Tugas Epid
Tugas Epid
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak
menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas penderita, tetapi serangan
kedua kalinya belum diketahui, penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa
(Depkes RI, 2009).
Demam chikungunya biasanya berlangsung dari lima sampai tujuh hari dan
sering menyebabkan nyeri sendi yang parah serta bisa menyebabkan kelumpuhan.
Penyakit ini jarang menimbulkan kematian. Untuk pengobatan belum ditemukan obat
secara khusus tetapi hanya menghilangkan gejalanya saja seperti memberikan analgesik
dan non-steroid anti-inflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan,
sehingga tindakan pencegahan bergantung kepada tindakan untuk menghindari gigitan
nyamuk terutama selama siang hari, dan menghilangkan tempat perkembangbiakan
nyamuk, memakai pakaian yang menutupi sebagai kulit, menggunakan repellents
nyamuk di kulit, menggunakan kelambu untuk melindungi bayi, orang tua, orang yang
sakit dan orang lain yang beristirahat pada siang hari (CDC, 2007).
Wabah chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952,
kemudian di Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun
1972, Afrika Selatan tahun 1976 dan di negara-negara Afrika Tengah, seperti Zaire dan
Zambia pada tahun 1978-1979. Dari Afrika penyakit ini menyebar ke negara-negara
Amerika dan Asia sampai menimbulkan pandemi. Wabah juga dilaporkan terjadi di
India antara tahun tahun 1824 sampai 1965, dan juga di Sri Lanka (Depkes RI, 2009).
Di Francis tepatnya di pulau La Runion di laporkan antara tanggal 28 Maret
2005 dan 12 Februari 2006, terjadi 1.722 kasus chikungunya yang dilaporkan oleh
dokter, termasuk 326 kasus yang dilaporkan selama seminggu dari tanggal 06 sampai 12
Februari. Perkiraan kasus chikngunya menunjukkan bahwa 1.100.00 orang mungkin
telah terinfeksi oleh virus chikungunya sejak Maret 2005 di La Runion, termasuk
22.000 orang selama tanggal 06-12 Februari. Selama minggu pertama Februari, negaranegara lain di Barat Daya Samudra Hindia telah melaporkan kasus seperti Mauritius 206
kasus dan Seychelles 1.255 kasus (CDC, 2006).
1.2 Tujuan
a) Umum
Untuk mengetahui besarnya masalah KLB chikungunya di Kelurahan Siderejo
Lor Kecamatan Siderejo Kota Salatiga
b) Khusus
o Memastikan diagnosis KLB chikungunya
o Memperoleh kepastian terjadinya KLB chikungunya
o Memperoleh gambaran deskripsi KLB chikungunya berdasarkan orang, tempat,
dan waktu
o Mengidentifikasi sumber dan cara penularan
o Diketahuinya hubungan antara kebiasaan tidur siang, baju atau celana panjang
keluar rumah, tidur menggunakan kelambu, menggunakan anti nyamuk, tidur
siang menggunakan selimut, melaksanakan peberantasan sarang nyamuk (PSN),
kebiasaan
menggantung
pakaian,
pengetahuan
tentang
chikungunya,
BAB II
KONSEP PENYAKIT MENULAR
2.1 Definisi
Demam chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak
menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas penderita, tetapi serangan
kedua kalinya belum diketahui, penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa
(Depkes RI, 2009).
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang
disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah
nyamuk Aedes aegypti, juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit
berasal dari bahasa Swahili yang berarti yang berubah bentuk atau bungkuk, mengacu
pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat.
Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan
gejala akut yang berlangsung 3-10 hari. Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien,
yang kadang-kadang berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak
pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena
penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang mengakibatkan
pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam, dilakukan review terhadap penyakit
ini
Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, sendi
yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ruam kulit. Ruam kulit
berlangsung 2-3 hari, demam berlangsung 2-5 hari dan akan sembuh dalam waktu 1
minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (arthralgia atau arthritis; sendi tangan dan
kaki) sering menjadi keluhan utama pasien. Keluhan sakit sendi kadang-kadang masih
terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang. Penyakit ini merupakan penyakit yang
bersifat self limiting (sembuh dengan sendirinya) dan tidak brakibat kematian. Peranh
dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya.
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler. Gejala yang timbul pada anak-anak
sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam
juga lebih jarang terjadi. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya
tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan
ada produksi racun yang menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kematian.
Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan memproduksi virus yang menyerang
tulang.
2.2 Faktor Resiko / Penyebab
a) Faktor risiko :
- Berada di wilayah dengan insidensi penyakit chikungunya tinggi (endemik)
- Higienitas dan sanitasi rumah kurang baik
- Tidak dilakukan upaya pencegahan gigitan nyamuk (misalnya menguras bak
mandi, mengganti air di vas bunga, atau memakai kelambu saat tidur)
b) Penyebab :
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan
lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam
berdarah dengue. Meski masih bersaudara dengan demam berdarah, penyakit ini
tidak mematikan.
Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan
menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat
1) Faktor Host
Karakteristik Host
o Resistensi : kemampuan Host untuk bertahan hidup terhadap infeksi (agent)
o Imunitas : kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik
didapat maupun alamiah
o Infectiousness : potensi Host yg terinfeksi untuk menularkan penyakit yang
diderita kepada orang lain
2) Faktor Agent
Adalah penyebab utama terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi
agent dalam penyebaran penyakit chikungunya adalah virus chik.
- Gizi : kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
- Kimia : pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
- Fisik : radiasi, trauma, suara, getaran
- Biologis : amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing
Karakteristik Agent
o Infektivitas : kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan
Host untuk mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host
o Patogenesitas : kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis (penyakit)
pada Host setelah infeksi
o Virulensi : kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang
menyebabkan kematian
3) Faktor Environment
Adalah segala sesuatu yang berada di luar agent dan pejamu antara lain
lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi
penularan Chikungunya terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman
pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah.
Kelembaban yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan
tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat. Lingkungan fisik yaitu seperti
ketinggian tempat, curah hujan,temperatur dan kelembaban.
-
Fisik : iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis
(penular), kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang
semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku di suatu
kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata lainnya diduga
dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia,
tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus
Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya
itu kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk
pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh
hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit
berlangsung tiga sampai sepuluh hari. Biasanya juga dapat menyebar dengan cepat ke
tetangga sekitar dan bahkan kabupaten sekitar.
Seperti DBD, chikungunya endemic di daerah yang banyak ditemukan kasus
DBD. Kasus DBD dan cikungunya pada wanita dan anak tinggi dengan alasan mereka
lebih banyak berada di rumah pada siang hari saat nyamuk menggigit. KLB
chikungunya bersifat mendadak dengan jumlah penderita relative banyak. Selain
manusia, virus chikungunya juga dapat menyerang tikus, kelinci, monyet, baboon dan
simpanse.
10
BAB III
SURVEY LAPANGAN
3.1 Gambaran Lokasi Survey
A. Kondisi Geografis
Kelurahan Siderejo Lor merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam
wilayah Kecamatan Siderejo Kota Salatiga, Kelurahan Siderejo Lor terletak di
daerah yang bergelombang dengan kemiringan 65 % yang memiliki luas wilayah
271.600 Ha yang terdiri dari 33.270 Ha lahan sawah, 22.0300 Ha lahan kering serta
18.030 lahan lainnya.
Kelurahan Siderejo Lor beriklim tropis berhawa sejuk dan memiliki udara
yang segar dan terletak tidak jauh dari ibu kota kabupaten yaitu jarak dengan ibu
kota kecamatan yaitu 0 km, dengan ibu kota yaitu 1 km dan dengan ibu kota
provinsi sejauh 69 km.
Dengan batas-batas wilayah :
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Sebelah Barat
: Kelurahan Blotongan
: Kelurahan Pulutan
: Kelurahan Kauman Kidul
: Kelurahan Salatiga
B. Kondisi Demografis
Jumlah penduduk di Kelurahan Siderejo Lor pada tahun 2011 adalah 13.875
jiwa. Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Kelurahan
Siderejo Lor Kecamatan Siderejo Kota Salatiga Tahun 2011.
No
Golongan Umur
Jumlah
0-4 tahun
1.465
10,6
5-9 tahun
1.175
8,5
11
10-14 tahun
1.250
9,0
15-19 tahun
1.368
9,9
20-24 tahun
1.540
11,1
25-29 tahun
1.436
10,3
30-39 tahun
1.952
14,1
40-49 tahun
1.653
11,9
50-59 tahun
1.261
9,1
10
60 tahun ke atas
774
5,6
13.875
100
Jumlah
RW
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
01
309
4,5
330
4,7
02
286
4,2
290
4,1
03
448
6,6
512
7,2
04
453
6,7
477
6,7
05
347
5,1
366
5,2
06
570
8,4
617
8,7
07
1457
21,4
1473
20,8
08
847
12,5
856
12,1
12
09
200
2,9
211
3,0
10
599
8,8
630
8,9
11
433
6,4
426
6,0
12
277
4,1
295
4,2
13
354
5,2
362
5,1
14
218
3,2
232
3,3
6.798
100,0
7.077
100
No
Mata Pencaharian
Jumlah
Petani Sendiri
503
3,6
Buruh Tani
882
6,4
Nelayan
Pengusaha/wiraswasta
555
4,0
Buruh Industri
1.812
13,1
Pedagang
1.357
9,8
Buruh Bangunan/lepas
1.336
9,6
Pengangkutan
667
4,8
Pegawai Negeri
1.662
12,0
Pensiunan
980
7,1
Lain-lain
4.120
29,7
Jumlah
13.875
100,0
13
No
Jenis Tenaga
Jumlah
Dokter Umum
15,4
Dokter Gigi
10,3
2,6
Perawat
23,1
Bidan
20,5
Gizi
5,1
Asisten Apoteker
12,8
Sanitarian
5,1
Analis kesehatan
5,1
14
39
100,0
Jumlah
Persentase
Demam
84
100,0
Nyeri persendian
73
86,9
Nyeri otot
73
86,9
43
51,2
Sakit Kepala
40
47,6
muntah
13
15,5
Kejang
1,2
15
Berdasarkan Tabel 5 bahwa gejala yang paling dominan terjadi pada kasus
adalah demam, nyeri sendi, nyeri otot dibandingkan dengan gejala lainnya.
Pemastian
diagnosis
secara
laboratorium,
telah
dilakukan
pemeriksaan
Chikunguny
a
DBD
Cam
pak
Mala
ria
Demam
ditemuka
typoid
n
dilapanga
n
Nyeri sendi
Demam
Ruam
Sakit kepala
Mual/muntah
Mata merah
16
Renjatan
(shock)
Pedarahan
hati
Batuk
Pilek
Kulit bersisik -
Diare
muka
Menggigil
Kejang
Ikterus
Berkeringat
Rose spot
Nyeri
ulu
Bercak
koplek
di
17
C. Deskripsi KLB
1. Distribusi kasus
Hasil analisa gejala dari pertama kali muncul diketahui bahwa kasus
chikungunya telah terjadi pada tanggal 20 Desember 2011 dengan jumlah kasus
1 orang, puncak terjadinya kasus terjadi pada tanggal 07 Januari 2012 sebanyak
10 kasus dan pada tanggal 18 Januari 2012 ditemukan kasus 1 kasus tambahan
2. Deskripsi Kasus Berdasarkan Tempat, Orang dan Waktu
a. Deskripsi Kasus Berdasarkan Variabel Tempat
Pertama kali yang melaporkan adanya kasus Chikungunya adalah di
RT 06 RW 08, dimana warganya mengalami gejala panas, persendian sakit,
pusing, demam, badan menggigil, tulang linu dan tidak bisa berjalan,
kemudian menyebar ke RT 11 yang sangat berdekatan dengan gejala yang
sama. Distribusi kasus demam chikungunya menurut tempat dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Penderita Demam Chikungunya Berdasarkan di RT
di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012
RT
Jumah
Jumlah
AR
penduduk
Penderita
(%)
18
RT 06
116
48
41,3
RT 11
118
36
30,5
Jumlah
234
84
35,8
Jumlah
penduduk
Penderita
Laki-laki
108
38
35,3
Perempuan
126
46
36,4
Jumlah
234
84
35,8
Jenis Kelamin
AR
(%)
Jumah
Jumlah
AR
19
penduduk
Penderita
(%)
Tidak sekolah
11
9,3
Belum sekolah
28
21,7
Belum tamat SD
12
75,0
SD
39
16
40,6
SLTP
38
15
39,2
SLTA
75
32
42,4
Sarjana
31
16,1
Jumlah
234
84
35,8
Jumlah
AR
Penduduk
Penderita
(%)
18
13
72,2
Pedagang
18
16,7
42
21,4
PNS
37,5
Wiraswasta
82
32
39,0
Buruh pabrik
34
11,8
Pekerjaan
Pelajar/siswa (termasuk
tidak) berkerja
20
petani
12,5
Pegawai swasta
18
5,6
Pensiunan
33,3
Jumlah
234
84
35,8
21
Tempat yang
Total
diperiksa
diperiksa
Di
dalam
Bak mandi
Di luar
Di
dalam
Di luar
78
23
29,5
0,0
32
9,4
18,8
Bak WC
43
13
30,2
0,0
Vas/pot bunga
67
0,0
11,9
Container lain
( kaleng bekas, ban
85
31
0,0
36,5
Drum penampung
air
bekas dll)
Berdasarkan Tabel 11 diperoleh bahwa jentik ditemukan paling banyak
terdapat di Bak WC di dalam rumah sedangkan di luar rumah terdapat di kaleng
bekas, ban bekas.
Tabel 12. Distribusi Pemeriksaan Jentik Berdasarkan House Indeks di RT
6 dan RT 11 di Kelurahan Siderejo Lor Kec.Siderejo Kota Salatiga Tahun 2012
Rumah di periksa
Total di
Positif
22
Kasus
Kontrol
28
32
periksa
60
34
56,6
Kasus
Kontrol
(n)
(n)
(CI)
Ya
35
19
2,689
Tidak
50
73
(1,384-5,226)
Tidak
70
81
0,634
panjang
Ya
15
11
(0.273-1,470)
Tidur menggunakan
Tidak
68
70
1,257
kelambu
Ya
17
22
(0,615-2,571)
Tidak menggunakan
Ya
41
24
2,640
Tidak
44
68
(1.405-4.960)
Tidur siang
Tidak
68
79
0,658
menggunakan
Ya
17
13
Variabel
Tidur siang
anti nyamuk
P Value
0.003*
0.285
0,530
0,002*
0,298
23
selimut
(0,298-1,453)
0,444
Tidak
70
84
Ya
15
(0,178-1,109)
Ya
65
72
0,903
Tidak
20
20
(0,446-1,827)
Pengetahuan tentang
Tidak
49
51
1,094
chikungunya
Ya
36
41
(0,603-1,984)
Tidak
73
54
4,281
Ya
12
38
(2,046-8,956)
Ya
35
14
3,900
Tidak
50
78
Melaksanakan PSN
Kebiasaan
menggantung
pakaian
nyamuk
Rumah dekat kebun
0,077
0,776
0,767
0,000*
0,000*
(1,909-7,967)
24
pakaian
bukan
merupakan
risiko
terjadinya
chikungunya
Variabel
S.E.
Tidur siang
Tidak
Menggunakan
1,217 0,376
anti nyamuk
Kawat
kasa
anti nyamuk
Rumah
kebun
dekat
1,677 0,426
Wald
10.48
9
15.52
5
Exp(B
df
Sig.
0,050 2.114
1,001-4,465
0,001 3.378
1,617-7,058
0,000 5,349
0,081-0,431
0,002 3.527
1,586-7,842
95%CI
25
rumah yang berdekatan dengan kebun memililki risiko 4 kali lebih besar untuk
terjadinya penyakit chikungunya (OR=3.527, CI=1,586-7.842).
3.. Sumber Penularan
Penularan demam chikungunya terjadi pada penderita yang sakit (dalam
keadaan viremia) digigit oleh nyamuk aedes aegypti kemudian menggigit orang
lain, biasanya penularan terjadi dalam satu rumah, tetangga dan dengan cepat
menyebar ke wilayah baik RT/RW/dusun atau desa (Depkes RI, 2009).
Untuk mengetahui sumber penularan dapat dilakukan dengan melakukan
wawancara dengan seluruh warga yang menderita chikungunya yaitu sebanyak 84
orang dimana 48 orang di RT 06 dan 36 di RT 11. Serta pemeriksaan jentik
dilakukan dengan mengamati tempat penampungan air baik di dalam maupun di
luar rumah. Dari hasil wawancara tersebut dan pengamatan di peroleh bahwa yang
pertama sekali mengalami gejala seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot, timbul
bintik merah dikulit adalah Bapak S pada tanggal 20 Desember 2011, kemudian 4
hari yaitu pada tanggal 24 Desember 2011 Ny. Y menderita sakit dengan gejala
yang sama dengan Bapak S, serta sekeluarga Bapak S menderita sakit yang
memiliki gejala yang sama,berdasarkan pengamatan jentik di rumah Bapak S
ditemukan jentik di luar rumah yaitu drum penampungan air hujan yang digunakan
sebagai tempat untuk menyiram bunga, dan rumah Bapak S berdekatan dengan
tempat penampungan barang-barang bekas yang dibiarkan terbuka oleh pengelola
usaha tersebut. Ditempat usaha juga ditemukan jentik.
Dilihat dari house indeks di RT 06 dan RT 11, 60 rumah yang diperiksa
ditemukan 34 rumah yang memiliki jentik, sehingga diketahui house indeksnya
adalah 56,6%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ditemukan tempat-tempat
perindukan nyamuk.
4. Cara Penularan
Virus ini ditularkan dari manusia ke manusia oleh gigitan nyamuk betina
yang terinfeksi. Umumnya nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus, nyamuk
ini dapat biasanya menggigit pada siang hari, walaupun mungkin ada puncak
aktivitas di pagi hari dan sore. Kedua spesies tersebut ditemukan menggigit di luar
rumah, namun ae. aegypti mengigit dalam rumah. Setelah gigitan nyamuk yang
26
terinfeksi, akan terjadi sakit pada host antara empat dan delapan hari, tetapi dapat
berkisar dari dua sampai 12 hari (CDC, 2008).
Cara penularan berbentuk propogated yaitu sumber penularan bukan
merupakan faktor tunggal dan utama dimana sumber penularan lebih dari satu
orang atau sebelumnya telah terjadi penularan penderita demam chikungunya
secara terus menerus dari kasus di gigit nyamuk dan nyamuk yang telah terinfeksi
mengigit orang sehat.
Hasil analisis bivariat di dapatkan variabel kebiasaan tidur siang
merupakan faktor risiko (OR=2,68) dan secara statistik bermakna dimana
(CI=1,384-5,226, p=0.003). Kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk
merupakan faktor risiko
27
dan
faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
penyakit
3.3 Permasalahan
Telah terjadi KLB demam chikungunya dengan gejala-gejala klinis demam,
ruam, nyeri sendi di Kelurahan Siderejo Lor Kecamatan Siderejo Kota Salatiga Provinsi
Jawa Tengah.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
29
sehingga nyamuk memiliki kesempatan yang lebih besar untuk masuk karena hospes
berada di dalam rumah.
2) Tempat
Berdasarkan variabel tempat tinggal penduduk bahwa kasus demam
chikungunya menyebar di 2 (dua) RT yang berdekatan yaitu di RT 11 dan RT 06,
Penduduk yang tinggal di RT 06 lebih berisko dibandingkan dengan RT 11
(AR=41,3%), hal ini disebabkan karena di RT 06 ditemukan tempat-tempat
perindukan nyamuk seperti tempat jual-beli barang rongsokan yang merupakan
media untuk tempat perkembangbiakan nyamuk pada musim penghujan, serta RT 06
sangat berdekatan dengan kebun jati warga yang tidak terawat dengan baik dan di
kebun tersebut ditemukan tempat perindukan nyamuk seperti kaleng-kaleng bekas,
dan cekungan-cekungan pohon jati yang dapat menampung air hujan
3) Variabel Waktu
Berdasarkan tipe kurva epidemik (epidemic curve) yaitu tipe propagated,
menunjukan bahwa penularan KLB di Siderejo Lor
30
populasi jentik, maka tindakan yang harus dilakukan adalah mengaktifkan kegiatan
PSN di lingkungan tempat tinggal.
Waktu paparan di kurva epidemik menunjukkan bahwa waktu paparan
pertama diperkirakan terjadi pada tanggal 17 Desember 2011 karena setelah 3 hari
(masa inkubasi terpendek) telah terjadi kasus (indeks case) yaitu B. S, lamanya
paparan terjadi 33 hari yaitu dari tanggal 17 Desember 2011 sampai 18 Januari 2012.
4.2 Berdasarkan Faktor Risiko
Analisis bivariat menunjukkan bahwa dari variabel faktor kebiasaan tidur siang,
menggunakan anti nyamuk, kawat kasa anti nyamuk, rumah dekat kebun. Untuk melihat
faktor resiko yang dominan tersebut berhubungan terhadap kejadian KLB, dilakukan
analisis multivariabel pada faktor risiko yang secara statistik bermakna.
Dari hasil analisis dengan regresi logistik diketahui bahwa faktor risiko yang
dominan berhubungan dengan KLB chikungunya adalah rumah yang tidak
menggunakan kawat kasa anti nyamuk merupakan faktor risiko (OR=4,281) dan secara
statistik bermakna (CI=2,046-8,956, p=0,000), hal ini mungkin karena penderita lebih
banyak digigit di dalam rumah dimana perempuan (AR=36,4%), lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah serta kebiasaan anak-anak yang belum tamat SD
(AR=75,0%), yang memiliki kebiasaan bermain di dalam, halaman dan sekitar rumah,
Rumah yang dekat dengan kebun memiliki peluang 4 kali (OR=3,900) lebih besar
menderita chikungunya dan secara statistik bermakna dimana (CI=1,909-7,967,
p=0,000), hal ini disebabkan karena kebun yang tidak dirawat tersebut terdapat
cekungan-cekungan dan terdapat kaleng-kaleng bekas dimana pada musim penghujan
dapat menampung air sehingga dapat menjadikan media yang baik bagi nyamuk untuk
berkembang biak.
Nyamuk ini dapat biasanya menggigit pada siang hari, walaupun mungkin ada
puncak aktivitas di pagi hari dan sore. Kedua spesies ditemukan menggigit di luar
rumah, namun Ae. aegypti mengigit dalam rumah. Setelah gigitan nyamuk yang
terinfeksi, akan terjadi sakit pada host antara empat dan delapan hari, tetapi dapat
berkisar dari dua sampai 12 hari (CDC, 2008).
31
Hal ini berbeda dengan KLB chikungunya yang dilakukan oleh Yumantini (2008)
di Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok bahwa ketersediaan kasa nyamuk
tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian chikungunya (p=0,787).
Faktor dominan yang mempengaruhi KLB adalah kepadatan hunian (OR=2,3:1,2813,970). Probabilitas kejadian chikungunya
yaitu
sebesar
pendidikan rendah dan hunian tidak padat dibandingkan dengan tingkat pendidikan
tinggi dan hunian padat.
Salah satu cara untuk mencegah chikungunya haruslah terlebih dahulu mengetahui
tentang chikungunya terutama dari petugas kesehatan. Berdasarkan wawancara dengan
masyarakat, umumnya mereka tidak mengetahui tentang chikungunya sehingga hal ini
akan sulit untuk mengetahui cara-cara pencegahan seperti menghilangkan tempat-tempat
perindukan nyamuk. Pengetahuan masyarakat tentang chikungunya dapat dilakukan
dengan penyebaran informasi melalui penyuluhan atau kegiatan lain sebaiknya
disampaikan melalui petugas kesehatan dengan dukungan penuh dari tokoh masyarakat
serta disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat setempat. Penyebaran informasi
ini sebaiknya tidak hanya dilakukan melalui ceramah (penyuluhan) atau pembagian
leaflet atau media lain tetapi juga dengan tindakan nyata/ praktek seperti kerja bakti
bersama agar masyarakat semakin memahami informasi yang di dapat. Pengelolaan
lingkungan dan perlindungan diri seperti melakukan PSN, memodifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk buatan manusia, pemakaian obat
anti
nyamuk,
dan
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah terjadi KLB demam chikungunya di RW 08 Kelurahan Siderejo Lor Kec.
Siderejo Kota Salatiga dengan jumlah kasus 84 kasus, dimana RT 06 sebanyak 48
orang, sedangkan RT 11 sebanyak 36 orang, periode KLB demam chikungunya dengan
periode waktu selama lebih kurang 4 minggu dari tanggal 17 Desember 2011 sampai 18
Januari 2012, gejala chikungunya terutama demam (100%), nyeri persendian dan otot
86,9%, ruam pada kulit 51,2%, sakit kepala 47,6%, mual dan muntah 15,5%, kejang
1,2%.
Kasus tersebar di 2 RT yaitu RT 11 dan RT 06, RT 06 lebih berisko (AR=41,3%). Jenis
kelamin perempuan memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin
laki-laki (AR = 36,4%), profesi IRT dengan AR=72,2%, Pendidikan yang belum tamat
SD (AR=75,0%).
Dengan teknik wawancara ditemukan kasus pertama sekali (indeks case) adalah bapak
S pada tanggal 20 Desember 2011 menderita demam, nyeri sendi, kemudian sekeluarga
Bapak S menderita sakit yang memilki gejala yang sama dengan yaitu Ny. Y pada
tanggal 24 Desember 2011.
Dilihat dari cara penularan kasus di chikungunya termasuk tipe propagated, yang
berarti terjadi penularan terus menerus dalam satu tempat. Kasus yang pertama
diperkirakan terpapar oleh gigitan nyamuk pada tanggal 17 Desember 2011.
Dari hasil analisis dengan regresi logistik diketahui bahwa faktor risiko yang dominan
berhubungan dengan KLB chikungunya adalah rumah yang tidak menggunakan kawat
kasa anti nyamuk mempunyai risiko lebih besar yaitu 4 kali (OR=4,281) dan secara
33
terjadinya
peningkatan
kasus
akan
segera
diketahui
dengan
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Bres, P. (1995), Tindakan Darurat Kesehatan Masyarakat Pada Kejadian Luar Biasa,
Petunjuk Praktis, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta
CDC
(2006),.Chikungunya
Fever
Diagnosed
Among
Travelers.United.States,.2005-2006,http://www.cdc.gov/mmwr/.
International
preview/
mm
36
Kementrian.Kesehatan.RI.
(2012),.Chikungunya.di.Depok,.http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/1764-chikungunya-di-depok.html (diakses 25 Januari 2012).
WHO.(2007),.What.Is.Chikungunya.Fever,.http://www.who.int/features/qa/63/en/(
diakses
23 Januari 2012)
WHO.(2006),.Chikungunya.Di.La>Runion.Island.
(Prancis),.http://www.who.int/csr/don/2006_02_17a/en/index.html (diakses 23 Januari 2012)
Widodo (2010), Sejarah Chikungunya Di Indonesia Suatu Penyakit Reemeging, Media
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol; XX Hal 55-59