PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen Mutu dalam Pelayanan
Keperawatan?
b. Apakah prinsip dari manajemen mutu itu?
c. Apakah dimensi mutu itu?
d. Apakah ukuran keberhasilan mutu itu?
e. Bagaimana pentingnya manajemen mutu itu?
f. Apakah yang dimaksud dengan audit keperawatan itu?
g. Bagaimana prinsip audit keperawatan itu?
h. Apakah tujuan dari audit keperawatan itu?
i. Apakah manfaat dari audit keperawatan itu?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu dalam
Pelayanan Keperawatan
b. Untuk mengetahui apakah prinsip dari manajemen mutu
c. Untuk mengetahui apakah dimensi mutu itu
d. Untuk mengetahui apakah ukuran keberhasilan mutu itu
e. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya manajemen mutu itu
f. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan audit keperawatan itu
g. Untuk mengetahui bagaimana prinsip audit keperawatan itu
h. Untuk mengetahui apakah tujuan dari audit keperawatan itu
i. Untuk mengetahui apakah manfaat dari audit keperawatan itu
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat lebih mudah memahami
mengenai manajemen mutu dalam pelayanan keperawatan, prinsip dari
manajemen mutu, apakah dimensi mutu, apakah ukuran keberhasilan mutu
itu, bagaimana pentingnya manajemen mutu, apakah yang dimaksud dengan
audit keperawatan itu, bagaimana prinsip audit keperawatan itu, apakah
tujuan dari audit keperawatan itu, dan apakah manfaat dari audit keperawatan
itu.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Manajemen mutu
merupakan sistem manajemen yang berfokus pada individu atau karyawan.
Jadi, dapat dipahami bahwa mutu ataupun lebih khususnya mutu
pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu
dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari
wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan terhadap
standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan sehari-hari melakukan
penilaian ini tidaklah mudah, penyebab utamanya ialah karena mutu
pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional. Tiap orang, tergantung dari
latar belakang dan kepentingan masing-masing dapat saja melakukan
penilaian dari dimensi yang berbeda. Misalnya penilaian dari pemakai jasa
pelayanan kesehatan, dimensi mutu yang dianut ternyata sangat berbeda
dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupun dengan penyandang dana
pelayanan kesehatan, sehingga pandangan tentang mutu secara umum
maupun mutu dalam pelayanan keperawatan berbeda setiap orang.
Manajemen mutu sendiri mempunyai tiga unsur utama, seperti yang
dinyatakan oleh Nursalam (2001) yaitu sebagai berikut:
a. Strategi nilai pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas
penggunaan barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan
pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan
bisnis untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik
produk, cara penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.
b. Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan.
Sistem ini mencakup tenaga kerja, material, mesin, metode operasi dan
pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan
keputusan.
c. Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal
yang selalu berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini
4
menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk
secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.
b. Leadership (kepemimpinan)
Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi.
Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal di mana
orang bisa sepenuhnya terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
Berfungsi sebagai dalam mengawal implemetasi system bahwa semua
gerak organisasi selalu terkontrol dalam satu komando dengan komitmen
yang sama dan gerak yang sinergi pada setiap element organisasi.
Pelaksanannya :
1) Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan
termasuk pelanggan
2) Tetapkan dan jelaskan visi organisasi ke depan agar setiap orang
mengerti tujuan
3) Tentukan sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan
5
4) Ciptakan dan sokong nilai – nilai kebersamaan, kejujuran, dan model
tugas etis pada semua level organisasi
5) Beri semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap kontribusi
setiap orang
6
e. System Approach to Management ( Pendekatan Sistem Manajemen )
Mengidentifikasi, memahami dan mengelola sistem proses yang
saling terkait untuk tujuan tertentu meningkatkan efektivitas organisasi
dan efisiensi.Iimplementasi sistem ini mengedepankan pendekatan pada
cara pengelolaan (manajemen) proses bukan sekedar menghilangkan
masalah. Pola pengelolaannya bertujuan memperbaiki cara dalam
menghilangkan akar (penyebab) masalah dan melakukan improvement
untuk menghilangkan potensimasalah. Pelaksanannya :
1) Penyusunan sistem untuk mencapai sasaran organisasi dengan telah
efektif dan efisien
2) Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses pada
sistem
3) Memberi pemahaman terbaik tugas – tugas / tanggung jawab yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama, serta mengurangi
hambatan lintas fungsional
4) Menargetkan dan menentukan bagaimana aktivitas khusus dalam
suatu sistem akan beroperasi
7
g. Factual Approach to Decision Making ( Pendekatan Factual Untuk
Pengambilan Keputusan )
Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan
informasi) setiap keputusan dalam implementasi sistem selalu didasarkan
pada fakta dan data. Pelaksanannya :
1) Pastikan bahwa data dan informasi cukup akurat dan dipercaya
2) Sediakan data yang dapat diakses oleh yang menggunakan
3) Analisa data dan informasi dengan menggunakan metode yang valid
8
sakit adalah waktu respon, infeksi terkait pemasangan infus, infeksi luka
operasi, angka kejadian dekubitus (pressure sore), dan kematian ibu akibat
perdarahan. Angka-angka indikator ini diukur dari waktu ke waktu dengan
metode yang baku dan dikembangkan akurasinya. Indikator-indikator ini
bersumber dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan
mengenai indikator klinis. Saat ini, manual yang dipakai lebih luas adalah
standar pelayanan minimal rumah sakit yang juga diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan.
b. Audit Medis
Audit medis merupakan proses evaluasi mutu pelayanan medis
melalui telaah rekam medis oleh profesi medis sendiri. Tujuan dilakukan
audit medis adalah pelayanan medis prima yang bersumber pada evaluasi
mutu pelayanan, penerapan standar, dan perbaikan pelayanan berdasarkan
kebutuhan pasien dan standar yang telah ada. Audit medis di Indonesia
diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan no. 496 tahun 2005.
Pembahasan kasus kematian, kasus sulit, kasus langka, dan lain-lain
adalah bentuk audit medis yang paling sederhana. Audit medis paripurna
menyertakan review,assessment, dan surveillance. Audit medis adalah
proses yang terus menerus karena merupakan upaya yang terus menerus.
Proses inti audit medis adalah menetapkan kasus yang akan diaudit,
mengumpulkan berkas kasus tersebut, dan membandingkan pelayanan
medis yang diberikan dengan standar, untuk selanjutnya mengambil
tindakan korektif. Audit medis dapat dilakukan mulai dari kelompok staf
medis (organisasi dokter dengan kemampuan atau kompetensi klinis yang
sama) sampai ke tingkat komite medis di tingkat rumah sakit.
c. Mortality Review
Mortality review adalah bagian dari audit medis. Lewat mortality
review, rumah sakit bersama dengan manajemen rumah sakit dapat
mencari faktor-faktor yang berkontribusi pada kematian di rumah sakit.
9
Untuk mencari faktor-faktor tersebut, digunakan sebuah check list yang
bernama global trigger tools. Global trigger tools memuat puluhan entry
point ke arah resiko tindakan, kesalahan, kelalaian, maupun kemungkinan
gagal komunikasi. Titik berat mortality review adalah kematian-kematian
yang terjadi pada pasien non terminal, baik kematian tersebut terjadi
diintensive care unit / ICU / unit perawatan intensif maupun di ruang rawat
inap biasa. Seluruh kematian non terminal ini didaftar, dipelajari rekam
medisnya, dan dibahas pada pertemuan mortality review.
Menggunakan global trigger tools dalam melakukan mortality
review biasanya berupaya menemukan apakah ada kegagalan, terutama
dalam mengenali perburukan atau masuknya pasien kepada keadaan kritis,
merencanakan penegakan diagnosis dan rencana pengobatan, dan
mengkomunikasikan keadaan pasien baik antar dokter, dokter kepada
perawat, perawat kepada dokter, dan antar profesi kesehatan yang lain.
Data mortality reviewdapat dipakai juga oleh rumah sakit dalam rangka
pengembangan layanan. Misalnya, jumlah kematian yang tinggi pada
pasien terminal mengindikasikan perlunya rumah sakit memikirkan
layanan perawatan paliatif.
Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat
menjawab pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:
1) Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
2) Apanya yang diukur ?
3) Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?
10
Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu
pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan
outcomes. Sebagai contoh :
11
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa apapun
metode pengukuran mutu yang dilakukan. Misalnya pengukuran mutu di
rumah sakit, hendaknya berdampak langsung pada apa yang dirasakan oleh
pasien dan keluarganya. Mengingat akses ke rumah sakit bagi sebagian
besar orang masih dibatasi oleh biaya, hendaknya pengukuran-pengukuran
tersebut juga mempertimbangkan efisiensi sehingga kualitas baik tidak
selalu linear dengan pembiayaan yang tinggi.
12
Mempunyai arti bahwa perawat harus mampu mengobati atau mengurangi
keluhan yang ada mencegah terjadinya penyakit,serta berkembangnya
penyakit yang ada.
d. Dimensi efisiensi layanan kesehatan
Layanan kesehatan yang efisiensi dapat melayani lebih banyak klien atau
masyarakat.
e. Dimensi kesinambungan layanan kesehatan
f. Mepunyai arti bahwa klien harus dapt dilayani sesuai kebutuhan,termasuk
rujukan jika diperlukan tanpa mengurangi prosedur diagnosis dan terapi
yang tidak perlu.
g. Dimensi keamanan
Layanan kesehatan itu harus aman dari resiko cidera, infeksi, efek
samping, atau bahaya lain yang muncul baik bagi klien, pemberi layanan,
maupaun masyarakat sekitarnya.
h. Dimensi kenyamanan
Menyangkut kepuasan klien sehingga mendororng klien untuk datang
berobat kembalike tempat tersebut.
i. Dimensi informasi
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi
yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana,dan bagaimana layanan
kesehatan itu akan dilaksanakan.
j. Dimensi ketepatan waktu
Agar berhasil layanan kesehatan harus dilaksanakan dalam waktu dan cara
yang tepat,oleh pemberi pelayanan yang tepat,menggunakan peralatan
yang tepat,sreta dengan biaya yang efisien (tepat).
k. Dimensi hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau
kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling
menghormati, responsif, memberi perhatian.
13
2.5 TQM (Total Quality Management)
Total quality management merupakan suatu filosofi yang
dikembangkan oleh Deming, dia menggambarkan tentang keberhasilan
system manajemen di Jepang dan telah diaplikasikan di pelayanan kesehatan
Amerika dlm mencari solusi dilemma “yang tebaik dan terjelek”. TQM
didasarkan pada kemampuan individu dalam proses, pelayanan , hasil dan
selalu merespon keluhan pelanggan.
Total quality management (TQM) adalah suatu system manajemen
yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara
berkelanjutan kepuasan customers pada biaya sesungguhnya yang secara
berkelanjutan terus menurun.
14
e. Penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan
menumbuhkan kepuasan kerja,komitmen,dan peningkatan moral profesi
layanan kesehatan serta akhirnya akan menimbulkan kepuasan klien.
15
2.8 Tujuan Audit Keperawatan
Tujuan audit mutu adalah untuk mendapatkan data dan informasi
faktual dan signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, perbaikan dan/atau perubahan. Temuan hasil audit selanjutnya
dianalisis, dinilai kecukupan dan kesesuaiannya terhadap standar ISO
9001:2000. Hasil temuan auditor tersebut akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan dan/atau
perubahan. Secara rinci tujuan audit mutu dibagi menjadi dua yaitu :
a. Tujuan Umum
1) Untuk memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi
organisasi.
2) Untuk merencanakan pengembangan usaha Untuk memenuhi
persyaratan suatu sistem manajemen yang digunakan sebagai
acuan.
3) Untuk memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan
kontrak dengan (misalnya) pelanggan.
4) Untuk mengevaluasi terhadap pemasok.
5) Untuk menemukan adanya potensi resiko kegiatan organisasi.
b. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan audit mutu secara khusus adalah untuk
memberikan umpan balik tentang kinerja organisasi yang diuraikan
sebagai berikut (Iskandar Indranata, 2006):
1) Mengarahkan pencapaian sasaran memberikan sense of urgency.
2) Menemukan peluang perbaikan.
3) Memastikan apakah sistem diterapkan secara efektif.
4) Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan terthadap kebijakan
mutu sedini mungkin.
16
Audit mutu didasarkan pada sejumlah prinsip. Ketaatan dan
kepatuhan terhadap prinsip tersebut merupakan prasyarat untuk
memberikan kesimpulan audit yang sesuai dan cukup serta memungkinkan
auditor bekerja secara independen untuk mencapai kesamaan kesimpulan
pada situasi serupa. Prinsip Audit Mutu, secara garis besar terdiri dari dua
prinsip yaitu prinsip-prinsip yang terkait dengan auditor dan prinsip-
prinsip yang terkait dengan kegiatan audit.
a. Prinsip-prinsip yang terkait dengan auditor, yaitu :
1) Kode Etik sebagai Dasar Profesionalisme.
Kode Etik merupakan dasar profesionalisme auditor dalam
pelaksaan audit. Profesionalisme dari seorang auditor tercermin
pada sikap dapat dipercaya, memiliki integritas, dapat menjaga
kerahasiaan dan berpendirian. Seorang auditor harus mampu
menunjukkan sikap berpendirian, yaitu sikap mampu memberikan
penilaian yang proporsional dan kontekstual.
2) Menyajikan hasil yang obyektif dan akurat.
Seorang auditor berkewajiban untuk melaporkan hasil temuan
audit secara benar dan akurat. Temuan audit, kesimpulan audit
dan laporan audit mencerminkan pelaksanaan kegiatan audit
secara benar dan akurat. Hambatan signifikan yang ditemukan
selama audit dan perbedaan pendapat yang tidak terselesaikan
antara tim audit dan auditi harus dilaporkan.
3) Profesional, memiliki kompetensi sebagai auditor.
17
4) Auditor harus berkualifikasi dan independen.
5) Maksud dan tujuan dari audit harus diklarifikasi dan disetujui.
6) Audit harus direncanakan dan dipersiapkan secara memadai.
7) Orang yang bertanggung jawab atas aktifitas yang akan diaudit
harus secara baik dan diberitahukan sebelum dan sesudah audit.
8) Rencana audit dan laporan akhir harus tertulis.
9) Auditor harus menindaklanjuti tindakan perbaikan.
10) Penilaian terhadap standar harus obyektif, faktual dan apabila
mungkin kuantitatif.
11) Audit tidak mengganggu kegiatan operasional yang berjalan.
12) Frekuensi, intensitas dan luas audit bervariasi dengan kebutuhan
actual.
13) Kertas kerja dan dokumen audit harus disimpan dengan baik dan
teratur.
14) Uji petik untuk mengumpulkan bukti harus tidak memihak dan
dapat dipercaya.
18
e. Memenuhi kesesuaian standar/undang-undang, bahwa organisasi
harus terus menerus mengimplementasikan dan memelihara SMM
secara konsisten.
19
melalui proses audit, tejadi proses pemahaman secara mendalam tentang
seluk beluk operasi organisasi serta permasalahannya yang dihadapinya,
baik permasalahan skala organisasi maupun permasalahan spesifik yang
ada pada setiap fungsi dalam organisasi. Dengan demikian seorang
auditor secara disadari atau tidak telah mempelajari proses manajemen
organisasi secara komprehensif dan manajemen fungsional secara
intensif.
20
5) Melakukan tindakan korektif.
BAB III
PEMBAHASAN
21
Masalah Pendokumentasian Keperawatan
(Sumber : Lilis Suryani,
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Kekhususan Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia)
SIMK dan komputer akan membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekomomis.
Perawat-perawat klinis akan menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien,
22
komponen klinis termasuk riwayat pasien, rencana perawatan,pemantauan
psikologis langsung dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan pasien.
23
memperhatikan beberapa aspek antara lain struktur organisasi, sebagai contoh
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali
keputusan tentang pelaksanaan SIMK yang sudah disepakati oleh tim keperawatan
dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan.
Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah
Sistem Informasi keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas
pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
24
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi
keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat mengurangi
kesalahan dalam memberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Sistem
informasi keperawatan juga akan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan ( lewis, 2005). Program-program yang dirancang dalam Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) menurut Jasun (2006) :
a. Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan menggunakan standar internasional dengan
mengacu pada NANDA, standar outcome keperawatan mengacu pada NOC,
dan standar intervensi keperawatan mengacu pada NIC.
b. Standart operating Prosedur (SOP)
Uraian standar tindakan keperawatan yang terdapat dalam standar asuhan
keperawatan.
c. Discharge planning
Uraian perencanaan pulang pasien setelah dirawat di rumah sakit
d. Jadwal Dinas Perawat
Jadwal dinas perawat dibuat secara otomatis oleh program komputer,
sehingga tinggal melakukan print
e. Penghitungan angka kredit perawat
Angka kredit merupakan rekapan dari aktivitas perawat sehari-hari, yang
otomatis akan dapat diakses harian, mingguan dan bulanan.
f. Daftar diagnosa terbanyak
Daftar diagnosa keperawatan direkapitulasi oleh sistem berdasar input
perawat sehari-hari. Penghitungan diagnosa keperawatan bermanfaat untuk
pembuatan standar asuhan keperawatan.
g. Daftar NIC terbanyak
Rekapan tindakan terbanyak berdasarkan pada masing-masing diagnosa
keperawatan yang ada
h. Laporan implementasi
Rekapan tindakan perawatan pada satu periode, daftar difilter berdasarkan
ruang, pelaksana dan pasien. Laporan ini dapat menjadi alat monitoring yang
25
efektif tentang kebutuhan pembelajaran bagi perawat. laporan implementasi
juga dapat dijadikan alat bantu operan shift.
i. Laporan statistik
Laporan statistik yang dimunculkan adalah BOR, LOS, TOI dan BTO di
ruang tersebut.
j. Resume keperawatan
Resume bermanfaat untuk melihat secara global pengelolaan pasien saat
dirawat sebelumnya, jika pasien pernah dirawat. Resume dicetak saat pasien
akan keluar dari perawatan. Komputer telah merekam data-data yang
dibutuhkan untuk pembuatan resume keperawatan
k. Daftar SAK
Dalam SIMK, SAK berdasarkan rekapan dari sistem yang telah dibuat.
l. Presentasi kasus on line
Sistem dengan jaringan WiFi memungkinkan data pasien dapat diakses dalam
ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di ruang rawat dapat
dilakukan secara online , ketika pasien masih di rawat.
m. Mengetahui jasa perawat
Dengan system yang terintegrasi dengan SIM RS, memungkinkan perawat
mengetahui jasa tundakan yang dilakukannya.
n. Monitoring tindakan perawat & monitoring aktivitas perawat
Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh perawat, dan mengetahui pula masing-masing perawat telah
melakukan aktivitas keperawatan apa.
o. Laporan shift
Merupakan rekapan dari aktivitas yang telah dilakukan dan yang akan
dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang akan dilaporkan pada
masing-masing pasien.
p. Monitoring pasien oleh PN atau kepala ruang saat sedang rapat
Monitoring dapat dilakukan ketika PN atau Karu sedang rapat di ruang
converence. Akan diketahui apakah seorang pasien telah dilakukan
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi atau belum.
26
Kesimpulan
Pendokumentasian keperawatan merupakan hal yang penting dalam
menunjang peningkatan mutu asuhan keperawatan, dan secara umum dapat
berkontribusi terhadap mutu pelayanan kesehatan. dengan adanya perkembangan
teknologi sistem informasi manajemen keperawatan, maka pendokumentasian
asuhan keperawatan yang sebelumnya dilakukan secara konvensional maka akan
beralih ke pendokumentasian berbasis komputer, sehingga perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara profesional kepada pasien.
BAB IV
PENUTUP
27
4.1 Kesimpulan
Manajemen mutu adalah suatu proses manajemen dengan pendekatan
perilaku atau budaya organisasi yang berorientasi pada peningkatan mutu
terus-menerus dan kepuasan pelanggan dengan dukungan komitmen
kepemimpinan, kebersamaan karyawan serta secara lintas fungsional,
menyeluruh terpadu dengan pendekatan system dan di sadari metode ilmiah
dan pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah
terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan,
sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara
pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan sehari-
hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah, penyebab utamanya ialah
karena mutu pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional. Tiap orang,
tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing dapat saja
melakukan penilaian dari dimensi yang berbeda. Misalnya penilaian dari
pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu yang dianut ternyata sangat
berbeda dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupun dengan
penyandang dana pelayanan kesehatan, sehingga pandangan tentang mutu
secara umum maupun mutu dalam pelayanan keperawatan berbeda setiap
orang.
Ada 8 prinsip manajemen mutu yaitu Customer Focused Organisation,
Leadership, Involvement of People, Process Approach, System Approach to
Management, Continuous Improvement, Factual Approach to Decision
Making, Mutually Benefical Supplier-Relationship.
Salah satu manfaat dari manajemen mutu adalah penerapan pendekatan
jaminan mutu layanan kesehatan akan menjamin bahwa organisasi layanan
kesehatan akan selalu menghasilkan layanan kesehatan yang bermutu,artinya
layanan kesehatan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan klien serta
mampu di bayar olehnya.
28
4.2 Saran
a. Perlunya memberikan pemahaman kepada setiap anggota organisasi
mengenai pentingnya sistem informasi manajemen keperawatan.
b. Peningkatan kemampuan perawat dalam menggunakan komputerisasi
sehingga bisa memaksimalkan dalam pelaksanaan sistem informasi
keperawatan terkait dengan manajemen mutu pelayanan.
c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sistem informasi
keperawatan yang dilakukan di rumah sakit untuk menambah khasanah
ilmu pengetahuan terkait dengan asuhan keperawatan, manajemen mutu
pelayanan dan juga berkontribusi positif bagi pengembangan sistem
informasi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
29
Azwar, A. Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, Journal Kesehatan MKMI XXX (1), 2001.
Besterfield, DH, dkk. Total Quality Management, USA, Practise Hall Inc, 1995.
Marr, Heather dkk, Penjaminan Kualitas Dalam Keperawatan, Konsep, Metode
dan Studi Kasus, Penerbit Buku Kedokteran, 2001.
Nursalam, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Salemba
Medika, Jakarta, 2001.
Nursalam, Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta, 2002.
Nursalam, 2007, Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional, ed.2, Jakarta: Salemba Medika.
30