SKRIPSI
Oleh:
Siti Mujizah
NIM. 05530007
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
Siti Mujizah
NIM. 05530007
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt, penguasa dan sang
kholik seluruh alam raya, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi sebagai prasyarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S. Si) dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita, Baginda
Nabi Besar Muhammad saw., seluruh keluarga, istri, anak, kerabat, sahabat, dan
umat beliau Rosulullah saw. yang telah membawa manusia dari kehidupan yang
penuh dengan kebiadaban menuju kehidupan yang penuh dengan peradaban,
yakni Agama Islam.
Penulis menyusun skripsi ini dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan sebagai wujud pengamalan ilmu yang telah diperoleh penulis selama
ada di bangku perkuliahan sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pribadi, dan
juga bagi mahasiswa dan masyarakat pada umunya.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan rasa
terima kasih, khususnya kepada yang terhormat:
1. Untuk Ibuku, terima kasih atas kucuran keringat dan darahnya selama ini.
Surga Allah swt sedang menanti, Ayah semoga beliau selalu dalam surgaNya.
Untuk semua keluargaku, baik yang dekat ataupun yang jauh, Allah swt maha
Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maliki Malang
2.
Bapak Prof. Sutiman Bambang Sumitro, SU. DSc selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi, UIN Maliki Malang.
3.
Ibu Diana Candra Dewi, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia, UIN Maliki
Malang yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis.
4.
5.
Guru-guru ku terima kasih atas ilmu yang engkau berikan, semoga Allah
melimpahkan rahmat pada beliau semua.
6.
7.
8.
9.
Semua sahabat-sahabat ku masit, wardah, lailis, fajar, H5, ais, umi, asri, nely,
nur, dedi, agus, helmi. Kalian telah memberikan segudang pengalaman bagi
penulis semoga kita mampu menjalani kehidupan nyata setelah keluar dari
sini.kenangan bersama kalian tak ternilai harganya. Terima kasih atas
Siti Mujizah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Biji Kelor ......................................................... 9
Tabel 2.2 Syarat Mutu Karbon Aktif Standart Industri Indonesia .................. 11
Tabel 2.3 Luas permukaan spesifik dari karbon dengan menggunakan metode
Giles and Nakhwa, dan metode langmuir ....................................... 17
Tabel 2.4 Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia ............................................... 21
Tabel 4.1 Bilangan Iodin karbon aktif ............................................................ 44
Tabel 4.2 Berat jenis karbon aktif .................................................................. 47
Tabel 4.3 Kadar air karbon aktif..................................................................... 50
Tabel 4.4 Kadar abu karbon aktif ................................................................... 53
Tabel 4.5 Sampel Terbaik .............................................................................. 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Kelor ........................................................................... 8
Gambar 2.2 Fluidized Bed Reaktor ................................................................ 23
Gambar 4.1 Grafik angka iodin karbon aktif .................................................. 44
Gambar 4.2 Grafik berat jenis karbon aktif .................................................... 48
Gambar 4.3 Grafik kadar air karbon aktif ....................................................... 51
Gambar 4.4 Grafik kadar abu karbon aktif ..................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Diagram Alir ................................................................................ 63
Lampiran 2 Skema Kerja ............................................................................... 64
Lampiran 3 Pembuatan Reagen kimia ............................................................ 68
Lampiran 4 Data Penelitian ............................................................................ 75
Lampiran 5 Analisa Statistik .......................................................................... 88
Lampiran 6 Foto Penelitian ............................................................................ 105
ABSTRAK
Mujizah, S. 2010. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Biji
Kelor (Moringa oleifera. Lamk) dengan NaCl sebagai Bahan
Pengaktif Pembimbing I: Anton Prasetyo, M. Si; Pembimbing Agama:
Ach. Nasichuddin, MA
Kata Kunci: Biji Kelor, dehidrasi, karbonisasi, aktivasi
Permintaan karbon aktif di dunia setiap tahun meningkat sekitar 5%
pertahun, diperkirakan kebutuhan karbon aktif tahun 2010 sekitar 1.200.000 ton.
Oleh karena itu banyak dilakukan usaha-usaha penelitian tentang bahan alternatif
yang bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Penelitian
Muallifah menunjukkan bahwa karbon aktif dari biji kelor dapat digunakan untuk
memurnikan minyak goreng bekas, namun karbon aktif biji kelor yang digunakan
belum dilengkapi data karakterisasi karbon aktif sesuai Standar Industri Indonesia
(SII) maka penelitian tentang karakterisasi karbon aktif dari biji kelor perlu
dilakukan. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian tentang pengaruh
konsentrasi NaCl pada proses karbonisasi terhadap karakterisasi karbon aktif dan
pengaruh aktivasi fisika terhadap karakterisasi karbon aktif.
Proses pembuatan karbon aktif melalui 3 tahapan yaitu dehidrasi biji kelor
pada suhu 105 C selama 24 jam, kemudian perendaman biji kelor dalam larutan
NaCl 15 %, 20 %, 25 %, 30 %, 35%, dan 40 % selama 5 jam, proses karboniasi
pada suhu 500 C selama 120 menit dan karbon aktif biji kelor di ayak 120 250
mesh kemudian diaktivasi fisika pada suhu 650 C dalam medium nitrogen selama
120 menit. Karakterisasi yang dilakukan meliputi berat jenis, bilangan iodin,
kadar air dan kadar abu karbon aktif.
Hasil penelitian menunjukkan variasi konsentrasi NaCl dan aktivasi fisika
berpengaruh terhadap hasil karakterisasi karbon aktif berdasarkan hasil analisa
statistik uji F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan program Minitab 14
diketahui berbeda nyata (signifikasi < 0,01). Karbon aktif yang melalui
perendaman NaCl 30% dengan aktivasi fisika mempunyai karakteristik terbaik
yakni angka iodin 646 mg/g, berat jenis karbon aktif 0,8917 g/mL, kadar air 1 %
dan kadar abu 5,8 %.
ABSTRACT
Mujizah, S. 2010. Preparation and Characterization of Activated Carbon
from Bean (Moringa oleifera. Lamk) with NaCl as an activator
Materials Pembimbing I: Anton Prasetyo, M. Si; Pembimbing Agama:
Ach. Nasichuddin, MA
Keywords: Seed kelor, dehydration, carbonization, activation
Activated carbon demand in the world each year increased by
approximately 5% per year, estimated that the demand of activated carbon of
about 1.2 million tons in 2010. Therefore many efforts carried out research into
alternative materials that could be used as raw material for making activated
carbon. Muallifah research shows that activated carbon from Moringa seeds can
be used to purify used frying oil, but the activated carbon used Moringa seeds
have not completed the characterization of activated carbon according to data
Indonesian Industrial Standard (SII), the research on the characterization of
activated carbon from Moringa oleifera seed needs to be done. In this research
study will be conducted on the effect of NaCl concentration on the process of
carbonization of the characterization of activated carbon and the influence of
physical activation of the characterization of activated carbon.
The process of making activated carbon through the three stages of
Moringa oleifera seed dehydration at 105 C for 24 hours, then oleifera seed
soaking in a solution of NaCl 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, and 40% for five
hours, the process karboniasi at 500 C for 120 minutes and the activated carbon
in the sifter M. oleifera 120-250 mesh and then activated with physics at a
temperature 650 C in the medium of nitrogen for 120 minutes. The
characterization was conducted on the specific gravity, iodine number, water
content and ash content of activated carbon.
The results showed variation of NaCl concentration and activation of
physics affect the results of characterization of activated carbon based on the
results of statistical analysis, F test and LSD 1% continued using the program
Minitab 14 known different (significance <0.01). Activated carbon is through
immersion NaCl 30% with activation of physics have the best characteristics of
the iodine number 646 mg / g, density of 0.8917 g of activated carbon / mL, the
water content of 1% and 5.8% ash content.
BAB I
PENDAHULUAN
bermotor telah meningkatkan daya jual karbon aktif di dunia. (Freedonia Group,
2006).
Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses karbonisasi yang
dilanjutkan dengan proses aktivasi. Aktivasi adalah proses perlakuan terhadap
karbon untuk membuka pori karbon. Proses aktivasi dapat dilakukan melalui
aktivasi secara fisika dan aktivasi secara kimia. Penelitian Rahardjo (1997)
tentang pembuatan karbon aktif dari serbuk gergajian pohon jati dengan NaCl
sebagai bahan pengaktif menghasilkan adanya peningkatan luas permukaan
spesifik yang relatif lebih baik jika NaCl ditambahkan pada proses karbonisasi,
sedangkan penelitian Sabaruddin (1996) tentang pengaruh temperatur dan
konsentrasi NaCl pada aktivasi arang tempurung kelapa, hasil penelitian
menjelaskan bahwa daya adsorpsi optimum diperoleh dari karbon aktif yang
diaktivasi pada temperatur 500 C dan konsentrasi NaCl 30% (b/v). Pembuatan
karbon aktif dari kulit kacang tanah pada penelitian Yulianto menggunakan bahan
pengaktif KOH menghasilkan waktu perendaman optimum untuk memperoleh
karbon aktif yang mempunyai daya adsorpsi tinggi yaitu selama 5 jam. Penelitian
yang dilakukan Warhurst dkk (2005) tentang karakteristik karbon aktif dari biji
dan kulit Moringa oleifera. Lamk dengan metode pirolisis uap, hasil penelitian
menjelaskan bahwa karbon aktif yang mempunyai luas permukaan spesifik
terbesar menggunkan metode BET (Brunauer, Emmett and Teller) yaitu karbon
aktif hasil pirolisis pada temperatur 800 C selama 30 menit kemudian diikuti
temperatur 750 C selama 120 menit dan 750 C selama 30 menit dengan luas
permukaan masing-masing adalah 786 m2 g-1, 776 m2 g-1 dan 694 m2 g-1 dengan
dan kekuasaan Allah dan sebagai bahan untuk berfikir agar tercipta kemaslahatan
umat.
Penjelasan lain dijelaskan dalam Al-quran QS. Asy-Syuara:7:
A. 8l e. $ $G;& /. {# <) # 9&
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya
kami tumbuhkan di bumi ini berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
baik? (QS.Asy-Syuara:7).
Shihab (2002) memberikan tafsir bahwa Allah menumbuhkan dari
berbagai macam tumbuhan yang baik yaitu subur dan bermanfaat. Seperti halnya
tanaman kelor yang di dalamnya banyak manfaatnya bagi manusia karena dapat
digunakan sebagai sayuran dan biji buah kelor yang sudah kering dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Penelitian Muallifah (2009) tentang penentuan angka asam thiobarbiturat
dan angka peroksida pada minyak goreng bekas dengan karbon aktif biji kelor
yang telah diaktivasi kimia dengan larutan NaCl dan aktivasi kimia pada suhu 500
C selama 2 jam dapat menurunkan angka asam thiobarbiturat dan angka
peroksida pada minyak goreng bekas. Karbon aktif yang digunakan pada
penelitian Muallifah belum dilengkapi dengan data tentang karakterisasi karbon
aktif yang sesuai dengan SII (Standar Industri Indonesia) maka penelitian tentang
pembuatan karbon aktif dari biji kelor dengan variasi aktivasi kimia (variasi
konsentrasi NaCl) dan variasi aktivasi fisika (variasi temperatur) pada medium
nitrogen serta karakterisasi hasil karbon aktif sesuai SII menarik dilakukan
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah karbon aktif dari biji kelor dan potensi
pemanfaatan karbon aktif biji kelor lebih luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Subkelas :
Dillenildae
Ordo
Capparidales
Familia :
Moringa oleiferaceae
Spesies :
Pohon kelor (drumstick tree: Inggris) termasuk jenis tumbuhan perdu yang
memiliki ketinggian pohon antara 7 12 m. batang kayunya lunak dan getas
(mudah patah) dan cabangnya jarang, tetapi mempunyai akar yang kuat. Pohon
kelor berbunga dan berganti daun sepanjang tahun, tumbuh dengan cepat, dan
tahan terhadap musim kering (kemarau) (Jonni, dkk, 2008).
Daun kelor berbentuk bulat telur (oval) dengan ukuran kecil-kecil,
bersusun majemuk dalam satu tangkai. Pohon kelor berdaun tidak terlalu lebat.
Daun kelor berguguran apabila kekurangan air (biasanya terjadi pada musim
kemarau panjang) dan tumbuh kembali ketila kebutuhan air tercukupi (Jonni, dkk,
2008).
Bunga kelor berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah
bunganya berwarna hijau. Bunganya akan keluar (mekar) sepanjang tahun dengan
bau khas semerbak (Jonni, dkk, 2008).
Buah kelor berbentuk polong segitiga memanjang sekitar 30-50 cm, yang
biasa disebut klentang (Jawa). Berisi 15 25 biji, coklat kehitaman, bulat,
bersayap tiga, hitam Sementara, getahnya yang telah berubah warna menjadi
cokelat disebut blendok (Jawa). Buah kelor mempunyai banyak biji yang nantinya
dapat
dimanfaatkan
sebagai
bahan
pengkembangbiakannya.
Disamping
menggunakan setek batang (Jonni, dkk, 2008). Biji Moringa oleifera. Lamk
mengandung mustard oil (minyak Ben, minyak Moringa), trigliserida asam lemak
behen (C22H44O2) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan sabun,
bahan iluminasi, lubrikan jam tangan, bahan campuran untuk pembuatan
kosmetik, parfum (Duke, 1983 dalam Folkard dkk., 1995:263).
Analisis kandungan biji kelor perseratus gram ditunjukkan pada Tabel 2.1
Struktur karbon aktif terdiri dari atom karbon yang tersusun paralel dari
lapisan heksagonal menyerupai struktur grafit, yang terbentuk pada orbital sp2.
Setiap karbon berikatan dengan tiga karbon yang lain dengan ikatan , pada
orbital pz terdiri dari satu elektron dari delokalisasi ikatan . Perbedaan ikatan
pada permukaan lapisan dihubungkan oleh ikatan vanderwaals (Roque, 2007).
Unsur utama bahan dasar pembuatan karbon aktif melalui metode steam
gas ini harus mengandung beberapa hal, diantaranya yang paling penting adalah
rendahnya kandungan zat volatil, kandungan unsur karbon tinggi, memiliki
porositas kecil, dan memiliki kemampuan yang cukup untuk pengikisannya
(Jankowska, et all, 1991).
Karbon aktif digunakan sebagai molekul penyaring, pemurnian cairan dan
gas, pemurnian dan penjernihan air, proses pembuatan makanan, katalis,
penghilangan sulfur dan nitrogen pada industri, pemurnian emas, aktif karbon
digunakan pada pabrik sukrosa, glukosa, maltosa, laktosa, minuman ringan,
minyak, parafin, phosphor, plastik, gliserol, gelatin, pektin, kafein, kuinin, vitamin
C, jus buah, bir dan perusahaan alkohol (Sen, 2005).
Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses dehidrasi, karbonisasi
dan dilanjutkan dengan proses aktivasi material karbon yang biasanya barasal dari
tumbuh-tumbuhan. Proses karbonisasi dilakukan dengan pembakaran dari
material yang mengandung karbon dan dilakukan tanpa adanya kontak langsung
dengan udara (Marsh, 2006). Proses karbonisasi juga dikenal dengan pirolisis
yang didefinisikan sebagai suatu tahapan dimana material organik awal
ditransformasikan menjadi sebuah material yang semuanya berbentuk karbon
Serbuk
Maks.25
Maks.15
Maks.10
Tidak
ternyata
Min.750
Min.65
Min.120
0,30-0,35
Min.90
-
2.3 Karbonisasi
Karbonisasi (pengarangan) adalah suatu proses pirolisis (pembakaran) tak
sempurna dengan udara terbatas dari bahan yang mengandung karbon. Pada
proses ini pembentukan struktur pori dimulai. Tujuan utama dalam proses ini
adalah untuk menghasilkan butiran yang mempunyai daya serap dan struktur yang
rapi.
Dasar karbonisasi adalah pemanasan. Bahan dasar dipanaskan dengan
temperatur yang bervariasi sampai 1300 C. Material organik didekomposisi
dengan menyisakan karbon dan komponen volatil yang lain diuapkan (Jankowska,
et all, 1991).
Sifat-sifat dari hasil karbonisasi ini ditentukan oleh kondisi dari bahan
dasarnya. Beberapa parameter yang biasa digunakan untuk menentukan kondisi
karbonisasi yang sesuai yaitu temperatur akhir yang dicapai, waktu karbonisasi,
laju peningkatan temperatur, medium dari proses karbonisasi (Jankowska, et all,
1991).
Temperatur akhir proses mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap
struktur dari butiran. Pada temperatur tinggi akan terjadi berbagai macam reaksi
dari bahan mentah, sesuai dengan sifat dari struktur kimianya. Reaktivitas dari
hasil karbonisasi yang didapatkan setelah pirolisis pada temperatur 300 C lebih
rendah dari temperatur 600 C dikarenakan penurunan jumlah karbonnya
(Jankowska, et all, 1991).
Jika temperatur yang dinaikkan dengan cepat, pembentukan sebagian besar
zat volatil terjadi dalam waktu singkat dan hasilnya biasanya terbentuk pori yang
berukuran lebih besar. Reaktivitas hasil karbonisasinya lebih besar dari pada hasil
yang dipanaskan dengan laju lambat. Dekomposisi termal dari reaksi samping
hasil pirolisis juga dipengaruhi oleh medium, jika gas dan uap yang dihasilkan
selama pirolisis dipisahkan dengan cepat oleh gas netral maka akan didapatkan
hasil karbonisasi yang kecil dengan reaktivitas yang besar (Jankowska, et all,
1991).
Proses fisika dan kimia yang komplek selalu terjadi devolatilisasi atau
proses pirolisis, yang mana dimulai pada suhu kurang dari 350 C dan dipercepat
Produk pada uap cairan terdiri dari tar dan poliaromatik hidrokarbon (PAH).
Secara umum produk pirolisis adalah gas seperti H2, CO, CO2, H2O, CH4, tar dan
arang.
Pirolisis adalah penguraian bahan-bahan organik pada temperatur tinggi di
bawah kondisi non oksidatif. Pendekatan utama dari pirolisis adalah
pendaurulangan bahan-bahan yang dapat diuraikan secara termal untuk
menghasilkan produk-produk yang bernilai. Pada prosesnya tidak memungkinkan
memperoleh oksigen yang benar-benar bebas dari campuran udara lain, karena
sejumlah oksigen terdapat dalam beberapa sistem pirolisis, menyebabkan
terjadinya peristiwa oksidasi. Reaksi pirolisis dari selulosa ditampilkan berikut ini
(Husni, 2008):
(C6H10O5)n
6nC + 5n H2O
2.4 Aktivasi
Aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk
memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan
sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring, 2003).
Produk dari karbonisasi tidak dapat diaplikasikan sebagai adsorben
(karena struktur porosnya tidak berkembang) tanpa adanya tambahan aktivasi.
Dasar metode aktivasi terdiri dari perawatan dengan gas pengoksidasi pada
temperatur tinggi. Proses aktivasi menghasilkan karbon oksida yang tersebar
dalam permukaan karbon karena adanya reaksi antara karbon dengan zat
pengoksidasi (Kinoshita, 1988).
Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni aktivasi secara
kimia dan aktivasi secara fisika (Kinoshita, 1988).
menggunakan NaCl dengan variasi konsentrasi antara 15%, 20%, 25%, 30%, 35%
dan 40%.
Kerugian penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif terletak
pada proses pencucian bahan-bahan mineral tersebut kadang-kadang sulit
dihilangkan lagi dengan pencucian (Jankowska, et all, 1991) sedangkan
keuntungan penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif adalah waktu
aktivasi yang relatif pendek, karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan daya
adsorbsi terhadap suatu adsorbat akan lebih baik (Jankowska, et all, 1991).
Bahan-bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau
penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan
tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi
air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon,
membantu menghilangkan
Tabel 2.3 Luas permukaan spesifik dari karbon dengan menggunakan metode
giles and nakhwa, dan metode langmuir (warhust, dkk, 1997)
Luas Permukaan Spesifik (m2 g 1)
Adsorbat
Karbon
Giles and Nakhwa
Langmuir
750 0C/30 menit
534
694
0
Phenol
750 C/120 menit
597
776
800 0C/30 menit
625
786
506
620
750 0C/30 menit
0
4-Nitrophenol
750 C/120 menit
601
751
800 0C/30 menit
664
749
0
750 C/30 menit
94
139
Methylene blue 750 0C/120 menit
188
312
800 0C/30 menit
211
334
Data tersebut menunjukkan bahwa kulit biji kelor yang dipanaskan pada
suhu 800 0C selama 30 menit mempunyai luas permukaan karbon yang paling
tinggi, sedangkan kulit biji kelor yang pada suhu 750 0C selama 30 menit
mempunyai luas permukaan karbon terendah.
Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif,
dimana karbon aktif mempunyai sifat afinitas yang besar terhadap air.
2.7 Adsorpsi
Adsorbsi merupakan suatu fenomena yang berkaitan erat dengan
permukaan dimana terlibat interaksi antara molekul-molekul cairan atau gas
dengan molekul padatan. Interaksi ini terjadi karena adanya gaya tarik atom atau
molekul yang menutupi permukaan tersebut. Kapasitas adsorpsi dari karbon aktif
tergantung pada jenis pori dan jumlah permukaan yang mungkin dapat digunakan
untuk mengadsorpsi (Manocha, 2003).
Berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi, adsorpsi dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika terjadi bila
gaya intermolekular lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik
menarik yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Gaya ini
disebut gaya van der waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian
permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Gaya antar molekul adalah
gaya tarik antara molekul-molekul fluida dengan permukaan padat, sedangkan
gaya intermolekular adalah gaya tarik antar molekul-molekul fluida itu sendiri
(Sudirjo, 2005). Adsorpsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau pemakaian
bersama elektron antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben sehingga
terjadi reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk antara adsorbat dengan adsorben
adalah ikatan kimia dan ikatan itu lebih kuat daripada adsorpsi fisika. Adsorpsi
fisika dan adsorpsi kimia dibedakan berdasarkan kriteria antara lain, dapat dilihat
pada tabel 2.4 (Bansal,2005).
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya serap adsorpsi yaitu:
1. Jenis dan Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan
secara kovalen. Permukaan arang aktif dan struktur pori merupakan faktor yang
penting. Permukaan arang aktif bersifat non polar (Sembiring, 2003).
Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil poripori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar dan kecepatan
adsorpsi bertambah (Sembiring, 2003). Luas permukaan berpengaruh terhadap
tersedianya tempat adsorpsi. Luas permukaan adsorben adalah luas persatuan
masa adsorben (m2/g).
2. Sifat adsorbat
Kelarutan zat terlarut dalam jumlah besar merupakan faktor penting dalam
adsorpsi. Kelarutan besar maka ikatan zat terlarut dengan pelarut lebih kuat
sehingga dapat menyebabkan jumlah yang teradsorpsi kecil (Hassler, 1963).
3. Temperatur
Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh karena itu
adsorpsi akan besar jika temperatur rendah (Sawyer and Carty, 1987).
4. pH (Derajat Keasaman)
Jumlah adsorpsi dipengaruhi pH larutan, oleh karena itu pH menentukan
derajat disosiasi adsorbat. pH juga dapat mempengaruhi muatan permukaan
adsorben sehingga mengubah kemampuannya untuk menyerap senyawa dalam
bentuk ion (Sawyer and Carty, 1987).
5. Waktu kontak
Arang aktif yang ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah arang yang digunakan. Larutan yang mempunyai viskositas tinggi,
dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama (Sembiring, 2003).
tabel
seperti hewan dan tumbuhan yang terdapat dimuka bumi ini, karena sebenarnya
Allah SWT menciptakan segala sesuatu agar manusia berfikir, seperti yang
dijelaskan dalam firman-Nya surat Ar-Rad ayat 3-4
Salah satu tanaman yang dikenal cukup baik oleh masyarakat Indonesia
adalah tumbuhan kelor. Sejauh ini biji tumbuhan kelor tua kurang dimanfaatkan,
sehingga manusia perlu memikirkan suatu cara untuk memanfaatkan potensi
tumbuhan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat
karbon aktif dari biji kelor yang tua. Karbon aktif dapat dimanfaatkan sebagai
adsorben. Allah menganjurkan kepada seluruh hambanya untuk selalu memahami
kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan melihat seluruh ciptaan-Nya, sehingga ayat
di atas diperkuat oleh ayat selanjutnya yang berbunyi (Ashidhiqi, 1997):
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari
mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah
dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman (QS. Al Anam : 99).
Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berfikir (QS. Al Jaatsiyah: 13).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor yang
berasal dari daerah Probolinggo.
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium klorida
(NaCl) teknis, gas N2, asam klorida (HCl, p.a), Iodin (I2 p.a), Natrium tiosulfat
(Na2S2O3 . 5H2O p.a), tembaga (II) Sulfat (CuSO4 . 5 H2O), kalium iodide (KI
p.a), amilum, AgNO3, kertas saring, kertas lakmus biru, kertas whatman no. 12,
aluminium foil dan aquades.
3.5.5 Karakterisasi
3.5.5.1 Penentuan Berat Jenis Karbon Aktif
Berat jenis karbon aktif ditentukan dengan menggunakan piknometer 25
mL, piknometer dikeringkan dan ditimbang sebelum digunakan, setelah itu
piknometer diisi dengan aquades dan ditimbang berat piknometer yang berisi
aquades. Aquades di buang kira-kira 5 mL. selanjutnya 1.00 g karbon aktif
dimasukkan dalam piknometer dan ditambah aquades sampai penuh lalu
ditimbang. Berat jenis dihitung dengan rumus (Prihatini, 2005).
........................................................................................ (1)
Keterangan:
A = berat karbon aktif (g)
B = Volume piknometer (mL)
C = berat piknometer + air + karbon aktif (g)
D = berat piknometer + karbon aktif (g)
!
&
" #$ %
......(2)
Dimana :
V = Volume Na2S2O3 (mL)
N = Normalitas Na2S2O3 (N)
12,69 = Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan natrium tiosulfat 0,1 N
W = berat karbon aktif, gram
turut selisihnya tidak lebih dari 0.0029). Selanjutnya ditimbang 1 g karbon aktif
dan dimasukkan dalam kurs porselin tersebut dimasukkan dalam oven pada
temperatur 140 C dan setelah 60 menit dikeluarkan lalu didinginkan dalam
desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang. Prosedur tersebut dilakukan
berulang-ulang dengan selang waktu yang sama sampai tercapai berat konstan.
Kadar air dihitung dengan rumus (AOAC, 1990):
'
(
)
*++ , .(3)
Dimana:
Mc = kadar air (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + berat sampel (g)
F = G + berat sampel kering (g)
( )
)
*++ , .(4)
Dimana:
Ac = kadar abu (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + Berat sampel kering (g)
F = G + berat abu (g)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Preparasi Sampel
Biji kelor yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kelor yang telah
tua dan kering di pohon, berwarna coklat tua dan keras. Biji kelor dikeringkan
dengan pengovenan pada suhu 105 C selama 24 jam untuk menguapkan seluruh
kandungan air pada bahan baku. Biji kelor merupakan bahan organik yang kaya
karbon dan rendah kadar abu sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan karbon aktif. Pemanfaatan biji kelor yang kurang optimal
dipertimbangkan menjadi bahan baku yang sangat penting karena dua fakta yakni
sumber yang dapat diperbaharui dan harganya yang murah.
CaCl2, MgCl2.6H2O, Na2CO3, K2CO3, H2SO4 dan ZnCl2 (Gimba, Casmir E., dkk,
2009), selain itu harga NaCl yang murah dibandingkan dengan aktivator lain dan
tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Perendaman dilakukan pada suhu 80
C untuk mempercepat proses interaksi antara bahan dasar dengan aktivator. Ratio
bahan dasar dengan aktivator 1:4 (b:v) agar seluruh bahan dasar terendam dalam
aktivator. Bahan dasar yang telah direndam kemudian disaring dan dikeringkan
pada suhu 105 C selama 24 jam untuk menguapkan seluruh kandungan air pada
bahan baku dan proses pengarangan dapat terjadi secara merata.
Aktivasi kimia dilakukan sebelum karbonisasi karena aktivator dapat
menyebabkan membengkaknya bahan dasar pembuatan karbon aktif dan
membuka struktur dari selulosa. Selama aktivasi bahan kimia yang digunakan
berfungsi sebagai penstabil dan memastikan bahan dasar tersebut tidak
mengempis kembali. Hasil yang diperoleh adalah poros karbon aktif penuh
dengan bahan pengaktif. Bahan pengaktif tersebut dikeluarkan pada proses
selanjutnya. Bahan dasar karbon akif sebagian besar berasal dari selulosa.
Susunan Selulosa terdiri dari makromolekul yang tersusun memanjang lebih dari
18.000 dan mengarah pada posisi longitudinal dan lateral. Kelompok selulosa
ini dikenal sebagai misel. Karena aksi dari zat pengaktif, selulosa mengalami
penggembungan atau swelling. Selama proses penggembungan, molekul tidak
mengalami perubahan kearah longitudinal tetapi ikatan pada arah lateral
mengalami kerusakan. Hal ini dapat meningkatkan peningkatan pembentukan
inter dan intra misel yang semakin meningkat sampai semua selulosa pecah dan
terlepas dari pori-pori permukaan karbon. NaCl juga lebih mudah menyerap
oksigen dan hidrogen dalam bentuk molekul air dari pada dalam bentuk senyawa
hidrokarbon maupun senyawa organik yang mengandung oksigen. Penambahan
NaCl yang merupakan senyawa dehydrating agent pada proses karbonisasi dapat
membatasi pembentukan tar. Tar yang terbentuk dalam proses karbonisasi ini
akan menutupi pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan spesifiknya
menjadi kecil, dengan demikian semakin sedikit tar yang terbentuk, maka semakin
besar luas permukaan spesifiknya.
4.3 Karbonisasi
Sampel yang sudah dikeringkan dibungkus dengan aluminium foil agar
tidak terjadi kontak dengan udara saat proses karbonisasi, sehingga sampel
tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Proses karbonisasi dilakukan
dalam tanur pada suhu 500 C selama 2 jam. Tahapan proses karbonisasi ini
pemakaian suhu dilakukan secara lambat dan bertahap. Mulai dari suhu kamar
sampai pada suhu 500 C kurang lebih 3 jam. Pertama dilakukan penstabilan suhu
tanur dari suhu 30 oC - 500 oC yang berlangsung kurang lebih selama 1 jam. Pada
suhu sekitar 105 oC - 170 oC terjadi proses dehidrasi yang bertujuan untuk
menguapkan atau menghilangkan kandungan air yang tersisa pada biji kelor. Pada
suhu di atas 170 oC - 275 oC unsur-unsur bukan karbon dikeluarkan (diuapkan)
dalam bentuk gas seperti CO2, CO, H2 dan lain sebagainya, biji kelor secara
perlahan-lahan menjadi arang. Pada suhu 275 oC - 500 oC terjadi dekomposisi
selulosa yang menghasilkan tar, metanol dan hasil samping lainnya. Pada suhu
400 oC terjadi pembentukan karbon dan pada suhu 500 C terjadi proses
karbon aktif. Struktur produk karbonisasi terdiri dari sistem kristal yang serupa
grafit dengan tipe ikatan alifatik membentuk poros. Jarak antara kristal satu
dengan yang lain merupakan struktur poros pertama dari karbon. Poros hasil
karbonisasi selalu terisi dengan tar yang menutupi karbon amorph. Karbon
amorph bereaksi pada awal oksidasi, dan menghasilkan permukaan poros yang
terbuka dan poros baru yang terbentuk (Jankowska, et all, 1991). Pada proses
oksidasi selanjutnya, karbon dengan kristal yang tidak sempurna bereaksi dengan
membentuk poros yang kuat. Temperatur rendah mengakibatkan laju reaksi dari
karbon dengan zat pengoksidasi sangat kecil. Pada tahap ini dihasilkan
keseimbangan dinamik antara zat pengoksidasi pada poros dan pada jarak antar
partikel. Akibat dari aktivasi terbentuk poros yang homogen dengan distribusi
yang seragam. Dengan meningkatnya temperatur oksidasi, laju reaksi kimia
meningkat dengan cepat, laju yang sempurna maka transport zat pengoksidasi
dalam granul semakin cepat. Pada konsentrasi NaCl yang tinggi, reaksi antara zat
pengoksidasi dengan permukaan eksternal karbon semakin tinggi. Akibatnya
dapat kehilangan material yang signifikan dan terjadi pembakaran, sehingga
struktur poros tidak terbentuk. Laju proses oksidasi merupakan batas reaktivitas
dari material karbon terhadap zat pengoksidasi. Semakin tinggi reaktivitas
substrat, semakin rendah temperatur optimal yang digunakan untuk membentuk
formasi poros yang seragam.
Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi dalam
sebuah produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori.
Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori
yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang
baru.
Proses yang dilakukan selanjutnya adalah pencucian karbon sampai pH
netral dan bebas dari Cl, pencucian dilakukan dengan HCl dan aquades. HCl
berfungsi untuk menghilangkan mineral yang masih tertinggal pada karbon aktif.
Aquades digunakan untuk menetralkan karbon aktif, kemudian untuk analisis
bebas Cl digunakan AgNO3. Tanda karbon aktif bebas Cl adalah apabila filtrat
hasil pencucian ditambahkan setetes AgNO3 tidak terdapat endapan putih. Klor
akan diendapkan oleh larutan perak nitrat berlebih sebagai perak klorida. Reaksi
yang terjadi adalah
Ag+(aq) + Cl-(aq)
AgCl(s)(endapan putih)
Tanpa aktivasi
Dengan aktivasi
fisika
fisika
15%
199
258b
20%
359c
418c
25%
435cd
537d
30%
575e
646e
35%
173ab
266b
40%
50a
114a
nitrogen. Konversi bahan baku karbon aktif karena aksi reagen dehydrating pada
temperatur tinggi yang memutus atau memisahkan hidrogen dan oksigen secara
selektif dan hampir sempurna dari bahan karbon sehingga karbonisasi dan aktivasi
berlangsung simultan, dengan demikian dapat dipahami bahwa kenaikan
konsentrasi semakin menyempurnakan proses pelepasan unsur-unsur non karbon
khususnya hidrogen dan oksigen sehingga proses karbonisasi dan aktivasi
berlangsung lebih baik.
Bilangan iodin terbaik diperoleh pada karbon aktif dengan konsentrasi
NaCl 30 % melalui proses aktivasi fisika sebesar 646 mg/g. Hal ini didukung uji
statistika menggunakan uji F pada taraf nyata 0,01 diketahui bahwa nilai Fhitung >
Ftabel dan dilanjutkan dengan uji BNT memberikan kesimpulan bahwa terjadinya
beda yang nyata terhadap setiap konsentrasi NaCl. Namun bilangan iodin belum
mencapai Standar Industri Indonesia (SII) yakni sebesar 750 mg/g.
memperbesar
luas
permukaan
karena
proses
aktivasi
mampu
mengembangkan struktur pori dengan cara membuka pori yang tertutup tar
maupun karbon amorf dan juga membentuk pori baru oleh adanya dekomposisi
thermal, sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada berat jenis yang
dihasilkan. Luas permukaan ini menunjukkan berkembangnya struktur pori dari
karbon aktif sehingga menghasilkan berat jenis yang terkecil. Berat jenis sesudah
dan sebelum aktivasi ditunjukkan pada Tabel dan Gambar 4.2, tanda (*)
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perbedaan nyata (Lampiran 5).
Tanpa aktivasi
Dengan aktivasi
fisika
fisika
15%
1.0589c
1.0249c
20%
1.014b
0.9890c
25%
0.9647ab
0.9485b
30%
0.9140a
0.8917a
35%
1.0884c
1.0719d
40%
1.1910d
1.1462e
.
.
.
Berat jenis tanpa
aktivasi fisika
.
.
bobot antara karbon aktif sebelum diuapkan kandungan airnya dengan sesudah
dilakukan penguapan karbon aktif. Gravimetri penguapan adalah gravimetri
dimana komponen yang tidak diinginkan (air) diubah menjadi uap.
Kadar air diasumsikan bahwa hanya air yang merupakan senyawa volatil,
karena dimungkinkan masih adanya air yang terjebak dalam rongga dan menutupi
pori karbon aktif. Semakin rendah kadar air menunjukkan sedikitnya air yang
tertinggal dan menutupi pori karbon aktif. Jika kadar air rendah maka banyak
tempat di dalam pori yang dapat ditempati oleh molekul iodium. Karbon aktif
yang dihasilkan terdapat kandungan air seperti dalam Tabel dan Gambar 4.3,
tanda (*) menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perbedaan nyata (Lampiran
5).
Tanpa aktivasi
Dengan aktivasi
fisika
fisika
15%
3,2
2,9d
20%
2,7b
2,0b
25%
2,1ab
1,8b
30%
1,5a
1,0a
35%
3,5cd
3,1d
40%
3,7e
3,5e
.
.
.
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kadar air karbon aktif dari biji kelor
berkisar antara 1 % - 3,5 %. Kandungan air dalam karbon aktif dipengaruhi oleh
konsentrasi NaCl dan adanya aktivasi fisika. Semakin tinggi konsentrasi NaCl
serta adanya aktivasi fisika mengakibatkan kandungan air dalam karbon aktif
semakin rendah. Proses aktivasi dengan aliran gas nitrogen pada temperatur
tinggi akan membantu mendorong bahan pengaktif yang sebelumnya terjebak
dalam rongga karbon aktif. Proses aktivasi kimia karbon aktif dapat menyebabkan
bahan pengaktif terjebak dalam rongga karbon aktif, pada konsentrasi NaCl lebih
dari 30 % uap air yang masuk pada karbon aktif tinggi jika dibandingkan dengan
karbo aktif dengan konsentrasi 30 %, hal itu disebabkan karena dimungkinkan
masih terdapat NaCl di luar pori karbon sehingga meningkatkan kadar air karbon
aktif tersebut karena NaCl bersifat higroskopis. Kadar air yang diizinkan dalam
Standart Industri Indonesia maksimal l5 %, dengan demikian, perolehan kadar air
karbon aktif yang dihasilkan jauh dibawah harga maksimum, maka kadar air
karbon aktif yang dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi kadar air standar
mutu industri karbon aktif. Uji statistika menggunakan uji F pada taraf nyata 0,01
diketahui bahwa nilai Fhitung > Ftabel dan dilanjutkan dengan uji BNT memberikan
kesimpulan bahwa terjadinya beda yang nyata terhadap setiap konsentrasi NaCl.
Tanpa aktivasi
Dengan aktivasi
fisika
fisika
15%
5%
1,7a
1,3a
20%
0%
3,4b
3,1b
25%
5%
4,1b
3,9b
30%
0%
6,1c
5,8c
35%
5%
9,5d
8,9d
40%
0%
10e
9,8e
merendam biji kelor maka semakin besar pula mineral yang mungkin tertinggal
dalam karbon aktif. Proses pencucian tidak dapat memastikan hilangnya mineral
secara keseluruhan. Gambar 4.4 diketahui bahwa secara umum aktivasi mampu
menurunkan kadar abu yang dihasilkan, hal ini disebabkan pada proses aktivasi
terjadi proses difusi gas pada karbon sehingga mampu mendorong keluar NaCl
yang masih menutupi pori. Kadar abu yang diizinkan dalam Standart Industri
Indonesia maksimal 10 %, dengan demikian, perolehan kadar abu karbon aktif
yang dihasilkan mendekati harga maksimum, maka kadar abu karbon aktif yang
dihasilkan pada penelitian ini telah memenuhi kadar abu standar mutu industri
karbon aktif. Uji statistika menggunakan uji F pada taraf nyata 0,01 diketahui
bahwa nilai Fhitung > Ftabel dan dilanjutkan dengan uji BNT memberikan
kesimpulan bahwa terjadinya beda yang nyata terhadap setiap konsentrasi NaCl.
Kadar
Abu (%)
5,8
2
10
4.7 Pembuatan Karbon Aktif dari Biji Kelor (Moringa oleifera. Lamk)
Perspektif Islam
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik disebutkan bahwa biji
kelor dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif, hal tersebut
ditunjukkan dari hasil karakterisasi karbon aktif yang hampir memenuhi standar
industri Indonesia (SII). Variasi konsentrasi NaCl berpengaruh terhadap hasil
karakterisasi karbon aktif. Pada konsentrasi 30 % menunjukkan karakterisasi
karbon aktif terbaik yaitu memiliki daya serap 575 mg/g. Hal tersebut diperkuat
oleh hasil uji statistik uji F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan program
Minitab 14 diketahui berbeda nyata (signifikasi < 0,01). Aktivasi karbon aktif
memiliki pengaruh terhadap hasil karakterisasi karbon aktif. Nilai angka iodin
meningkat setelah melalui proses aktivasi fisika sebesar 646 mg/g. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil uji statistik uji F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan
program Minitab 14 diketahui berbeda nyata (signifikasi < 0,01).
Pembuatan karbon aktif dari biji kelor yang digunakan sebagai adsorben,
telah menunjukkan bahwa Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang indah,
hijau dan banyak memberi manfaat serta kenikmatan kepada manusia. Banyak
ayat Al-Qur'an yang mengajak manusia untuk berfikir dan menyelidiki tumbuhtumbuhan agar mendapat manfaat yang lebih banyak. Allah berfirman dalam surat
an-Nahl ayat 11:
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang memikirkan (Q.S. An-Nahl: 11).
Ayat ini menyebutkan beberapa tanaman yang ditumbuhkan Allah dari
yang paling cepat layu, yang paling panjang usianya dan paling banyak
manfaatnya seperti zaitun, kurma dan anggur (Shihab, 2002). Kaum yang
memikirkan akan tanda-tanda kekuasaan-Nya tentu akan dapat mengambil
pelajaran dan manfaat terhadap segala ciptaan-Nya. Sebagaimana memanfaatkan
biji kelor sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif.
Manusia sebagai makhluk yang berakal mempunyai tugas, kewajiban dan
tanggung jawab terhadap alam sekitarnya. Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah
surat Az-Zumar ayat 9:
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran .
Ayat di atas mengajak manusia untuk berpikir dengan beragam bentuk tentang
segala hal, kecuali tentang zat Allah. Berpikir tidak hanya terbatas pada segi-segi
materiil, namun menyentuh sisi-sisi maknawi (Qardhawi, 1998). Ayat tersebut
menerangkan bahwa, sesungguhnya Allah mempunyai tujuan dalam segala
penciptaannya, untuk itu manusia harus memikirkannya, karena manusia diberi
akal
agar
dapat
memanfaatkan
segala
penciptaan
Tuhan
(Yahya,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Variasi konsentrasi NaCl berpengaruh terhadap hasil karakterisasi karbon aktif.
Pada konsentrasi 30 % menunjukkan karakterisasi karbon aktif terbaik yaitu
memiliki daya serap 575 mg/g. Hal tersebut diperkuat oleh hasil uji statistik uji
F dan dilanjutkan BNT 1% menggunakan program Minitab 14 diketahui
berbeda nyata (signifikasi < 0,01).
2. Aktivasi fisika karbon aktif memiliki pengaruh terhadap hasil karakterisasi
karbon aktif. Nilai angka iodin meningkat setelah melalui proses aktivasi fisika
sebesar 646 mg/g. Hal tersebut diperkuat oleh hasil uji statistik uji F dan
dilanjutkan BNT 1% menggunakan program Minitab 14 diketahui berbeda
nyata (signifikasi < 0,01).
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penggunaan bahan pengaktif
lain agar dihasilkan karbon aktif yang memenuhi Standar Industri Indonesia.
Penggunaan metode dan alat yang sesuai dengan standar industri Indonesia agar
diperoleh hasil yang maksimal dalam karakterisasi karbon aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1989. Standar Industri Indonesia Mutu dan Uji Arang Aktif.
Departemen Perindustrian Republik Indonesia.
Anonymous. 2006. Http//: Freedonia Group.com.
Anonymous. 2008. Modul Pelatihan Statistik. Malang: Laboratorium Statistik
Fakultas Ekonomi UIN Malang.
AOAC, 1990, Official Methods of Analysis of the Association of Official
Analytical Chemists. Washington, D.C: AOAC inc.
Ashshiddiqi, T.M.H, 1997, Al quran Terjemah Bahasa Indonesia, Madinah:
Mujamma Malik fad Li Thibaat Al-Mush haf Asysyarif.
Basu, P. 2006. Combustion and Gasification In Fluidized Beds. New york: CRC.
Bansal, R. C, Meenakshi, G. 2005.Activated carbon adsorption. New York:
Taylor & Francis Group.
Duke,
Handbook
of
Energy
Crops.
(online).
J.
A.
1983.
http://newcrop.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/moringa_oleifera.ht
ml diakses tanggal 31 Januari 2009.
Raharjo, S. 1997. Pembuatan Karbon Aktif dari Serbuk Gergajian Pohon Jati
dengan NaCl sebagai Bahan Pengaktif. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Brawijaya.
Roque, M. dan Rolando M. A. 2007. Adsorption and Diffusion in Nanoporous
Material. Prancis: CRC Press.
Ruiz, I. S. dan Crelling, J. C. 2008. Applied Coal Petrology. Amsterdam: Elsevier.
Sabaruddin, A. 1996. Aktivasi Arang Tempurung Kelapa dengan NaCl dan Gas
CO2 dalam Reaktor Fluidasi. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Brawijaya.
Sawyer, C. N. dan Mc Carty, P.L. 1997. Chemistry for Enginering. New York:
Mc Graw Hill Boox Campany.
Sembiring, M. T dan Sinaga. T. S. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatan). Sumatra Utara: Jurusan Teknik Industri. Fakultas Teknik
Universitas Sumatra Utara.
Shihab, M. Q. 2002. Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran
Volume 7 dan 10. Jakarta: Lentera Hati.
Sen, D. 2005. Reference Book on Chemical Engineering vol.1. New Delhi: New
Age International Publisher.
Sudirjo, E. 2005. Penentuan Distribusi Benzen Toluene pada Kolom Adsorpsi
Fixed Bed Carbon Active. Jakarta: Jurusan Teknik. Fakultas Teknik.
Universitas Indonesia.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press.
Yulianto, A. 2005. Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Kacang Tanah dengan
KOH sebagai Bahan Pengaktif. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Brawijaya.
dicuci dengan HCl 0.1 N dan dibilas dengan air panas sampai
bebas Cl dan pH filtrat netral, kemudian dikeringkan
Hasil
Hasil
2. 2 Aktivasi Kimia
Biji Kelor
Hasil
2. 3 Karbonisasi
Biji Kelor
Hasil
Hasil
Hasil
2. 5 Karakterisasi
2. 5. 1 Penentuan Berat Jenis
Aquades
dibuang aquades 5 mL
Hasil
ditimbang
ditimbang 0,5 g
disaring
Residu
Filtrat
Di buang
Hasil
Ditimbang 1 g
Dimasukkan dalam kurs porselen yang sudah
diketahui beratnya
Dioven selama 60 menit pada suhu 140 C
Dimasukkan desikator selama 30 menit
Ditimbang sampai berat konstan
Hasil
Hasil
Ditimbang sebanyak 1 g
Dibakar dalam tanur pada suhu 650 C selama
120 menit
Didinginkan dalam desikator selama 30 menit
Ditimbang sampai berat konstan
2I- + S4O62-
Hasil Standarisasi :
a) N1 =
- . /.
-*
0 1 23 + *+4 /
5 23
+ *++10 /
- . /.
-*
5 23 + *+4 /
5 23
c) N1 =
- . /.
-*
061 23 + *+4 /
5 23
+ *+4 /
+ *++10 /
2CuI + I2
I2 + 2S2O32-
2I- + S4O62-
/ 789:;<=>7
*+ 23 + * /
*+ * /
+ +11++11 /
/ 789:;<=>7
*+ 23 + * /
1?/
+*+.+0+? /
/ 789:;<=>7
*+ 23 + * /
11/
+ *+*+*+* /
= 1,598 g
= 100 mL
= AB
*+++
*++
* 51? C
*+
+*/
Konsentrasi
= 37 %
BM HCl
= 36, 42 g/mol
Molaritas HCl = 1 x
37 % BJ HCl
BM HCl pekat
37 % 1190 g / L
=12,09 M
36,42 g / mol
M 1 x V1 = M 2 x V2
12,09 M x V1= 0,1 M x 1000 mL
V1= 8,27 mL = 8,3 mL
L. 3. 5 Larutan HCl 5%
Dipipet 13,9 mL larutan HCl pekat ( kadar=37 %, bj= 1,19 g/mL) ke
dalam labu ukur kemudian diencerkan sampai 1000 mL dalam labu ukur.
Perhitungan :
M 1 x V1
= M 2 x V2
37 % x V1 = 5 % x 25 mL
V1
= 3,4 mL
L. 3. 12 Indikator Amilum 1%
1 g amilum dilarutkan dengan 100 mL aquades yang sudah mendidih
= 169,868 g/mol
= 16,9868 g
= 100 mL
= AB
*+++
*++
*D 1?D? C
*+
+*/
L. 3. 14 Larutan H2SO4 2 M
Dipipet 1,2 mL larutan H2SO4 pekat ke dalam labu ukur kemudian diencerkan
sampai 10 mL dalam labu ukur.
Perhitungan :
BJ H2SO4 pekat
Konsentrasi
= 95%
BM H2SO4
= 98,08 g/mol
Molaritas H2SO4 = 1 x
95 % BJ
BM
95 % 1820 g / L
=17,63 M
98,08 g / mol
Jenis
Karbon
Tanpa
aktivasi
fisika
Dengan
aktivasi
fisika
650 C
Jenis
Karbon
Tanpa
aktivasi
fisika
Dengan
aktivasi
fisika
650 C
Kadar Air
(%)
3.2
2.7
2.1
1.5
3.5
3.9
2.9
2
1.8
1
3.1
3.5
Kadar Air
(%)
3.3
2.7
2.2
1.5
3.5
3.9
2.9
2
1.8
1.1
3
3.5
Jenis
Karbon
Tanpa
aktivasi
fisika
Kadar
Air (%)
3.3
2.7
2.1
1.6
3.4
3.8
3
1.9
1.7
1
3.1
3.5
BF
A G
A H
*++ ,
Dimana:
Mc = kadar air (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + berat sampel (g)
F = G + berat sampel kering (g)
Contoh : Perhitungan kadar air karbon aktif dengan konsentrasi NaCl 15 % tanpa
aktivasi fisika
Diketahui :
G = 15,8471
B = 16,8479
F = 16, 8159
BF
A G
A H
BF
*D ?0I1 *D ?*51
*D ?0I1 *5 ?0I*
BF
+ +4.
* +++?
BF
+ +4.
BF
4.,
*++ ,
*++ ,
*++ ,
*++ ,
Dengan
aktivasi
fisika 650 C
Kadar abu
(%)
1.7
3.4
4.1
6.1
9.5
10
1.3
3.1
3.9
5.8
8.9
9.8
JF
G H
A H
*++ ,
Dimana:
Ac = kadar abu (% b/b)
G = Berat wadah kosong (g)
B = G + Berat sampel kering (g)
F = G + berat abu (g)
Contoh : Perhitungan kadar abu karbon aktif dengan konsentrasi NaCl 15 % tanpa
aktivasi fisika
Diketahui :
G = 15,8471 (g)
B = 16, 8159 (g)
F = 15,8636 (g)
JF
G
A
H
H
JF
*5 ?D4D
*D ?*51
JF
+ +*D5
+ 1D??
JF
+ +*I
JF
*I,
*++ ,
*5 ?0I*
*5 ?0I*
*++ ,
*++ ,
*++ ,
Berat
jenis
(g/mL)
1.0563
0.9945
0.9651
0.9126
1.0863
1.1859
1.0245
0.9879
0.9462
0.8931
1.0704
1.1475
Berat
jenis
(g/mL)
1.0629
1.0146
0.9630
0.9177
1.0944
1.1979
1.0260
0.9897
0.9507
0.8916
1.0737
1.1442
K>F
L M
KN
Keterangan:
A = berat karbon aktif (g)
B = Volume piknometer (mL)
C = berat piknometer + air + karbon aktif (g)
D = berat piknometer + karbon aktif (g)
Berat
jenis
(g/mL)
1.0575
0.9951
0.9660
0.9117
1.0845
1.1892
1.0242
0.9894
0.9486
0.8904
1.0716
1.1469
K>F
L M
KN
* +++. C
K>F
.5 23
K>F
* +++. C
.5 23 .0 +54*CE23
K>F
* +++. C
+ 10D1 CE23
K>F
* +5D4 CE23
4? 410* C *0 40*+C
* CE23
U V
!
V
" #$ %
X Y Z[
% "\
^ %_ " #$ %
] %_
*1+
% "\
" #$ %
"
" #$ %
DF
5
12
17
SS
11,47778
0,03333
11,51111
MS
2,29556
0,00278
R-Sq = 99,71%
F
826,40
P
0,000
R-Sq(adj) = 99,59%
a
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
Mean
3,2333
2,7000
2,1333
1,5333
3,4667
3,8667
StDev
0,0577
0,0000
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
---------+---------+---------+---------+
(*-)
(-*)
(*-)
(*)
(-*)
(*-)
---------+---------+---------+---------+
2,10
2,80
3,50
4,20
Lower
-0,6779
-1,2445
-1,8445
0,0888
0,4888
Center
-0,5333
-1,1000
-1,7000
0,2333
0,6333
Upper
-0,3888
-0,9555
-1,5555
0,3779
0,7779
konsentrasi
2
3
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
-0,7112
-1,3112
0,6221
1,0221
Center
-0,5667
-1,1667
0,7667
1,1667
Upper
-0,4221
-1,0221
0,9112
1,3112
konsentrasi
3
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
-0,7445
1,1888
1,5888
Center
-0,6000
1,3333
1,7333
Upper
-0,4555
1,4779
1,8779
konsentrasi
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
Center
Upper
-------+---------+---------+--------
1,7888
2,1888
1,9333
2,3333
2,0779
2,4779
(*)
(*)
-------+---------+---------+--------
-+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
Center
Upper
-------+---------+---------+--------
0,2555
0,4000
0,5445
(*)
-------+---------+---------+--------
-+--1,5
3,0
0,0
1,5
Interpretasi Hasil:
Proses pengambilan keputusan untuk uji hipotesis dapat didasarkan pada
kemungkinan nilai (P-value). Pada tabel ANNOVA, nilai P (0,000) memberikan
bukti yang cukup bahwa pengiriman rata rata berbeda dengan yang lain ketika
= 0,01 atau Pengambillan keputusan juga dapat dilihat dari nilai F. apabila Fhitung
lebih besar dari pada Ftabel maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan pada
data tersebut. F tabel pada data di atas adalah 5,06 sedangkan Fhitung = 826,40,
sehingga data tersebut mempunyai perbedaan.
Pada tabel interval convidence individu tidak ada yang tumpang tindih, hal ini
menunjukkan adanya perbedaan pada data tersebut.
Set pertama pada interval pertama hasil analisis turkey adalah -0,6679 sampai 0,3888. Hal tersebut menunjukkan waktu pengiriman data, jika perbedaan antara
kedua data tersebut tidak sama dengan nol maka data tersebut dikatakan
mempunyai perbedaan yang signifikan.
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
DF
5
12
17
SS
13,17778
0,03333
13,21111
MS
2,63556
0,00278
R-Sq = 99,75%
Mean
2,9333
1,9667
1,7667
1,0333
3,0667
3,5000
StDev
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,0577
0,0000
F
948,80
P
0,000
R-Sq(adj) = 99,64%
Lower
-1,1112
-1,3112
-2,0445
-0,0112
0,4221
Center
-0,9667
-1,1667
-1,9000
0,1333
0,5667
Upper
-0,8221
-1,0221
-1,7555
0,2779
0,7112
konsentrasi
2
3
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
Center
Upper
3
4
5
6
-0,3445
-1,0779
0,9555
1,3888
-0,2000
-0,9333
1,1000
1,5333
-0,0555
-0,7888
1,2445
1,6779
konsentrasi
3
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
-0,8779
1,1555
1,5888
Center
-0,7333
1,3000
1,7333
Upper
-0,5888
1,4445
1,8779
konsentrasi
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-(*)
(*)
(*)
-------+---------+---------+---------+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
Center
Upper
-------+---------+---------+--------
1,8888
2,3221
2,0333
2,4667
2,1779
2,6112
(*)
(*)
-------+---------+---------+--------
-+--1,5
0,0
1,5
3,0
Lower
Center
Upper
-------+---------+---------+--------
0,2888
0,4333
0,5779
(*)
-------+---------+---------+--------
-+--1,5
3,0
0,0
1,5
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
DF
5
12
17
SS
171,1494
0,0200
171,1694
MS
34,2299
0,0017
R-Sq = 99,99%
Mean
1,7333
3,3667
4,1000
6,1000
9,5000
10,0333
StDev
0,0577
0,0577
0,0000
0,0000
0,0000
0,0577
F
20537,93
P
0,000
R-Sq(adj) = 99,98%
Lower
Center
Upper
1,5214
2,2547
4,2547
7,6547
1,6333
2,3667
4,3667
7,7667
1,7453
2,4786
4,4786
7,8786
8,1880
8,3000
8,4120
-------+---------+---------+-------*
*
*
-------+---------+---------+--------+--4,0
8,0
0,0
4,0
Lower
Center
Upper
0,6214
2,6214
6,0214
6,5547
0,7333
2,7333
6,1333
6,6667
0,8453
2,8453
6,2453
6,7786
-------+---------+---------+-------*
*
*)
(*
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
0,0
4,0
8,0
Lower
Center
Upper
1,8880
5,2880
5,8214
2,0000
5,4000
5,9333
2,1120
5,5120
6,0453
-------+---------+---------+-------*
(*
*
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
0,0
4,0
8,0
Lower
Center
Upper
-------+---------+---------+--------
3,2880
3,8214
3,4000
3,9333
3,5120
4,0453
(*
*
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
0,0
4,0
8,0
Lower
Center
Upper
-------+---------+---------+--------
0,4214
0,5333
0,6453
*)
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
8,0
0,0
4,0
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
DF
5
12
17
SS
168,5311
0,0267
168,5578
MS
33,7062
0,0022
R-Sq = 99,98%
Mean
1,3333
3,1333
3,9000
5,8000
8,9333
9,8333
StDev
0,0577
0,0577
0,0000
0,0000
0,0577
0,0577
F
15167,80
P
0,000
R-Sq(adj) = 99,98%
Lower
Center
Upper
1,6707
2,4374
4,3374
7,4707
1,8000
2,5667
4,4667
7,6000
1,9293
2,6959
4,5959
7,7293
8,3707
8,5000
8,6293
-------+---------+---------+-------(*
*)
*
-------+---------+---------+--------+--4,0
8,0
0,0
4,0
Lower
Center
Upper
0,6374
2,5374
5,6707
6,5707
0,7667
2,6667
5,8000
6,7000
0,8959
2,7959
5,9293
6,8293
-------+---------+---------+-------*
(*
(*
(*
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
0,0
4,0
8,0
Lower
Center
Upper
1,7707
4,9041
5,8041
1,9000
5,0333
5,9333
2,0293
5,1626
6,0626
-------+---------+---------+-------(*
(*
*
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
0,0
4,0
8,0
Lower
Center
Upper
3,0041
3,9041
3,1333
4,0333
3,2626
4,1626
-------+---------+---------+-------*
*
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
0,0
4,0
8,0
Lower
Center
Upper
-------+---------+---------+--------
0,7707
0,9000
1,0293
*)
-------+---------+---------+--------
-+--4,0
8,0
0,0
4,0
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
DF
5
12
17
SS
0.1453772
0.0004444
0.1458216
MS
0.0290754
0.0000370
R-Sq = 99.70%
Mean
1.05890
1.00140
0.96470
0.91400
1.08840
1.19100
StDev
0.00352
0.01144
0.00154
0.00324
0.00527
0.00620
F
785.08
P
0.000
R-Sq(adj) = 99.57%
Lower
-0.07419
-0.11089
-0.16159
0.01281
0.11541
Center
-0.05750
-0.09420
-0.14490
0.02950
0.13210
Upper
-0.04081
-0.07751
-0.12821
0.04619
0.14879
konsentrasi
2
3
4
5
6
+---------+---------+---------+--------(*)
(*)
(*)
(*)
(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15
Lower
-0.05339
-0.10409
0.07031
0.17291
Center
-0.03670
-0.08740
0.08700
0.18960
Upper
-0.02001
-0.07071
0.10369
0.20629
konsentrasi
3
4
5
6
+---------+---------+---------+--------(-*)
(*)
(*)
(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15
Lower
-0.06739
0.10701
0.20961
Center
-0.05070
0.12370
0.22630
Upper
-0.03401
0.14039
0.24299
konsentrasi
4
5
6
+---------+---------+---------+--------(*)
(*)
(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15
Lower
0.15771
0.26031
Center
0.17440
0.27700
Upper
0.19109
0.29369
konsentrasi
5
6
+---------+---------+---------+--------(*)
(*-)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15
Lower
0.08591
Center
0.10260
Upper
0.11929
konsentrasi
6
+---------+---------+---------+--------(*)
+---------+---------+---------+---------0.30
-0.15
0.00
0.15
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
DF
5
12
17
SS
0.1223922
0.0000293
0.1224215
R-Sq = 99.98%
Mean
1.02490
0.98900
0.94850
0.89170
1.07190
1.14620
StDev
0.00096
0.00096
0.00225
0.00135
0.00167
0.00176
MS
0.0244784
0.0000024
F
10032.15
P
0.000
R-Sq(adj) = 99.97%
Lower
-0.04018
-0.08068
-0.13748
0.04272
0.11702
Center
-0.03590
-0.07640
-0.13320
0.04700
0.12130
Upper
-0.03162
-0.07212
-0.12892
0.05128
0.12558
konsentrasi
2
3
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-(*
*
*
*
*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30
Lower
-0.04478
-0.10158
0.07862
0.15292
Center
-0.04050
-0.09730
0.08290
0.15720
Upper
-0.03622
-0.09302
0.08718
0.16148
konsentrasi
3
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-*)
(*
(*
*)
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30
Lower
-0.06108
0.11912
0.19342
Center
-0.05680
0.12340
0.19770
Upper
-0.05252
0.12768
0.20198
konsentrasi
4
5
6
-------+---------+---------+---------+-*
*)
*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30
Lower
0.17592
0.25022
Center
0.18020
0.25450
Upper
0.18448
0.25878
konsentrasi
5
6
-------+---------+---------+---------+-*
*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.30
Lower
0.07002
Center
0.07430
Upper
0.07858
konsentrasi
6
-------+---------+---------+---------+-*
-------+---------+---------+---------+--0.15
0.00
0.15
0.3
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
DF
5
12
17
SS
557907
4721
562629
MS
111581
393
R-Sq = 99.16%
Mean
198.77
359.50
435.40
575.13
173.38
50.74
StDev
14.65
38.75
14.62
7.46
14.63
12.68
F
283.61
P
0.000
R-Sq(adj) = 98.81%
Lower
Center
Upper
---------+---------+---------+----
106.33
182.23
321.96
-79.78
-202.42
160.73
236.63
376.36
-25.39
-148.03
215.13
291.02
430.75
29.01
-93.63
(*-)
(-*-)
(-*)
(-*-)
(-*-)
---------+---------+---------+----
-----+
-300
600
300
Lower
21.50
161.23
-240.51
-363.15
Center
75.90
215.63
-186.12
-308.76
Upper
130.29
270.02
-131.72
-254.36
Konsentrasi
3
4
5
6
---------+---------+---------+---------+
(-*)
(-*-)
(-*-)
(-*-)
---------+---------+---------+---------+
-300
0
300
600
Lower
85.33
-316.41
-439.05
Center
139.73
-262.02
-384.66
Upper
194.12
-207.62
-330.26
Konsentrasi
4
5
6
---------+---------+---------+---------+
(-*)
(-*-)
(-*-)
---------+---------+---------+---------+
-300
0
300
600
Lower
-456.14
-578.78
Center
-401.75
-524.39
Upper
-347.35
-469.99
Konsentrasi
5
6
---------+---------+---------+---------+
(-*)
(-*)
---------+---------+---------+---------+
-300
0
300
600
Lower
Center
Upper
---------+---------+---------+----
-177.04
-122.64
-68.24
(-*-)
---------+---------+---------+----
-----+
-300
600
300
Angka Iodin es da Ak
asi isika
1/1/2002 12:26:06 AM
Welcome to Minitab, press F1 for help.
One-way ANOVA: Aangka iodin versus konsentrasi
Source
konsentrasi
Error
Total
S = 20.49
Level
1
2
3
4
5
6
N
3
3
3
3
3
3
DF
5
12
17
SS
587154
5037
592191
MS
117431
420
R-Sq = 99.15%
Mean
257.88
418.57
537.10
647.06
266.41
114.18
StDev
14.69
25.37
14.74
12.62
25.29
25.35
F
279.76
P
0.000
R-Sq(adj) = 98.80%
Lower
104.51
223.04
333.00
-47.65
-199.89
Center
160.70
279.23
389.18
8.54
-143.70
Upper
216.88
335.41
445.37
64.72
-87.51
konsentrasi
2
3
4
5
6
+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*-)
(-*-)
(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300
Lanjutan lampiran 5 . Analisa Statistik dari Data Karakterisasi Karbon Aktif
konsentrasi = 2 subtracted from:
konsentrasi
3
4
Lower
62.34
172.30
Center
118.53
228.49
Upper
174.72
284.67
5
6
-208.35
-360.58
-152.16
-304.40
-95.97
-248.21
konsentrasi
3
4
5
6
+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*)
(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300
Lower
53.77
-326.88
-479.11
Center
109.96
-270.69
-422.93
Upper
166.14
-214.50
-366.74
konsentrasi
4
5
6
+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300
Lower
-436.83
-589.07
Center
-380.65
-532.88
Upper
-324.46
-476.70
konsentrasi
5
6
+---------+---------+---------+--------(-*-)
(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300
Lower
-208.42
Center
-152.24
Upper
-96.05
konsentrasi
6
+---------+---------+---------+--------(-*-)
+---------+---------+---------+---------600
-300
0
300
Tanur