (Sembiring, dkk, 2003).
Karbon aktif merupakan golongan karbon yang diproses untuk
menghasilkan adsorben yang kuat (Mayer, dkk, 2005). Karbon aktif dapat
digunakan untuk mengadsorbsi bahan yang berasal dari cairan maupun fasa gas
(Ruiz, 2008).
Permintaan dunia terhadap karbon aktif pada tahun 2005 sebesar 970.000
ton yakni 52% untuk asia, 26% amerika selatan, 13% eropa barat dan 9% untuk
negara lainnya. Kebutuhan karbon aktif diramalkan meningkat 5% pada tahun
2009 hingga tahun 2010 mencapai 1.200.000 ton. Peningkatan permintaan
terhadap karbon aktif disebabkan meningkatnya sektor farmasi dan obat-obatan.
Seiring perkembangan zaman isu-isu lingkungan seperti pengolahan air,
perawatan corong asap dan bahaya sisa obat dan saringan khusus asap kendaraan

bermotor telah meningkatkan daya jual karbon aktif di dunia. (Freedonia Group,
2006).
Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses karbonisasi yang
dilanjutkan dengan proses aktivasi. Aktivasi adalah proses perlakuan terhadap
karbon untuk membuka pori karbon. Proses aktivasi dapat dilakukan melalui
aktivasi secara fisika dan aktivasi secara kimia. Penelitian Rahardjo (1997)
tentang pembuatan karbon aktif dari serbuk gergajian pohon jati dengan NaCl
sebagai bahan pengaktif menghasilkan adanya peningkatan luas permukaan
spesifik yang relatif lebih baik jika NaCl ditambahkan pada proses karbonisasi,
sedangkan penelitian Sabaruddin (1996) tentang pengaruh temperatur dan
konsentrasi NaCl pada aktivasi arang tempurung kelapa, hasil penelitian
menjelaskan bahwa daya adsorpsi optimum diperoleh dari karbon aktif yang
diaktivasi pada temperatur 500 C dan konsentrasi NaCl 30% (b/v). Pembuatan
karbon aktif dari kulit kacang tanah pada penelitian Yulianto menggunakan bahan
pengaktif KOH menghasilkan waktu perendaman optimum untuk memperoleh
karbon aktif yang mempunyai daya adsorpsi tinggi yaitu selama 5 jam. Penelitian
yang dilakukan Warhurst dkk (2005) tentang karakteristik karbon aktif dari biji
dan kulit Moringa oleifera. Lamk dengan metode pirolisis uap, hasil penelitian
menjelaskan bahwa karbon aktif yang mempunyai luas permukaan spesifik
terbesar menggunkan metode BET (Brunauer, Emmett and Teller) yaitu karbon
aktif hasil pirolisis pada temperatur 800 C selama 30 menit kemudian diikuti
temperatur 750 C selama 120 menit dan 750 C selama 30 menit dengan luas
permukaan masing-masing adalah 786 m2 g-1, 776 m2 g-1 dan 694 m2 g-1 dengan

menggunakan adsorbat phenol, sedangkan angka iodin terbaik diperoleh dari


karbon aktif hasil pirolisis pada temperatur 750 C selama 120 menit yakni 718
mg g-1 kemudian diikuti temperatur 800 C selama 30 menit dengan angka iodin
703 mg g-1 dan terendah pada temperatur 750 C selama 30 menit dengan angka
iodin 552 mg g-1. Penelitian Husni husin (2008) menyebutkan bahwa karbon aktif
yang berasal dari batang pisang melalui proses pengeringan 110 C selama 24 jam
dengan aktivasi pada suhu 650 C dalam medium nitrogen serta ukuran 100 mesh
mempunyai kadar air dan daya serap yang sesuai dengan SII.
Sumber bahan mentah yang digunakan sebagai karbon aktif diantaranya
biji apricot, biji chery, biji anggur, kulit kacang, kulit almond, tongkol jagung,
kulit jagung (Ioannidou, 2006). MCconnacchie (1996) menyebutkan bahwa kelor
dapat digunakan sebagai karbon aktif.
Berbagai macam tumbuhan Allah ciptakan di muka bumi ini memiliki
maksud tertentu yang tidaklah sia-sia. Allah telah menjelaskannya dalam QS.AnNahl:11 yang berbunyi:
Z 9 ) 3 NV9# e2 ={# 9# G9# 9# / /39 M6
6 G 5)j9
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman:
zaitun kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) kaum
yang memikirkan (QS.An-Nahl:11)

Menurut tafsir Nurun Quran karangan Imani (2005) dijelaskan bahwa


Allah telah menciptakan segala macam tanaman sebagai tanda-tanda kebesaran

dan kekuasaan Allah dan sebagai bahan untuk berfikir agar tercipta kemaslahatan
umat.
Penjelasan lain dijelaskan dalam Al-quran QS. Asy-Syuara:7:
A. 8l e. $ $G;& /. {# <) # 9&
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
kami tumbuhkan di bumi ini berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik? (QS.Asy-Syuara:7).
Shihab (2002) memberikan tafsir bahwa Allah menumbuhkan dari
berbagai macam tumbuhan yang baik yaitu subur dan bermanfaat. Seperti halnya
tanaman kelor yang di dalamnya banyak manfaatnya bagi manusia karena dapat
digunakan sebagai sayuran dan biji buah kelor yang sudah kering dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Penelitian Muallifah (2009) tentang penentuan angka asam thiobarbiturat
dan angka peroksida pada minyak goreng bekas dengan karbon aktif biji kelor
yang telah diaktivasi kimia dengan larutan NaCl dan aktivasi kimia pada suhu 500
C selama 2 jam dapat menurunkan angka asam thiobarbiturat dan angka
peroksida pada minyak goreng bekas. Karbon aktif yang digunakan pada
penelitian Muallifah belum dilengkapi dengan data tentang karakterisasi karbon
aktif yang sesuai dengan SII (Standar Industri Indonesia) maka penelitian tentang
pembuatan karbon aktif dari biji kelor dengan variasi aktivasi kimia (variasi
konsentrasi NaCl) dan variasi aktivasi fisika (variasi temperatur) pada medium
nitrogen serta karakterisasi hasil karbon aktif sesuai SII menarik dilakukan

sehingga dapat meningkatkan nilai tambah karbon aktif dari biji kelor dan potensi
pemanfaatan karbon aktif biji kelor lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaCl pada proses karbonisasi terhadap
karakterisasi karbon aktif ?
b. Bagaimana karakterisasi karbon aktif setelah melalui proses aktivasi fisika ?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl pada proses karbonisasi
terhadap karakterisasi karbon aktif.
b. Untuk mengetahui karakterisasi karbon aktif setelah melalui proses aktivasi

1.4 Batasan Masalah


a. Sampel yang digunakan adalah biji kelor yang berasal dari daerah Probolinggo.
b. Karakterisasi yang ditentukan meliputi berat jenis karbon aktif, penentuan
kadar air karbon aktif, penentuan kadar abu karbon aktif dan daya adsorbsi
karbon aktif diukur terhadap larutan I2.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat tentang karakterisasi karbon aktif dari biji kelor sehingga dapat
diketahui potensi pemanfaatannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelor (Moringa oleifera. Lamk)


Kelor (Moringa oleifera. Lamk) atau Marongghi (Madura) dikenal sebagai
jenis tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan. Daunnya majemuk, menyirip
ganda, dan berpinak daun membundar kecil-kecil. Bunganya berwarna putih
kekuningan. Buahnya panjang dan bersudut-sudut pada sisinya. Pohon kelor
sering digunakan sebagai pendukung tanaman lada atau sirih (Winarno, 2003).
Menurut Supriyanto, dkk., (2005) kelor dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisio

Magnoliophyta

Kelas

Magnoliopsida

Subkelas :

Dillenildae

Ordo

Capparidales

Familia :

Moringa oleiferaceae

Spesies :

Moringa oleifera. Lamk

Pohon kelor (drumstick tree: Inggris) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
memiliki ketinggian pohon antara 7 12 m. batang kayunya lunak dan getas
(mudah patah) dan cabangnya jarang, tetapi mempunyai akar yang kuat. Pohon
kelor berbunga dan berganti daun sepanjang tahun, tumbuh dengan cepat, dan
tahan terhadap musim kering (kemarau) (Jonni, dkk, 2008).
Daun kelor berbentuk bulat telur (oval) dengan ukuran kecil-kecil,
bersusun majemuk dalam satu tangkai. Pohon kelor berdaun tidak terlalu lebat.

Daun kelor berguguran apabila kekurangan air (biasanya terjadi pada musim
kemarau panjang) dan tumbuh kembali ketila kebutuhan air tercukupi (Jonni, dkk,
2008).
Bunga kelor berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah
bunganya berwarna hijau. Bunganya akan keluar (mekar) sepanjang tahun dengan
bau khas semerbak (Jonni, dkk, 2008).
Buah kelor berbentuk polong segitiga memanjang sekitar 30-50 cm, yang
biasa disebut klentang (Jawa). Berisi 15 25 biji, coklat kehitaman, bulat,
bersayap tiga, hitam Sementara, getahnya yang telah berubah warna menjadi
cokelat disebut blendok (Jawa). Buah kelor mempunyai banyak biji yang nantinya
dapat

dimanfaatkan

sebagai

bahan

pengkembangbiakannya.

menggunakan biji, pengembangbiakannya juga

Disamping

dapat dilakukan dengan

menggunakan setek batang (Jonni, dkk, 2008). Biji Moringa oleifera. Lamk
mengandung mustard oil (minyak Ben, minyak Moringa), trigliserida asam lemak
behen (C22H44O2) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sabun,
bahan iluminasi, lubrikan jam tangan, bahan campuran untuk pembuatan
kosmetik, parfum (Duke, 1983 dalam Folkard dkk., 1995:263).

Gambar 2.1 Biji Kelor

Kelor merupakan tanaman yang banyak berkhasiat obat antara lain


(Wardhana, 2005): buah dan daunnya dapat digunakan sebagai peluruh air seni,
dahak dan haid, penambah nafsu makan, pereda kejang, obat sakit kepala, bedak
bayi yang baru lahir, mencegah iritasi, pelancar ASI, bedak untuk menghilangkan
flek pada kulit wajah, sedangkan bijinya memiliki kadar mutu gizi dan fungsional
yang tinggi, minyaknya dapat digunakan sebagai minyak goreng, bahan
penunjang pembuatan sabun, dan sebagai penjernih air.

Analisis kandungan biji kelor perseratus gram ditunjukkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Kandungan nutrisi biji kelor


Komponen
(mg)
Air (%)
86,9
Kalori
26,0
Protein
2,5
Lemak
0,1
Karbohidrat
8,5
Abu
2,0
Serat
4,8
Mineral
2,0
Ca
30
Mg
24
P
110
K
259
Cu
3,1
Fe
5,3
S
137
Oxalic acid
10
Vitamin A B Carotene
0,11
Vitamin B Choline
423
Sumber: Muharto, dkk., 2004

2.2 Karbon Aktif


Karbon aktif adalah karbon yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi
sehingga pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai adsorben (Pari, 2002).
Karbon aktif dapat berupa serbuk, butiran dan lempengan yang terbuat dari
karbon amorph dengan karakteristik dengan luas permukaan per unit volume
(Parker, 1993). Karbon aktif mampu mengadsorbsi gas maupun cairan, Untuk
mengadsorbsi fasa cair karbon aktif yang digunakan umumnya memiliki daerah
pori sekitar 3 nm atau lebih, sedangkan untuk mengadsorbsi fasa gas memiliki
diameter lebih kecil dari 3 nm (Kirk, 1983).

Struktur karbon aktif terdiri dari atom karbon yang tersusun paralel dari
lapisan heksagonal menyerupai struktur grafit, yang terbentuk pada orbital sp2.
Setiap karbon berikatan dengan tiga karbon yang lain dengan ikatan , pada
orbital pz terdiri dari satu elektron dari delokalisasi ikatan . Perbedaan ikatan
pada permukaan lapisan dihubungkan oleh ikatan vanderwaals (Roque, 2007).
Unsur utama bahan dasar pembuatan karbon aktif melalui metode steam
gas ini harus mengandung beberapa hal, diantaranya yang paling penting adalah
rendahnya kandungan zat volatil, kandungan unsur karbon tinggi, memiliki
porositas kecil, dan memiliki kemampuan yang cukup untuk pengikisannya
(Jankowska, et all, 1991).
Karbon aktif digunakan sebagai molekul penyaring, pemurnian cairan dan
gas, pemurnian dan penjernihan air, proses pembuatan makanan, katalis,
penghilangan sulfur dan nitrogen pada industri, pemurnian emas, aktif karbon
digunakan pada pabrik sukrosa, glukosa, maltosa, laktosa, minuman ringan,
minyak, parafin, phosphor, plastik, gliserol, gelatin, pektin, kafein, kuinin, vitamin
C, jus buah, bir dan perusahaan alkohol (Sen, 2005).
Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses dehidrasi, karbonisasi
dan dilanjutkan dengan proses aktivasi material karbon yang biasanya barasal dari
tumbuh-tumbuhan. Proses karbonisasi dilakukan dengan pembakaran dari
material yang mengandung karbon dan dilakukan tanpa adanya kontak langsung
dengan udara (Marsh, 2006). Proses karbonisasi juga dikenal dengan pirolisis
yang didefinisikan sebagai suatu tahapan dimana material organik awal
ditransformasikan menjadi sebuah material yang semuanya berbentuk karbon

(Hugh, 1993). Proses karbonisasi dilanjutkan dengan proses aktivasi dimana


proses ini akan mengubah produk atau material karbon menjadi adsorben.
Adsorben mempunyai porositas yang tinggi dengan luas permukaan yang besar
yaitu 500-1500m2/gr (Parker, 1993).

Tabel 2.2.Syarat mutu karbon aktif


Uraian
Satuan Persyaratan
Butiran
1
Bagian yang hilang pada
Maks.15
pemanasan 950C,%
2
Air,%
Maks.4,4
3
Abu,%
Maks.2,5
4
Bagian yang tidak terarang
Tidak
ternyata
5
Daya serap terhadap I2
mg/g
Min.750
6
Karbon aktif murni,%
Min.80
7
Daya serap terhadap benzen,%
Min.25
8
Daya serap terhadap biru
ml/g
Min.60
metilen
9
Kerapatan jenis curah
g/ml
0,45-0,55
10 Lolos ukuran mesh 325%
11 Jarak mesh,%
90
12 Kekerasan,%
80
Sumber : Standar Industri Indonesia, 1989
No

Serbuk
Maks.25
Maks.15
Maks.10
Tidak
ternyata
Min.750
Min.65
Min.120
0,30-0,35
Min.90
-

2.3 Karbonisasi
Karbonisasi (pengarangan) adalah suatu proses pirolisis (pembakaran) tak
sempurna dengan udara terbatas dari bahan yang mengandung karbon. Pada
proses ini pembentukan struktur pori dimulai. Tujuan utama dalam proses ini
adalah untuk menghasilkan butiran yang mempunyai daya serap dan struktur yang
rapi.
Dasar karbonisasi adalah pemanasan. Bahan dasar dipanaskan dengan
temperatur yang bervariasi sampai 1300 C. Material organik didekomposisi

dengan menyisakan karbon dan komponen volatil yang lain diuapkan (Jankowska,
et all, 1991).
Sifat-sifat dari hasil karbonisasi ini ditentukan oleh kondisi dari bahan
dasarnya. Beberapa parameter yang biasa digunakan untuk menentukan kondisi
karbonisasi yang sesuai yaitu temperatur akhir yang dicapai, waktu karbonisasi,
laju peningkatan temperatur, medium dari proses karbonisasi (Jankowska, et all,
1991).
Temperatur akhir proses mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap
struktur dari butiran. Pada temperatur tinggi akan terjadi berbagai macam reaksi
dari bahan mentah, sesuai dengan sifat dari struktur kimianya. Reaktivitas dari
hasil karbonisasi yang didapatkan setelah pirolisis pada temperatur 300 C lebih
rendah dari temperatur 600 C dikarenakan penurunan jumlah karbonnya
(Jankowska, et all, 1991).
Jika temperatur yang dinaikkan dengan cepat, pembentukan sebagian besar
zat volatil terjadi dalam waktu singkat dan hasilnya biasanya terbentuk pori yang
berukuran lebih besar. Reaktivitas hasil karbonisasinya lebih besar dari pada hasil
yang dipanaskan dengan laju lambat. Dekomposisi termal dari reaksi samping
hasil pirolisis juga dipengaruhi oleh medium, jika gas dan uap yang dihasilkan
selama pirolisis dipisahkan dengan cepat oleh gas netral maka akan didapatkan
hasil karbonisasi yang kecil dengan reaktivitas yang besar (Jankowska, et all,
1991).
Proses fisika dan kimia yang komplek selalu terjadi devolatilisasi atau
proses pirolisis, yang mana dimulai pada suhu kurang dari 350 C dan dipercepat

lajunya hingga mencapai 700 C. Komposisi material akan berkembang sebagai


fungsi temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama devolatilisasi. Proses
pirolisis dimulai sekitar 230 C, ketika komponen dengan panas yang tidak stabil,
seperti lignin pada biomass, dan komponen volatil pada batu bara, akan terlepas
dan menguap dengan komponen volatil yang lain. Proses ini dapat diwakili
dengan reaksi secara umum berikut ini (Basu, 2006):

Batu bara (atau biomass) + pemanasan

Arang + Gas + Uap atau cairan

Produk pada uap cairan terdiri dari tar dan poliaromatik hidrokarbon (PAH).
Secara umum produk pirolisis adalah gas seperti H2, CO, CO2, H2O, CH4, tar dan
arang.
Pirolisis adalah penguraian bahan-bahan organik pada temperatur tinggi di
bawah kondisi non oksidatif. Pendekatan utama dari pirolisis adalah
pendaurulangan bahan-bahan yang dapat diuraikan secara termal untuk
menghasilkan produk-produk yang bernilai. Pada prosesnya tidak memungkinkan
memperoleh oksigen yang benar-benar bebas dari campuran udara lain, karena
sejumlah oksigen terdapat dalam beberapa sistem pirolisis, menyebabkan
terjadinya peristiwa oksidasi. Reaksi pirolisis dari selulosa ditampilkan berikut ini
(Husni, 2008):

(C6H10O5)n

6nC + 5n H2O

2.4 Aktivasi
Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk
memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan
sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring, 2003).
Produk dari karbonisasi tidak dapat diaplikasikan sebagai adsorben
(karena struktur porosnya tidak berkembang) tanpa adanya tambahan aktivasi.
Dasar metode aktivasi terdiri dari perawatan dengan gas pengoksidasi pada
temperatur tinggi. Proses aktivasi menghasilkan karbon oksida yang tersebar
dalam permukaan karbon karena adanya reaksi antara karbon dengan zat
pengoksidasi (Kinoshita, 1988).
Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni aktivasi secara
kimia dan aktivasi secara fisika (Kinoshita, 1988).

2.4.1 Aktivasi Secara Kimia


Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia (Sembiring, 2003). Aktivasi secara
kimia biasanya menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium
klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2), natrium
hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida (NaCl).
Sabarudin (1996) melakukan aktivasi kimia terhadap arang tempurung kelapa

menggunakan NaCl dengan variasi konsentrasi antara 15%, 20%, 25%, 30%, 35%
dan 40%.
Kerugian penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif terletak
pada proses pencucian bahan-bahan mineral tersebut kadang-kadang sulit
dihilangkan lagi dengan pencucian (Jankowska, et all, 1991) sedangkan
keuntungan penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif adalah waktu
aktivasi yang relatif pendek, karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan daya
adsorbsi terhadap suatu adsorbat akan lebih baik (Jankowska, et all, 1991).
Bahan-bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau
penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan
tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi
air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon,

membantu menghilangkan

endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi


permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya oksidasi dapat dikurangi
(Manocha, 2003).
Kusuma dan Utomo (1970) menyebutkan bahwa butiran arang tempurung
jika direndam dalam larutan NaCl akan mengadsorbsi garam tersebut. Semakin
tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin bertambah banyak mineral yang
teradsorpsi sehingga menyebabkan volume pori karbon cenderung bertambah
besar karena garam ini dapat berfungsi sebagai dehydrating agent dan membantu
menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan pada proses karbonisasi.
Penggunaan NaCl sebagai bahan pengaktif memberikan karakteristik adsorpsi
methilen blue terbaik (Gimba, Casmir E., dkk, 2009).

2.4.2 Aktivasi Secara Fisika


Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa
organik dengan bantuan panas, uap dan CO2 (Sembiring, 2003). Metode aktivasi
secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida,
oksigen, dan nitrogen. Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur
rongga yang ada pada arang sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan
konstituen yang mudah menguap dan membuang produksi tar atau hidrokarbonhidrokarbon pengotor pada arang .
Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi dalam
sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.
Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori
yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang
baru. Fluidized bed reactor dapat digunakan untuk proes aktivasi fisika. Jenis
reaktor ini telah digunakan untuk pembuatan karbon aktif dari batu (Swiatkowski,
1998).
Penggunaan gas nitrogen selama proses aktivasi karena nitrogen
merupakan gas yang inert sehingga pembakaran karbon menjadi abu dan oksidasi
oleh pamansan lebih lanjut dapat dikurangi, selain itu dengan aktivasi gas akan
mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang sehingga memperluas
permukaannya (Sugiharto, 1978). Kenaikan temperatur aktivasi pada kisaran 450
C - 700 C dapat meningkatkan luas permukaan spesifik dari karbon aktif
(Raharjo, 1997).

2.5 Kelor sebagai Karbon Aktif


Warhurst, et all, (1997) menyebutkan bahwa kulit biji kelor dapat
dijadikan sebagai karbon aktif dengan satu langkah pemanasan (secara pirolisis).
Kulit biji kelor dalam penelitian tersebut dipanaskan dengan suhu yang berbedabeda, yakni: 750 0C selama 30 menit, 750 0C selama 120 menit, dan 800 0C
selama 30 menit.

Tabel 2.3 Luas permukaan spesifik dari karbon dengan menggunakan metode
giles and nakhwa, dan metode langmuir (warhust, dkk, 1997)
Luas Permukaan Spesifik (m2 g 1)
Adsorbat
Karbon
Giles and Nakhwa
Langmuir
750 0C/30 menit
534
694
0
Phenol
750 C/120 menit
597
776
800 0C/30 menit
625
786
506
620
750 0C/30 menit
0
4-Nitrophenol
750 C/120 menit
601
751
800 0C/30 menit
664
749
0
750 C/30 menit
94
139
Methylene blue 750 0C/120 menit
188
312
800 0C/30 menit
211
334

Data tersebut menunjukkan bahwa kulit biji kelor yang dipanaskan pada
suhu 800 0C selama 30 menit mempunyai luas permukaan karbon yang paling
tinggi, sedangkan kulit biji kelor yang pada suhu 750 0C selama 30 menit
mempunyai luas permukaan karbon terendah.

2.6 Karakterisasi Karbon Aktif


Penentuan sifat-sifat karbon aktif yang diperoleh melalui karbonisasi dan
aktivasi, maka perlu dilakukan karakterisasi. Karakterisasi dalam penelitian ini
meliputi penentuan berat jenis, penentuan angka iodin, kadar air dan kadar abu.
2.6.1 Berat Jenis Karbon Aktif
Berat Jenis karbon aktif didefinisikan sebagai massa per volume sampel
karbon aktif. Berat jenis karbon aktif tergantung dari bentuk, ukuran dan berat
jenis partikel individunya. Satuan yang biasa digunakan adalah Kg/m3. Berat jenis
dapat digunakan untuk memperkirakan volume pori karbon aktif, jika berat
jenisnya kecil maka volume pori karbon aktif tersebut besar. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan dengan mengggunakan bantuan berat jenis air
yang dicampurkan pada karbon yang akan ditentukan berat jenisnya (Jankowska,
et all, 1991).

2.6.2 Kadar Air Karbon Aktif


Prinsip dalam penentuan kadar air adalah air menguap pada suhu di atas
100 C sehingga tercapai berat konstan selama 4 jam. Berdasarkan standar
industri indonesia karbon aktif yang baik mempunyai kadar air maksimal 15%
untuk serbuk karbon aktif.
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan asumsi bahwa dalam karbon
aktif tersebut hanya air yang merupakan senyawa mudah menguap. Pada dasarnya
penentuan kadar air adalah dengan menguapkan air dari karbon aktif dengan
pemanasan 150 C sampai didapatkan berat konstan (Jankowska, et all, 1991).

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif,
dimana karbon aktif mempunyai sifat afinitas yang besar terhadap air.

2.6.3 Kadar Abu Karbon Aktif


Karbon aktif yang dibuat dari bahan alam tidak hanya mengandung
senyawa karbon saja, tetapi juga mengandung beberapa mineral. Sebagian mineral
ini hilang selama proses karbonisasi dan aktivasi, sebagian lagi tertinggal dalam
karbon aktif (Jankowska, et all, 1991). Penentuan kadar abu pada arang aktif
dilakukan untuk mengetahui kandungan oksida logam dalam arang aktif.
Kadar abu karbon aktif adalah sisa yang tertinggal pada saat karbon
dibakar, biasanya pada temperatur 600 C - 900 C selama 3-16 jam. Berdasarkan
Standart Industri Indonesia, karbon aktif serbuk yang baik maksimal 10% (SII).

2.6.4 Daya Serap Karbon Aktif Terhadap Larutan Iodin


Adsorbsi iodin telah banyak dilakukan untuk menentukan kapasitas
adsorbsi karbon aktif. Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
arang aktif untuk menyerap larutan berwarna. Angka iodin didefinisikan sebagai
jumlah miligram iodin yang diadsorpsi oleh satu gram karbon aktif. Dimana
konsentrasi filtrat adalah 0,02 N, pada metode ini diasumsikan bahwa iodin berada
dalam kesetimbangan pada konsentrasi 0,02 N yaitu dengan terbentuknya lapisan
tunggal (monolayer) pada permukaan karbon aktif dan inilah yang menjadi alasan
mengapa terdapat hubungan antara bilangan iodium dengan luas permukaan

spesifik karbon aktif (Jankowska, et all, 1991). Berdasarkan Standart Industri


Indonesia karbon aktif yang baik mampu menyerap iodin minimal 750mg/g (SII).

2.7 Adsorpsi
Adsorbsi merupakan suatu fenomena yang berkaitan erat dengan
permukaan dimana terlibat interaksi antara molekul-molekul cairan atau gas
dengan molekul padatan. Interaksi ini terjadi karena adanya gaya tarik atom atau
molekul yang menutupi permukaan tersebut. Kapasitas adsorpsi dari karbon aktif
tergantung pada jenis pori dan jumlah permukaan yang mungkin dapat digunakan
untuk mengadsorpsi (Manocha, 2003).
Berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi, adsorpsi dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika terjadi bila
gaya intermolekular lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik
menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini
disebut gaya van der waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian
permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Gaya antar molekul adalah
gaya tarik antara molekul-molekul fluida dengan permukaan padat, sedangkan
gaya intermolekular adalah gaya tarik antar molekul-molekul fluida itu sendiri
(Sudirjo, 2005). Adsorpsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau pemakaian
bersama elektron antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben sehingga
terjadi reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk antara adsorbat dengan adsorben
adalah ikatan kimia dan ikatan itu lebih kuat daripada adsorpsi fisika. Adsorpsi

fisika dan adsorpsi kimia dibedakan berdasarkan kriteria antara lain, dapat dilihat
pada tabel 2.4 (Bansal,2005).

Tabel 2.4 Perbedaan adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia


Adsorpsi Fisika
Adsorpsi kimia
Entalpi adsorpsi kecil (biasanya Entalpi adsorpsi besar (biasanya
kurang dari 20 KJ/mol)
antara 40-400 KJ/mol)
Terjadi adsorpsi multiayer
Kebanyakan monolayer
Terjadi pada temperatur dibawah Dapat terjadi pada temperatur tinggi
titik didih adsorbat
Tidak melibatkan energi aktivasi
Proses adsorpsi terjadi bila sistem
mempunyai energi aktivasi

Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya serap adsorpsi yaitu:
1. Jenis dan Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan
secara kovalen. Permukaan arang aktif dan struktur pori merupakan faktor yang
penting. Permukaan arang aktif bersifat non polar (Sembiring, 2003).
Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil poripori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar dan kecepatan
adsorpsi bertambah (Sembiring, 2003). Luas permukaan berpengaruh terhadap
tersedianya tempat adsorpsi. Luas permukaan adsorben adalah luas persatuan
masa adsorben (m2/g).

2. Sifat adsorbat
Kelarutan zat terlarut dalam jumlah besar merupakan faktor penting dalam
adsorpsi. Kelarutan besar maka ikatan zat terlarut dengan pelarut lebih kuat
sehingga dapat menyebabkan jumlah yang teradsorpsi kecil (Hassler, 1963).
3. Temperatur
Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu
adsorpsi akan besar jika temperatur rendah (Sawyer and Carty, 1987).
4. pH (Derajat Keasaman)
Jumlah adsorpsi dipengaruhi pH larutan, oleh karena itu pH menentukan
derajat disosiasi adsorbat. pH juga dapat mempengaruhi muatan permukaan
adsorben sehingga mengubah kemampuannya untuk menyerap senyawa dalam
bentuk ion (Sawyer and Carty, 1987).
5. Waktu kontak
Arang aktif yang ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah arang yang digunakan. Larutan yang mempunyai viskositas tinggi,
dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama (Sembiring, 2003).

2.8 Fluidized Bed Reaktor


Fluidized bed Reaktor adalah alat yang digunakan untuk pembakaran
dengan suhu tinggi disertai dengan adanya aliran gas (Basu, 2006). Penggunaan
fluidized bed Reaktor merupakan alat penelitian mutakhir yang digunakan dalam

proses pembuatan karbon aktif. Fluidized-bed Reaktor mempunyai efisiensi yang


tinggi, penggunaan konsumsi yang rendah. Metode fluidized-bed oven dalam
produksi karbon aktif merupakan metode yang sesuai pada pabrik karbon aktif
terutama jika diharapkan sebagai adsorbent zat cair, adsorben yang dihasilkan
mempunyai daya serap tinggi terhadap warna (Jankowska, et all, 1991).
Keuntungan menggunakan Fluidized bed Reaktor adalah (Basu, 2006):
1. Efisiensi tinggi, karena memberikan panas yang tinggi didalam reaktor dan
memudahkan terjadinya reaksi.
2. Gas pengaktif akan cepat bereaksi dengan bahan karbon sehingga limbah
gas atau senyawa volatil akan cepat terevaporasi
3. Dapat digunakan untuk memproses bahan karbon yang berbentuk serbuk.

Gambar 2.2 Alat fluidized bed reaktor

2.9 ANOVA (Analysis Of Variance)


Anova adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman total data
menjadi komponen - komponen yang mengukur berbagai sumber keragaman
(Walpole, 1995). Anova digunakan untuk menguji rata rata hitung untuk lebih
dari dua kelompok sampel, anova juga sering digunakan untuk menguji hipotesa
penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata rata hitung yang
signifikan antara kelompok kelompok sampel yang diteliti (Anonymous, 2008).
Pengujian Anova 1 arah dapat dihitung dengan perintah (Harini, 2009):
1. Pilih menu stat
2. Pilih menu anova
3. Pilih menu one way
4. Masukkan data
5. Bila Fhitung > F

tabel

yang berarti terdapat beda yang sangat nyata maka

dilakukan uji BNT

2.10 Anjuran Memikirkan Tumbuhan dalam Alquran


Keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah
tumbuhan kelor. Keanekaragaman tersebut merupakan nikmat yang diberikan oleh
Allah kepada manusia. Nikmat tersebut harus disyukuri dan dimanfaatkan dengan
baik. Salah satu cara memanfaatkan tumbuhan yang telah diciptakan adalah
dengan mengkaji potensi pemanfaatan tumbuhan tersebut melalui suatu penelitian.
Manusia diperintahkan untuk selalu berfikir dan mencari sesuatu yang belum
diketahui manfaatnya dan bahayanya baik itu benda mati maupun benda hidup

seperti hewan dan tumbuhan yang terdapat dimuka bumi ini, karena sebenarnya
Allah SWT menciptakan segala sesuatu agar manusia berfikir, seperti yang
dijelaskan dalam firman-Nya surat Ar-Rad ayat 3-4

( O# ` $ _ NV9# e. ( #\& $ _ {# %!#


M_ NfG % {# 3 G 5)j9 ;M 79 ) 4 $]9# 9#
</ ? $/ e 7n &$/ + 5# # 5=& i
=) 5)j9 ;M 9 ) 4 2{#
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gununggunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua
buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada
siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi Ini terdapat
bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanamantanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. kami melebihkan sebahagian tanamtanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berfikir (QS. Ar-Rad:3-4).

Salah satu tanaman yang dikenal cukup baik oleh masyarakat Indonesia
adalah tumbuhan kelor. Sejauh ini biji tumbuhan kelor tua kurang dimanfaatkan,
sehingga manusia perlu memikirkan suatu cara untuk memanfaatkan potensi
tumbuhan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat
karbon aktif dari biji kelor yang tua. Karbon aktif dapat dimanfaatkan sebagai
adsorben. Allah menganjurkan kepada seluruh hambanya untuk selalu memahami
kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan melihat seluruh ciptaan-Nya, sehingga ayat
di atas diperkuat oleh ayat selanjutnya yang berbunyi (Ashidhiqi, 1997):

%!# =69{# <{ ;M $]9# 9# #=Fz# {# N9# ,=z )


$ $/ {# N9# ,=z 6 G /_ ? #Y% $V% !# .
$9# ># $) 7s6 W/ # M)=z
Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi-orang-orang berakal. Yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring. Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api
neraka(QS.Ali Imron: 190-191).

Ayat di atas mendiskripsikan suatu kehidupan seseorang yang selalu


memikirkan dan menganalisis, bahwa tiadalah Allah menciptakan alam beserta
isinya dengan sia-sia dan batil, yang menciptakan dengan benar dan merupakan
kebenaran. Begitu pula Tuhan menciptakan tumbuh-tumbuhan agar manusia dapat
menggambil manfaat darinya dan ciptaan Tuhan seperti tumbuh-tumbuhan telah
tercipta dengan sempurna dan tidak sia-sia (Quthb, 2001).
Ayat diatas dipertegas oleh ayat selanjutnya yang berbunyi (Ashiddiqi, 1997)

l5 #Zz $_z' & e. N$7 / $_z' [$ $9# & %!#


$9# G9# 5>$& i ;M_ # #% $= 9# $Y62#I ${6m
5)j9 ;M 39 ) 4 O& #) O <) ## 3 > 7F $Y6K

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari
mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun

anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah
dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman (QS. Al Anam : 99).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Tuhan menumbuhkan tanaman-tanaman


dengan air hujan mulai dari tanaman-tanaman yang mudah layu sampai yang
panjang usianya dan paling banyak manfaatnya. Proses turunnya hujan sampai
akibat-akibat yang ditimbulkannya adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT,
hanya kaum yang memikirkan dan beriman mampu memahami semua itu. Seluruh
yang tercipta di Alam seperti tumbuhnya tanaman-tanaman dan buah-buahan
untuk kemaslahatan manusia yakni manusia dapat menggambil manfaat darinya
dan mempergunakan dengan sebaik-baiknya (Imani, 2004).
Penjelasan tersebut dapat diambil pelajaran bahwa Allah menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan yang indah, hijau dan banyak memberi manfaat serta
kenikmatan kepada manusia. Banyak ayat Alquran yang mengajak manusia
untuk berfikir dan menyelidiki tumbuh-tumbuhan agar mendapat manfaat yang
lebih banyak. Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 11:

Z 9 ) 3 NV9# e2 ={# 9# G9# 9# / /39 M6


6 G 5)j9
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang memikirkan (QS. An Nahl :11).

Menurut tafsir Nurul quran karangan Imani (2005) dijelaskan bahwa


Allah telah menciptakan segala macam tanaman sebagai tanda-tanda kekuasaan
Allah dan bahan berfikir bagi kemaslahatan umat (Imani, 2005). Ayat ini
menyebutkan beberapa tanaman yang ditumbuhkan Allah dari yang paling cepat
layu, yang paling panjang usianya dan paling banyak manfaatnya seperti zaitun,
kurma dan anggur (Shihab, 2002). Kaum yang memikirkan akan tanda-tanda
kekuasaan-Nya tentu akan dapat mengambil pelajaran dan manfaat terhadap
segala ciptaan-Nya. Sebagaimana memanfaatkan biji kelor sebagai karbon aktif.
Umat Islam diperintahkan dalam Alquran untuk mempelajari setiap
kandungan ayatnya. Kita perlu meningkatkan pemahaman mengenai ayat-ayat
Alquran, karena di dalamnya terkandung pengetahuan yang banyak terhadap
alam semesta. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Jaatsiyah ayat 13 yaitu:

3 G 5)j9 ;M 9 ) 4 i $Yd {# $ N9# $ /39

Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berfikir (QS. Al Jaatsiyah: 13).

Ayat di atas menjelaskan bahwa penundukan tersebut secara potensial


terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan
yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Ini berarti manusia berpotensi
mengetahui rahasia alam raya dan mengantarkan manusia untuk memanfaatkan
alam yang telah ditundukkan oleh Allah. Segala nikmat ini merupakan bukti

kekuasaan Allah bagi kaum yang memikirkan, mengkajinya dan melakukan


penelitian ilmiah (Shihab, 2002).
Berdasarkan uraian di atas memberikan motivasi kepada manusia untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Manusia sebagai makhluk yang berakal
mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung jawab terhadap alam sekitarnya. Hal
ini dijelaskan dalam Firman Allah surat Az-Zumar ayat 9:

G % 3 n/ q #_ z# t $V$% #Y`$ 9# $# M% &


=79{# #9& .G $) 3 = %!# > %!#
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran .

Ayat di atas mengajak manusia untuk berpikir dengan beragam bentuk


tentang segala hal, kecuali tentang zat Allah. Berpikir tidak hanya terbatas pada
segi-segi materiil, namun menyentuh sisi-sisi maknawi (Qardhawi, 1998). Ayat
tersebut menerangkan bahwa, sesungguhnya Allah mempunyai tujuan dalam
segala penciptaannya, untuk itu manusia harus memikirkannya, karena manusia
diberi akal agar dapat memanfaatkan segala penciptaan Tuhan (Yahya,
http://www.harunyahya.com/ indo/, diakses tanggal 10 Januari 2010).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai bulan
Januari 2010 di laboratorium kimia Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Fisik Universitas Brawijaya.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, tanur, seperangkat
alat gelas, statif, biuret, neraca analitik, ayakan ukuran 100 mesh - 150 mesh, 1 set
reaktor fluidasi.

3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor yang
berasal dari daerah Probolinggo.
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium klorida
(NaCl) teknis, gas N2, asam klorida (HCl, p.a), Iodin (I2 p.a), Natrium tiosulfat
(Na2S2O3 . 5H2O p.a), tembaga (II) Sulfat (CuSO4 . 5 H2O), kalium iodide (KI
p.a), amilum, AgNO3, kertas saring, kertas lakmus biru, kertas whatman no. 12,
aluminium foil dan aquades.

3.3 Rancangan Penelitian


Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian percobaan, dengan
rancangan percobaan berupa RAK (Rancangan Acak Kelompok). Percobaan
dilakukan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi NaCl terhadap karakter
karbon aktif. Konsentrasi NaCl yang digunakan untuk merendam biji kelor terdiri
dari 6 variasi yakni 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40% (b/v). Parameter yang
diamati adalah berat jenis, kadar air, kadar abu dan bilangan iodium dari karbon
aktif yang dihasilkan baik sebelum aktivasi fisika maupun sesudah aktivasi fisika,
untuk memperoleh hasil yang akurat maka dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali
pada karakterisasi karbon aktif.

3.4 Tahapan Penelitian


1. Preparasi sampel
2. Aktivasi Kimia
3. Karbonisasi
4. Aktivasi Fisika
5. Karakterisasi Karbon Aktif
6. Analisis Data

3.5 Cara Kerja


3.5.1 Preparasi Sampel (Husni, dkk, 2008)
Sampel yang berupa biji kelor (Moringa oleifera. Lamk) dikeringkan pada
temperatur 105 C selama 24 jam, kemudian ditimbang seberat 1 Kg.

3.5.2 Aktivasi Kimia


Sampel yang sudah ditimbang direndam dalam larutan natrium klorida
dengan variasi konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40% selama 5 jam
dengan ratio 1:4 (b/v) pada suhu 80 C pada magnetic stirer, kemudian disaring
dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 24 jam. Sampel yang sudah
kering siap diproses menjadi karbon.

3.5.3 Karbonisasi (Prihatini, 2005)


Sampel yang sudah dikeringkan dikarbonisasi dalam tanur pada
temperatur 500 C selama 2 jam agar biji kelor menjadi karbon/karbon.

3.4.4 Aktivasi Fisika


Karbon hasil proses karbonisasi ditumbuk/digiling dengan mortar sampai
halus kemudian diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 120 mesh dan 250
mesh. Karbon yang lolos dari 120 mesh dan tertahan pada ayakan 250 mesh
dimasukkan dalam alat reaktor fluidasi dan diaktivasi pada temperatur 650 C
dalam medium gas N2 dengan kecepatan alir 200 mL/menit. Karbon aktif yang
dihasilkan dicuci dengan 100 mL HCl 0,1 M kemudian dilanjutkan dengan
pencucian menggunakan air panas sampai bebas Cl (dengan AgNO3) dan filtrat
mempunyai pH netral (pH 6-7). Setelah dicuci, karbon aktif dikeringkan pada
temperatur 105 C selama 24 jam kemudian dikarakterisasi.

3.5.5 Karakterisasi
3.5.5.1 Penentuan Berat Jenis Karbon Aktif
Berat jenis karbon aktif ditentukan dengan menggunakan piknometer 25
mL, piknometer dikeringkan dan ditimbang sebelum digunakan, setelah itu
piknometer diisi dengan aquades dan ditimbang berat piknometer yang berisi
aquades. Aquades di buang kira-kira 5 mL. selanjutnya 1.00 g karbon aktif
dimasukkan dalam piknometer dan ditambah aquades sampai penuh lalu
ditimbang. Berat jenis dihitung dengan rumus (Prihatini, 2005).

........................................................................................ (1)

Keterangan:
A = berat karbon aktif (g)
B = Volume piknometer (mL)
C = berat piknometer + air + karbon aktif (g)
D = berat piknometer + karbon aktif (g)

ac = berat jenis karbon aktif (g/mL)


w = berat jenis air (g/mL)

3.5.5.2 Penentuan Angka Iodin Karbon Aktif


Karbon aktif dioven pada suhu 115 5 C selama 1 jam. Didinginkan
dalam desikator. Timbang 0,5 g dan dimasukkan dalam erlenmeyer, tambahkan

50 mL larutan iodin 0,1 N. Erlenmeyer langsung ditutup dan dikocok selama 15


menit. Kemudian disaring dengan kertas whatman no 12 untuk memisahkan
filtratnya. Filtrat dipipet 10 mL ke dalam erlenmeyer dan dititrasi dengan Na2S2O3
0,1 N. Jika warna kuning dari larutan samar tambahkan larutan amilum 1 %
sebagai indikator. Titrasi kembali dengan teratur sampai mendapatkan titik akhir
bila warna biru larutan hilang. Normalitas filtrat dihitung dengan rumus
(Anonymous, 1989).

!
&

" #$ %

......(2)

Dimana :
V = Volume Na2S2O3 (mL)
N = Normalitas Na2S2O3 (N)
12,69 = Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan natrium tiosulfat 0,1 N
W = berat karbon aktif, gram

3.5.5.3 Penentuan Kadar Air Karbon Aktif


Krus porselin dimasukkan dalam oven pada temperatur 140 C dan setelah
60 menit dikeluarkan lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit,
kemudian ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang dengan selang
waktu yang sama sampai tercapai berat konstan (dua kali penimbangan berturut-

turut selisihnya tidak lebih dari 0.0029). Selanjutnya ditimbang 1 g karbon aktif
dan dimasukkan dalam kurs porselin tersebut dimasukkan dalam oven pada
temperatur 140 C dan setelah 60 menit dikeluarkan lalu didinginkan dalam
desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan
berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai tercapai berat konstan.
Kadar air dihitung dengan rumus (AOAC, 1990):

'

(
)

*++ , .(3)

Dimana:
Mc = kadar air (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + berat sampel (g)
F = G + berat sampel kering (g)

3.5.5.4 Penentuan Kadar Abu Karbon Aktif


Satu gram karbon aktif yang sudah ditentukan kadar airnya, dimasukkan
dalam tanur dan dibakar pada temperatur 650 C. Setelah 120 menit dikeluarkan
dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. prosedur
tersebut dilakukan berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai
tercapai berat konstan (dua kali penimbangan berturut-turut selisihnya tidak lebih
dari 0.0002). Kadar abu dihitung dengan rumus (AOAC, 1990):

( )
)

*++ , .(4)

Dimana:
Ac = kadar abu (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + Berat sampel kering (g)
F = G + berat abu (g)

3.6 Analisis Data


Data karakterisasi karbon aktif dianalisis ragam melalui uji F untuk
menguji adanya pengaruh atau perbedaan antar perlakuan variasi konsentrasi
NaCl terhadap karakterisasi karbon aktif. Apabila terdapat adanya pengaruh atau
perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT)
dengan tingkat signifikasi 1% untuk mengetahui perlakuan yang berpengaruh atau
berbeda nyata diantara perlakuan yang lain.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Preparasi Sampel
Biji kelor yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor yang telah
tua dan kering di pohon, berwarna coklat tua dan keras. Biji kelor dikeringkan
dengan pengovenan pada suhu 105 C selama 24 jam untuk menguapkan seluruh
kandungan air pada bahan baku. Biji kelor merupakan bahan organik yang kaya
karbon dan rendah kadar abu sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan karbon aktif. Pemanfaatan biji kelor yang kurang optimal
dipertimbangkan menjadi bahan baku yang sangat penting karena dua fakta yakni
sumber yang dapat diperbaharui dan harganya yang murah.

4.2 Aktivasi Kimia


Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam biji kelor yang telah
dikeringkan dengan larutan natrium klorida. Tujuan aktivasi kimia adalah
mendegradasi atau penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi,
membatasi pembentukan tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada
aktivasi berikutnya, dehidrasi air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon,
membantu menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses
karbonisasi dan melindungi permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya
oksidasi dapat dikurangi. Penggunaan larutan natrium klorida sebagai aktivator
kimia dikarenakan karbon aktif yang diperoleh mempunyai daya adsorpsi yang
lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif yang diaktivasi menggunakan KCl,

CaCl2, MgCl2.6H2O, Na2CO3, K2CO3, H2SO4 dan ZnCl2 (Gimba, Casmir E., dkk,
2009), selain itu harga NaCl yang murah dibandingkan dengan aktivator lain dan
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Perendaman dilakukan pada suhu 80
C untuk mempercepat proses interaksi antara bahan dasar dengan aktivator. Ratio
bahan dasar dengan aktivator 1:4 (b:v) agar seluruh bahan dasar terendam dalam
aktivator. Bahan dasar yang telah direndam kemudian disaring dan dikeringkan
pada suhu 105 C selama 24 jam untuk menguapkan seluruh kandungan air pada
bahan baku dan proses pengarangan dapat terjadi secara merata.
Aktivasi kimia dilakukan sebelum karbonisasi karena aktivator dapat
menyebabkan membengkaknya bahan dasar pembuatan karbon aktif dan
membuka struktur dari selulosa. Selama aktivasi bahan kimia yang digunakan
berfungsi sebagai penstabil dan memastikan bahan dasar tersebut tidak
mengempis kembali. Hasil yang diperoleh adalah poros karbon aktif penuh
dengan bahan pengaktif. Bahan pengaktif tersebut dikeluarkan pada proses
selanjutnya. Bahan dasar karbon akif sebagian besar berasal dari selulosa.
Susunan Selulosa terdiri dari makromolekul yang tersusun memanjang lebih dari
18.000 dan mengarah pada posisi longitudinal dan lateral. Kelompok selulosa
ini dikenal sebagai misel. Karena aksi dari zat pengaktif, selulosa mengalami
penggembungan atau swelling. Selama proses penggembungan, molekul tidak
mengalami perubahan kearah longitudinal tetapi ikatan pada arah lateral
mengalami kerusakan. Hal ini dapat meningkatkan peningkatan pembentukan
inter dan intra misel yang semakin meningkat sampai semua selulosa pecah dan
terlepas dari pori-pori permukaan karbon. NaCl juga lebih mudah menyerap

oksigen dan hidrogen dalam bentuk molekul air dari pada dalam bentuk senyawa
hidrokarbon maupun senyawa organik yang mengandung oksigen. Penambahan
NaCl yang merupakan senyawa dehydrating agent pada proses karbonisasi dapat
membatasi pembentukan tar. Tar yang terbentuk dalam proses karbonisasi ini
akan menutupi pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan spesifiknya
menjadi kecil, dengan demikian semakin sedikit tar yang terbentuk, maka semakin
besar luas permukaan spesifiknya.

4.3 Karbonisasi
Sampel yang sudah dikeringkan dibungkus dengan aluminium foil agar
tidak terjadi kontak dengan udara saat proses karbonisasi, sehingga sampel
tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Proses karbonisasi dilakukan
dalam tanur pada suhu 500 C selama 2 jam. Tahapan proses karbonisasi ini
pemakaian suhu dilakukan secara lambat dan bertahap. Mulai dari suhu kamar
sampai pada suhu 500 C kurang lebih 3 jam. Pertama dilakukan penstabilan suhu
tanur dari suhu 30 oC - 500 oC yang berlangsung kurang lebih selama 1 jam. Pada
suhu sekitar 105 oC - 170 oC terjadi proses dehidrasi yang bertujuan untuk
menguapkan atau menghilangkan kandungan air yang tersisa pada biji kelor. Pada
suhu di atas 170 oC - 275 oC unsur-unsur bukan karbon dikeluarkan (diuapkan)
dalam bentuk gas seperti CO2, CO, H2 dan lain sebagainya, biji kelor secara
perlahan-lahan menjadi arang. Pada suhu 275 oC - 500 oC terjadi dekomposisi
selulosa yang menghasilkan tar, metanol dan hasil samping lainnya. Pada suhu
400 oC terjadi pembentukan karbon dan pada suhu 500 C terjadi proses

pemurnian arang dengan pembentukan tar masih terus berlangsung (Sembiring,


Meilita Trayana & Tuti Sarma Sinaga, 2003). Selama karbonisasi banyak elemen
non karbon, hidrogen dan oksigen dibentuk dalam bentuk gas oleh dekomposisi
pirolisis dari bahan dasar, dan atom-atom karbon bebas mengelompok ke dalam
formasi kristalografis yang dikenal sebagai Kristal grafit. Susunan Kristal grafit
ini beraturan dan kemungkinan sisa tar yang dihasilkan lebih sedikit karena
adanya aktivator sebelum karbonisasi.

4.4 Aktivasi Fisika


Karbon aktif hasil proses karbonisasi ditumbuk/digiling dengan mortar
sampai halus kemudian diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 120 mesh
sampai 250 mesh, pengayakan bertujuan untuk memperoleh ukuran yang seragam,
sehingga pada proses aktivasi semua arang dapat teraktifkan. Karbon aktif yang
tertahan pada ayakan ukuran 250 mesh kemudian diaktivasi pada Fluidized bed
reactor dalam medium gas nitrogen dengan kecepatan alir 200 mL/menit, suhu
yang digunakan yaitu 650 C selama 2 jam. Gas nitrogen ini berfungsi untuk
mengembangkan struktur rongga yang ada pada karbon sehingga memperluas
permukaan karbon aktif, menghilangkan konstituen yang mudah menguap dan
membuang produksi tar atau hidrokarbon-hidrokarbon pengotor pada arang, selain
itu gas nitrogen merupakan gas yang inert sehingga pembakaran karbon menjadi
abu dan oksidasi oleh pamanasan lebih lanjut dapat dikurangi.
Tahapan yang terjadi pada proses aktivasi, karbon bereaksi dengan zat
pengoksidasi dan menghasilkan karbon dioksida yang tersebar pada permukaan

karbon aktif. Struktur produk karbonisasi terdiri dari sistem kristal yang serupa
grafit dengan tipe ikatan alifatik membentuk poros. Jarak antara kristal satu
dengan yang lain merupakan struktur poros pertama dari karbon. Poros hasil
karbonisasi selalu terisi dengan tar yang menutupi karbon amorph. Karbon
amorph bereaksi pada awal oksidasi, dan menghasilkan permukaan poros yang
terbuka dan poros baru yang terbentuk (Jankowska, et all, 1991). Pada proses
oksidasi selanjutnya, karbon dengan kristal yang tidak sempurna bereaksi dengan
membentuk poros yang kuat. Temperatur rendah mengakibatkan laju reaksi dari
karbon dengan zat pengoksidasi sangat kecil. Pada tahap ini dihasilkan
keseimbangan dinamik antara zat pengoksidasi pada poros dan pada jarak antar
partikel. Akibat dari aktivasi terbentuk poros yang homogen dengan distribusi
yang seragam. Dengan meningkatnya temperatur oksidasi, laju reaksi kimia
meningkat dengan cepat, laju yang sempurna maka transport zat pengoksidasi
dalam granul semakin cepat. Pada konsentrasi NaCl yang tinggi, reaksi antara zat
pengoksidasi dengan permukaan eksternal karbon semakin tinggi. Akibatnya
dapat kehilangan material yang signifikan dan terjadi pembakaran, sehingga
struktur poros tidak terbentuk. Laju proses oksidasi merupakan batas reaktivitas
dari material karbon terhadap zat pengoksidasi. Semakin tinggi reaktivitas
substrat, semakin rendah temperatur optimal yang digunakan untuk membentuk
formasi poros yang seragam.
Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi dalam
sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.
Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori

yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang
baru.
Proses yang dilakukan selanjutnya adalah pencucian karbon sampai pH
netral dan bebas dari Cl, pencucian dilakukan dengan HCl dan aquades. HCl
berfungsi untuk menghilangkan mineral yang masih tertinggal pada karbon aktif.
Aquades digunakan untuk menetralkan karbon aktif, kemudian untuk analisis
bebas Cl digunakan AgNO3. Tanda karbon aktif bebas Cl adalah apabila filtrat
hasil pencucian ditambahkan setetes AgNO3 tidak terdapat endapan putih. Klor
akan diendapkan oleh larutan perak nitrat berlebih sebagai perak klorida. Reaksi
yang terjadi adalah
Ag+(aq) + Cl-(aq)

AgCl(s)(endapan putih)

4.5 Karakterisasi Karbon aktif


Beberapa spesifikasi karbon aktif dihasilkan dari penelitian ini. Perbedaan
konsentrasi larutan NaCl dan aktivasi fisika memberikan karakteristik karbon aktif
yang berbeda. Spesifikasi tersebut dapat diamati secara sederhana dengan kadar
air, kadar abu, berat jenis dan bilangan iodin masing-masing karbon aktif.

4.5.1 Bilangan Iodin


Penentuan bilangan iodin pada penelitian ini menggunakan titrasi redoks.
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan
oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi

memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung


mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya, pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi reduksi harus
berlangsung secara bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain (Khopkar,
2003). Indikator yang digunakan pada metode iodometri ini adalah amilum karena
warna biru gelap dari kompleks iodin amilum bertindak sebagai suatu tes yang
amat sensitif untuk iodin.
Iodin yang bebas dititrasi dengan natrium thiosulfat sampai warna kuning hampir
hilang, selanjutnya ditambahkan indikator amilum sampai terbentuk warna biru dan
dititrasi kembali dengan natrium thiosulfat sampai warna biru mulai hilang. Terbentuknya
warna biru setelah penambahan amilum, dikarenakan struktur molekul amilum yang
berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin maka terbentuklah warna biru
(Winarno, 2002).

Daya serap karbon aktif terhadap larutan iodin mengindikasikan


kemampuan karbon aktif untuk mengadsorpsi komponen dengan berat molekul
rendah. Karbon aktif dengan kemampuan menyerap iodinnya tinggi berarti
memiliki luas permukaan yang lebih besar dan memiliki struktur mikro dan
mesoporous yang lebih besar (Jankowska, et all, 1991). Tabel dan Gambar 4.1
menunjukkan bilangan iodin, tanda (*) menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan perbedaan nyata (Lampiran 5).

Tabel 4.1 Bilangan iodin karbon aktif

Bilangan iodin (mg/g)*


Konsentrasi

Tanpa aktivasi

Dengan aktivasi

fisika

fisika

15%

199

258b

20%

359c

418c

25%

435cd

537d

30%

575e

646e

35%

173ab

266b

40%

50a

114a

Angka IodAngka (mg/g)

Grafik Bilangan Iodin

Kadar abu tanpa


aktivasi fisika
Kadar abu dengan
aktivasi fisika

Konsentrasi NaCl (%)


Gambar 4.1 Grafik angka iodin sebelum aktivasi fisika dan sesudah aktivasi
fisika

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara konsentrasi


dengan bilangan iodin baik sebelum maupun sesudah aktivasi fisika. Bilangan
iodin tertinggi terdapat pada karbon aktif yang direndam dalam larutan NaCl 30 %
dengan aktivasi fisika, sedangkan bilangan iodin menurun pada konsentrasi NaCl
35 %. Tingginya konsentrasi NaCl menyebabkan banyak mineral yang teradsorpsi

sehingga menyebabkan volume pori karbon aktif cenderung bertambah besar


karena garam ini dapat berfungsi sebagai dehydrating agent dan membantu
menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan pada proses karbonisasi
sehingga angka iodin juga cenderung bertambah besar dan penambahan bahanbahan mineral akan melindungi permukaan karbon aktif sehingga bahaya oksidasi
karbon menjadi tertekan, dengan demikian semakin besar konsentrasi NaCl maka
bahaya oksidasi semakin kecil dan makin kecil pula kehilangan berat karbon,
namun konsentrasi NaCl yang tinggi dapat menyebabkan terjebaknya garam
tersebut dalam kisi kristal karbon aktif.
Karbon aktif yang terbentuk pada konsentrasi NaCl 30 % mempunyai
pori-pori yang berkembang sempurna, sedangkan pada konsentrasi 15 % - 25 %
pori yang terbentuk belum berkembang sempurna. Konsentrasi NaCl 35 % - 40 %
menjadikan sebagian pori karbon aktif rusak sehingga daya serap karbon aktif
terhadap iodin menurun.
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa bilangan iodin mengalami peningkatan
oleh adanya proses aktivasi. Hal ini disebabkan karena proses aktivasi secara
nyata mampu mengembangkan struktur pori melalui pembentukan pori baru
maupun melalui terbukanya materi penyumbat pori-pori oleh adanya pemanasan
dan fluidasi gas nitrogen. Aliran gas nitrogen selain membatasi oksidasi juga
membantu membuka pori yang tertutup oleh tar yang terbentuk pada saat
karbonisasi sehingga dengan demikian struktur pori lebih berkembang dan luas
permukaan semakin besar, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai bilangan iodin
yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa aktivasi dengan aliran gas

nitrogen. Konversi bahan baku karbon aktif karena aksi reagen dehydrating pada
temperatur tinggi yang memutus atau memisahkan hidrogen dan oksigen secara
selektif dan hampir sempurna dari bahan karbon sehingga karbonisasi dan aktivasi
berlangsung simultan, dengan demikian dapat dipahami bahwa kenaikan
konsentrasi semakin menyempurnakan proses pelepasan unsur-unsur non karbon
khususnya hidrogen dan oksigen sehingga proses karbonisasi dan aktivasi
berlangsung lebih baik.
Bilangan iodin terbaik diperoleh pada karbon aktif dengan konsentrasi
NaCl 30 % melalui proses aktivasi fisika sebesar 646 mg/g. Hal ini didukung uji
statistika menggunakan uji F pada taraf nyata 0,01 diketahui bahwa nilai Fhitung >
Ftabel dan dilanjutkan dengan uji BNT memberikan kesimpulan bahwa terjadinya
beda yang nyata terhadap setiap konsentrasi NaCl. Namun bilangan iodin belum
mencapai Standar Industri Indonesia (SII) yakni sebesar 750 mg/g.

4.5.2 Berat Jenis


Berat jenis yang kecil menunjukkan berkembangnya struktur pori dari
karbon aktif yang menandakan luas permukaan yang lebih besar. Jadi semakin
berkembang struktur pori karbon aktif maka semakin kecil berat jenis yang
diperoleh. Selain mengindikasikan berkembangnya struktur pori, berat jenis juga
mengindikasikan volume pori, semakin kecil berat jenis yang dihasilkan maka
semakin besar volume pori internal yang diperoleh. Selain dipengaruhi
konsentrasi NaCl, volume pori juga dipengaruhi oleh difusi gas aktivator pada
butiran karbon sehingga meningkatkan luas permukaannya.

Perendaman karbon aktif dengan larutan NaCl sesudah aktivasi fisika


dapat

memperbesar

luas

permukaan

karena

proses

aktivasi

mampu

mengembangkan struktur pori dengan cara membuka pori yang tertutup tar
maupun karbon amorf dan juga membentuk pori baru oleh adanya dekomposisi
thermal, sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada berat jenis yang
dihasilkan. Luas permukaan ini menunjukkan berkembangnya struktur pori dari
karbon aktif sehingga menghasilkan berat jenis yang terkecil. Berat jenis sesudah
dan sebelum aktivasi ditunjukkan pada Tabel dan Gambar 4.2, tanda (*)
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perbedaan nyata (Lampiran 5).

Tabel 4.2 Berat jenis karbon aktif


Berat Jenis (g/mL)*
Konsentrasi

Tanpa aktivasi

Dengan aktivasi

fisika

fisika

15%

1.0589c

1.0249c

20%

1.014b

0.9890c

25%

0.9647ab

0.9485b

30%

0.9140a

0.8917a

35%

1.0884c

1.0719d

40%

1.1910d

1.1462e

Grafik Berat Jenis


Berat jenis (g/mL)

.
.
.
Berat jenis tanpa
aktivasi fisika

.
.

Berat jenis dengan


aktivasi fisika

Konsentrasi NaCl (%)


Gambar 4.2 Grafik berat jenis sebelum aktivasi fisika dan sesudah aktivasi
fisika

Selain mengindikasikan berkembangnya struktur pori, Berat Jenis juga


mengindikasikan volume pori, semakin kecil berat jenis yang dihasilkan maka
semakin besar pula volume pori internal yang diperoleh untuk karbon aktif dengan
berat tertentu. Selain dipengaruhi oleh konsentrasi NaCl, besarnya volume pori
karbon aktif juga difasilitasi oleh difusi gas aktivator pada butiran sehingga
meningkatnya luas permukaan karbon aktif.
Gambar 4.2 menginformasikan bahwa berat jenis karbon aktif sesudah
diaktivasi lebih kecil dari pada setelah aktivasi karena proses aktivasi merupakan
proses yang mampu mengembangkan struktur pori berupa membukanya pori yang
masih tertutup oleh tar maupun karbon amorf dan juga pembentukan pori baru
oleh adanya dekomposisi thermal, sehingga secara tidak langsung berpengaruh
terhadap kecilnya berat jenis karbon yang dihasilkan.

Karbon aktif yang terbentuk pada konsentrasi NaCl 30 % mempunyai


pori-pori yang berkembang sempurna, sedangkan pada konsentrasi 15 % - 25 %
pori yang terbentuk belum berkembang sempurna. Konsentrasi NaCl 35 % - 40 %
menjadikan sebagian pori karbon aktif rusak sehingga berat jenis karbon aktif
semakin besar.
Berat jenis terbaik diperoleh pada karbon aktif dengan konsentrasi NaCl
30 % melalui proses aktivasi fisika sebesar 0.8917 g/mL Hal ini didukung dengan
besarnya bilangan iodin yang menunjukkan berkembangnya struktur pori dari
karbon aktif yang menandakan luas permukaan yang lebih besar. Uji statistika
menggunakan uji F pada taraf nyata 0,01 diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel dan
dilanjutkan dengan uji BNT memberikan kesimpulan bahwa terjadinya beda yang
nyata terhadap setiap konsentrasi NaCl. Namun Berat Jenis belum mencapai
Standar Industri Indonesia yakni sebesar 0,3-0,35 g/mL. Hal ini mungkin
disebabkan penggunaan metode dan alat yang berbeda dengan metode dan alat
yang digunakan pada penentuan berat jenis Standart Industri Indonesia.
Penggunaan bantuan air pada penentuan berat jenis karbon aktif menerapkan
hukum Archimedes yang berbunyi benda yang dimasukkan sebagian atau
seluruhnya kedalam suatu cairan akan mendapatkan gaya ke atas sebesar zat cair
yang didesak oleh benda yang dicelupkan atau dimasukkan tadi (Lowell, 2004).

4.5.3 Kadar Air


Metode yang digunakan pada penentuan kadar air karbon aktif adalah
metode gravimetri yakni analisis kimia berdasarkan penimbangan perbedaan

bobot antara karbon aktif sebelum diuapkan kandungan airnya dengan sesudah
dilakukan penguapan karbon aktif. Gravimetri penguapan adalah gravimetri
dimana komponen yang tidak diinginkan (air) diubah menjadi uap.
Kadar air diasumsikan bahwa hanya air yang merupakan senyawa volatil,
karena dimungkinkan masih adanya air yang terjebak dalam rongga dan menutupi
pori karbon aktif. Semakin rendah kadar air menunjukkan sedikitnya air yang
tertinggal dan menutupi pori karbon aktif. Jika kadar air rendah maka banyak
tempat di dalam pori yang dapat ditempati oleh molekul iodium. Karbon aktif
yang dihasilkan terdapat kandungan air seperti dalam Tabel dan Gambar 4.3,
tanda (*) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perbedaan nyata (Lampiran
5).

Tabel 4.3 Kadar air karbon aktif


Kadar air (%)*
Konsentrasi

Tanpa aktivasi

Dengan aktivasi

fisika

fisika

15%

3,2

2,9d

20%

2,7b

2,0b

25%

2,1ab

1,8b

30%

1,5a

1,0a

35%

3,5cd

3,1d

40%

3,7e

3,5e

Grafik Kadar Air


Kadar air (%)

.
.
.

Kadar air tanpa


aktivasi fisika

kadar air dengan


aktivasi fisika

Konsentrasi NaCl (%)


Gambar 4.3 Grafik kadar air sebelum aktivasi fisika dan sesudah aktivasi
fisika

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kadar air karbon aktif dari biji kelor
berkisar antara 1 % - 3,5 %. Kandungan air dalam karbon aktif dipengaruhi oleh
konsentrasi NaCl dan adanya aktivasi fisika. Semakin tinggi konsentrasi NaCl
serta adanya aktivasi fisika mengakibatkan kandungan air dalam karbon aktif
semakin rendah. Proses aktivasi dengan aliran gas nitrogen pada temperatur
tinggi akan membantu mendorong bahan pengaktif yang sebelumnya terjebak
dalam rongga karbon aktif. Proses aktivasi kimia karbon aktif dapat menyebabkan
bahan pengaktif terjebak dalam rongga karbon aktif, pada konsentrasi NaCl lebih
dari 30 % uap air yang masuk pada karbon aktif tinggi jika dibandingkan dengan
karbo aktif dengan konsentrasi 30 %, hal itu disebabkan karena dimungkinkan
masih terdapat NaCl di luar pori karbon sehingga meningkatkan kadar air karbon
aktif tersebut karena NaCl bersifat higroskopis. Kadar air yang diizinkan dalam
Standart Industri Indonesia maksimal l5 %, dengan demikian, perolehan kadar air

karbon aktif yang dihasilkan jauh dibawah harga maksimum, maka kadar air
karbon aktif yang dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi kadar air standar
mutu industri karbon aktif. Uji statistika menggunakan uji F pada taraf nyata 0,01
diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel dan dilanjutkan dengan uji BNT memberikan
kesimpulan bahwa terjadinya beda yang nyata terhadap setiap konsentrasi NaCl.

4.5.4 Kadar Abu


Metode yang digunakan pada penentuan kadar abu karbon aktif adalah
metode gravimetri yakni analisis kimia berdasarkan penimbangan perbedaan
bobot abu yang diperoleh dari pembakaran karbon aktif dengan berat karbon aktif
sebelum dibakar. Kadar abu diasumsikan sebagai sisa mineral yang tertinggal
pada saat dibakar, karena bahan alam sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif
tidak hanya mengandung senyawa karbon tetapi juga mengandung beberapa
mineral, dimana sebagian dari mineral ini telah hilang pada saat karbonisasi dan
aktivasi, sebagian lagi diperkirakan masih tertinggal dalam karbon aktif.
Kandungan abu sangat berpengaruh pada kualitas karbon aktif.
Keberadaan abu yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pori-pori sehingga luas pemukaan karbon aktif menjadi berkurang. Selain itu juga,
menyebabkan korosi dimana karbon aktif yang telah terbentuk menjadi rusak.
Kadar abu yang terbentuk dari karbon aktif yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel dan Gambar 4.4, tanda (*) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan
perbedaan nyata (Lampiran 5).

Tabel 4.4 Kadar abu karbon aktif


Kadar abu (%)*
Konsen
sentrasi

Tanpa aktivasi

Dengan aktivasi

fisika

fisika

15%
5%

1,7a

1,3a

20%
0%

3,4b

3,1b

25%
5%

4,1b

3,9b

30%
0%

6,1c

5,8c

35%
5%

9,5d

8,9d

40%
0%

10e

9,8e

Gambar 4.4 Grafik


fik kadar abu sebelum aktivasi fisika dan sesuda
dah aktivasi
fisik

nunjukkan bahwa kadar abu karbon aktif dari


ri biji kelor
Tabel 4.4 menu
berkisar antara 1,3 % - 10 %. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sem
emakin besar
konsentrasi NaCl maka
aka semakin besar kadar abu yang diperoleh
leh. Hal ini
disebabkan karena sem
emakin besar konsentrasi NaCl yang digunak
nakan untuk

merendam biji kelor maka semakin besar pula mineral yang mungkin tertinggal
dalam karbon aktif. Proses pencucian tidak dapat memastikan hilangnya mineral
secara keseluruhan. Gambar 4.4 diketahui bahwa secara umum aktivasi mampu
menurunkan kadar abu yang dihasilkan, hal ini disebabkan pada proses aktivasi
terjadi proses difusi gas pada karbon sehingga mampu mendorong keluar NaCl
yang masih menutupi pori. Kadar abu yang diizinkan dalam Standart Industri
Indonesia maksimal 10 %, dengan demikian, perolehan kadar abu karbon aktif
yang dihasilkan mendekati harga maksimum, maka kadar abu karbon aktif yang
dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi kadar abu standar mutu industri
karbon aktif. Uji statistika menggunakan uji F pada taraf nyata 0,01 diketahui
bahwa nilai Fhitung > Ftabel dan dilanjutkan dengan uji BNT memberikan
kesimpulan bahwa terjadinya beda yang nyata terhadap setiap konsentrasi NaCl.

4.6 Sampel Terbaik


Karbon aktif dari biji kelor mempunyai keunggulan namun belum
mencapai Standar Industri Indonesia. Karbon aktif biji kelor dan karbon aktif
Merck berat jenisnya belum mencapai Standar Industri Indonesia, hal ini
disebabkan karena metode yang digunakan dalam penelitian berbeda dengan
metode yang terdapat dalam Standar Industri Indonesia.

Tabel 4.5 Karakterisasi berbagai jenis karbon aktif


Jenis Karbon Aktif
Karakterisasi
Berat
Angka Iodin
Jenis
Kadar
(mg/g)
(mg/L)
Air (%)
Biji Kelor NaCl 30%
+ Aktivasi Fisika
650 C
646
0,8917
1
Karbon Aktif Merck
993
0,816
1,1
Standar Industri
Indonesia
min 750
0,3-0,35
15

Kadar
Abu (%)

5,8
2
10

4.7 Pembuatan Karbon Aktif dari Biji Kelor (Moringa oleifera. Lamk)
Perspektif Islam
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik disebutkan bahwa biji
kelor dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif, hal tersebut
ditunjukkan dari hasil karakterisasi karbon aktif yang hampir memenuhi standar
industri Indonesia (SII). Variasi konsentrasi NaCl berpengaruh terhadap hasil
karakterisasi karbon aktif. Pada konsentrasi 30 % menunjukkan karakterisasi
karbon aktif terbaik yaitu memiliki daya serap 575 mg/g. Hal tersebut diperkuat
oleh hasil uji statistik uji F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan program
Minitab 14 diketahui berbeda nyata (signifikasi < 0,01). Aktivasi karbon aktif
memiliki pengaruh terhadap hasil karakterisasi karbon aktif. Nilai angka iodin
meningkat setelah melalui proses aktivasi fisika sebesar 646 mg/g. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil uji statistik uji F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan
program Minitab 14 diketahui berbeda nyata (signifikasi < 0,01).
Pembuatan karbon aktif dari biji kelor yang digunakan sebagai adsorben,
telah menunjukkan bahwa Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang indah,

hijau dan banyak memberi manfaat serta kenikmatan kepada manusia. Banyak
ayat Al-Qur'an yang mengajak manusia untuk berfikir dan menyelidiki tumbuhtumbuhan agar mendapat manfaat yang lebih banyak. Allah berfirman dalam surat
an-Nahl ayat 11:
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang memikirkan (Q.S. An-Nahl: 11).
Ayat ini menyebutkan beberapa tanaman yang ditumbuhkan Allah dari
yang paling cepat layu, yang paling panjang usianya dan paling banyak
manfaatnya seperti zaitun, kurma dan anggur (Shihab, 2002). Kaum yang
memikirkan akan tanda-tanda kekuasaan-Nya tentu akan dapat mengambil
pelajaran dan manfaat terhadap segala ciptaan-Nya. Sebagaimana memanfaatkan
biji kelor sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Manusia sebagai makhluk yang berakal mempunyai tugas, kewajiban dan
tanggung jawab terhadap alam sekitarnya. Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah
surat Az-Zumar ayat 9:
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran .
Ayat di atas mengajak manusia untuk berpikir dengan beragam bentuk tentang
segala hal, kecuali tentang zat Allah. Berpikir tidak hanya terbatas pada segi-segi
materiil, namun menyentuh sisi-sisi maknawi (Qardhawi, 1998). Ayat tersebut
menerangkan bahwa, sesungguhnya Allah mempunyai tujuan dalam segala
penciptaannya, untuk itu manusia harus memikirkannya, karena manusia diberi

akal

agar

dapat

memanfaatkan

segala

penciptaan

Tuhan

(Yahya,

http://www.harunyahya.com/ indo/, diakses tanggal 10 Januari 2010).


Tafsir Al Qurthubi menyebutkan bahwa orang orang yang berilmu
adalah mereka yang dapat mengambl manfaat dari ilmunya dan mengamalkannya.
Siapa yang tidak mengamalkan ilmunya dan tidak bisa mengambil manfaat
darinya, sama dengan orang yang tidak berilmu. Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran, yakni orang-orang yang berakal dari
orang-orang yang beriman (Qurtubhi, 2009).
Tafsir surat Alimran ayat 190-191 menjelaskan bahwa apa yang diciptakan
di langit dan bumi adalah untuk kehidupan, kebutuhan dan rizeki kalian (Thabari,
2008). Karbon aktif dapat digunakan untuk menunjang kehidupan manusia,
bagaimana karbon aktif dibutuhkan untuk mengurangi limbah yang ada di
lingkungan masyarakat, dimanfaatkan untuk menjernihkan minyak goreng bekas
sehingga bisa dimanfaatkan kembali dan lain sebagainya, sehingga bagi orangorang yang berfikir dapat memperoleh rizki dari pembuatan karbon aktif dari biji
kelor yang semula tidak dimanfaatkan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Variasi konsentrasi NaCl berpengaruh terhadap hasil karakterisasi karbon aktif.
Pada konsentrasi 30 % menunjukkan karakterisasi karbon aktif terbaik yaitu
memiliki daya serap 575 mg/g. Hal tersebut diperkuat oleh hasil uji statistik uji
F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan program Minitab 14 diketahui
berbeda nyata (signifikasi < 0,01).
2. Aktivasi fisika karbon aktif memiliki pengaruh terhadap hasil karakterisasi
karbon aktif. Nilai angka iodin meningkat setelah melalui proses aktivasi fisika
sebesar 646 mg/g. Hal tersebut diperkuat oleh hasil uji statistik uji F dan
dilanjutkan BNT 1% menggunakan program Minitab 14 diketahui berbeda
nyata (signifikasi < 0,01).

5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penggunaan bahan pengaktif
lain agar dihasilkan karbon aktif yang memenuhi Standar Industri Indonesia.
Penggunaan metode dan alat yang sesuai dengan standar industri Indonesia agar
diperoleh hasil yang maksimal dalam karakterisasi karbon aktif.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1989. Standar Industri Indonesia Mutu dan Uji Arang Aktif.
Departemen Perindustrian Republik Indonesia.
Anonymous. 2006. Http//: Freedonia Group.com.
Anonymous. 2008. Modul Pelatihan Statistik. Malang: Laboratorium Statistik
Fakultas Ekonomi UIN Malang.
AOAC, 1990, Official Methods of Analysis of the Association of Official
Analytical Chemists. Washington, D.C: AOAC inc.
Ashshiddiqi, T.M.H, 1997, Al quran Terjemah Bahasa Indonesia, Madinah:
Mujamma Malik fad Li Thibaat Al-Mush haf Asysyarif.
Basu, P. 2006. Combustion and Gasification In Fluidized Beds. New york: CRC.
Bansal, R. C, Meenakshi, G. 2005.Activated carbon adsorption. New York:
Taylor & Francis Group.
Duke,

Handbook
of
Energy
Crops.
(online).
J.
A.
1983.
http://newcrop.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/moringa_oleifera.ht
ml diakses tanggal 31 Januari 2009.

Gimba, C. E. Odike, O. Peter, A. E. Turoti, M. Emmanuel, E. A. 2009. New raw


material for activated carbon. I. Methylene blue adsorption on activated
carbon prepared from Khaya senegalensis fruits. Nigeria: Ciencia e
investigacion agraria 36(1) 107-114.
Harini, S. 2009. Modul Praktikum Statistik Elementer. Malang: Jurusan
Matematika Fakultas SAINTEK Universitas Islam Negeri Malang.
Hassler, W. J. 1963. Actived Carbon. New York. Chemical Publishing Company.
Inc.
Hugh, O. P. 1993. Handbook of Carbon, Graphite, Diamond and Fullerenes.
Amerika: Noyes Publication.
Husni, H. dan Cut M. R. 2008. Preparasi dan Karakterisasi Karbon Aktif dari
Batang Pisang Menggunakan gas nitrogen. Laporan Penelitian Tidak
Diterbitkan. Banda Aceh: Universitas Syiah kuala Darussalam.
Imani, A.K.Q. 2005. Tafsir Nurul Quran Sebuah Tafsir Sederhana Menuju
Cahaya al-Quran. penerjemah Salman Nano. Jakarta: penerbit Al-Huda

Ioannido, O. A. dan Zabaniotou. 2006. Agricultural Residues as Precusors for


Activated Carbon Production. Yunani: Aristotle University of
Thessaloniki.
Jankowska, H. Swiatkowski, A. dan Choma, J. 1991. Active Carbon. London:
Horwood.
Jonni, M. S. Sitorus, M. dan Katharina, N. 2008. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.
Edisi pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Kinoshita, K. 1988. Carbon Electrochemical and Physicochemical Properties.
New York: John Wiley & Sons.
Kirk, R. E. 1983. Encyclopedia of Chemical Technology vol.4. New York: John
willey & sons.
Kusuma, S. P. dan Utomo. 1970. Pembuatan Karbon Aktif. Laporan Penelitian
Tidak Diterbitkan. Bandung: Lembaga Kimia Nasional LIPI.
Lowell, S. 2004. Characterization of Porous Solids and Powders: Surface Area,
Pore Size and Density. Netherlands: Springer.
Manocha, S. M. 2003. Porous Carbons. India: Journal Sadhana vol 28, parts 1&2.
Marsh, H. dan Francisco R. R. 2006. Activated Carbon. Belanda: Elsivier
Science&Technology Books.
Mayer, V. A, Paula, C. F. F., Susan, A.A dan Sean. J. B. 2005. ASTM Dictionary
of Engineering Science and Technology Tenth Edition. Amerika: ASTM
International.

McConnachi, L. G. Warhust, M. A. Pollard, J. .


Moringa Huska and Pods. New Delhi.

. Activated Carbon from

Muallifa, S. Penentuan Angka Asam Thiobarbiturat (Tba) Dan Angka Peroksida


Pada Minyak Goreng Bekas Hasil Pemurnian Dengan Biji Kelor
(Moringa oleifera. Lamk). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan
Kimia. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.
Pari, G. 2002. Teknologi Alternatif Pengolahan Limbah Kayu. Makalah falsafah
science IPB Tidak diterbitkan. Bogor: IPB.
Parker, S. P. 1993. Encyclopdia of Chemistry Second Edition. Washington:
McGraw-Hill, Inc.

Prihatini, A. M. 2005. Studi Penambahan NaCl Pada Pembuatan Karbon Aktif


Dari Tempurung Kelapa. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya.
Qardhawi, Y., 1998, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,
Jakarta: Gema Insani Press.
Qurthubi, A. I. A. 2008. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Quthb, S., 2001, Tafsir Fi-Zhilalil Quran, jilid 3 dan 4, Alih Bahasa Aunur, R. S. T., ,
Jakarta: Robbani Press.

Raharjo, S. 1997. Pembuatan Karbon Aktif dari Serbuk Gergajian Pohon Jati
dengan NaCl sebagai Bahan Pengaktif. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Brawijaya.
Roque, M. dan Rolando M. A. 2007. Adsorption and Diffusion in Nanoporous
Material. Prancis: CRC Press.
Ruiz, I. S. dan Crelling, J. C. 2008. Applied Coal Petrology. Amsterdam: Elsevier.
Sabaruddin, A. 1996. Aktivasi Arang Tempurung Kelapa dengan NaCl dan Gas
CO2 dalam Reaktor Fluidasi. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Brawijaya.
Sawyer, C. N. dan Mc Carty, P.L. 1997. Chemistry for Enginering. New York:
Mc Graw Hill Boox Campany.
Sembiring, M. T dan Sinaga. T. S. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatan). Sumatra Utara: Jurusan Teknik Industri. Fakultas Teknik
Universitas Sumatra Utara.
Shihab, M. Q. 2002. Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Volume 7 dan 10. Jakarta: Lentera Hati.
Sen, D. 2005. Reference Book on Chemical Engineering vol.1. New Delhi: New
Age International Publisher.
Sudirjo, E. 2005. Penentuan Distribusi Benzen Toluene pada Kolom Adsorpsi
Fixed Bed Carbon Active. Jakarta: Jurusan Teknik. Fakultas Teknik.
Universitas Indonesia.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press.

Supriyanto, J. 2006. Uji Kemampuan Biji Kelor Sebagi Koagulan Pada


Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kertas PT. Surya Zig zag. Tugas Akhir
tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pangairan Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
Swiatkowski, A. 1998, Adsorption and its Aplication in Industry and
Environmental Protection Studies in Surface Science and Catalysis.
Belanda: Elsivier.
Thabari. 2009. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wardhana, P. A. 2005. Studi Perbandingan Tawas Dan Biji Kelor Sebagai
Koagulan Pada Air Keruh. Tugas Akhir Tidak Diterbitkan. Malang:
Teknik Perairan Universitas Brawijaya.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Warhust, M. A. McConnachi, L. G. Pollard, J. S. 1997. Characterisation and
application of activated carbon produced from Moringa Oliefera seed husk
by single steam pyrolysis. Journal of eplaiyed sains 5(3): 482-487.
Yahya, H. Menyingkap Rahasia Alam Semesta. http:// www.harunyahya.com/ indo/.
Diakses tanggal 10 Januari 2010.

Yulianto, A. 2005. Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Kacang Tanah dengan
KOH sebagai Bahan Pengaktif. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Brawijaya.

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian


Biji Kelor

dipanaskan dengan suhu 105 C selama 24 jam


direndam dengan larutan NaCl 15 %, 20%, 25% , 30%,
35 % dan 40 % selama 5 jam pada suhu 80 C
dipanaskan dalam tanur dengan suhu 500 C selama 3
jam

Karbon Biji Kelor


-

ditumbuk 100 mesh sampai 150 mesh


diaktivasi dalam medium gas N2 dengan kecepatan alir
200 mL/menit dalam reaktor fluidasi dengan suhu 650 C

Karbon Aktif Biji Kelor


-

dicuci dengan HCl 0.1 N dan dibilas dengan air panas sampai
bebas Cl dan pH filtrat netral, kemudian dikeringkan

Karbon Aktif Biji Kelor

Karakterisasi Karbon aktif


- penentuan Berat Jenis Karbon aktif
- penentuan Angka Iodin Karbon Aktif
- penentuan Kadar Air Karbon Aktif
- penentuan Kadar Abu Karbon Aktif

Hasil

Lampiran 2. Skema kerja


2. 1 Preparasi Sampel
Biji Kelor
- dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama sekitar
24 jam
- didinginkan dalam desikator selama 30 menit
- ditimbang 1 Kg

Hasil

2. 2 Aktivasi Kimia
Biji Kelor

direndam dalam larutan natrium klorida dengan variasi


konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30% , 35%, 40% selama 5 jam
dengan ratio 4:1 pada suhu 80 C diatas magnet stirer dan
disaring
dikeringkan di dalam oven pada suhu 100-105 C selama sekitar
24 jam
didinginkan dalam desikator selama 30 menit

Hasil

2. 3 Karbonisasi
Biji Kelor

dimasukkan dalam aluminium foil

dimasukkan dalam tanur dengan suhu 500 C selama 2 jam

Hasil

Lanjutan Lampiran 2. Skema kerja


2. 4 Aktivasi Fisika
Karbon

ditumbuk hingga ukuran 120 Mesh

diaktivasi dalam medium gas N2 dengan kecepatan alir


200 mL/ menit dengan variasi suhu 650 C

Hasil

Dicuci dengan HCl dan Aquades sampai bebas Cl


dan pH karbon aktif netral

Hasil

2. 5 Karakterisasi
2. 5. 1 Penentuan Berat Jenis
Aquades

dimasukkan dalam piknometer 25 mL yang


sebelumnya sudah diketahui beratnya

dibuang aquades 5 mL

ditambahkan 1,00 g karbon aktif dan ditambah


aquades sampai penuh

Hasil

ditimbang

Lanjutan Lampiran 2. Skema kerja


2. 5. 2 Penentuan Angka Iodin Karbon Aktif
Karbon Aktif

Dipanaskan pada suhu 115 5 C selama 1 jam

ditimbang 0,5 g

dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL

ditambahkan larutan iodium 0,1 N sebanyak 30 mL


dan erlenmeyer langsung ditutup

dikocok selama 15 menit

disaring

Residu

Filtrat

Di buang

dipipet sebanyak 10 mL ke dalam


erlenmeyer

dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N

ditambahkan indikator amilum ketika


warna kuning samar

dititrasi kembali sampai warna biru hilang

Hasil

Lanjutan Lampiran 2. Skema kerja


2. 5. 3 Penentuan Kadar Air Karbon Aktif
Karbon Aktif

Ditimbang 1 g
Dimasukkan dalam kurs porselen yang sudah
diketahui beratnya
Dioven selama 60 menit pada suhu 140 C
Dimasukkan desikator selama 30 menit
Ditimbang sampai berat konstan

Hasil

2. 5. 4 Penentuan Kadar Abu Karbon Aktif


Karbon Aktif

Hasil

Ditimbang sebanyak 1 g
Dibakar dalam tanur pada suhu 650 C selama
120 menit
Didinginkan dalam desikator selama 30 menit
Ditimbang sampai berat konstan

Lampiran 3. Pembuatan Reagen dan Larutan


L. 3. 1 Larutan Iodin 0,1 N
Larutan iodin 0,1N disiapkan dengan cara melarutkan 12,6910 g iodin
dalam 25 mL larutan yang mengandung 15 g KI kemudian diencerkan dengan
aquades hingga 1000 mL dalam labu ukur.
Standarisasi Larutan Iodin 0,1 N
Standarisasi larutan iodin dilakukan dengan menggunakan larutan natium
thiosulfat yang telah distandarisasi yaitu dengan cara menitrasi 5,0 mL larutan
iodium yang telah diasamkan dengan beberapa tetes HCL 5% sampai berwarna
kuning gading, kemudian amilum menjelang titik akhir titrasi sebagai indikator
sehingga larutan akan berwarna biru dan titrasi dilanjutkan kembali sampai
larutan tidak berwarna. Dari hasil titrasi dihasilkan data volume titrasi masing
masing adalah 4,9 mL, 5 mL dan 4,9 mL
Reaksi antara iodium dengan natrium thiosulfat :
I2 + 2S2O32-

2I- + S4O62-

Konsentrasi Natrium thiosulfat dapat ditentukan dengan rumus :


V1 X N1 = V2 X N2
Dimana

: V1 = Volume iodin (mL)


N1 = Konsentrasi iodin (N)
V2 = Volume natrium thiosulfat (mL)
N2 = Konsentrasi natrium thiosulfat (N)

Hasil Standarisasi :
a) N1 =

- . /.
-*

0 1 23 + *+4 /
5 23

+ *++10 /

Lanjutan Lampiran 3. Pembuatan Reagen dan Larutan


b) N1 =

- . /.
-*

5 23 + *+4 /
5 23

c) N1 =

- . /.
-*

061 23 + *+4 /
5 23

+ *+4 /
+ *++10 /

Jadi normalitas iodin = 0,1016 = 0,102N


L. 3. 2 Larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N
Ditimbang 25 g Na2S2O3.5H2O kemudian dilarutkan dalam aquades yang
sudah dididihkan dan ditandabataskan sampai 1000 mL dalam labu ukur.
Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat
Dipipet 10 mL larutan CuSO4 0,1 N, dimasukkan dalam erlenmeyer
kemudian ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 M dan 0,5 g KI padatan, dikocok agar
semua larutan KI larut, kemudian titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N. Bila warna cairan
telah kuning pucat (mendekati titik akhir titrasi) ditambahkan 3 tetes indikator
amilum 1% kemudian titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang dan
konstan selama 3 menit. Reaksi standarisasi natrium thiosulfat:
2 Cu2+ + 4I-

2CuI + I2

I2 + 2S2O32-

2I- + S4O62-

Konsentrasi Natrium thiosulfat dapat ditentukan dengan rumus :


V1 X N1 = V2 X N2
Dimana

: V1 = Volume titrasi (mL)


N1 = Konsentrasi natrium thiosulfat (N)
V2 = Volume CuSO4 (mL)
N2 = Konsentrasi CuSO4 (N)

Lanjutan Lampiran 3. Pembuatan Reagen dan Larutan


a) V CuSO4 = 10 mL ; N CuSO4 = 0,1 N ; V Na2S2O3 = 10,1 mL

/ 789:;<=>7

*+ 23 + * /
*+ * /

+ +11++11 /

b) V CuSO4 = 10 mL ; N CuSO4 = 0,1 N ; V Na2S2O3 = 9,8 mL

/ 789:;<=>7

*+ 23 + * /
1?/

+*+.+0+? /

c) V CuSO4 = 10 mL ; N CuSO4 = 0,1 N ; V Na2S2O3 = 9,9 mL

/ 789:;<=>7

*+ 23 + * /
11/

+ *+*+*+* /

Jadi normalitas natrium thiosulfat adalah 0,1006869 N


L. 3. 3 Larutan CuSO4 0,1 N
Larutan CuSO4 0,1N disiapkan dengan cara melarutkan 1,598 g CuSO4
dalam sedikit aquades dan ditambah aquades sampai 100 mL dalam labu ukur dan
dikocok.
Perhitungan :
Mr CuSO4

= 159, 6096 g/mol

= 1,598 g

= 100 mL

= AB

*+++
*++

* 51? C

= *51 D+1D CE29<

*+

+*/

L. 3. 4 Larutan HCL 0,1 M


Dipipet 8,3 mL larutan HCl pekat ke dalam labu ukur kemudian
diencerkan sampai 1000 mL dalam labu ukur.

Lanjutan Lampiran 3. Pembuatan Reagen dan Larutan


Perhitungan :
BJ HCl pekat

= 1,19 g/mL = 1190 g/L

Konsentrasi

= 37 %

BM HCl

= 36, 42 g/mol

Molaritas HCl = 1 x

37 % BJ HCl
BM HCl pekat

37 % 1190 g / L
=12,09 M
36,42 g / mol

M 1 x V1 = M 2 x V2
12,09 M x V1= 0,1 M x 1000 mL
V1= 8,27 mL = 8,3 mL

L. 3. 5 Larutan HCl 5%
Dipipet 13,9 mL larutan HCl pekat ( kadar=37 %, bj= 1,19 g/mL) ke
dalam labu ukur kemudian diencerkan sampai 1000 mL dalam labu ukur.
Perhitungan :
M 1 x V1

= M 2 x V2

37 % x V1 = 5 % x 25 mL
V1

= 3,4 mL

Lanjutan Lampiran 3. Pembuatan Reagen dan Larutan

L. 3. 6 Larutan NaCl 15%


NaCl ditimbang 15 g, ditambahkan dengan aquades 100 mL. Diaduk-aduk
sampai larut sempurna.

L. 3. 7 Larutan NaCl 20%


NaCl ditimbang 20 g, ditambahkan dengan aquades 100 mL. Diaduk-aduk
sampai larut sempurna.

L. 3. 8 Larutan NaCl 25%


NaCl ditimbang 25 g, dilarutkan dengan aquades 100 mL. Kemudian
diaduk-aduk sampai larut sempurna.

L. 3. 9 Larutan NaCl 30%


NaCl ditimbang 30 g, dilarutkan dengan aquades 100 mL. Diaduk-aduk
sampai larut sempurna.

L. 3. 10 Larutan NaCl 35%


NaCl ditimbang 35 g, dilarutkan dengan aquades 100 mL. Diaduk-aduk
sampai larut sempurna.

L. 3. 11 Larutan NaCl 40%


NaCl ditimbang 40 g, dilarutkan dengan aquades 100 mL. Diaduk-aduk
sampai larut sempurna.

L. 3. 12 Indikator Amilum 1%
1 g amilum dilarutkan dengan 100 mL aquades yang sudah mendidih

Lanjutan Lampiran 3. Pembuatan Reagen dan Larutan

L. 3. 13 Larutan AgNO3 0,1 N


AgNO3 ditimbang 16,997 g dilarutkan dengan aquades 100 mL. Diadukaduk sampai larut sempurna.
Perhitungan :
Mr AgNO3

= 169,868 g/mol

= 16,9868 g

= 100 mL

= AB

*+++
*++

*D 1?D? C

= *D1 ?D? CE29<

*+

+*/

L. 3. 14 Larutan H2SO4 2 M
Dipipet 1,2 mL larutan H2SO4 pekat ke dalam labu ukur kemudian diencerkan
sampai 10 mL dalam labu ukur.
Perhitungan :
BJ H2SO4 pekat

= 1,82 g/mL = 1820 g/L

Konsentrasi

= 95%

BM H2SO4

= 98,08 g/mol

Molaritas H2SO4 = 1 x

95 % BJ
BM

95 % 1820 g / L
=17,63 M
98,08 g / mol

Lanjutan Lampiran 3. Pembuatan Reagen dan Larutan


M 1 x V1 = M 2 x V2
17,63 M x V1= 2 M x 10 mL
V1= 1,2 mL

Lampiran 4. Data Penelitian

L. 4. 1 Data Penentuan Kadar Air


Tabel 1 massa berat cawan kosong
Berat cawan kosong (g)
Sampel
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
15 %, 500 C
15,8471
15,8471
15,8471
20 %, 500 C
17,5135
17,5137
17,5136
25%, 500 C
15,8367
15,8369
15,8368
30 %, 500 C
17,7974
17,7974
17,7974
35 %, 500 C
13,1595
13,1595
13,1595
40 %, 500 C
14,1244
14,1246
14,1245
15 %, 500 C, 650 C 17,7975
17,7979
17,7977
20 %, 500 C, 650 C 14,1114
14,1114
14,1114
25%, 500 C, 650 C
14,5640
14,5642
14,5641
30 %, 500C, 650 C
14,3848
13,4838
14,3848
35 %, 500 C, 650 C 14,5453
14,5455
14,5454
40 %, 500 C, 650 C 13,3165
13,3165
13,3165
Tabel 2 massa cawan + karbon aktif kering
Berat cawan + karbon aktif kering (g)
Sampel
Ulangan 1 Ulangan 2
Rata-rata
15 %, 500 C
16,8159
16,8159
16,8159
20 %, 500 C
18,4869
18,4869
18,4869
25%, 500 C
16,8158
18,8160
16,8159
30 %, 500C
18,7833
18,7833
18,7833
35 %, 500 C
14,1243
14,1247
14,1245
40 %, 500 C
15,0860
15,0860
15,0860
15 %, 500 C, 650 C
18,7685
18,7689
18,7687
20 %, 500 C, 650 C
15,0914
15,0916
15,0915
25%, 500 C, 650 C
15,5462
15,5464
15,5463
30 %, 500C, 650 C
15,3750
15,3750
15,3750
35 %, 500 C, 650 C
15,5144
15,5144
15,5144
40 %, 500 C, 650 C
14,2819
14,2819
14,2819

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian

Jenis
Karbon
Tanpa
aktivasi
fisika

Dengan
aktivasi
fisika
650 C

Jenis
Karbon
Tanpa
aktivasi
fisika

Dengan
aktivasi
fisika
650 C

Tabel 3 penentuan kadar air karbon aktif


Konsentrasi Massa karbon Massa karbon Massa Air
NaCl (%)
awal (g)
kering (g)
(g)
15
1.0008
0.9688
0.032
20
1.0003
0.9733
0.027
25
1.0002
0.9791
0.021
30
1.0009
0.9859
0.015
35
1
0.965
0.035
40
1.0005
0.9615
0.039
15
1
0.971
0.029
20
1.0001
0.9801
0.02
25
1.0002
0.9822
0.018
30
1.0002
0.9902
0.01
35
1
0.969
0.031
40
1.0004
0.9654
0.035
Tabel 4 penentuan kadar air karbon aktif (ulangan ke-2)
Konsentrasi Massa karbon
Massa karbon
Massa
NaCl (%)
awal (g)
kering (g)
Air (g)
15
1.0002
0.6683
0.331
20
1.0002
0.9732
0.027
25
1.0001
0.9781
0.022
30
1
0.985
0.015
35
1.0001
0.9651
0.035
40
1.0002
0.9612
0.039
15
1.0002
0.9712
0.029
20
1.0005
0.9805
0.02
25
1.0001
0.9821
0.018
30
1
0.989
0.011
35
1.0002
0.9702
0.03
40
1.0004
0.9654
0.035

Kadar Air
(%)
3.2
2.7
2.1
1.5
3.5
3.9
2.9
2
1.8
1
3.1
3.5

Kadar Air
(%)
3.3
2.7
2.2
1.5
3.5
3.9
2.9
2
1.8
1.1
3
3.5

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian


Tabel 5 penentuan kadar air karbon aktif (ulangan ke-3)
Konsentrasi Massa karbon Massa karbon Massa
NaCl (%)
awal (g)
kering (g)
Air (g)
15
1.0001
0.9671
0.033
20
1.0003
0.9733
0.027
25
1.0002
0.9792
0.021
30
1.0004
0.9844
0.016
35
1.0002
0.9662
0.034
40
1.0003
0.9623
0.038
Dengan
15
1.0002
0.9702
0.03
aktivasi
20
1.0004
0.9814
0.019
fisika 650
25
1.0001
0.9831
0.017
C
30
1
0.99
0.01
35
1.0004
0.9694
0.031
40
1
0.965
0.035

Jenis
Karbon
Tanpa
aktivasi
fisika

Kadar
Air (%)
3.3
2.7
2.1
1.6
3.4
3.8
3
1.9
1.7
1
3.1
3.5

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian


Perhitungan Kadar Air Karbon Aktif

BF

A G
A H

*++ ,

Dimana:
Mc = kadar air (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + berat sampel (g)
F = G + berat sampel kering (g)
Contoh : Perhitungan kadar air karbon aktif dengan konsentrasi NaCl 15 % tanpa
aktivasi fisika
Diketahui :
G = 15,8471
B = 16,8479
F = 16, 8159

BF

A G
A H

BF

*D ?0I1 *D ?*51
*D ?0I1 *5 ?0I*

BF

+ +4.
* +++?

BF

+ +4.

BF

4.,

*++ ,

*++ ,
*++ ,

*++ ,

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian

L. 4. 2 Data Penentuan Kadar Abu


Jenis
Karbon
Tanpa
aktivasi
fisika

Dengan
aktivasi
fisika 650 C

Tabel 6 penentuan kadar abu karbon aktif


Konsentrasi
Massa
Massa
NaCl (%)
Karbon awal
abu (g)
(g)
15
0.9688
0,0165
20
0.9733
0.0331
25
0.9791
0.0401
30
0.9859
0.0601
35
0.965
0.0917
40
0.9615
0.0961
15
0.971
0.0126
20
0.9801
0.0304
25
0.9822
0.0383
30
0.9902
0.0574
35
0.969
0.0862
40
0.9654
0.0946

Kadar abu
(%)
1.7
3.4
4.1
6.1
9.5
10
1.3
3.1
3.9
5.8
8.9
9.8

Tabel 7 penentuan kadar abu karbon aktif (ulangan ke-2)


Jenis Karbon Konsentrasi Massa karbon Massa abu Kadar abu
NaCl (%)
awal (g)
(g)
(%)
Tanpa aktivasi
15
0.6683
0.0114
1.7
fisika
20
0.9732
0.0331
3.4
25
0.9781
0.0401
4.1
30
0.985
0.0601
6.1
35
0.9651
0.0917
9.5
40
10
0.9612
0.0961
Dengan aktivasi
1.4
15
0.9712
0.0136
fisika 650 C
20
0.9805
0.0304
3.1
25
0.9821
0.0383
3.9
30
0.989
0.0574
5.8
35
0.9702
0.0864
8.9
40
0.9654
0.0946
9.8

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian


Tabel 8 penentuan kadar abu karbon aktif (ulangan ke-3)
Jenis Karbon Konsentrasi Massa karbon Massa abu Kadar abu
NaCl (%)
awal (g)
(g)
(%)
Tanpa aktivasi
15
0.9671
0.0174
1.8
fisika
20
0.9733
0.0321
3.3
25
0.9792
0.0401
4.1
30
0.9844
0.0600
6.1
35
0.9662
0.0918
9.5
40
0.9623
0.0972
10.1
Dengan aktivasi
15
0.9702
0.0126
1.3
fisika 650 C
20
0.9814
0.0314
3.2
25
0.9831
0.0383
3.9
30
0.99
0.0574
5.8
35
0.9694
0.0872
9
40
0.965
0.0955
9.9
Perhitungan Kadar Abu Karbon Aktif

JF

G H
A H

*++ ,
Dimana:
Ac = kadar abu (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + Berat sampel kering (g)
F = G + berat abu (g)

Contoh : Perhitungan kadar abu karbon aktif dengan konsentrasi NaCl 15 % tanpa
aktivasi fisika
Diketahui :
G = 15,8471 (g)
B = 16, 8159 (g)
F = 15,8636 (g)

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian

JF

G
A

H
H

JF

*5 ?D4D
*D ?*51

JF

+ +*D5
+ 1D??

JF

+ +*I

JF

*I,

*++ ,
*5 ?0I*
*5 ?0I*
*++ ,
*++ ,

*++ ,

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian

L. 4. 3 Data Penentuan Berat Jenis


Tabel 9 penentuan berat jenis karbon aktif
Karbon Konsentrasi Berat
Volume
Berat
Berat
aktif
NaCl (%)
karbon piknometer pikno+air+
Pikno+
aktif (g)
karbon (g) Karbon (g)
(mL)
Tanpa
15
1.0002
25
38.3941
14.341
aktivasi
20
1.0001
25
40.3402
16.3458
fisika
25
1.0001
25
38.3046
14.3409
30
1
25
40.2499
16.3457
35
1.0004
25
38.4203
14.3412
40
1.0002
25
40.5025
16.3459
Dengan
15
1.0003
25
38.3647
14.3411
aktivasi
20
1.0001
25
40.3334
16.3458
fisika
25
1.0004
25
38.2839
14.3412
30
1.0002
25
40.226
16.3459
35
1
25
38.4066
14.3408
40
1.0001
25
40.4742
16.3458

Berat
jenis
(g/mL)
1.0563
0.9945
0.9651
0.9126
1.0863
1.1859
1.0245
0.9879
0.9462
0.8931
1.0704
1.1475

Tabel 10 penentuan berat jenis karbon aktif (ulangan ke-2)


Karbon Konsentrasi Berat
Volume
Berat
Berat
aktif
NaCl (%)
karbon piknometer pikno+air+
Pikno+
karbon (g) Karbon (g)
aktif (g)
(mL)
Tanpa
15
1.0001
25
38.4000
14.3409
aktivasi
20
1.0003
25
40.3601
16.3460
fisika
25
1.0004
25
38.3024
14.3412
30
1
25
40.2560
16.3457
35
1.0002
25
38.4271
14.3410
40
1.0001
25
40.5109
16.3458
Dengan
15
1.0004
25
38.3661
14.3412
aktivasi
20
1.0003
25
40.3353
16.3460
fisika
25
1.0001
25
38.2890
14.3409
30
1.0002
25
40.2241
16.3459
35
1.0001
25
38.4094
14.3409
40
1
25
40.4717
16.3457

Berat
jenis
(g/mL)
1.0629
1.0146
0.9630
0.9177
1.0944
1.1979
1.0260
0.9897
0.9507
0.8916
1.0737
1.1442

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian


Tabel 11 penentuan berat jenis karbon aktif (ulangan ke-3)
Karbon Konsentrasi Berat
Berat
Volume
Berat
aktif
NaCl (%)
karbon piknometer pikno+air+
Pikno+
karbon (g) Karbon (g)
aktif (g)
(mL)
Tanpa
15
1.0003
25
38.3952
14.3411
aktivasi
20
1.0002
25
40.3408
16.3459
fisika
25
1
25
38.3056
14.3408
30
1.0001
25
40.2488
16.3458
35
1.0004
25
38.4187
14.3412
40
1.0002
25
40.5048
15.3459
Dengan
15
1.0003
25
38.3644
14.3411
aktivasi
20
1.0004
25
40.3350
16.3461
fisika
25
1.0002
25
38.2866
14.3410
30
1.0001
25
40.2226
16.3458
35
1
25
38.4076
14.3408
40
1.0004
25
40.4738
16.3461
Perhitungan Berat Jenis Karbon Aktif

K>F

L M
KN

Keterangan:
A = berat karbon aktif (g)
B = Volume piknometer (mL)
C = berat piknometer + air + karbon aktif (g)
D = berat piknometer + karbon aktif (g)

ac = berat jenis karbon aktif (g/mL)


w = berat jenis air (g/mL)

Berat
jenis
(g/mL)
1.0575
0.9951
0.9660
0.9117
1.0845
1.1892
1.0242
0.9894
0.9486
0.8904
1.0716
1.1469

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian


Contoh : Perhitungan berat jenis karbon aktif dengan konsentrasi NaCl 15 %
tanpa aktivasi fisika
Diketahui :
A = 1,0002 (g)
B = 25 (mL)
C = 38,3941 (g)
D = 14,341 (g)

ac = berat jenis karbon aktif (g/mL)


w = 1 (g/mL)
Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian

K>F

L M
KN

* +++. C

K>F

.5 23

K>F

* +++. C
.5 23 .0 +54*CE23

K>F

* +++. C
+ 10D1 CE23

K>F

* +5D4 CE23

4? 410* C *0 40*+C
* CE23

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian

L. 4. 4 Data Penentuan Angka Iodin


Tabel 12 penentuan angka iodin karbon aktif
Konsentrasi
Volume
Massa
Iod yang
NaCl (%)
NaSO
karbon
diadsorb (mg/g)
(mL)
kering (g)
Tanpa aktivasi
15
8,5
0,5002
190
fisika
20
6,9
0,5000
393
25
6,5
0,5003
444
30
5,5
0,5004
570
35
8,7
0,5002
165
40
9,5
0,5002
63
Dengan aktivasi
15
8,1
0,5004
241
fisika
20
6,7
0,5003
418
25
5,7
0,5000
546
30
5
0,5000
634
35
7,9
0,5001
266
40
9,1
0,5002
114
Jenis Karbon

Tabel 13 penentuan angka iodin karbon aktif (ulangan ke-2)


Jenis Karbon
Konsentrasi Volume
Massa
Iod yang
NaCl (%)
NaSO
karbon
diadsorb (mg/g)
(mL)
kering (g)
Tanpa aktivasi
15
8,3
0,5001
216
fisika
20
7,5
0,5000
317
25
6,5
0,5004
444
30
5,4
0,5000
584
35
8,5
0,5002
150
40
9,7
0,5001
38
Dengan aktivasi
15
7,9
0,5001
266
fisika
20
6,9
0,5002
393
25
5,9
0,5002
520
30
4,8
0,5001
659
35
8,1
0,5000
241
40
8,9
0,5002
139

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian


Tabel 14 penentuan angka iodin karbon aktif (ulangan ke-3)
Jenis Karbon
Konsentrasi
Volume
Massa
Iod yang
NaCl (%)
NaSO (mL)
karbon
diadsorb (mg/g)
kering (g)
tanpa aktivasi
15
8,5
0,5000
190
fisika
20
7,1
0,5002
368
25
6,7
0,5003
418
30
5,5
0,5000
571
35
8,7
0,5000
164
40
9,6
0,5002
50
dengan aktivasi
15
7,9
0,5004
266
fisika
20
6,5
0,5002
444
25
5,7
0,5001
545
30
4,9
0,5002
646
35
7,7
0,5003
291
40
9,3
0,5000
88
Perhitungan Bilangan Iodin Karbon Aktif

O9P Q>RC P8>P:9ST:8 2C C


Dimana :

U V
!
V

" #$ %

V = Volume Na2S2O3 (mL)


N = Normalitas Na2S2O3 (N)
12,69 = Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan natrium tiosulfat 0,1 N
W = berat karbon aktif, gram

Lanjutan lampiran 4. Data Penelitian


Contoh : Perhitungan angka iodin karbon aktif dengan konsentrasi NaCl 15 %
tanpa aktivasi fisika
Diketahui :
V = 8,5 mL
N = 0,1 N
12,69 = Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan natrium tiosulfat 0,1 N
W =0,5002 g

O9P Q>RC P8>P:9ST:8 2C C


O9P Q>RC P8>P:9ST:8 2C C
O9P Q>RC P8>P:9ST:8 2C C
O9P Q>RC P8>P:9ST:8 2C C

X Y Z[

% "\
^ %_ " #$ %

] %_

*1+

% "\
" #$ %

"

" #$ %

Lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

5.1 Analisis Kadar Air sebelum aktivasi fisika


One-way ANOVA: kadar air versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 0,05270

DF
5
12
17

SS
11,47778
0,03333
11,51111

MS
2,29556
0,00278

R-Sq = 99,71%

F
826,40

P
0,000

R-Sq(adj) = 99,59%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev

a
Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

Mean
3,2333
2,7000
2,1333
1,5333
3,4667
3,8667

StDev
0,0577
0,0000
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577

---------+---------+---------+---------+
(*-)
(-*)
(*-)
(*)
(-*)
(*-)
---------+---------+---------+---------+
2,10
2,80
3,50
4,20

Pooled StDev = 0,0527

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of konsentrasi
Individual confidence level = 99,43%

konsentrasi = 1 subtracted from:


konsentrasi
2
3
4
5
6

Lower
-0,6779
-1,2445
-1,8445
0,0888
0,4888

Center
-0,5333
-1,1000
-1,7000
0,2333
0,6333

Upper
-0,3888
-0,9555
-1,5555
0,3779
0,7779

konsentrasi
2
3
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif


konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi
3
4
5
6

Lower
-0,7112
-1,3112
0,6221
1,0221

Center
-0,5667
-1,1667
0,7667
1,1667

Upper
-0,4221
-1,0221
0,9112
1,3112

konsentrasi
3
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0

konsentrasi = 3 subtracted from:


konsentrasi
4
5
6

Lower
-0,7445
1,1888
1,5888

Center
-0,6000
1,3333
1,7333

Upper
-0,4555
1,4779
1,8779

konsentrasi
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0

konsentrasi = 4 subtracted from:


konsentrasi
-+-5
6

Lower

Center

Upper

-------+---------+---------+--------

1,7888
2,1888

1,9333
2,3333

2,0779
2,4779

(*)
(*)
-------+---------+---------+--------

-+--1,5

0,0

1,5

3,0

konsentrasi = 5 subtracted from:


konsentrasi
-+-6

Lower

Center

Upper

-------+---------+---------+--------

0,2555

0,4000

0,5445

(*)
-------+---------+---------+--------

-+--1,5
3,0

0,0

1,5

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

Interpretasi Hasil:
Proses pengambilan keputusan untuk uji hipotesis dapat didasarkan pada
kemungkinan nilai (P-value). Pada tabel ANNOVA, nilai P (0,000) memberikan
bukti yang cukup bahwa pengiriman rata rata berbeda dengan yang lain ketika
= 0,01 atau Pengambillan keputusan juga dapat dilihat dari nilai F. apabila Fhitung
lebih besar dari pada Ftabel maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pada
data tersebut. F tabel pada data di atas adalah 5,06 sedangkan Fhitung = 826,40,
sehingga data tersebut mempunyai perbedaan.
Pada tabel interval convidence individu tidak ada yang tumpang tindih, hal ini
menunjukkan adanya perbedaan pada data tersebut.
Set pertama pada interval pertama hasil analisis turkey adalah -0,6679 sampai 0,3888. Hal tersebut menunjukkan waktu pengiriman data, jika perbedaan antara
kedua data tersebut tidak sama dengan nol maka data tersebut dikatakan
mempunyai perbedaan yang signifikan.

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

5.2 Analisa Kadar Air Setelah Aktivasi


14/03/2010 8:04:54
One-way ANOVA: kadar air versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 0,05270

Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

DF
5
12
17

SS
13,17778
0,03333
13,21111

MS
2,63556
0,00278

R-Sq = 99,75%

Mean
2,9333
1,9667
1,7667
1,0333
3,0667
3,5000

StDev
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,0000

F
948,80

P
0,000

R-Sq(adj) = 99,64%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*-)
(-*)
(-*)
(*)
-------+---------+---------+---------+-1,40
2,10
2,80
3,50

Pooled StDev = 0,0527

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of konsentrasi
Individual confidence level = 99,43%

konsentrasi = 1 subtracted from:


konsentrasi
2
3
4
5
6

Lower
-1,1112
-1,3112
-2,0445
-0,0112
0,4221

Center
-0,9667
-1,1667
-1,9000
0,1333
0,5667

Upper
-0,8221
-1,0221
-1,7555
0,2779
0,7112

konsentrasi
2
3
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif


konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi

Lower

Center

Upper

3
4
5
6

-0,3445
-1,0779
0,9555
1,3888

-0,2000
-0,9333
1,1000
1,5333

-0,0555
-0,7888
1,2445
1,6779

konsentrasi
3
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0

konsentrasi = 3 subtracted from:


konsentrasi
4
5
6

Lower
-0,8779
1,1555
1,5888

Center
-0,7333
1,3000
1,7333

Upper
-0,5888
1,4445
1,8779

konsentrasi
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0

konsentrasi = 4 subtracted from:


konsentrasi
-+-5
6

Lower

Center

Upper

-------+---------+---------+--------

1,8888
2,3221

2,0333
2,4667

2,1779
2,6112

(*)
(*)
-------+---------+---------+--------

-+--1,5

0,0

1,5

3,0

konsentrasi = 5 subtracted from:


konsentrasi
-+-6

Lower

Center

Upper

-------+---------+---------+--------

0,2888

0,4333

0,5779

(*)
-------+---------+---------+--------

-+--1,5
3,0

0,0

1,5

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

5.3 Analisa Kadar Abu Sebelum Aktivasi


14/03/2010 8:15:22
One-way ANOVA: kadar abu versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 0,04082

Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

DF
5
12
17

SS
171,1494
0,0200
171,1694

MS
34,2299
0,0017

R-Sq = 99,99%

Mean
1,7333
3,3667
4,1000
6,1000
9,5000
10,0333

StDev
0,0577
0,0577
0,0000
0,0000
0,0000
0,0577

F
20537,93

P
0,000

R-Sq(adj) = 99,98%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
---+---------+---------+---------+-----*
*)
*)
*)
*
*
---+---------+---------+---------+-----2,5
5,0
7,5
10,0

Pooled StDev = 0,0408

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of konsentrasi
Individual confidence level = 99,43%

konsentrasi = 1 subtracted from:


konsentrasi
-+-2
3
4
5
*)
6
(*

Lower

Center

Upper

1,5214
2,2547
4,2547
7,6547

1,6333
2,3667
4,3667
7,7667

1,7453
2,4786
4,4786
7,8786

8,1880

8,3000

8,4120

-------+---------+---------+-------*
*
*

-------+---------+---------+--------+--4,0
8,0

0,0

4,0

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif


konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi
-+-3
4
5
6

Lower

Center

Upper

0,6214
2,6214
6,0214
6,5547

0,7333
2,7333
6,1333
6,6667

0,8453
2,8453
6,2453
6,7786

-------+---------+---------+-------*
*
*)
(*
-------+---------+---------+--------

-+--4,0

0,0

4,0

8,0

konsentrasi = 3 subtracted from:


konsentrasi
-+-4
5
6

Lower

Center

Upper

1,8880
5,2880
5,8214

2,0000
5,4000
5,9333

2,1120
5,5120
6,0453

-------+---------+---------+-------*
(*
*
-------+---------+---------+--------

-+--4,0

0,0

4,0

8,0

konsentrasi = 4 subtracted from:


konsentrasi
-+-5
6

Lower

Center

Upper

-------+---------+---------+--------

3,2880
3,8214

3,4000
3,9333

3,5120
4,0453

(*
*
-------+---------+---------+--------

-+--4,0

0,0

4,0

8,0

konsentrasi = 5 subtracted from:


konsentrasi
-+-6

Lower

Center

Upper

-------+---------+---------+--------

0,4214

0,5333

0,6453

*)
-------+---------+---------+--------

-+--4,0
8,0

0,0

4,0

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

5.4 Kadar Abu Sesudah Aktivasi


14/03/2010 8:25:30
One-way ANOVA: kadar abu versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 0,04714

Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

DF
5
12
17

SS
168,5311
0,0267
168,5578

MS
33,7062
0,0022

R-Sq = 99,98%

Mean
1,3333
3,1333
3,9000
5,8000
8,9333
9,8333

StDev
0,0577
0,0577
0,0000
0,0000
0,0577
0,0577

F
15167,80

P
0,000

R-Sq(adj) = 99,98%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
-----+---------+---------+---------+---*)
(*
(*
*)
(*
*)
-----+---------+---------+---------+---2,5
5,0
7,5
10,0

Pooled StDev = 0,0471

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of konsentrasi
Individual confidence level = 99,43%

konsentrasi = 1 subtracted from:


konsentrasi
-+-2
3
4
5
*
6
*)

Lower

Center

Upper

1,6707
2,4374
4,3374
7,4707

1,8000
2,5667
4,4667
7,6000

1,9293
2,6959
4,5959
7,7293

8,3707

8,5000

8,6293

-------+---------+---------+-------(*
*)
*

-------+---------+---------+--------+--4,0
8,0

0,0

4,0

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif


konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi
-+-3
4
5
6

Lower

Center

Upper

0,6374
2,5374
5,6707
6,5707

0,7667
2,6667
5,8000
6,7000

0,8959
2,7959
5,9293
6,8293

-------+---------+---------+-------*
(*
(*
(*
-------+---------+---------+--------

-+--4,0

0,0

4,0

8,0

konsentrasi = 3 subtracted from:


konsentrasi
-+-4
5
6

Lower

Center

Upper

1,7707
4,9041
5,8041

1,9000
5,0333
5,9333

2,0293
5,1626
6,0626

-------+---------+---------+-------(*
(*
*
-------+---------+---------+--------

-+--4,0

0,0

4,0

8,0

konsentrasi = 4 subtracted from:


konsentrasi
-+-5
6

Lower

Center

Upper

3,0041
3,9041

3,1333
4,0333

3,2626
4,1626

-------+---------+---------+-------*
*
-------+---------+---------+--------

-+--4,0

0,0

4,0

8,0

konsentrasi = 5 subtracted from:


konsentrasi
-+-6

Lower

Center

Upper

-------+---------+---------+--------

0,7707

0,9000

1,0293

*)
-------+---------+---------+--------

-+--4,0
8,0

0,0

4,0

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

5.5 Berat Jenis Sebelum Aktivasi fisika


1/1/2002 12:06:59 AM
Welcome to Minitab, press F1 for help.
One-way ANOVA: Berat Jenis versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 0.006086

Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

DF
5
12
17

SS
0.1453772
0.0004444
0.1458216

MS
0.0290754
0.0000370

R-Sq = 99.70%

Mean
1.05890
1.00140
0.96470
0.91400
1.08840
1.19100

StDev
0.00352
0.01144
0.00154
0.00324
0.00527
0.00620

F
785.08

P
0.000

R-Sq(adj) = 99.57%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
-------+---------+---------+---------+-(*-)
(*-)
(-*)
(*-)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+-0.960
1.040
1.120
1.200

Pooled StDev = 0.00609

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of konsentrasi
Individual confidence level = 99.43%

konsentrasi = 1 subtracted from:


konsentrasi
2
3
4
5
6

Lower
-0.07419
-0.11089
-0.16159
0.01281
0.11541

Center
-0.05750
-0.09420
-0.14490
0.02950
0.13210

Upper
-0.04081
-0.07751
-0.12821
0.04619
0.14879

konsentrasi
2
3
4
5
6

+---------+---------+---------+--------(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif


konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi
3
4
5
6

Lower
-0.05339
-0.10409
0.07031
0.17291

Center
-0.03670
-0.08740
0.08700
0.18960

Upper
-0.02001
-0.07071
0.10369
0.20629

konsentrasi
3
4
5
6

+---------+---------+---------+--------(-*)
(*)
(*)
(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15

konsentrasi = 3 subtracted from:


konsentrasi
4
5
6

Lower
-0.06739
0.10701
0.20961

Center
-0.05070
0.12370
0.22630

Upper
-0.03401
0.14039
0.24299

konsentrasi
4
5
6

+---------+---------+---------+--------(*)
(*)
(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15

konsentrasi = 4 subtracted from:


konsentrasi
5
6

Lower
0.15771
0.26031

Center
0.17440
0.27700

Upper
0.19109
0.29369

konsentrasi
5
6

+---------+---------+---------+--------(*)
(*-)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15

konsentrasi = 5 subtracted from:


konsentrasi
6

Lower
0.08591

Center
0.10260

Upper
0.11929

konsentrasi
6

+---------+---------+---------+--------(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

5.6 Berat Jenis Vs Konsentrasi Sesudah Aktivasi


1/1/2002 12:13:19 AM
Welcome to Minitab, press F1 for help.
One-way ANOVA: berat Jenis versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 0.001562

Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

DF
5
12
17

SS
0.1223922
0.0000293
0.1224215

R-Sq = 99.98%

Mean
1.02490
0.98900
0.94850
0.89170
1.07190
1.14620

StDev
0.00096
0.00096
0.00225
0.00135
0.00167
0.00176

MS
0.0244784
0.0000024

F
10032.15

P
0.000

R-Sq(adj) = 99.97%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
---+---------+---------+---------+-----*)
*)
*)
*)
*)
(*
---+---------+---------+---------+-----0.910
0.980
1.050
1.120

Pooled StDev = 0.00156

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of konsentrasi
Individual confidence level = 99.43%

konsentrasi = 1 subtracted from:


konsentrasi
2
3
4
5
6

Lower
-0.04018
-0.08068
-0.13748
0.04272
0.11702

Center
-0.03590
-0.07640
-0.13320
0.04700
0.12130

Upper
-0.03162
-0.07212
-0.12892
0.05128
0.12558

konsentrasi
2
3
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-(*
*
*
*
*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif


konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi
3
4
5
6

Lower
-0.04478
-0.10158
0.07862
0.15292

Center
-0.04050
-0.09730
0.08290
0.15720

Upper
-0.03622
-0.09302
0.08718
0.16148

konsentrasi
3
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-*)
(*
(*
*)
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30

konsentrasi = 3 subtracted from:


konsentrasi
4
5
6

Lower
-0.06108
0.11912
0.19342

Center
-0.05680
0.12340
0.19770

Upper
-0.05252
0.12768
0.20198

konsentrasi
4
5
6

-------+---------+---------+---------+-*
*)
*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30

konsentrasi = 4 subtracted from:


konsentrasi
5
6

Lower
0.17592
0.25022

Center
0.18020
0.25450

Upper
0.18448
0.25878

konsentrasi
5
6

-------+---------+---------+---------+-*
*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30

konsentrasi = 5 subtracted from:


konsentrasi
6

Lower
0.07002

Center
0.07430

Upper
0.07858

konsentrasi
6

-------+---------+---------+---------+-*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.3

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

5.7 Angka Iodin sebelum aktivasi fisika


One-way ANOVA: Angka iodin versus Konsentrasi
Source
Konsentrasi
Error
Total
S = 19.84

Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

DF
5
12
17

SS
557907
4721
562629

MS
111581
393

R-Sq = 99.16%

Mean
198.77
359.50
435.40
575.13
173.38
50.74

StDev
14.65
38.75
14.62
7.46
14.63
12.68

F
283.61

P
0.000

R-Sq(adj) = 98.81%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
---------+---------+---------+---------+
(-*--)
(-*-)
(-*-)
(-*--)
(--*-)
(-*--)
---------+---------+---------+---------+
150
300
450
600

Pooled StDev = 19.84

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of Konsentrasi
Individual confidence level = 99.43%

Konsentrasi = 1 subtracted from:


Konsentrasi
-----+
2
3
4
5
6

Lower

Center

Upper

---------+---------+---------+----

106.33
182.23
321.96
-79.78
-202.42

160.73
236.63
376.36
-25.39
-148.03

215.13
291.02
430.75
29.01
-93.63

(*-)
(-*-)
(-*)
(-*-)
(-*-)
---------+---------+---------+----

-----+
-300
600

300

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif


Konsentrasi = 2 subtracted from:
Konsentrasi
3
4
5
6

Lower
21.50
161.23
-240.51
-363.15

Center
75.90
215.63
-186.12
-308.76

Upper
130.29
270.02
-131.72
-254.36

Konsentrasi
3
4
5
6

---------+---------+---------+---------+
(-*)
(-*-)
(-*-)
(-*-)
---------+---------+---------+---------+
-300
0
300
600

Konsentrasi = 3 subtracted from:


Konsentrasi
4
5
6

Lower
85.33
-316.41
-439.05

Center
139.73
-262.02
-384.66

Upper
194.12
-207.62
-330.26

Konsentrasi
4
5
6

---------+---------+---------+---------+
(-*)
(-*-)
(-*-)
---------+---------+---------+---------+
-300
0
300
600

Konsentrasi = 4 subtracted from:


Konsentrasi
5
6

Lower
-456.14
-578.78

Center
-401.75
-524.39

Upper
-347.35
-469.99

Konsentrasi
5
6

---------+---------+---------+---------+
(-*)
(-*)
---------+---------+---------+---------+
-300
0
300
600

Konsentrasi = 5 subtracted from:


Konsentrasi
-----+
6

Lower

Center

Upper

---------+---------+---------+----

-177.04

-122.64

-68.24

(-*-)
---------+---------+---------+----

-----+
-300
600

300

Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif

Angka Iodin es da Ak

asi isika

1/1/2002 12:26:06 AM
Welcome to Minitab, press F1 for help.
One-way ANOVA: Aangka iodin versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 20.49

Level
1
2
3
4
5
6

N
3
3
3
3
3
3

DF
5
12
17

SS
587154
5037
592191

MS
117431
420

R-Sq = 99.15%

Mean
257.88
418.57
537.10
647.06
266.41
114.18

StDev
14.69
25.37
14.74
12.62
25.29
25.35

F
279.76

P
0.000

R-Sq(adj) = 98.80%

Individual 99% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
-----+---------+---------+---------+---(-*-)
(-*-)
(--*-)
(-*--)
(--*-)
(-*-)
-----+---------+---------+---------+---160
320
480
640

Pooled StDev = 20.49

Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals


All Pairwise Comparisons among Levels of konsentrasi
Individual confidence level = 99.43%

konsentrasi = 1 subtracted from:


konsentrasi
2
3
4
5
6

Lower
104.51
223.04
333.00
-47.65
-199.89

Center
160.70
279.23
389.18
8.54
-143.70

Upper
216.88
335.41
445.37
64.72
-87.51

konsentrasi
2
3
4
5
6

+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*-)
(-*-)
(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300
Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif
konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi
3
4

Lower
62.34
172.30

Center
118.53
228.49

Upper
174.72
284.67

5
6

-208.35
-360.58

-152.16
-304.40

-95.97
-248.21

konsentrasi
3
4
5
6

+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*)
(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300

konsentrasi = 3 subtracted from:


konsentrasi
4
5
6

Lower
53.77
-326.88
-479.11

Center
109.96
-270.69
-422.93

Upper
166.14
-214.50
-366.74

konsentrasi
4
5
6

+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300

konsentrasi = 4 subtracted from:


konsentrasi
5
6

Lower
-436.83
-589.07

Center
-380.65
-532.88

Upper
-324.46
-476.70

konsentrasi
5
6

+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300

konsentrasi = 5 subtracted from:


konsentrasi
6

Lower
-208.42

Center
-152.24

Upper
-96.05

konsentrasi
6

+---------+---------+---------+--------(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300

Lampiran 6 Foto Penelitian

Perendaman Karbon aktif

Seperangkat Fluidized Bed Reactor

Tanur

Hasil Abu Karbon Aktif

Warna Larutan Iodin

Warna Larutan Iodin Setelah di titrasi

Karbon Aktif Biji Kelor

Serbuk Karbon Aktif

Anda mungkin juga menyukai