Gagal Jantung
Gagal Jantung
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah
untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh karena gangguan primer otot jantung atau beban jantung yang berlebihan
atau kombinasi keduanya.
Beban jantung yang berlebihan pada preload atau beban volume terjadi pada defek
dengan pirau kiri ke kanan, regurgitasi katup, atau fistula arteriovena. Sedangkan beban
yang berlebihan pada afterload atau beban tekanan terjadi pada obstruksi jalan keluar
jantung, misalnya stenosis aorta, stenosis pulmonal atau koarktasio aorta.
Penyebab umum gagal jantung termasuk infark miokard (serangan jantung) dan
bentuk lain dari penyakit jantung iskemik, hipertensi, penyakit jantung katup dan
kardiomiopati. Gagal jantung dapat menyebabkan berbagai macam gejala seperti sesak
napas (biasanya lebih buruk bila berbaring datar, yang disebut ortopnea), batuk,
pergelangan kaki bengkak dan intoleransi latihan. Gagal jantung sering tidak terdiagnosis
karena tidak adanya definisi yang disepakati secara universal dan tantangan dalam
diagnosis definitif. Perawatan biasanya terdiri dari langkah-langkah gaya hidup (seperti
konsumsi garam dikurangi) dan obat-obatan, dan kadang-kadang perangkat atau bahkan
operasi.
Gagal jantung adalah, umum mahal, nonaktifkan dan kondisi yang mematikan. Di
negara-negara berkembang, sekitar 2% orang dewasa menderita gagal jantung, tetapi
pada mereka yang berusia lebih dari 65 tahun, ini meningkat menjadi 60-10%. Sebagian
besar karena biaya rawat inap, hal ini terkait dengan pengeluaran kesehatan tinggi, biaya
yang telah diperkirakan sebesar 2% dari total anggaran dari National Health Service di
Britania Raya, dan lebih dari $ 35 miliar pada Amerika Serikat Gagal jantung
berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental sangat berkurang, mengakibatkan
penurunan kualitas kehidupan nyata.. Dengan pengecualian dari gagal jantung yang
disebabkan oleh kondisi reversibel, biasanya kondisi memperburuk dengan waktu.
Meskipun beberapa pasien bertahan hidup bertahun-tahun, penyakit progresif dikaitkan
dengan tingkat kematian secara keseluruhan tahunan sebesar 10%.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Gagal jantung kongestif (CHF), disebut juga gagal jantung, terjadi ketika hati
tidak lagi dapat memompa darah secara efisien, sehingga darah punggung di tubuh terutama di hati, paru-paru, tangan, dan kaki. Jika darah punggung dari sisi kanan jantung
(yang mengembalikan darah dari tubuh), gejala biasanya dimulai dengan pembengkakan
kaki dan pergelangan kaki yang semakin buruk ketika orang berdiri dan meningkatkan
ketika ia meletakkan. Jika darah punggung dari sisi kiri jantung (yang mengembalikan darah
dari paru-paru), bisa menyebabkan sesak napas dan batuk, terutama selama latihan seperti
berjalan naik tangga atau saat berbaring di tempat tidur datar. Banyak orang dengan gagal
jantung memiliki gejala yang berhubungan dengan darah back up pada kedua sisi kanan dan
kiri jantung.
Selain pembengkakan (edema) dan sesak napas, gejala dapat mencakup debaran
jantung jantung atau denyut nadi cepat, kelemahan dan kelelahan, intoleransi latihan, batuk
atau mengi, berat badan tiba-tiba, dan kehilangan nafsu makan atau mual. CHF adalah
kondisi, serius progresif yang biasanya kronis dan dapat mengancam hidup. Hal ini dapat
mempengaruhi kanan, kiri, atau kedua sisi jantung dan hasil dalam mengurangi jumlah
oksigen dan nutrisi yang disampaikan ke organ tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan
dan hilangnya fungsi.
Meskipun CHF adalah karena kegagalan jantung untuk memompa darah cukup cukup,
bisa ada banyak penyebab berbeda. Paling sering, CHF terjadi karena hati telah rusak, baik
oleh tekanan darah tinggi (hipertensi), serangan jantung sebelumnya, atau kerusakan
langsung ke otot jantung (disebut cardiomyopathy). CHF juga dapat terjadi ketika ada
kerusakan pada katup di dalam jantung atau dengan jaringan parut di perikardium, membran
sekitar jantung. Jarang, CHF terjadi ketika hati dipaksa untuk mengalahkan jauh lebih kuat
dari biasanya, seperti dengan hipertiroidisme berat, dan tidak dapat memenuhi permintaan
itu. Risiko meningkat bagi mereka yang kelebihan berat badan, diabetes, asap, atau yang
menyalahgunakan alkohol atau kokain.
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Diperkirakan hampir lima
persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden
gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 3,7 perseribu penderita pertahun.2 Kejadian
gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia
harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan
perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung. Gagal jantung susah
dikenali secara klinis, karena beragamnya keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya
sedikit tanda tanda klinis pada tahap awal penyakit. Perkembangan terkini memungkinkan
untuk mengenali gagal jantung secara dini serta perkembangan pengobatan yang
memeperbaiki gejala klinis, kualitas hidup, penurunan angka perawatan, memperlambat
progresifitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup.
Gagal jantung kongestif (CHF), atau gagal jantung, adalah suatu kondisi dimana
jantung tidak dapat memompa cukup darah ke organ tubuh lainnya. Hal ini dapat hasil dari
a. Mempersempit arteri bahwa penyakit suplai darah ke otot jantung - arteri koroner
b. Serangan jantung masa lalu, atau infark miokard, dengan jaringan parut yang
c.
d.
e.
f.
g.
jantung tidak dapat mengerahkan diri mereka sendiri karena mereka menjadi sesak napas
dan lelah.
Seperti aliran darah keluar dari jantung melambat, darah kembali ke jantung melalui
pembuluh darah punggung, menyebabkan kemacetan pada jaringan. Sering bengkak
(edema) hasil. Paling sering ada pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki, tetapi hal ini
bisa terjadi di bagian lain dari tubuh juga. Kadang-kadang mengumpulkan cairan di paruparu dan mengganggu pernapasan, menyebabkan sesak napas, terutama ketika seseorang
berbaring. Gagal jantung juga mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang natrium
dan air. Air ditahan meningkat edema tersebut.
2.2 Etiologi Gagal Jantung
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu :
Beban tekanan
Beban volume
Aneurisma ventrikel
Disinergi ventrikel
Di negara maju, karena sebagian besar pasien dengan penyakit jantung bawaan yang
berat sudah dioperasi, maka praktis gagal jantung bukan menjadi masalah pada pasien
penyakit jantung bawaan setelah usia 1 tahun.
Penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam enam kategori utama, yaitu:
1. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan
oleh hilangnya miosit (infrak miokard, kontraksi yang tidak terokoordinasi (left
bundle branch block), kurangnya kontraktilitas (kardiomiopati)).
2. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi)
3. Kegagalan yang berhubungan dengan katup
4. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme kardiak (takikaro)
5. Kegagalan yang disebabkan anormalitas perikard atau efusi perikard (temponade)
6. Kelainan kongenital jantung
Karena setiap bentuk penyakit jantung dapat mengarah pada gagal jantung,
tidak ada satupun mekanisme kausatif. Studi populasi di London Selatan
mendapatkan bahwa persentase penyebab gagal jantung yang tidak diketahui pada
populasi kurang dari 75 tahun turun dari 42% menjadi 10% setelah dilakukan
skintigrafi nuklir dan kateterisasi jantung, sedangkan persentase penyebab gagal
jantung oleh penyakit arteri koroner (CAD) naik dari 29% menjadi 52%.
mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh ginjal dan
aktivasi system saraf adrenergik.
Kemampuan jantung untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan tubuh
ditentukan oleh curah jantung yang dipengaruhi oleh empar faktor yaitu: preload; yang
setara dengan isi diastolik akhir, afterload; yaitu jumlah tahanan total yang harus melawan
ejeksi ventrikel, kontraktilitas miokardium; yaitu kemampuan intrinsik otot jantung untuk
menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung kepada preload maupun afterload
serta frekuensi denyut jantung.
Dalam hubungan ini, penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk
memompa (pump function) dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada
beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai
pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi
depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung
karena beban jantung yang ringan.
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta
pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel akan
diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan
penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme
kompensasi neurohumoral.
Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan
tekanan darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung
melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian afterload,
peninggian preload dan hipertrofi/ dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung
sehingga terjadi gagal jantung yang tidak terkompensasi.
Gagal jantung dapat dilihat sebagai suatu kelainan yang progresif, dapat terjadi
dari kumpulan suatu kejadian dengan hasil akhir kerusakan fungsi miosit jantung atau
Mekanisme neurohormonal
Pengaturan neurohormonal melibatkan sistem saraf adrenergik (aktivasi sistem
saraf simpatis akan meningkatkan kadar norepinefrin), sistem renin-angiotensin, stres
oksidatif (peningkatan kadar ROS/reactive oxygen species), arginin vasopressin
(meningkat), natriuretic peptides, endothelin, neuropeptide Y, urotensin II, nitric
oxide, bradikinin, adrenomedullin (meningkat), dan apelin (menurun).
2. Remodeling ventrikel kiri
Remodeling ventrikel kiri yang progresif berhubungan langsung dengan
memburuknya kemampuan ventrikel di kemudian hari.
2.4. Pathway
Disfungsi Miokard
Volume
Beban tekanan
Beban
(AMI) Miokarditis
berlebihan
berlebihan
keb.metabolisme
berlebihan
2.5
Keluhan yang timbul berat badan bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki
bengkak, perut membuncit, perasaan tidak enak di epigastrium.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi :
dyspnea, orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang
hemoptisis, ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan oliguri beserta
gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pectoris
pada infark miokard akut. Apabila telah terjadi gangguan fungsi ventrikel yang berat,
maka dapat ditemukn pulsus alternan. Pada keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok
kardiogenik.
2.6
Pengobatan disritmia
2. Pembedahan :
- Penyakit jantung bawaan (paliatif, korektif)
- Penyakit jantung didapat (valvuloplasti, penggantian katup)
Pada tahap simptomatik dimana sindrom gagal jantung sudah terlihat jelas
seperti cepat
hepatomegali dan edema sudah jelas, maka diagnosis gagal jantung mudah dibuat.
Tetapi bila sindrom tersebut belum terlihat jelas seperti pada tahap disfungsi
ventrikel kiri, maka keluhan fatig dan keluhan diatas yang hilang timbul tidak khas,
sehingga harus ditopang oleh pemeriksaan
2.7
Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/ mingguminggu pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta,
koarktasio aorta atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap
mereka, terapi medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan
segera setelah pasien stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien
ini hampir selalu akan berakhir dengan kematian.
Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal adalah
dengan terapi medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat diteruskan sambil
menungu saat yang baik unuk koreksi bedah.
Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung,
obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis
sekunder, pengobatan dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan
jantung.
2.7
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan
memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan
teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1.
Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad
aktivitas.
2.
Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung ,
bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak
kaki, abdomen.
b.
Tanda :
Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung.
4.
Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
5.
Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak,
diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema
(umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higiene
a.
Gejala
b.
Tanda
7.
Neurosensori
a.
b.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8.
Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit
pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9.
Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan
bantuan pernapasan.
b.
1)
Tanda
3)
4)
5)
6)
11.
Interaksi sosial
Gejala
12.
Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat
saluran kalsium.
b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
13. Riwayat Kesehatan atau Keperawatan
Keluhan Utama :
a. Lemah beraktifitas
b. Sesak nafas
curah
jantung
berhubungan
miokardial/perubahan inotropik,
dengan
Perubahan
kontraktilitas
EKG
Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
Bunyi ekstra (S3 & S4)
Penurunan keluaran urine
Nadi perifer tidak teraba
Kulit dingin kusam
Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode
dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
a.
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur
dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
sesuai indikasi
(kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek
hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2.
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea
berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada
kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi
oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila
fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat
badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan
danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima,
berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan
cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi
ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat
ditingkatkan selama tirah baring.
b. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tibatiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi
ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
f.
memenuhi
Mendemonstrasikan perilaku/teknik
Klien akan :
a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan
mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
a. Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan
pada program pengobatan.
b. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila
merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan
resiko eksaserbasi gejala.
c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk
mencegah/membatasi menghentikan tidur.
d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan
dirumah.
3. Perencanaan
Tujuan/criteria
1.Gangguan perfusi
jaringan berkurang
atau tidak meluas
Intervensi
Rasional
a. Monitor Frekuensi a. Biasanya terjadi
dan irama jantung
b. Observasi warna
takikardi (meskipun
pada saat istirahat )
selama dilakukan
untuk
tindakan perawatan
membran mukosa
mengkompensasi
di RS.dengan
Kriteria hasil :
kontraktilitas
a. Daerah perifer
jenisnya
ventrikuler. KAAP,
d. Kolaborasi :
hangat, tak
penurunan
sianosis, gambaran
Berikan cairan IV l
AF distrima umum
EKG tak
sesuai indikasi
berkenaan dengan
menunjukan
perluasan infark
RR 16-24 x/ menit
tak
terdapat clubbing
finger, kapiler refill
5 detik, nadi 60100x / menit, TD
120/80 mmHg
GJK meskipun
lainnya juga terjadi.
b. Pucat menunjukkan
menurunnya perpusi
perifer sekunder
terhadap tidak
adekuatnya curah
jantung,
vasokonstriksi, dan
anemia. Sianosis
dapat terjadi sebagai
refraktori GJK. Area
yang sakit sering
berwarna biru atau
belang karena
peningkatan kongesti
vena.
c. Ginjal berespon untuk
menurunkan curah
jantung dengan
menahan cairan dan
natrium. Haluaran
urine biasanya
menurun selama
sehari karena
perpindahan cairan ke
jaringan tetapi dapat
4. Implementasi
Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan secara
non farmakologis dan secara farmakologis, keduanya dibutuhkan karena akan saling
melengkapi untuk penatlaksaan paripurna penderita gagal jantung. Penatalaksanaan gagal
jantung baik itu akut dan kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala dan progosis,
meskipun penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya
kondisi. Sehingga semakin cepat kita mengetahui penyebab gagal jantung akan semakin
baik prognosisnya.
Penatalaksanaan non farmakologis yang dapat dikerjakan antara lain adalah
dengan menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan
yang dapat dilakukan sendiri. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan
penurunan berat badan pada penderita dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam,
konsumsi alkohol, serta pembatasan asupan cairan perlu dianjurkan pada penderita
terutama pada kasus gagal jantung kongestif berat. Penderita juga dianjurkan untuk
berolahraga karena mempunyai efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom,
endotel serta neurohormonal dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun efek
terhadap
kelengsungan
hidup
belum
dapat
dibuktikan.
Gagal
jantung
kronis
mempermudah dan dapat dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga vaksinasi terhadap
influenza dan pneumococal perlu dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi dan
prosedur gigi diperlukan terutama pada penderita dengan penyakit katup primer maupun
pengguna katup prostesis.
Penatalaksanaan gagal jantung kronis meliputi penatalaksaan non farmakologis
dan farmakologis. Gagal jantung kronis bias terkompensasi ataupun dekompensasi. Gagal
jantung terkompensasi biasanya stabil, dengan tanda retensi air dan edema paru tidak
dijumpai. Dekompensasi berarti terdapat gangguan yang mungkin timbul adalah episode
udema paru akut maupun malaise, penurunan toleransi latihan dan sesak nafas saat
aktifitas.
Penatalaksaan ditujukan untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki kualitas
hidup. Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki prognosis serta penurunan angka rawat.
Obat obat yang biasa digunakan untuk gagal jantung kronis antara lain: diuretik (loop dan
thiazide), angiotensin converting enzyme inhibitors, _ blocker (carvedilol, bisoprolol,
intravena
menurunkan
tekanan
pengisian
ventrikel
tanpa
penderita dengan bradikardia yang simtomatik dan blok atrioventrikular derajat tinggi.
Implantable cardioverter device bertujuan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel dan
takikardia ventrikel. Vascular Assist Device merupakan pompa mekanis yang mengantikan
sebgaian fungsi ventrikel, indikasi pada penderita dengan syok kardiogenik yang tidak
respon terhadap terapi terutama inotropik.
5. Evaluasi
Meliputi evaluasi manifestasi klinis dan pemantauan hemodinamik. Pengukuran
tekanan preload, afterload dan curah jantung dapat diperoleh melalui lubang-lubang yang
terl;etak pada berbagai interfal sepanjang kateter. Pengukuran CVP ( N 15-20 mmhg )
dapat menghasilkan pengukuran preload yang akurat .PAWP atau pulmonary artery wedge
pressure adalaah tekanan penyempitan arteri pulmonal dimana yang diukur adalah takanan
akhir diastolic ventrikel kiri. Curah Jantung diukur dengan suatu lumen termodelusi yang
dihubungjkn dengan computer.
A. Proses keperawatan
a. Pengkajian
Gagal
serambi
kiri/kanan
dan
jantung
mengakibtkan
b. Diagnosa
1. Curah
jantung
menurun
berhubungan
dengan
perubahan
Dx. Kep
Curah jantung
Tujuan/KH
Setelah
Intervensi
1.
menurun
dilakukan
Auskultasi nadi
terjadi
berhubungan
tindakan
2.
takikardi
1.
Rasional
Biasanya
dengan
keperawatan
perubahan
COP adekuat
kontraktilitas
dengan KH
3.
istirahat)
miokardial
sebagai berikut :
Palpasi nadi
untuk
/perubahan
1.
inotropik
Catat bunyi
(meskipun
jantung
Menunj
pada saat
prifer
mengkompens
ukkan tanda
4.
asi penurunan
vital dalam
Pantau TD
kontraktilitas
batas yang
5.
ventrikuler.
dapat
Kaji kulit
2.
diterima
terhadap
mungkin
(distimia
pucat dan
lemah karena
terkontrol
sianosis
menurunnya
atau hilang)
dan bebas
kerja pompa
3.
Penurunan
gagal jantung
curah jantung
(misalnya
dapat
parameter
menunjukkan
hemodinamik
menurunnya
dalam batas
nadi radial,
normal,
popliteal,
haluan urine
dorsalis, pedis,
adekuat).
dan postibial.
2.
3.
S1 dan S2
Melapo
4.
Pada GJK
rkan
dini, sedang
penurunan
atau kronis TD
episode
dapat
dispenia,
meningkat
angina.
sehubungan
Ikut
serta dalam
dengan SFR
5.
Pucat
aktivitas yang
menunjukkan
mengurangi
menurunnya
beban kerja
perfusi perifer
jantung.
sekunder
terhadap tidak
adekuatnya
curah jantung,
vasokontraksi,
dan anemia.
2.
Intoleransi
Setelah
aktivitas
dilakukan
tanda vital
ortostatik
berhubungan
tindakan
sebelum dan
dapat terjadi
dengan
keperawatan Dx
segera
dengan
ketidakseimba
dapat
setelah
aktivitas
ngan
antara
mengintoleransi
aktivitas,
karena efek
oksigen
aktivitas dengan
khususnya
obat
atau
KH sebagai
bila pasien
(vasolidasi),
kebutuhan.
berikut:
menggunaka
perpindahan
1.
n vasodilator,
cairan
pasi pada
diuretik,
(diuretik) atau
aktivitas yang
penyekat
pengaruh
diinginkan,
beta
fungsi jantung
suplai
Bervaritisi
memenuhi
2.
1.
2.
Periksa
Catat
1.
2.
Hipotensi
Penurunan/
kebutuhan
respon
ketidakmampu
perawatan
kardiopulmon
an miokardium
diri sendiri
al terhadap
untuk
ektivitas,
meningkatkan
peningkatan
cata
volume
toleransi
takikardi,
sekuncup
aktivitas yang
distritmia,
selam aktifitas,
dapat diukur,
dispenia,
dapat
dibuktikan
berkeringat,
menyebabkan
oleh
pucat.
peningkatan
Kaji
segera pada
Mencapai
menurunnya
3.
kelemahan
presipator/
frekuensi
dan kelelahan
penyebab
jantung dan
dan tanda
kelemahan
kebutuhan
vital DBN
contoh
oksigen, juga
selam
pengobatan,
peningkatan
aktivitas.
nyeri, obat
kelelahan dan
4.
Evaluasi
peningkatan
kelemaha.
3.
Kelemahan
intoleran
adalah efek
aktivitas
samping
beberapa obat
(beta bloker,
traquliazer,
dan sedatif).
Nyeri dan
program
penuh stress
juga
memerlukan
energi dan
menyebabkan
kelemahan
4.
Dapat
kebutuhan
perawatan diri
pasien tanpa
mempengaruhi
stress
miokard/
kebutuhan
oksigen
berlebihan.
3.
Kelebihan
Setelah
1.
Pantau
Haluar
volume cairan
dilakukan
haluan urine,
an urine
berhubungan
tindakan
catat jumlah
mungkin sedikit
dengan
keperawatan
dan warna
dan pekat
menurunnya
volume cairan
saat hari
(khususnya
laju filtrasi
tubuh didapat
dimana
selam sehari)
glomerulus
dengan KH
diuresis
karena
(menurunnya
sebagai berikut:
terjadi
penurunan
curah jantung)
atau
1.
2.
Mendemonstr
Pantau/hit
perfusi ginjal.
ung
Posisi telentang
meningkatnya
asikan volume
keseimbagan
membantu
produksi ADH
cairan stabil
pemasukan
diuresis;
dan retensi
dengan
dan
sehingga
natrium atau
kesinambungan
pengeluaran
haluaran urine
air.
masukan
selama 24
dapat
pengeluaran,
jam
ditingkatkan
bunyi nafas
Pertahank
pada malam/
bersih/ jelas,
an duduk
selama tirah
tanda vital
atau tirah
baring.
dalam rentang
baring
yang dapat
dengan
diuretik dapat
diterima, berat
posisi semi
disebabkan
Fowler selam
oleh kehilangan
tidak ada
akut.
cairan tiba-tiba/
edema.
2.
3.
Menyatakan
Terapi
berlebihan
(hipovolemia)
pemahaman
meskipun
tentang/
sedma/ asites
pembatasan
masih ada
cairan individual
Posisi
telentang
meningkatkan
filtrasi ginjal
dan
menurunkan
produksi ADH
sehingga
meningkatkan
diuresis.
4.
Tinggi
Setelah
kerusakan
dilakukan
bunyi
pertukaran gas
tindakan
catat krekels,
kongesti
berhubungan
keperawatan
mengi.
pengumpulan
dengan
kerusakan
perubahan
pertukaran gas
pasien batuk
menunjukkan
membran
tidak terjadi
efektif, nafas
kebutuhan
kapiler-
dengan KH
dalam
untuk
alveolus.
sebagai berikut:
1.
1.
2.
Mendemo
ventilasi dan
1.
nafas,
paru/
intervensi lanjut
2.
posisi sering
4.
adanya
sekret
Dorong
perubahan
Meny
atakan
Anjurkan
3.
nstrasikan
Mem
bersihkan jalan
Pertahank
nafas
dan
oksigenasi
an
adekuat
dikursi/
pada
baring
jaringan
dengan
antu mencegah
ditunjukkan
kepala
atelektasi
oleh
tempat
GDA/
duduk
memudahkan
tirah
aliran oksigen
3.
tidur
dan
pneumonia
tinggi
dalam
derajat, posisi
unkan inflamasi
rentang
semi Fowler.
paru maksimal
dan
5.
20-30
Memb
oksimetri
normal
2.
Auskultasi
4.
Menur
Sokong
bebas gejala
tangan
distress
dengan
pernapasan
bantal
Berpartisi
pasi
dalam
program
pengobatan
dalam batas
kemampuan/
5
Kerusakan
situasi
Setelah
1.
Lihat kulit,1.
Kulit berisiko
integritas
dilakukan
catat
karena gangguan
tindakan
penonjolan
sirkulasi
berhubungan
keperawatan
tulang,
imobilitas
dengan
kerusakan
adanya
dan
integritas kulit
edema,
penurunan
tidak terjadi
sirkulasinya
perpusi
dengan KH
terganggu/
jaringan.
sebagai berikut:
pigmentasi,
meminmalkan
1.
atau
hipoksia jaringan.
resiko
resiko
kulit
tinggi
faktor
edema,
Mempert
area
kegemukan/ 3.
integritas
kurus.
kulit
2.
2.
Mendemo
fisik,
gangguan
status nutrisi
2.
ahankan
perifer,
Meningkatka
aliran
darah,
Memperbaiki
sirkulasi/
Pijat area
menurunkan
kemerahan
nstrasikan
atau
yang
perilaku/
memutih
tekhnik
3.
yang
mengganggu
Ubah
mencegah
posisi
kerusakan
di
kulit.
tidur/
aliran daerah.
sering
tempat
kursi,
bantu latihan
rentang gerak
pasif/ aktif
6.
Kurang
Setelah
pengetahuan
dilakukan
fungsi
(kebutuhan
tindakan
jantung
penyakit
dan
belajar),
keperawatan
normal.
harapan
dapat
mengenai
pengetahuan
Meliputi
memudahkan
kondisi program
pasien
informasi
ketaatan
pengobatan
meningkat
sehubungan
program
berhubungan
dengan KH
dengan
pengobatan
dengan kurang
sebagai berikut:
perbedaan
pemahaman
1.
pasien
atau kesalahan
Mengident
ifikasi
1.
Diskusi
fungsi
dan
1.
2.
Pengetahua
proses
pada
Pasien
percaya bahwa
pengubahan
persepsi
hubungan
normal.
program
tentang
terapi
Jelaskan
pascapulang
hubungan
(program
perbedaan
dibolehkan bila
fungsi
pengobatan)
antara
merasa
untuk
serangan
dan
menurunkan
jantung
episode
GJK
atau
jantung
penyakit
atau gagal
berulang dan
gejala
atau
merasa
lebih
sehat
yang
rasional
dapat
kompliksi
pengobatan
meningkatkan
Menyatak
an
tanda/
gejala
yang
memerlukan
intervensi
cepat
mengident
ifikasi
stres
pribadi/
faktor
resiko
dan beberapa
tekhnik untuk
menangani
4.
Kuatkan
bebas
mencegah
2.
3.
2.
dan
baik
Melakukan
perubahan
pola
hidup/
perilaku yang
perlu
resiko
eksaserbasi
gejala.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Chronik Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah ke seluruh jaringan. Penyebab CHF pada lansia adalah
peningkatan kolagen miokard akibat proses penuaan. Gagal jantung diklasifikasikan menjadi
gagal jantung kronik dan akut, gagal jantung kiri dan kanan, gagal jantung sistolik-diastolik.
Manifestasi klinis dari gagal jantung dikelompokkan menjadi gagal jantung akut dan kronik
yang meliputi:anoreksia, asites. Nokturia, intoleransi aktivitas peningkatan BB, fatigue,
takikardi, penurunan urin output, dan lain-lain.
Komplikasi yang disebabkan oleh CHF diantaranya adalah trombosis vena dalam,
toksisitas digitalis dan syok kardiogenik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien CHF adalah Rontgen dada, ECG, EKG, dan lain-lain. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dan dokter meliputi: manajemen
farmakologis, non farmakologis dan pendidikan kesehatan. Masalah-masalah Keperawatan
yang biasanya muncul pada pasien CHF meliputi: penurunan curah jantung, kelebihan
volume cairan, intoleransi aktivitas, cemas, risiko kerusakan pertukaran gas, dan lain-lain.
3.2 Saran
Sebagai perawat professional hendaknya mampu melakukan asuhan Keperawatan baik
secara mandiri maupun kolaborasi dengan petugas kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://astaqauliyah.com/2006/07/penyakit-gagal-jantung/
Maggioni AP. Review of the new ESC guidelines for the pharmacological management of
chronic heart failure. European Heart Journal Supplements 2005;7
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,
September 1996, Hal. 443 - 450
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC, Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta