Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai
oleh penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum
tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai
adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker metastatik yang
menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua atau
ketiga system hematopoisis. Aplasia yang hanya mengenai system eritropoitik
disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia), yang hanya mengenai system
granulopoitik disebut agranulositosis sedangkan yang hanya mengenai sistem
megakariositik disebut Purpura Trombositopenik Amegakariositik (PTA). Bila
mengenai ketiga sistem disebut Panmieloptisis atau lazimya disebut anemia
aplastik. Menurut The International and Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut
anemia aplastik bila : Kadar Hemoglobin ? 10 gr/dl atau Hematokrit ? 30;
hitung trombosit ? 50.000/mm3; hitung leukosit ? 3500/mm3 atau granulosit ?
1.5

109/I.(1)

Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan


dyskeratosis congenital, dan sering berkaitan dengan anomali fisik khas dan
perkembangan pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda, dapat pula
berupa kegagalan sumsum pada orang dewasa yang terlihat normal. Anemia
aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung darah
yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat normal;
hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula mendahului
onset ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit. Biasanya penurunan
hitung darah moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan anemia,
leucopenia, dan thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.
Dalam makalah ini penulis membahasa tentang konsep teori serta
Asuhan keperawatan pada anemia aplastik.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat
rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Anemia aplastik?
2. Apa Etiologi dari anemia aplastik?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada anemia aplastik?
4. Apa saja manifestasi dari anemia aplastik?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia aplastik ?

1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul Askep Anemia Aplastik .
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang
konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1

Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam
1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai
akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang
mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya
pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang).
(Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai
akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum
tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)

2.2

Etiologi
a.

Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan


bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal
dan lain sebagainya.

b.

Faktor didapat
-

Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.


Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin
(antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran,
methrotrexate,

TEM,

vincristine,

rubidomycine

dan

sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti


microbial.
-

Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.

Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.

Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.

Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.


(Mansjoer.2005.Hal:494)

2.3

Patofisiologi
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini,
patofisiologi anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang
dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel hematopoitik
2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. proses imunologik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel
yaitu CD 34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk
hematopoitik dikenal sebagai, longterm culture-initiating cell (LTC-IC), longterm marrow culture (LTMC), jumlah sel induk/ CD 34 sangat menurun hingga
1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area forming
cells jumlah sel induk sangat menurun. Bukti klinis yang yang menyokong teori
gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada
60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari
luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik.
Beberapa sarjana menganggap gangguan ini dapat disebabkan oleh proses
imunologik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk
hematopoitik tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri
dari sel stroma yang menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GMCSF,G-CSF dan IL-6 dalam jumlah normal sedangkan sitokin penghambat
seperti ? (IFN-?), tumor necrosis factor-? (TNF-?), protein macrophage
inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming growth factor ?2 (TGF-?2) akan
meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang pertumbuhan
sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang
4

berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan lingkungan


mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin
banyak ditinggalkan.
Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma
atau produksi faktor pertumbuhan.
Kerusakan akibat Obat.
Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan
kimiawi seperti dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi
idiosinkronasi yang paling sering pada dosis rendah obat, perubahan
metabolisme obat kemungkinan telah memicu mekanisme kerusakan. Jalur
metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia, terutama jika bersifat polar
dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air, melibatkan degradasi
enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang
disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic karena kecenderungannya
untuk

berikatan

dengan

makromolekul

seluler.

Sebagai contoh, turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera


jaringan. Pembentukan intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan
dalam detoksifikasi komponen ini kemungkinan akan secara genetic
menentukan namun perubahan genetis ini hanya terlihat pada beberapa obat;
kompleksitas dan spesifitas dari jalur ini berperan terhadap kerentanan suatu
loci dan dapat memberikan penjelasan terhadap jarangnya kejadian reaksi
idiosinkronasi obat.
2.4

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Lemah dan mudah lelah
Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena
infeksi bakteri
Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
Pucat
Pusing
Anoreksia
Peningkatan tekanan sistolik
5

Takikardia
Penurunan pengisian kapler
Sesak
Demam
Purpura
Petekie
Hepatosplenomegali
Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)
2.5

Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi
sebagai berikut :
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab.
Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak
diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas
atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat
pansitopenia. Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a.

Untuk mengatasi infeksi


-

Hygiene mulut

Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat


dan adekuat/.

Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.

b. Usaha untuk mengatasi anemia


Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau
tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb
sebesar 9-10 g% tidak perlu sampai normal karena akan menekan
eritropoesis internal
c.

Usaha untuk mengatasi perdarahan

Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor


atau trombosit < 20.000/mm3.
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a.

Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan


dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek
samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
-

Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.

GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah


neutrofil.

4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan
jangka panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai
berikut :
a.

Terapi imunosuprersif
-

Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte


globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis

Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis


tinggi

b. Transplantasi sumsum tulang


Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang
memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
2.6

Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung

2.7

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Aplastik


A. Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas Klien
7

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang


dipakai,

status

perkawinan,

pendidikan,

pekerjaan,

asuransi,

golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.


Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema
aplastik, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang
dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung
diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
-

Keletihan, kelemahan otot, malaise umum

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

- Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat


-

Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada


sekitarnya

Ataksia, tubuh tidak tegak

Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda


lain yang menunjukkan keletihan

b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
-

Palpitasi (takikardia kompensasi)

Hipotensi postural

Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan


pendataran atau depresi gelombang T

Bunyi jantung murmur sistolik

- Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa


(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku
-

Sclera biru atau putih seperti mutiara

Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer


dan vasokonsriksi kompensasi)

Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)

Rambut kering, mudah putus, menipis

c. Integritas Ego
- Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan
mis transfusi darah
-

Depresi

d. Eliminasi
- Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
-

Flatulen, sindrom malabsorpsi

Hematemesis, feses dengan darah segar, melena

Diare atau konstipasi

Penurunan haluaran urine

Distensi abdomen

e. Makanan / cairan
- Penurunan masukan diet

f.

Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)

Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia

Adanya penurunan berat badan

Membrane mukusa kering,pucat

Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic

Stomatitis

Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah

Neurosensori
- Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
-

Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata


9

Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki

Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis

Tidak mampu berespon lambat dan dangkal

Hemoragis retina

Epistaksis

Gangguan koordinasi, ataksia

g. Nyeri/kenyamanan
-

Nyeri abdomen samar, sakit kepala

h. Pernapasan
-

Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

Takipnea, ortopnea dan dispnea

i. Keamanan
-

Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene,


insektisida, fenilbutazon, naftalen

Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas

Transfusi darah sebelumnya

Gangguan penglihatan

Penyembuhan luka buruk, sering infeksi

Demam rendah, menggigil, berkeringat malam

Limfadenopati umum

Petekie dan ekimosis

B. Diagnosa Keperawatan
1.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen


seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

2.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

4.

Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan).
10

5.

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


perubahan sirkulasi dan neurologist.

6.

Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;


perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.

7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah


interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
C. NCP
NO

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
1. Perubahan
Peningkatan

- Awasi tanda vital

perfusi jaringanperfusi jaringan

kaji

b.d

kapiler,

penurunan

komponen
seluler

yang

diperlukan
untuk
pengiriman
oksigen/nutrient

KH :

Memberikan

pengisianinformasi
warnatentang
derajat/keadekua

kulit/membrane

Klien

mukosa, dasar kuku. tan

menunjukkan
perfusi

Rasional

adekuat,

misalnya

tanda

vital

stabil.

Tinggikan

perfusi

kepalajaringan

dan

tempat tidur sesuaimembantu


menetukan

toleransi.

kebutuhan

ke sel.

intervensi.
Awasi
pernapasan

upaya
- Meningkatkan
;ekspansi
paru

auskultasi

bunyidan

napas

perhatikanmemaksimalkan

bunyi adventisius.

oksigenasi untuk
kebutuhan
seluler. Catatan :
kontraindikasi

Selidiki

keluhanbila

ada

nyeri dada/palpitasi. hipotensi.


- Hindari penggunaan
botol

penghangat

atau botol air panas.


11

Gemericik
menununjukkan
gangguan

Ukur suhu air mandijajntung karena


dengan thermometer. regangan
-

Kolaborasijantung
pengawasan

hasillama/peningkata

pemeriksaan

laboraturium.

curah jantung.

Berikan

sel

kompensasi

darah
- Iskemia seluler

merah

mempengaruhi

lengkap/packed

jaringan

produk darah sesuaimiokardial/


indikasi.
-

Berikan
tambahan

potensial risiko
oksigeninfark.
sesuai
-

indikasi.

Termoreseptor
jaringan dermal
dangkal

karena

gangguan
oksigen

Mengidentifikasi
defisiensi

dan

kebutuhan
pengobatan
/respons
terhadap terapi.

- Memaksimalkan
transport
oksigen
jaringan.
12

ke

2. Intoleransi

Dapat

aktivitas

Kaji

kemampuan
- Mempengaruhi

b.dmempertahankan / ADL pasien.

pilihan

ketidakseimban meningkatkan
gan
suplai

intervensi/bantu

antaraambulasi/aktivitas.
- Kaji kehilangan atauan
oksigen

(pengiriman)

dan kebutuhan.

gangguan

KH :
melaporkan
peningkatan
toleransi

aktivitas

keseimbangan, gaya
-

jalan dan kelemahanperubahan


otot

neurology
karena defisiensi

(termasuk aktivitas

vitamin

sehari-hari)
-

menunjukkan
penurunan

Observasi

tanda-

pernapasan,

dan tekanan darah


masih

keamanan

pasien/risiko
sesudah
cedera

dan

fisiologis, misalnyaaktivitas.
nadi,

Manifestasi
kardiopulmonal

dalam
- Berikan lingkungandari

rentang normal

B12

mempengaruhi

tandatanda vital sebelum

intolerasi

Menunjukkan

tenang,

upaya

batasijantung dan paru

pengunjung,

danuntuk membawa

kurangi suara bising,jumlah oksigen


pertahankan
baring

tirahadekuat

bila

dijaringan

indikasikan
-

Gunakan

ke

Meningkatkan

teknikistirahat

untuk

menghemat

energi,menurunkan

anjurkan

pasienkebutuhan

istirahat bila terjadioksigen


kelelahan

tubuh

dandan menurunkan

kelemahan, anjurkanregangan
pasien

melakukanjantung dan paru

aktivitas
semampunya (tanpa
memaksakan diri).
13

Meningkatkan
aktivitas secara

bertahap sampai
normal

dan

memperbaiki
tonus
otot/stamina
tanpa
kelemahan.
Meingkatkan
harga diri dan
rasa terkontrol.

3. Perubahan
nutrisi
dari

Kebutuhan nutrisi

kurangterpenuhi

Kaji riwayat nutrisi,


termasuk

kebutuhan

makanMengidentifikasi

yang disukai
defisiensi,
KH :
tubuh
b.d
Observasi dan catatmemudahkan
Menunujukkan
kegagalan untuk
masukkan makananintervensi
peningkatan
mencerna atau
pasien
Mengawasi
/mempertahankan
ketidak
masukkan kalori
berat badan dengan
mampuan
Timbang
beratatau kualitas
nilai laboratorium
mencerna
badan setiap hari.
kekurangan
normal.
makanan
konsumsi
- Tidak mengalami
/absorpsi
makanan
tanda mal nutrisi.
nutrient
yang
Berikan makan Mengawasi
Menununjukkan
diperlukan
sedikit
denganpenurunan berat
perilaku,
untuk
frekuensi sering danbadan atau
perubahan
pola
pembentukan sel
atau makan diantaraefektivitas
hidup
untuk
darah merah
waktu makan
intervensi nutrisi
meningkatkan dan
Observasi dan catat Menurunkan
atau
kejadian
kelemahan,
mempertahankan
mual/muntah, flatusmeningkatkan
berat badan yang
dan dan gejala lainpemasukkan dan
sesuai.
yang berhubungan mencegah
14

Berikan dan Bantudistensi gaster


hygiene mulut yang Gejala GI dapat
baik ; sebelum danmenunjukkan
sesudah

makan,efek anemia

gunakan sikat gigi(hipoksia) pada


halus

untukorgan.

penyikatan
lembut.

yang
Berikan

pencuci mulut yang Meningkatkan


di

encerkan

bilanafsu makan dan

mukosa oral luka.

pemasukkan
oral.

Kolaborasi pada ahliMenurunkan


gizi untuk rencanapertumbuhan
diet.

bakteri,
meminimalkan

Kolaborasi ; pantaukemungkinan
hasil

pemeriksaaninfeksi. Teknik

laboraturium

perawatan mulut
khusus mungkin
diperlukan bila

Kolaborasi; berikanjaringan
obat sesuai indikasi rapuh/luka/perda
rahan dan nyeri
berat.
Membantu
dalam rencana
diet untuk
memenuhi
kebutuhan
individual
Meningkatakan
efektivitas
15

program
pengobatan,
termasuk
sumber diet
nutrisi yang
dibutuhkan.
Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia dan
atau adanyan
masukkan oral
yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.
4. Risiko

tinggiInfeksi tidak

Tingkatkan

cuci

mencegah

terhadap infeksiterjadi.

tangan yang baik ;kontaminasi

b.d

oleh

tidakKH :

pemberisilang/kolonisasi

adekuatnya

- mengidentifikasi perawatan dan pasienbacterial.

pertahanan

perilaku untuk

Catatan : pasien

sekunder

mencegah/menuru

dengan

anemia

(penurunan

nkan risiko infeksi.


Pertahankan teknikberat/aplastik
hemoglobin
- meningkatkan
aseptic ketat padadapat berisiko
leucopenia, ataupenyembuhan luka, prosedur/perawatan akibat
flora
penurunan

bebas drainase

granulosit

purulen atau

(respons

eritema, dan

kulit, perianal danrisiko

inflamasi

demam.

oral dengan cermat kolonisasi/infeks

luka

Berikan perawatan

tertekan).

normal kulit.
menurunkan

i bakteri
Motivasi perubahan

posisi/ambulasi yang

menurunkan

sering, latihan batukrisiko kerusakan


16

dan napas dalam

kulit/jaringan
dan infeksi

meningkatkan

Tingkatkanventilasi semua
masukkan

cairansegmen paru dan

adekuat

membantu
memobilisasi
sekresi

untuk

mencegah
pneumonia

membantu

Pantau/batasidalam
pengunjung. Berikanpengenceran
isolasi

bilasecret

memungkinkan

pernapasan
untuk
mempermudah
pengeluaran dan

Pantau suhu tubuh.mencegah stasis


Catat

adanyacairan
danmisalnya

menggigil
takikardia

tubuh

denganpernapasan dan

atau tanpa demam

ginjal.

Amati eritema/cairan

membatasi
pemajanan pada

luka

bakteri/infeksi.
Perlindungan
isolasi

Ambil
untuk

specimendibutuhkan pada
anemia aplastik,

kultur/sensitivitas

bila

respons

sesuai indikasi

imun

sangat

terganggu.
17

adanya proses
Berikan antisepticinflamasi/infeksi
topical ; antibioticmembutuhkan
sistemik

evaluasi/pengob
atan.
indikator infeksi
lokal. Catatan :
pembentukan
pus

mungkin

tidak ada bila


granulosit
tertekan.

membedakan
adanya

infeksi,

mengidentifikasi
pathogen khusus
dan
mempengaruhi
pilihan
pengobatan

mungkin
digunakan
secara
propilaktik
untuk
menurunkan
kolonisasi

atau

untuk
pengobatan
proses
5. Konstipasi atau Membuat/kembali Observasi warna
18

infeksi

local
Membantu

Diare

pola normal dari

feses, konsistensi,

berhubungan

fungsi usus.

frekuensi dan jumlah penyebab /factor

dengan

KH: Menunjukkan

penurunan

perubahan

Auskultasi bunyi

intervensi yang

masukan diet;

perilaku/pola

usus

tepat.

perubahan

hidup, yang

bunyi usus

proses

diperlukan sebagai

secara umum

pencernaan;

penyebab, factor

Awasi intake dan

efek samping

pemberat.

output (makanan dan diare dan

terapi obat.

mengidentifikasi
pemberat dan

cairan).

meningkat pada
menurun pada
konstipasi
dapat
mengidentifikasi

Dorong masukkan dehidrasi,


cairan 2500-3000

kehilangan

ml/hari dalam

berlebihan atau

toleransi jantung

alat dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet
membantu

Hindari makanan

dalam

yang membentuk gas memperbaiki


Kaji kondisi kulit

konsistensi feses

perianal dengan

bila konstipasi.

sering, catat

Akan membantu

perubahan kondisi

memperthankan

kulit atau mulai

status hidrasi

kerusakan. Lakukan pada diare


perawatan perianal

menurunkan

setiap defekasi bila distress gastric


terjadi diare.

dan distensi

Kolaborasi ahli gizi abdomen


untuk diet siembang mencegah
19

dengan tinggi serat

ekskoriasi kulit

dan bulk.

dan kerusakan

Berikan pelembek
feses, stimulant
ringan, laksatif

serat menahan

pembentuk bulk atau enzim


enema sesuai

pencernaan dan

indikasi. Pantau

mengabsorpsi

keefektifan.

air dalam

(kolaborasi)

alirannya

Berikan obat

sepanjang

antidiare, misalnya

traktus intestinal

Defenoxilat

dan dengan

Hidroklorida dengan demikian


atropine (Lomotil)

menghasilkan

dan obat

bulk, yang

mengabsorpsi air,

bekerja sebagai

misalnya Metamucil. perangsang


(kolaborasi).

untuk defekasi.
mempermudah
defekasi bila
konstipasi
terjadi.

20

menurunkan
motilitas usus
Pasien mengerti

Berikan informasi

bila diare terjadi.


memberikan

pengetahuan

dan memahami

tentang anemia

dasar

sehubungan

tentang penyakit,

spesifik. Diskusikan pengetahuan

6. Kurang

dengan kurang prosedur diagnostickenyataan bahwa

sehingga pasien

terpajan/mengin dan rencana

terapi tergantung

dapat membuat

gat ; salah

pengobatan.

pada tipe dan

pilihan yang

interpretasi

KH :

beratnya anemia.

tepat.

informasi ; tidak Pasien

Menurunkan

mengenal

menyatakan

ansietas dan

sumber

pemahamannya

Tinjau tujuan dan

dapat

informasi.

proses penyakit

persiapan untuk

meningkatkan

dan

pemeriksaan

kerjasama dalam

penatalaksanaan

diagnostic

program terapi

penyakit.
Mengidentifikasi

ansietas/ketakuta

factor penyebab.

n tentang

Melakukan

ketidaktahuan

tiindakan yang

meningkatkan

perlu/perubahan

stress,

pola hidup.

Kaji tingkat

selanjutnya

pengetahuan klien

meningkatkan

dan keluarga tentang beban jantung.


penyakitnya

Pengetahuan

Berikan penjelasan menurunkan


pada klien tentang ansietas.
penyakitnya dan

megetahui

kondisinya sekarang. seberapa jauh


pengalaman dan
pengetahuan
21

Anjurkan klien dan klien dan


keluarga untuk

keluarga tentang

memperhatikan diet penyakitnya


makanan nya

dengan

Minta klien dan

mengetahui

keluarga mengulangi penyakit dan


kembali tentang

kondisinya

materi yang telah

sekarang, klien

diberikan

akan tenang dan


mengurangi rasa
cemas
diet dan pola
makan yang
tepat membantu
proses
penyembuhan.
mengetahui
seberapa jauh
pemahaman
klien dan
keluarga serta
menilai
keberhasilan
dari tindakan
yang dilakukan

BAB III
22

PEMBAHASAN KASUS
KASUS
Tuan A,masuk rumah sakit pada tanggal 3 Desember 2009, jam 10.00
WIB.Mengeluhkan sakit kepala pada bagian tengkuknya, badan sering terasa lemas,
dan sering kesemutan pada saat istirahat.Setelah dilakukan pemeriksaan didapat TD
110/ 60 mmhg, SH 34.5oC, Nadi 80x/ menit,HB 3,6 g/dl. Dengan RR normal, BB
menurun, sedangkan pada skelera mata memutih, kuku membentuk koilonikia(kuku
melengkung seperti sendok).
A. ANALISA DATA
NO DATA
PENYEBAB
MASALAH
1: - Tn A mengeluh sakit kepla Penurunan
komponenPerubahan
Perfusi
- Mudah lelah
seluler yang diperlukanJaringan
- Kesemutan
untuk
pengiriman
- kedinginan
oksigen/nutrient ke sel
- mata berkunang kunang
O : - Hb Turun 3,6 g/ dl
- Ekstremitas atas dan bawah
dingin
- Suhu 36o C
- kulit pucat
- Gelisah
2 - Tn A mengeluh badanPenurunan
keinginanPerubahan
nutrisi
meras lemas
untuk makan sekunderkuran dari kebutuhan
O : - keadaan umum lemah terhadap anoreksia
tubuh
- porsi yang disediakan
3
sendok yang dimakan
- tugor jelek
3S : - Tn a mengatakan susahGangguan fungsi perfusiGangguan
rasa
tidur
selebral
nyaman atau nyeri
- nyeri pusing
O : - Tn a tampak menguap saat
ditanya
- mata merah
- tidur lebih kurang 5 jam
- mata cekung
- meringis

23

4S : - Tn A mengeluh lelah danKetidak seimbangan 02 Intoleransi aktivitas


lemah
O: - sebagian aktivitas dibantu
orang lain
- Hb = 3,6

S : - Tn A mengeluh apakahKurang
informasiKurang pengetahuan
akan cepat sembuh dantentang penyakit nya
tentang
penyakit
kapan bs pulang
tentang
kondisi
O : - cemas atau gelisah
proknosis
- TnA sering bertanya
tentang penyakit nya

B. NCP
NO Diagnosa
Tujuan dan KH :
Intervensi
keperawatan
1
Perubahan
Pperubahan
perfusi
observasi

Rasional
member

informasi

perfusi jaringanjaringan teratasi.

tanda-tanda tentang derajat atau

b/d

vital

ketidakKH :

seimbangan 1.kualitas
02

.Di

dengan

pengisian

tandaikapiler kembali baik.


Tn 2.AHB normal 14-16 g/dl

mengeluh
kepala

lelah,

kesemutan,
kedinginan,
mata berkunangkunang,
ekstremitas
dingin,

jaringan

dan

membantu
menentukan
kebutuhan intervensi

sakit

mudah

ke adekuatan perfusi

kulit

pucat,gelisah,
24

suhu 36 C

tinggikan

meningkatkan

tempat tifur ekspansi

paru

dan

sesuai

memaksimalkan

toleransi

oksigenasi

observasi
upaya

untuk

kebutuhan seluler
dipsnea gemeritik
menunjukan

gejala

pernapasan karena regangan di


jantung

atu

peningkatran
kompensasi

curah

jantung
selidiki
keluhan

iskemia

seluler

mempengaruhi

nyeri dada jaringan miokardinal


2

rasaIstirahat dan tidur tn a Kaji

Gangguan
nyaman
b/d

nyeridapat terpenuhi
perfusiKH :

selebral

ditandai dengan, Tn A tidak menguap


Awaktu ditanya

mengatakan

susah utk tidur Cekung mata hilang


atau

pusing,

mata

merah,

tidur

dan

mengambil

gangguan

langkah agra tn a

istirahat

dapat

istirahat

dengan tenang

Mata tidak merah lagi

nyeri

mengetahui

istirahat atau dapata

Tn A tampak segar

Tn

perubahan

atau potensial infak


diharapkan

25

lebih kurang 5
jam,

mata

cekung., hb 36
g/dl
kaji

dengan mengetahui

intensitas

tingkat nyeri dapat

tinggi

menentukan
intervensi yang akan

ajarkan

di lakukan
diharapkan derngan

teknik

relaksasi nyeri atau

relaksasi

pusing berkurang

dan
distraksi
jelaskan

agar Tn.A

penyebab

mengerti ,memahami

nyeriatau

penyebab rasa/pusing

pusing

mengganggu istirahat

dan tidur
observasi Diketahui keadaan

Intoleransi

tn a dapat mealakukan-

aktivitas b/d

tindakan aktivitas

ketidak

ttanpa bantuan orang - anjurkan tn A

tanda vital

Tn.A
Mendorng

seimbangan 02 lain

untuk

ditandai dengan, KH :

menggunakanmembatasi

tn a mengeluh

teknik

1. makan menyuap

lemah, sebagian tanpa bantuan arang


aktivitas dibantu lain

untuk

pasien
banyak

penyimpangan energi

penghematan dan
mencegah
energi
kelemahan

orang lain, hb

regangan atau stres

3,6 g/dl

- anjurkan tn akardio
pulmonal
untuk
berlebihan
dapat
menghentika menimbulkan
n

aktivitasdekompensasi

bila
palpitasi,
26

adakegagalan

atau

kelemahan,
pusing,.
4

Perubahan
nutrisi
dari

Nutrisi tn.a terpenuhi -

kaji

kurangKH :
kebutuhan1.

b/d

status

nyeri
keadaan

umum

masuk

badanhabis

tersa

lemah,

sehingga

kekurangan

2. porsi yang disediakan

bahwa

diketahui

intake makanan yang

tn.Amembaik

mengatakan

dapat

akan

masukan zat gizi juga


dapat diketahui

keadaan umum
lemah,

porsi

yang disediakan
3 sendok yang
habis,

tugor

kulit jelek
- jelaskan pd

dapat menjelaskan

tn. Penting kepada tn.a penting


nya makan nya makanan bagi
bagi tubuh tubuh

agar

pengetahuan

nya

bertambah

dan

di

harapkan

tn.

makan .
berikan - dengan makanan

makanan

yang

merangsang

yang

nafsu

makan,

merangsan diharapkan tn.a da


g

nafsu selera untuk makan

makan dan dan kebutuhan nutrisi


dikolaboras terpenuhi
ikan
dengan ahli
27

gizi

- motivasi tn. - dengan motivasi tn.


A

untuk A mau makan dan

makan
5

Kurang

tn.a mengerti, cemas,

pengetahuan

gelisah, hilang

menghabiskan porsi

yang dihidangkan
berikan
tn.a dan keluarga
penjelasan

mengerti dan adpt

tentang kondisiKH :

pada tn.a danmengurangi rasa

prognosis

keluarga

b/d tn..a tenang

kurang

2. tn.a tidak bertanya-tentang

informasi

tanya lagi

tentang penyakit
nya

penyakit nya

penyembuhan

tn.a

ditandaitentang penyakit nya

dengan

tn.abertambah

mengeluh
tentang
penyakitnya dan
bertanya kapan
bisa pulang, tn.a
gelisah,
bertanya tentang
penyakit nya

28

cemas/ gelisah tn.a


maupun keluarga

jelaskan Dengan penjelasan


tentang

diharapakan Tn.A

prosedur

dan keluaraga dapat

perawatan

mengetahui tindakan

dan

yang akan dilakun

pengobatan Agar Tn.A


yang

mempunyai

dijalankan

semangat dalam

beri menghadapi
support
mental

29

penyaakitnya

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai
akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum
tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
Penyebab dari anemia aplastik adalah :
a.

Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan


bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal
dan lain sebagainya.

b.

Faktor didapat
-

Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.

Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin


(antihistamin),

santonin-kalomel,

obat

sitostatika

(myleran,

methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat


anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
-

Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.

Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.

Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.

Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.


(Mansjoer.2005.Hal:494)

3.2

Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.
30

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A
Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi
ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and
Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html

31

Anda mungkin juga menyukai